21-26 21
ABSTRAK
Telah diteliti perbedaan kestabilan fisik suspensi kering ampisilin generik dan nama dagang
setelah direkonstitusi dengan air suling dan disimpan pada suhu kamar selama 7 hari. Dari 7
variabel yang diteliti diantaranya menunjukkan adanya perbedaan stabilitas fisik seperti volume
sedimentasi, bobot jenis, kadar air, kemampuan redispersibilitas, viskositas dan 2 variabel lainnya
tidak menunjukan perbedaan seperti perubahan bentuk partikel, pH selama 7 hari penyimpanan.Dari
ketiga suspensi kering ampisilin bahwa ampisilin nama dagang 1 memiliki kestabilan fisik lebih
baik dibandingkan ampisilin nama dagang 2 dan generik.
Kata kunci :
Lidia dkk
22 Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2017, II(1), hal. 21-26
METODE PENELITIAN 𝑉𝑢
𝐹=
𝑉𝑜
Alat
berikut kurva / grafik antara F terhadap
Alat yang digunakan adalah gelas ukur, waktu:
batang pengaduk, cawan penguap, corong,
tissue, kertas pH universal, piknometer,
stopwatch, mikroskop, viscometer kapiler, 1.2
1
pipet tetes, batang pengaduk. Nama Dagang 1
0.8
0.6 Nama Dagang 2
F
Bahan 0.4 Generik
0.2
Sirup kering ampisilin generik satu jenis 0
perusahaan farmasi milik BUMN dan dua 24 48 72 96 120 144 168
Lidia dkk
Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2017, II(1), hal. 21-26 23
Lidia dkk
24 Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2017, II(1), hal. 21-26
bentuk partikel) di dalam suspensi. Ini ampisilin tidak lebih dari 2,5% karena sirup
menandakan bahwa suspensi-suspensi kering bersifat tidak stabil dalam air dan jika
tersebut baik apabila tidak terjadi perubahan persentase kadar air ampisilin lebih dari
bentukpartikel berarti luas penampang ketentuan maka anti biotiknya cepat rusak
partikel tersebut tetap besar dengan demikian (Departemen Kesehatan RI, Edisi III, 1979).
akan memperlambat gerakan partikel untuk Setelah dilakukan pemeriksaan kadar air
mengendap. diketahui bahwa ampisilin nama dagang 1
Pada tabel 2 setelah dilakukan memiliki persentase kadar air yang paling
pengamatan selama 7 hari penyimpanan dapat kecil dibandingkan ampisilin nama dagang 2
dilihat ampisilin nama dagang 1 mengalami ampisilin generik. Meskipun demikian
sedimentasi yang sangat sedikit atau harga F persentase kadar air dari semua ampisilin
hampir mendekati 1. Sedangkan ampisilin sudah memenuhi standar yaitu tidak lebih dari
dengan nama dagang 2 dan generiknya juga 2,5% itu terlihat pada tabel 4.
mengalami sedimentasi (harga F menurun). Setelah dilakukan pengamatan 7 hari
Hal ini terlihat dari grafik hubungan maka didapat hasil bahwa pH semua sampel
sedimentasi (F) dengan waktu (t) terlihat pada tidak mengalami perubahan, hal ini
pola yang berbeda dimana partikelnya diperkirakan karena daparnya berfungsi
mengalami penurunan yang sangat sedikit dengan baik itu dapat terlihat pada tabel 5.
sedangkan ampisilin nama dagang 2 juga Tetapi pada literatur diketahui bahwa pH
mengalami penurunan harga F secara suspensi ampisilin berkisar 5 – 7,5 itu berarti
bertahap dari volume awal dan generiknya ampisilin generik pHnya tidak memenuhi
juga mengalami harga F hampir sebagian. syarat. (Departemen Kesehatan RI, Edisi III,
Dari literatur diketahui bahwa apabila 1979).
volume sedimentasi (F) yang semakin Perhitungan bobot jenis berfungsi sebagai
mendekati angka 1 maka makin baik salah satu variabel yang dibutuhkan untuk
partikelnya dapat terdispersi kembali. Ini penentuan viskositas atau kekentalan
dapat kita lihat pada tabel 3 hasil pmeriksaan suspense sehingga kita perlu mengetahui
kemampuan redispersbilitas bahwa sirup harga dari bobot jenis suspense tersebut dan
kering dengan nama dagang 1 lebih mudah dapat dilihat pada tabel 6.
berdispersi kembali dibandingkan sirup Tabel 7 yaitu pengujian viskositas atau
kering nama dagang 2 dan generiknya, tetapi kekentalan suspensi. Pada saat pengujian hasil
suspensi kering dengan nama dagang 2 lebih yang didapat suspensi kering dengan nama
mudah terdispersi kembali dibandingkan sirup generik mempunyai viskositas yang lebih
kering generik. Hal ini kemungkinan rendah, dibandingkan dengan suspensi kering
disebabkan karena volume sedimentasi yang nama dagang 1 dan nama dagang 2. Hal ini
terjadi pada nama dagang 2 terjadi secara dikarenakan penambahan air suling pada
bertahap dibandingkan generik dan masing-masing sampel berbeda.
kemungkinan juga sedimentasi yang terjadi
pada generik membentuk sistem deflokulasi SIMPULAN
sehingga sedimentasi sukar terdispersi
kembali. Ini diduga adanya perbedaan Dari hasil penelitian dan pembahasan
penambahan bahan pemflokulasi dimana terhadap suspensi kering ampisilin yang telah
partikel yang terflokulasi lebih mudah direkonstitusi dengan air suling dapat
didispersikan kembali dari pada yang tidak disimpulkan sebagai berikut:
mengandung bahan pemflokulasi (Ansel, Suspensi kering ampisilin generik dan
1989). nama dagang memiliki perbedaan stabilitas
Pengujian penetapan kadar air bertujuan fisik.Perbedaan stabilitas fisik yang terlihat
untuk mengetahui persentase kadar air yang yaitu pada pengukuran volume sedimentasi,
terkandung di dalam suspensi. Adapun kemampuan redispersibilitas, kadar air, bobot
persentase kadar air pada sirup kering jenis, pH dan viskositas suspensi.
Lidia dkk
Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2017, II(1), hal. 21-26 25
Dari ketiga suspensi kering ampisilin Ganiswara, G., Suliatia, dkk. Farmakologi
bahwa ampisilin nama dagang 1 memiliki dan terapi(Edisi IV).
kestabilan fisik lebih baik dibandingkan nama Jakarta:Universitas Indonesia.
dagang 2 dan generik. Martin, A. J., Swarbrick, A. Camarata.
1993.Farmasi fisik (Edisi II). Jakarta:
DAFTAR PUSTAKA UniversitasIndonesia.
Rasmawar, Eta, 2011. Penentuan
Ansel, H. 1989.Bentuk sediaan farmasi (Edisi perbedaan stabilitas fisik suspenso
IV). Jakarta:Universitas Indonesia. kering.
Anief, M., 1987, Ilmu meracik obat teori dan Cefadroxyl kering generik dan nama
praktek. Yogyakart: Gadjah Mada dagangnya setelah direkonsitusi dengan
UnivercityPress. air suling, (Karya Tulis Ilmiah).
Anief, M. 1999. Sistem dispersi, formula Palembang: Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
suspensi dan emulsi, Gadja Mada Bhakti Pertiwi,.
Univercity Press, Yogyakarta. Soeprapto. 1995.Ilmu resep teori Jilid II.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jawa Timur: Departemen Kesehatan
1979. Farmakope Indonesia(Edisi III). Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan.
Jakarta. Wattimena Joke R., dkk. 1991.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakodinamik dan terapi
1995. Farmakope Indonesia(Edisi IV). antibiotik.Yogyakarta: Gadjah Mada
Jakarta. University.
Lidia dkk
26 Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2017, II(1), hal. 21-26
Lidia dkk