Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR

A. Anatomi dan Fisiologi

1. Anatomi

Tulang adalah jaringan yang kuat dan tangguh yang memberi bentuk pada
tubuh.Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan
melindungi organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul.Tulang
membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk
melekatnya otot-otot yang menggerakan kerangka tubuh.Tulang juga
merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan
fosfat.

Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan


tempat untuk melekatnya otot- otot yang menggerakan kerangka tubuh.
Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur
kalsium dan fhosfat. Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang.
Tulang adalah jaringan hidup yang akan suplai syaraf dan darah. Tulang
banyak mengandung bahan kristalin anorganik (terutama garam- garam
kalsium ) yang membuat tulang keras dan kaku., tetapi sepertiga dari
bahan tersebut adalah fibrosa yang membuatnya kuat dan elastic.

Tulang ekstrimitas bawah atau anggota gerak bawah dikaitkan pada


batang tubuh dengan perantara gelang panggul terdiri dari 31 pasang
antara lain: tulang koksa, tulang femur, tibia, fibula, patella, tarsalia, meta
tarsalia, dan falang.

a. Tulang Koksa (tulang pangkalpaha)

OS koksa turut membentuk gelang panggul, letaknya disetiap sisi dan


di depan bersatu dengan simfisis pubis dan membentuk sebagian besar
tulang pelvis.
b. Tulang Femur ( tulang paha)

Merupakan tulang pipa dan terbesar di dalam tulang kerangka pada


bagian pangkal yang berhubungan dengan asetabulum membentuk
kepala sendi yang disebut kaput femoris, disebelah atas dan bawah dari
kolumna femoris terdapat taju yang disebut trokanter mayor dan
trokanter minor.Dibagian ujung membentuk persendian lutut, terdapat
dua buah tonjolan yang disebut kondilus lateralis dan
medialis.Diantara dua kondilus ini terdapat lakukan tempat letaknya
tulang tempurung lutut (patella) yang di sebut dengan fosa kondilus.
c. Osteum tibialis dan fibularis (tulang kering dan tulang betis)
Merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha
yangmembentuk persendian lutut dengan OS femur, pada bagian
ujungnya terdapat tonjolan yang disebut OS maleolus lateralis atau
mata kaki luar. OS tibia bentuknya lebih kecil dari pada bagian
pangkal melekat pada OS fibula pada bagian ujung membentuk
persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang disebut
OS maleolus medialis. Agar lebih jelas berikut gambar anatomi os tibia
dan fibula.

d. Tulang tarsalia (tulang pangkalkaki)

Dihubungkan dengan tungkai bawah oleh sendi pergelangan kaki,


terdiri dari tulang-tulang kecil yang banyaknya 5 yaitu sendi talus,
kalkaneus, navikular, osteum kuboideum, kunaiformi.
e. Meta tarsalia (tulang telapakkaki)

Terdiri dari tulang- tulang pendek yang banyaknya 5 buah, yang


masing-masing berhubungan dengan tarsus dan falangus dengan
perantara sendi.
f. Falangus (ruas jarikaki)
Merupakan tulang-tulang pipa yang pendek yang masing-masingterdiri
dari 3 ruas kecuali ibu jari banyaknya 2 ruas, pada metatarsalia bagian
ibu jari terdapat dua buah tulang kecil bentuknya bundar yang disebut
tulang bijian (osteum sesarnoid).

2. Fisiologi

Sistem musculoskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan peran


dalam pergerakan. Sistem terdiri dari tulang sendi, rangka, tendon,
ligament, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan
struktur tersebut (Price dan Wilson, 2006). Tulang adalah suatu jaringan
dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel antara lain : osteoblast, osteosit
dan osteoklas.
Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe 1 dan
proteoglikan sebagai matriks tulang dan jaringan osteoid melalui suatu
proses yang di sebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan
jaringan osteoid , osteoblas mengsekresikan sejumlah besar fosfatase
alkali, yang memegang peran penting dalam mengendapkan kalsium
dan fosfat kedalam matriks tulang, sebagian fosfatase alkali memasuki
aliran darah dengan demikian maka kadar fosfatase alkali di dalam
darah dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat pembentukan
tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis
kanker ke tulang.

Ostesit adalah sel- sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu
lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteklas
adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan
matriks tulang dapat di absorbsi. Tidak seperti osteblas dan osteosit,
osteklas mengikis tulang. Sel-sel ini menghsilkan enzim-enzim
proteolotik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang
melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke
dalam aliran darah.

Secara umum fungsi tulang Sebagai kerangka tubuh.Tulang sebagai


kerangka yang menyokong dan memberi bentuk tubuh.

1. Proteksi
Sistem musculoskeletal melindungi organ- organ penting,
misalnya otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, jantung
dan paru-paru terdapat pada rongga dada (cavum thorax) yang di
bentuk oleh tulang- tulang kostae (iga).
2. Ambulasi dan Mobilisas.
Adanya tulang dan otot memungkinkan terjadinya pergerakan
tubuh dan perpindahan tempat, tulang memberikan suatu system
pengungkit yang di gerakan oleh otot- otot yang melekat pada
tulang tersebut ; sebagai suatu system pengungkit yang
digerakan oleh kerja otot- otot yang melekat padanya.
3. Deposit Mineral
Sebagai reservoir kalsium, fosfor,natrium,dan elemen- elemen
lain. Tulang mengandung 99% kalsium dan 90% fosfor tubuh
4. Hemopoesis
Berperan dalam bentuk sel darah pada red marrow. Untuk
menghasilkan sel- sel darah merah dan putih dan trombosit
dalam sumsum merah tulang tertentu.

B. Definisi Fraktur

Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang.
Jika terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu.
Radiografi (sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak
mampu menunjukkan otot atau ligamen yang robek, saraf yang putus, atau
pembuluh darah yang pecah sehingga dapat menjadi komplikasi pemulihan klien
( Black dan Hawks, 2014).

C. Patofisiologi

Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan


fraktur. Jika ambang fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka
tulang mungkin hanya retak saja bukan patah. Jika gayanya sangat ekstrem,
seperti tabrakan mobil, maka tulang dapat pecah berkepingkeping. Saat
terjadi fraktur, otot yang melekat pada ujung tulang dapat terganggu. Otot
dapat mengalami spasme dan menarik fragmen fraktur keluar posisi.
Kelompok otot yang besar dapat menciptakan spasme yang kuat bahkan
mampu menggeser tulang besar, seperti femur. Walaupun bagian proksimal
dari tulang patah tetap pada tempatnya, namun bagian distal dapat bergeser
karena faktor penyebab patah maupun spasme pada otot-otot sekitar.
Fragmen fraktur dapat bergeser ke samping, pada suatu sudut (membentuk
sudut), atau menimpa segmen tulang lain. Fragmen juga dapat berotasi atau
berpindah.

Selain itu, periosteum dan pembuluh darah di korteks serta sumsum


dari tulang yang patah juga terganggu sehingga dapat menyebabkan sering
terjadi cedera jaringan lunak. Perdarahan terjadi karena cedera jaringan
lunak atau cedera pada tulang itu sendiri. Pada saluran sumsum (medula),
hematoma terjadi diantara fragmen-fragmen tulang dan dibawah periosteum.
Jaringan tulang disekitar lokasi fraktur akan mati dan menciptakan respon
peradangan yang hebat sehingga akan terjadi vasodilatasi, edema, nyeri,
kehilangan fungsi, eksudasi plasma dan leukosit. Respon patofisiologis juga
merupakan tahap penyembuhan tulang..

D. Manifestastasi Klinis

1. Deformitas

2. Pembengkakan

3. Memar

4. Spasme.

5. Nyeri

6. Ketegangan

7. Kehilangan.

8. Gerakan abnormal dan krepitasi.

9. Perubahan neurovaskular

10. Syok.

E. Penatalaksanaan Medis

Menurut Istianah (2017) penatalaksanaan medis antara lain :

a. Diagnosis dan penilaian fraktur

Anamnesis pemeriksaan klinis dan radiologi dilakukan dilakukan untuk


mengetahui dan menilai keadaan fraktur. Pada awal pengobatan perlu
diperhatikan lokasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan teknik yang sesuai
untuk pengobatan komplikasi yang mungkin terjadi selama pengobatan.

b. Reduksi

Tujuan dari reduksi untuk mengembalikan panjang dan kesejajaran garis


tulang yang dapat dicapai dengan reduksi terutup atau reduksi terbuka.
Reduksi tertutup dilakukan dengan traksi manual atau mekanis untuk
menarik fraktur kemudian, kemudian memanipulasi untuk mengembalikan
kesejajaran garis normal. Jika reduksi tertutup gagal atau kurang
memuaskan, maka bisa dilakukan reduksi terbuka. Reduksi terbuka
dilakukan dengan menggunakan alat fiksasi internal untuk
mempertahankan posisi sampai penyembuhan tulang menjadi solid. Alat
fiksasi interrnal tersebut antara lain pen, kawat, skrup, dan plat. Alat-alat
tersebut dimasukkan ke dalam fraktur melalui pembedahan ORIF (Open
Reduction Internal Fixation). Pembedahan terbuka ini akan
mengimobilisasi fraktur hingga bagian tulang yang patah dapat
tersambung kembali.

c. Retensi

Imobilisasi fraktur bertujuan untuk mencegah pergeseran fragmen dan


mencegah pergerakan yang dapat mengancam penyatuan. Pemasangan plat
atau traksi dimaksudkan untuk mempertahankan reduksi ekstremitas yang
mengalami fraktur.

d. Rehabilitasi

Mengembalikan aktivitas fungsional seoptimal mungkin. Setelah


pembedahan, pasien memerlukan bantuan untuk melakukan latihan.
Menurut Kneale dan Davis (2011) latihan rehabilitasi dibagi menjadi tiga
kategori yaitu :

1) Gerakan pasif bertujuan untuk membantu pasien


mempertahankan rentang gerak sendi dan mencegah timbulnya
pelekatan atau kontraktur jaringan lunak serta mencegah strain
berlebihan pada otot yang diperbaiki post bedah.

2) Gerakan aktif terbantu dilakukan untuk mempertahankan dan


meningkatkan pergerakan, sering kali dibantu dengan tangan yang
sehat, katrol atau tongkat

3) Latihan penguatan adalah latihan aktif yang bertujuan


memperkuat otot. Latihan biasanya dimulai jika kerusakan
jaringan lunak telah pulih, 4-6 minggu setelah pembedahan atau
dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan ekstremitas
atas.

F. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik, spasme otot, gerakan
fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi.

Intervensi ; manajemen nyeri

1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,


karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.
2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3) Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi
nyeri.
4) Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri.
5) Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang pemberian analgetik
tidak berhasil.

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan prifer berhubungan dengan penurunan


suplai darah ke jaringan.

1) Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap


panas/dingin/tajam/tumpul.

2) Monitor adanya paretese.

3) Intstruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau


laserasi.

4) Gunakan sarung tangan untuk proteksi.

5) Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung.

6) Monitor adanya tromboplebitis.

7) Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi.

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka, pemasangan


traksi (pen, kawat, sekrup).
1) Monitor kulit akan adanya kemerahan
2) Hindari kerutan pada tempat tidur
3) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
4) Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
5) Oleskan lition atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan
6) Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat.
4. Hambatan mobilitas berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuscular,
nyeri, terapi restriktif (imobilisasi).
NIC : Exercise therapy : ambulantion

1) Monitor vital sign sebelum / sesudah latihan dan lihat respon pasien
saat latihan
2) Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan
3) Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
4) Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi
5) Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi
6) Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
7) Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs pasien.
8) Berikan alat bantu jika klien memerlukan
9) Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer,
perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasive dan
kerusakan kulit.
NIC: Infection Control
1) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
2) Pertahankan teknik isolasi
3) Batasi pengunjung bila perlu
4) Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung
dan setelah berkunjung meninggalkan pasien.
5) Gunakan sabun antimikroba untuk mencuci tangan
6) Cuci tangan setiap dan sesudah melakukan tindakan keperawatan
7) Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat.
8) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
9) Monitor kerentanan terhadap infeksi
10) Berikan terapi antibiotik bila perlu
DAFTAR PUSTAKA

1. Nurarif.A.M dan Kusuma. H. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis &
Nanda NIC-NOC. Jogjakarta : Mediaction

2. Wijaya.A.S dan Putri.Y.M. 2013. KMB 2 Keperawatan Medical Bedah (Keperawatan Dewasa).
Bengkuli : Numed
3. Zairin. (2012). Buku Ajar Gangguan Musculoskeletal. Jakarta : Salemba

Anda mungkin juga menyukai