NURELIYATIN
18180100130
JAKARTA
2019
A. Pengertian
Trauma muskuloskeletal adalah suatu keadaan ketika seseorang
mengalami cedera pada tulang, sendi dan otot karena salah satu sebab.
Kecelakaan lalu lintas, olahraga dan kecelakaan industri merupakan penyebab
utama dari trauma muskuloskeletal. Seorang perawat dituntut untuk mengetahui
bagaimana perawatan klien dengan trauma muskuluskoletal yang mungkin
dijumpai di jalanan maupun selama melakukan asuhan keperawatan di rumah
sakit. Penangangan untuk klien dengan trauma muskuloskeletal memerlukan
peralatan serta ketrampilan khusus yang tidak semuanya dapat dilakukan oleh
perawat. Trauma muskuloskeletal biasanya menyebabkan difungsi struktur
disekitarnya dan struktur pada bagian yang dilindungi atau disanggahnya.
B. Anatomi Fisiologi
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan
mengurus pergerakan. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah
tulang dan jaringan ikat yang menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan otot
menyusun kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka,
tendon, ligament, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-
struktur ini.
a. Vitamin
c. Peredaran darah
Proses ini penting untuk fungsi normal tulang. Keadaan ini membuat
tulang dapat berespon terhadap tekanan yang meningkat dan untuk
mencegah terjadi patah tulang. Perubahan tesebut membantu
mempertahankan kekuatan tulang pada proses penuaan. Matrik organic
yang sudah tua berdegenerasi, sehingga membuat tulang relative
menjadi lemah dan rapuh. Pembentukan tulang baru memerlukan
matrik organic baru, sehingga memberi tambahan kekuatan tulang.
(Price,S.A,1995 : 1179)
Tulang ini sering terdapat dalam anggota gerak. Fungsinya sebagai alat
ungkit dari tubuh dan memungkinkan untuk bergerak. Batang atau
diafisis tersusun atas tulang kortikal dan ujung tulang panjang yang
dinamakan epifis tersusun terutama oleh tulang kanselus. Plat epifis
memisahkan epifiis dan diafisis dan merupakan pusat pertumbuhan
longitudinalpada anak-anak. Yang pada orang dewasa akan mengalami
kalsifikasi. Misalnya pada tulang humerus dan femur.
Gambar 1.2 Struktur tulang panjang
2. Tulang Pendek
3. Tulang Pipih
5. Tulang Sesamoid
Merupakan tulang kecil disekitar tulang yang berdekatan dengan
persendian dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial. Contoh :
tulang patella (Kap lutut). Bentuk dan kontruksi tulang ditentukan
fungsi dan gaya yang bekerja padanya.
Kerangka
1. Kerangka aksial
Kerangka aksial terdiri dari 80 tulang, terkelompok pada 3 daerah
yaitu:
Kolumna Vertebralis
Kolumna vertebralis terdiri atas 26 tulang berbentuk tidak teratur,
terbentang antara tengkorak dan pelvis. Juga merupakan tempat
melekatnya iga dan otot punggung. Kolumna vertebralis dibagi
dalam 7 vertebra sevikalis, 12 vertebra torakalis, 5 vertebra
lumbalis, 5 vertebra sacrum dan 4 vertebra koksigius.
Thoraks tulang
Thorak tulang terdiri tulang dan tulang rawan. Thoraks berupa
sebuah rongga berbentuk kerucut terdiri dari 12 vertebra torakalis
dan 12 pasang iga yang melingkar dari tulang belakang sampai ke
sternum.
Pada sternum terdapat beberapa titik penting yaitu supra sternal
notch dan angulus sterni yaitu tempat bertemunya manubrium dan
korpus sterni.
Bagian-bagian tersebut merupakan penunjang kepala, leher, dan
badan serta melindungi otak, medulla spinalis dan organ dalam
thoraks.
2. Kerangka Apendikular
Tulang rawan terdiri dari serat-serat yang dilekatkan pada gelatin kuat,
tetapi fleksible dan tidak bervasculer. Nutrisi melaui proses difusi gel
perekat sampai ke kartilago yang berada pada perichondium (serabut yang
membentuk kartilago melalui cairan sinovial), jumlah serabut collagen yang
ada di cartilage menentukan bentuk fibrous, hyaline, elastisitas, fibrous
(fibrocartilago) memili paling banyak serabut dan memiliki kekuatan
meregang. Fibrus cartilage menyusun discus intervertebralis articular
(hyaline) cartilage halus, putih, mengkilap, dan kenyal membungkus
permukaan persendian dari tulang dan berfungsi sebagai bantalan. Cartilage
yang elastis memiliki sedikit serat dan terdapat pada telinga bagian luar.
c. Ligamen (simplay)
Ligamen adalah suatu susunan serabut yang terdiri dari jaringan ikat
keadaannya kenyal dan fleksibel. Ligament mempertemukan kedua ujung
tulang dan mempertahankan stabilitas. Contoh ligamen medial, lateral,
collateral dari lutut yang mempertahankan diolateral dari sendi lutut serta
ligament cruciate anterior dan posterior di dalam kapsul lutut yang
mempertahankan posisi anteriorposterior yang stabil. Ligament pada daerah
tertentu melengket pada jaringna lunak untuk mempertahankan struktur.
Contoh ligament ovarium yang melalui ujung tuba ke peritoneum.
d. Tendon
e. Fascia
Bursae adalah kantong kecil dari jaringna ikat di suatu tempat dimana
digunakan di atas bagian yang bergerak. Misalnya antara tulang dan kulit,
tulang dan tendon, otot-otot. Bursae dibatasi membrane sinovial dan
mengandung caiaran sinovial. Bursae merupakan bantalan diantara bagian-
bagian yang bergerak seperti olekranon bursae terletak antara prosesus
olekranon dan kulit.
g. Persendian
Sendi yang tidak dapat bergerak atau merekat ikat, maka tidak
mungkin gerakan antara tulang-tulangnya. Sendi fibrosa tidak
mempunyai lapisan tulang rawan dan tulang yang satu dengan lainnya
dihubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa. contohnya sutura pada
tulang tengkorak, sendi kaitan dan sendi kantong (gigi), dan sindesmosis
(permukaan sendi dihubungkan oleh membran).
Sinkondrosis
Sendi yang seluruh persendianyan diliputi oleh tulang rawan hialin
Simfisis
Sendi yang tulangnya memiliki hubungan fibrokartilago dan selapis
tipis tulang rawan hialin yang menyelimuti permukaan sendi.
Contohnya :simfisis pubis (bantalan tulang rawan yang
mempersatukan kedua tulang pubis), sendi antara manubrium dan
badan sternum, dan sendi temporer / sendi tulang rawan primer yang
dijumpai antara diafisis dan epifisis.
Sendi tubuh yang dapat digerakkan. Sendi ini memiliki rongga sendi
dan permukaan sendi dilapisi tulang rawan hialin.
Kapsul sendi terdiri dari suatu selaput penutup fibrosa padat, suatu
lapisan dalam yang terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh
darah banyak dan sinovium yang membentuk suatu kantong yang
melapisi suatu sendi dan membungkus tendon-tendo yang melintasi
sendi. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang
membasahi permukaan sendi. Caiaran sinovial normalnya bening, tidak
membeku dan tidak berwarana. Jumlah yang ditemukan pada tiap-tiap
sendi relative kecil 1-3 ml. Cairan sinovial bertindak pula juga sebagi
sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi.
1. Sendi peluru
2. Sendi engsel
4. Sendi pivot
5. Sendi peluncur
h. Jaringan Penyambung
I. Otot
C. Penyebab
Penyebab umum dari truma muskuloskeletal adalah kecelekaan lalu
lintas, olahraga, jatuh dan kecelakaan industri.
1. Fraktur
Etiologi atau penyebab dari fraktur adalah kelebihan beban mekanis pada
suatu tulang, saat tekanan yang diberikan pada tulang terlalu banyak
dibandingkan yang mampu ditanggunya. (Joyce M Black, 2014)
Trauma langsung
Tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan
misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang
radius dan ulna.
Trauma tidak langsung
Trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur dimana
pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh. Misalnya, jatuh
bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius
distal patah.
2. Strain
Penyebab dari strain bisa dari trauma langsung maupun tidak langsung
misalnya (jatuh dan tumbukan pada badan) yang mendorong sendi keluar dari
posisinya kemudian meregang. (Joyce M Black, 2014)
3. Sprain
Penyebab sprain sama dengan strain yaitu trauma langsung dan trauma tidak
langsung. (Joyce M Black, 2014)
D. Manifestasi Klinik
1. Fraktur
Deformitas
Pembengkakkan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan deformitas
pada lokasi fraktur. Deformitas adalah perubahan bentuk, pergerakan
tulang jadi memendek karena kuatnya tarikan otot-otot ekstermitas. (Joyce
M Black, 2014)
Nyeri
Nyeri biasanya terus menerus menigkat jika fraktur tidak diimobilisasi.
(Brunner, 2001)
Pembengkakkan atau edema
Edema terjadi akibat akumulasi cairan serosa pada lokasi fraktur serta
ekstravasasi cairan serosa pada lokasi fraktur ekstravasi darah ke jaringan
sekitar
Hematom atau memar
Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur.
Kehilangan fungsi dan kelainan gerak. (Joyce M Black, 2014)
2. Strain
Nyeri
Kelemahan otot
Pada sprain parah, otot atau tendon mengalami ruptur secara parsial atau
komplet bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan pasien akibat hilangya
fungsi otot. (Joyce M Black, 2014)
3. Sprain
Adanya robekan pada ligamen
Nyeri
Hematoma atau memar. (Joyce M Black, 2014)
E. Patofisiologi
1. Fraktur
Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan
fraktur, jika ambang fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang
mungkin hanya retak saja dan bukan patah. Jika gayanya sangat ekstrem,
seperti tabrakan mobil, maka tulang dapat pecah berkeping-keping. Saat
terjadi fraktur, otot yang melekat pada ujung tulang akan terganggu. Otot
dapat mengalami spasme dan menarik fragmen fraktur keluar posisi.
,Kelompok otot yang besar dapat menciptakan spasme yang kuat dan bahkan
mampu menggeser tulang besar, seperti femur. Perdarahan terjadi karena
cedera jaringan lunak atau cedera pada tulang itu sendiri. Pada saluran
sumsum (medula), hemotoma terjadi diantara fragmen-fragmen tulang dan
dibawah periosteum. Jaringan tulang disekitar lokasi fraktur akan mati dan
menciptakan respon peradangan yang hebat. Akan terjadi vasodilatasi, edema,
nyeri, kehilangan fungsi, esudasi plasma dan leukosit. (Joyce M Black, 2014)
2. Strain
Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung maupun trauma
tidak langsung, cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah,
kontraksi otot yang berlebihan, otot yang belum siap terjadi pada bagian groin
muscles (otot pada kunci paha) dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang
baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan membengkak.
3. Sprain
Adanya tekanan eksternal yang berlebihan menyebabkan suatu
masalah yang disebut sprain yang terutama terjadi pada ligamen. Ligamen
akan mengalami robek dan kemudian akan kehilangan kemampuan
stabilitasnya. Hal tersebut akan membuat pembuluh darah pecah dan akan
menyebabkan hemotama serta nyeri.
F. Pathways
H. Penatalaksanaan
Tujuan utama dalam penanganan awal adalah untuk mempertahankan
kehidupan pasien dan yang kedua adalah mempertahankan baik anatomi maupun
fungsi ekstremitas seperti semula. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam penanganan trauma musculo sceletal yang tepat adalah:
1. Survey Primer
Setelah pasien sampai di UGD yang pertama kali dilakukan adalah
menggunakan dan mengaplikasikan prinsip ABCDE (Airway, Breathing,
Circulation,Disability Limitation, Exposure).
A. Airway.
Dengan control servikal. Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran
jalan nafas ini. Ini meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas oleh
adanya benda asing atau fraktur bagian wajah. Usaha untuk membebaskan
jalan nafas harus memproteksi tulang cervikal, karena itu tehnik Jaw
Thrust dapat digunakan. Pasien dengan gangguan kesadaran atau GCS
kurang dari 8 biasanya memerlukan pemasangan airway definitif.
B. Breathing.
Setelah mengamankan airway maka selanjutnya kita harus menjamin
ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik meliputi fungsi paru – paru yang
baik, dinding dada dan diafragma. Beberapa sumber mengatakan pasien
dengan fraktur ekstremitas bawah yang signifikan sebaiknya diberi high
flow oxygen 15 / m lewat non – breathing mask dengan resevoir bag.
C. Circulation.
Ketika mengevaluasi sirkulasi maka yang harus diperhatikan adalah
volume darah, pendarahan, dan cardiac output. Pendarah sering menjadi
permasalahan utama pada kasus patah tulang, terutama patah tulang
terbuka. Patah tulang ( fraktur) femur dapat menyebabkan kehilangan
darah dalam paha 3 – 4 unit darah dan membuat syok kelas III.
Menghentikan pendarahan yang terbaik adalah menggunakan penekanan
langsung dan meninggikan lokasi atau ekstremitas yang mengalami
pendarahan diatas level tubuh. Pada patah tulang terbuka, penggunaan
balut tekan steril umumnya dapat menghentikan pendarahan.
D. Disability,
Menjelang akhir survey primer maka dilakukan evaluasi singkat terhadap
keadaan neurologis, yang dinilai disini adalah tingkat kesadaran, ukuran
dan reaksi pupii, tanda – tanda lateralisasi dan tingkat cedera spinal.
E. Exposure
Pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya, seiring dengan cara
mengguntig, guna memeriksa dan evaluasi pasien. Setelah pakaina dibuka,
penting bahwa pasien diselimuti untuk mencegah hipotermia pada pasien.
2. Survey Secondary
Bagian dari survey secondary pada pasien cedera muskoluskeletal
adalah anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tujuan dari survey secondary adalah
mencari cedera lain yang mungkin terjadi pada pasien sehingga tidak satupun
terlewat dan tidak terobati.
Apabila pasien sadar dan dapat bicara maka kita harus mengambil
riwayat SAMPLE dari pasien yaitu, Sign and symptoms, Allergies,
Mediaction, Past Medical History, Last Ate and Even ( kejadian, atau
mekanisme kecelakaan). Mekanisme kecelakaan penting untuk ditanyakan
untuk mengetahui dan memperkirakan cedera apa yang yang dimiliki oleh
pasien, terutama jika kita masih curiga ada cedera yang belum diketahui saat
primary survey. Selain riwayat SAMPLE, penting juga untuk mencari
informasi mengenai penanganan sebelum pasien sampai dirumah sakit.
Pemeriksaan fisik pasien, beberapa hal penting yang penting untuk
dievaluasi adalah: kulit yang melindungi pasien dari kehilangan cairan dan
infeksi, fungsi status neuromuscular, status sirkulasi, dan integritas ligamentum
dan tulang. Cara pemeriksaan dapat dilakukan dengan Look, Feel, Move.
Berikut adalah penanganan yang terjadi pada beberapa kejadian
trauma musculosceletal:
1. Fraktur
a. Imobilisasi
Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksternal dan internal
mempertahankan dan mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu
dipantau meliputi peredaran darah, nyeri, perabaan dan gerakan. Perkiraan
waktu untuk imobilisasi yang dibutuhkan untuk penyatuan tulang yang
mengalami fraktur adalah sekitar 3 bulan. (Amin Huda Nurarif, 2015).
Alat imobilisasi yang sering digunakan, antara lain :
Bidai
Bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan atau
fiksasi tulang yang patah. Tujuan pemasangan bidai untuk mencegah
pergerakan tulang yang patah. Syarat pemasangan bidai dimana dapat
mempertahankan kedudukan 2 sendi tulang didekat tulang yang patah
dan pemasangan bidai tidak boleh terlalu kencang atau ketat, karena
akan merusak jaringan tubuh. (Yanti Ruly Hutabarat, 2016)
Gips
Gips merupakan alat fiksasi untuk penyembuhan tulang. Gips memiliki
sifat menyerap air dan bila itu terjadi akan timbul reaksi eksoterm dan
gips akan menjadi keras.
b. Reduksi
Langkah pertama pada penanganan fraktur yang bergeser adalah
reduksi. Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi. Reduksi merupakan manipulasi tulang untuk
mengembalikan kelerusan, posisi dan panjang dengan mengembalikan
fragmen tulang sedekat mungkin serta tidak semua fraktur harus direduksi.
(Joyce M Black, 2014).
Reduksi terbagi atas dua bagian, yaitu :
Reduksi tertutup
Pada banyakan kasus fraktur, reduksi tertutup dilakukan dengan
mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling
berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Reduksi tertutup
harus segera dilakukan setelah cedera untuk menimilkan efek
deformitas dari cedera tersebut. (Brunner, 2001)
Reduksi terbuka
Reduksi terbuka merupakan prosedur bedah dimana fragmen fraktur
disejajarkan. Reduksi terbuka sering kali dikombinasikan dengan
fiksasi internal untuk fraktur femur dan sendi. Alat fiksasi internal
dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam dapat
digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya
sampai penyembuhan tulang. (Brunner, 2001)
c. Traksi
Traksi adalah pemberian gaya tarik terhadap bagian tubuh yang cedera,
sementara kontratraksi akan menarik ke arah yang berlawanan. Traksi
dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi.
Beratnya trasi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi. (Brunner,
2001)
2. Strain
Istirahat, kompres dengan air dingin dan elevasi (RICE) untuk 24-48 jam
pertama
Perbaikan bedah mungkin diperlukan jika robekan terjadi pada hubungan
tendon-tulang
Pemasangan balut tekan
Selama penyembuhan (4-6 minggu) gerakan dari cedera harus
diminimalkan. (Joyce M Black, 2014)
3. Sprain
Istirahat akan mencegah cedera tambahan dan mempercepat penyembuhan
Meniggikan bagian yang sakit akan mengontrol pembengkakkan
Kompres air dingin, diberikan secara intermiten 20-30 menit selama 24-48
jam pertama setelah cedera. Kompres air dingin menyebabkan
vasokontriksi akan mengurangi perdarahan dan edema (Jangan berlebihan
nanti akan mengakibatkan kerusakan kulit). (Brunner, 2001)
Burner dan Sudarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah. Jakarta; EGC
Herdman Heather T dan Shigemi Kamitsuru. 2015. Nanda Internasional Defining The
Knowledge Of Nursing Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015- 2017.
Edisi 10. Jakarta: EGC
M Black Joyce dan Jane Hokanson Hawks. 2014. Keperawatan Medical Bedah
Manajemen Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan. Jakarta; CV Pentasada Media
Edukasi
Nuririf Huda Amin dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jilid 2.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi
Indikatator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta Selatan; Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia
Yanti Ruly Hutabarat dan Chandra syah Putra. 2016. Asuhan Keperawatan
Kegawatdaruratan. Bogor; IN MEDIA