LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN
FRAKTUR CRURIS DI RUANG SERUNI DI RSUD
dr. SOEBANDI KABUPATEN JEMBER
oleh:
Retno Puji Astuti, S. Kep.
NIM 122311101027
A. Konsep Teori
1. Definisi
Berikut adalah pengertian fraktur menurut beberapa ahli:
a. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik (Price & Wilson, 2006).
b. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan di tentukan sesuai jenis
dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang di kenai stress yang lebih besar
dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer & Bare, 2002).
c. Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula
yang biasanya terjadi pada bagian proksimal (kondilus), diafisis, atau
persendian pergelangan kaki (Muttaqin, 2008).
Berdasarkan pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa fraktur
cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan di tentukan sesuai jenis dan
luasnya, yang di sebabkan oleh trauma atau tenaga fisik yang terjadi pada
tulang tibia dan fibula.
Berikut adalah anatomi dan fisiologi tulang:
a. Anatomi Tulang
Tulang adalah jaringan yang kuat dan tangguh yang memberi
bentuk pada tubuh. Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang
mendukung dan melindungi organ lunak, terutama dalam tengkorak dan
panggul. Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi
tubuh dan tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakan
kerangka tubuh. Tulang juga merupakan tempat primer untuk
menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat (Price dan Wilson, 2006).
Berikut adalah gambar anatomi tulang manusia:
pada
bagian
pangkal
yang
berhubungan
dengan
Keterangan:
1
= tulang fibula
= tulang tibia
4
5 Gambar 4. Tulang tibia dan fibula dari belakang
6 Keterangan Tulang Tibia:
1
= Condylus medialis
= Margo intercosseus
= Margo medialis
= Foramen Nutricium
= Suleus malleolaris
= Facies interosseus
10 = Malleolus medialis
11
12
1
= Margo posterior
fibulae
= Malleolus lateralis
= Caput fibulae
= Facies artcilaris
= Facies posterior
= Crista medialis
malleoli
5.
b. Kompartemen lateral : otot peroneus longus dan brevis,
nervus peroneal superfisial.
6.
c. Kompartemen posterior superfisial : otot gastrocnemius dan
soleus, nervus sural.
d. Kompartemen posterior profunda : otot tibialis posterior dan
flexor ibu jari kaki, nervus tibia.
7.
8. Tulang tarsalia (tulang pangkal kaki)
9. OS tarsalia dihubungkan dengan tungkai bawah oleh sendi
pergelangan kaki, terdiri dari tulang-tulang kecil yang banyaknya 5
yaitu sendi talus, kalkaneus, navikular, osteum kuboideum,
kunaiformi.
10. Meta tarsalia (tulang telapak kaki)
11.
osteoid melalui suatu proses yang di sebut osifikasi. Ketika sedang aktif
menghasilkan jaringan osteoid , osteoblas mengsekresikan sejumlah
besar
fosfatase
alkali,
yang
memegang
peran
penting
dalam
yang
mempengaruhi
pertumbuhan
tulang
dalam
tubuh
dengan
merangsang
pertumbuhan
otot,
bentuk tubuh.
2) Proteksi
20.
Adanya
tulang
dan
otot
memungkinkan
terjadinya
dan elemen-
menghasilkan sel- sel darah merah dan putih dan trombosit dalam
sumsum merah tulang tertentu.
10
24.Berikut adalah sistem otot yang digunakan pada os tibia dan fibula:
a. Otot-otot penggerak tungkai bawah bagian belakang
1) m.gastrocnemius (caput mediale dan caput lateral) untuk plantar
fleksi kaki dan fleksi sendi lutut.
2) m.soleus untuk plantar fleksi kaki pada sendi pergelangan kaki.
3) m.tibialis posterior untuk plantar fleksi kaki pada sendi pergelangan
kaki dan inversi kaki.
4) m.plantaris untuk plantar fleksi sendi pergelangan kaki dan fleksi
sendi lutut.
25.
b. Otot-otot penggerak tungkai bawah bagian lateral
1) m.peroneus longus untuk plantar fleksi kaki dan eversi kaki.
2) m.peroneus brevis untuk plantar fleksi dan eversi kaki.
c. Otot-otot penggerak tungkai bawah bagian depan
1) m.extensor digitorum longus untuk distensi jari kaki.
2) m.tibialis anterior untuk ekstensi kaki pada semi pergelangan kaki
dan inverse.
d. Otot-otot penggerak sendi lutut
1) Otot penggerak fleksi lutut antara lain musculus biceps femoris ,
musculus semi tendi nosus, semi membranosus.
2) Otot penggerak ekstensi lutut antara lain musculus vastus lateralis,
vastus intermedius, musculus vastus medialis, musculus rectus
femoris.
3) Otot penggerak eksorotasi lutut antara lain musculus biceps femoris,
musculus extensor fascialata, musculus gastrocnemius caput
medialis.
4) Otot
penggerak
endorotasi
lutut
antara
lain
musculus
11
1) Otot
penggerak
plantar
fleksi
antara
lain
musculus
3
2
4
7
8
5
26.
27.
28.
Keterangan gambar:
= m. Fibularis (peroneus)
3
4
5
2
longus
= m. Tibialis anterior
= m. Gastrocnemius
= m. Soleus
6
7
8
12
foramen
posterior
ditutupi
oleh
tepian
m.Biceps
femoris
dan
13
16
17 Keterangan:
18 1. Sciatic nerve
7. M. Peroneus longus
19 2. Comon peroneal nerve
8. M. extensor hallucis longus
20 3. Deep peroneal nerve
9. M. peroneus brevis
21 4. M. tibialis anterior
10. M. peroneus tertius
22 5. Supervicial peroneal nerve11. M. extensor digitorium brevis
23 6. M. extensor digitorium longus
12. Sural nerve
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
14
2. Epidemiologi
35 Fraktur diafisis tibia dan fibula bervariasi menurut umur penderita
dan jenis trauma yang terjadi. Pada bayi dan anakanak yang muda, fraktur
bersifat spiral pada tibia dengan fibula yang intak. Pada umur 3-6
tahun,biasanya terjadi stres torsional pada tibia bagian medial yang
akanmenimbulkan fraktur green stick pada metafisis atau diafisis
proksimaldengan fibula yang intak. Pada umur 5-10 tahun, frkatur biasanya
bersifattransversal dengan atau tanpa fraktur fibula. Fraktur tibia dan fibula
dapat bersifat tertutup atau terbuka.
3. Etiologi
36 Etiologi dari fraktur menurut Price dan Wilson (2006) ada 3 yaitu
sebagai berikut:
a. Cidera atau benturan
37 Kekuatan langsung mengenai tulang maka dapat teradi patah pada
tempat yang terkena, akan mengakibatkan kerusakan pada jaringan
lunak disekitarnya. Jika kekuatan tidak langsung mengenai tulang maka
terjadi fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena dan
kerusakan jaringan lunak ditempat yang terkena dan kerusakan jaringan
lunak ditempat fraktur mungkin tidak ada. Fraktur karena trauma ada 2
yaitu:
1. Trauma langsung adalah benturan pada tulang yang berakibat
ditempat tersebut.
2. Trauma tidak langsung adalah titik tumpu benturan dengan
terjadinya fraktur yang berjauhan.
b. Fraktur patologik
38 Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah
menjadi lemah oleh karena tumor, kanker dan osteoporosis. Penyebab
dari fraktur cruris dapat disebabkan oleh adanya trauma akibat benturan
keras pada tungkai bawah. Benturan tersebut terjadi akibat kecelakan.
Selain itu, fraktur cruris juga disebabkan oleh penekukan atau penarikan
tendon dan ligament yang dapat berakibat terpisahnya tulang.
c. Fraktur beban
39 Fraktur baban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang- orang
yang baru saja menambah tingkat aktivitas mereka, seperti baru di terima
dalam angkatan bersenjata atau orang- orang yang baru mulai latihan lari.
15
d. Spontan
40 Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.
41
42
43
4. Klasifikasi
a. Menurut Mansjoer (2002) ada tidaknya hubungan antara patahan tulang
dengan dunia luar di bagi menjadi 2 sebagai berikut:
1. Fraktur tertutup (closed)
44
Fraktur tertutup adalah fraktur yang bila tidak terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut dengan
fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Pada
fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan
jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
a) Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera
jaringan lunak sekitarnya.
b) Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan
jaringan subkutan.
c) Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan
lunak bagian dalam dan pembengkakan.
d) Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang
nyata dan ancaman sindroma kompartement.
2. Fraktur terbuka (open/ compound fraktur)
45
Fraktur terbuka adalah fraktur yang bila tulang yang patah
menembus otot dan kulit yang memungkinkan / potensial untuk
terjadi infeksi dimana kuman dari luar dapat masuk ke dalam luka
sampai ke tulang yang patah. Derajat patah tulang terbuka dibagi
menjadi 3, yaitu:
a) Derajat I apabila laserasi < 2 cm, fraktur sederhana, dislokasi
fragmen minimal.
b) Derajata II apabila laserasi > 2 cm, kontusio otot dan sekitarnya,
dislokasi fragmen jelas.
c) Derajat III apabila luka lebar, rusak hebat, atau hilang jaringan
sekitar.
1) Derajat IIIA: patah tulang terbuka dengan jaringan luas,
tetapi masih bisa menutupi patahan tulang saat dilakukan
perbaikan.
16
17
1. Fraktur Komunitif : fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan
saling berhubungan.
2. Fraktur Segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
tidak berhubungan.
3. Fraktur Multiple : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
tidak pada tulang yang sama.
48
5. Patofisiologi/ Patologi
49 Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup.
Tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar. Sedangkan fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit (Smelter dan Bare,
2002). Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat
patah ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga
biasanya mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat
setelah fraktur. Sel- sel darah putih dan sel anast berakumulasi
menyebabkan peningkatan aliran darah ketempat tersebut aktivitas
osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru umatur yang disebut callus.
Bekuan fibrin direabsorbsidan sel- sel tulang baru mengalami remodeling
untuk membentuk tulang sejati. Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan
serabut syaraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak di tangani
dapat menurunkan asupan darah ke ekstrimitas dan mengakibatkan
kerusakan syaraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan akan
mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dan
berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut syaraf maupun
jaringan otot. Komplikasi ini di namakan sindrom compartment (Brunner
dan Suddarth, 2002).
50 Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan
ketidak seimbangan, fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan fraktur
tertutup. Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak seperti
tendon, otot, ligament dan pembuluh darah ( Smeltzer dan Bare, 2001).
Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita
komplikasi antara lain : nyeri, iritasi kulit karena penekanan, hilangnya
18
kekuatan otot. Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagian tubuh di
imobilisasi, mengakibatkan berkurangnyan kemampuan prawatan diri
(Carpenito, 2007).
51 Reduksi terbuka dan fiksasi interna (ORIF) fragmen- fragmen
tulang di pertahankan dengan pen, sekrup, plat, paku. Namun pembedahan
meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Pembedahan itu sendiri
merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang seluruhnya tidak
mengalami cedera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan
selama tindakan operasi (Price dan Wilson, 2006).
52
6. Manifestasi Klinis
53 Manifestasi klinis fraktur menurut Smelzter & Bare (2002) adalah
sebagai berikut:
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang di
imobilisasi, spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang di rancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen
tulang.
b. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung
bergerak tidak alamiah bukan seperti normalnya, pergeseran fraktur
menyebabkan deformitas, ekstrimitas yang bias di ketahui dengan
membandingkan dengan ekstrimitas yang normal. Ekstrimitas tidak
dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada
integritas tulang tempat melekatnya otot.
c. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.
d. Saat ekstrimitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
yang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan yang lainya.
e. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai
akibat dari trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini
biasanya baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera
54
7. Pemeriksaan Penunjang
19
20
68
69
merupakan
kontraksi
otot
tanpa
perubahan panjang otot atau tanpa gerakan sendi yang nyata. Tujuan
static contraction adalah untuk meningkatkan rileksasi otot dan
sirkulasi darah serta menurunkan nyeri setelah fraktur dalam proses
penyembuhan. Pada kasus ini static contraction ditujukan untuk otot
21
72
73
74
75
3. Relaxed passive exercise
76
Passive exercise merupakan gerak yang dihasilkan oleh
kekuatan dari luar tanpa disertai kontraksi otot. Kekuatan dari luar
tersebut berupa gravitasi, mekanik, orang lain atau bagian lain dari
tubuh pasien itu sendiri. Passive exercise dapat menjaga elastisitas
otot sehingga dapat memelihara luas gerak sendi. Passive exercise
dilakukan pada hari pertama sampai dengan hari keenam pasca
operasi. Pada hari pertama sampai hari ketiga latihan dilakukan
dengan posisi pasien tidur terlentang, terapis berada di samping
pasien. Terapis memfiksasi fragmen bagian distal dan satu tangan
menyangga tungkai bawah. Terapis menggerakkan ke arah fleksi dan
ekstensi. Untuk hari keempat sampai keenam latihan dilakukan
dengan posisi tengkurap. Gerakan ini dilakukan 5-10 kali
22
78
77 .
Gambar 3. Relaxed passive exercise ke arah dorsi-plantar fleksi
79
80
kekuatan
dari
luar,
sedangkan
pasien
tetap
83
82
Gambar 4. Gerakan assisted active untuk sendi lutut fleksi-ekstensi
23
84
5. Free active exercise
85
Free active exercise yaitu suatu gerakan aktif yang
dilakukan oleh adanya kekuatan otot dan anggota tubuh itu sendiri
tanpa bantuan, gerakan yang dihasilkan oleh kontraksi dengan
melawan pengaruh gravitasi (Basmajian, 1978). Latihan ini
dilakukan pada hari ketiga sampai hari keenam. Posisi pasien yaitu
duduk ongkang-ongkang. Terapis berada di samping pasien dan
memberi fiksasi pada tungkai atas sedekat mungkin dengan lutut
kemudian pasien diminta untuk menekuk lutut (fleksi) dan
meluruskan lutut (ekstensi) dilakukan 8 kali.
86
87
88
6. Hold relax
89
Posisi pasien duduk long sitting atau tidur terlentang tangan
kiri terapis memfiksasi atas ankle lalu tangan kanan terapis berada
dibawah tumit kaki pasien dengan lengan bawah berada di telapak
kaki pasien sebagai tahanan. Setelah siap pasien melakukan gerakan
ke arah dorsi fleksi hingga batas nyeri, setelah itu pasien diminta
untuk melawan tahanan ke arah plantar fleksi lalu terapis memberi
aba-aba pertahankan disini. Setelah itu rileks dan terapis berusaha
menambah gerakan ke arah dorsi fleksi. Latihan ini dapat
mengurangi nyeri dan meningkatkan luas gerak sendi lutut. Latihan
ini dilakukan pada hari keempat sampai hari keenam pasca operasi.
Gerakan ini dilakukan 12 kali pengulangan.
90
24
91
92
95
96
25
8. Latihan duduk
a. Latihan duduk Long Sitting
98
Posisi awal pasien tidur terlentang satu tangan terapis
diletakkan di punggung pasien. Untuk menahan agar tidak jatuh,
pasien diminta bangun dengan kedua siku sebagai tumpuan,
kemudian kedua telapak tangan pasien menumpu setelah badan
condong ke belakang/posisi long sitting, kedua tangan menumpu
ke belakang badan.
99
100
101 Gambar 8. Duduk long sitting
b. Latihan duduk ongkang-ongkang
102 Posisi awal pasien duduk half lying dengan long sitting,
terapis berdiri disamping pasien, tungkai kanan yang sehat
disuruh menekuk. Kedua tangan sebagai tumpuan dan terapis
menyangga tungakai yang cidera. Dan pelan-pelan pasien disuruh
menggeser pantatnya, terapis membawa tungkai kedua tungkai
kesamping bed sampai kedua lutut di tepi bed kedua tangan
pasien menumpu untuk menyangga tubuh, kemudian kedua
tungkai dalam keadaan menggantung.
26
103
104 Gambar 9. Duduk ongkang-ongkang
105
9. Latihan jalan
106
Latihan jalan dapat dimulai pada hari ketiga pasca operasi.
Latihan jalan dengan menggunakan kruk atau walker dapat
memperbaiki aktifitas fungsional jalan. Sebelum latihan jalan
penderita diberikan latihan transfer secara bertahap mulai dari posisi
tidur terlentang ke posisi duduk, duduk ke berdiri. Pada saat duduk
dan berdiri diberikan latihan keseimbangan yaitu dengan memberi
dorongan ke depan, belakang, samping kanan dan kiri. Latihan jalan
bisa dimulai dari tingkat yang paling aman yaitu dengan walker yang
mempunyai stabilitas lebih tinggi daripada kruk. Apabila dengan
walker kemampuan jalan penderita mulai meningkat kemudian dapat
diganti dengan kruk. Latihan jalan dilakukan tanpa menumpu berat
badan (non weight bearing) yaitu kaki yang sehat menumpu sedang
kaki yang sakit tidak menumpu dan dengan metode swing yang
terdiri dari swing to dan swing trough. Swing to yaitu kedua kruk
maju kemudian diikuti kedua kaki diayunkan ke depan dengan posisi
kaki saat menumpu sejajar dengan kedua kruk. Swing trough yaitu
kedua kruk maju kemudian diikuti kedua kaki diayunkan ke depan
dengan posisi kaki saat menumpu melewati kruk. Latihan jalan
pertama kali diberikan dengan jarak yang dekat seperti di sekitar
tempat tidur baru kemudian ditambah dengan jarak yang lebih jauh
27
bertahap dari hari ke hari. Pasien diminta untuk tetap berjalan seperti
yang diajarkan terapis yaitu tanpa menumpu berat badan sampai
menunggu jadwal kontrol ke dokter dimana hasil dari kontrol
tersebut menjadi pertimbangan apakah pasien diperbolehkan partial
weight bearing (setengah menumpu berat badan) atau weight
bearing sekaligus.
107
108
109 Gambar 10. Latihan jalan
110
b. Edukasi
111 Edukasi adalah anjuran tentang apa yang seharusnya dilakukan
oleh pasien selama berada di bangsal ataupun setelah pasien pulang ke
rumah. Edukasi yang diberikan berupa home program antara lain:
1. memberikan motivasi agar pasien terus berlatih;
2. untuk mengurangi oedem pasien disuruh menyangga tungkai yang
sakit dengan bantal dan diletakkan lebih tinggi dari posisi jantung;
3. menganjurkan pada pasien untuk melakukan gerakan dorsi fleksiplantar fleksi maupun inversi-eversi, fleksi-ekstensi lutut secara aktif
yang
sebelumnya
diberikan
contoh
oleh
fisioterapi;
dan
28
a. Rekognisi (Pengenalan)
114 Riwayat kecelakaan, derajat keparahan, harus jelas untuk
menentukan diagnosa dan tindakan selanjutnya. Contoh, pada tempat
fraktur tungkai akan terasa nyeri sekali dan bengkak. Kelainan bentuk
yang nyata dapat menentukan diskontinuitas integritas rangka.
b. Reduksi (Manipulasi/ Reposisi)
115 Reduksi adalah usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen
fragmen tulang yang patah sedapat mungkin kembali lagi seperti letak
asalnya. Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali
seperti semula secara optimal. Reduksi fraktur dapat dilakukan dengan
reduksi tertutup, traksi, atau reduksi terbuka. Reduksi fraktur dilakukan
sesegera
mungkin
untuk
mencegah
jaringan
lunak
kehilangan
29
117
118 Gambar 3. Pemasangan OREF pada tibia dan fibula
119 Prinsip dasar dari teknik ini adalah dengan menggunakan pin yang
diletakkan pada bagian proksimal dan distal terhadap daerah atau zona
trauma, kemudian pin-pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan
rangka luar atau eksternal frame atau rigid bars yang berfungsi untuk
menstabilisasikan fraktur. Alat ini dapat digunakan sebagai temporary
treatment untuk trauma muskuloskeletal atau sebagai definitive treatment
berdasarkan lokasi dan tipe trauma yang terjadi pada tulang dan jaringan
lunak (Muttaqin, 2008).
d. Rehabilitasi
120 Rehabilitasi dilakukan untuk aktifitas fungsional semaksimal
mungkin dalam menghindari atropi atau kontraktur. Bila keadaan
mmeungkinkan, harus segera dimulai melakukan latihan-latihan untuk
mempertahankan kekuatan anggota tubuh dan mobilisasi (Mansjoer,
2000).
121
sebagai berikut:
a. Tahap pembentukan hematom
122 Dalam 24 jam pertama mulai terbentuk bekuan darah dan fibrin
yang masuk ke area fraktur. Suplai darah meningkat dan terbentuk
hematom yang berkembang menjadi jaringan granulasi sampai hari
kelima.
b. Tahap proliferasi
123 Dalam waktu sekitar 5 hari, hematom akan mengalami organisasi.
Terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan dara, membentuk
30
31
32
sisi
fraktur
yang
membentuk
disebabkan
sendi
karena
palsu
aliran
atau
darah
33
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
C. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas Pasien
174Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat,status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakitdan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
175Adanya rasa nyeri pada daerah fraktur atau tidak
3) Riwayat Penyakit Sekarang
176Kaji kronologi terjadinya trauma yang menyebabkan patah tulang
kruris, pertolongan apa yang di dapatkan, apakah sudah berobat ke
dukun patah tulang. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme
terjadinya kecelakaan, perawat dapat mengetahui luka kecelakaan yang
lainya. Adanya trauma lutut berindikasi pada fraktur tibia proksimal.
Adanya trauma angulasi akan menimbulkan fraktur tipe konversal atau
oblik pendek, sedangkan trauma rotasi akan menimbulkan tipe spiral.
Penyebab utama fraktur adalah kecelakaan lalu lintas darat.
4) Riwayat Penyakit dahulu
177Pada beberapa keadaan, klien yang pernah berobat ke dukun patah
tulang sebelumnya sering mengalami mal-union. Penyakit tertentu
seperti kanker tulang atau menyebabkan fraktur patologis sehingga
tulang sulit menyambung. Selain itu, klien diabetes dengan luka di kaki
sangat beresiko mengalami osteomielitis akut dan kronik serta penyakit
diabetes menghambat penyembuhan tulang.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
34
35
186
fraktur, selain itu dapat juga terjadi ganggguan konsep diri body
image, jika terjadi atropi otot kulit pucat, kering dan besisik.
Dampak psikologis ini dapat muncul pada pasien yang masih
dalam perawatan dirumah sakit. Hal ini dapat terjadi karena adanya
program immobilisasi serta proses penyembuhan yang cukup lama.
g. Riwayat Spiritual
187
Pada pasien post operasi fraktur tibia riwayat spiritualnya
tidak mengalami gangguan yang berarti, pasien masih tetap bisa
bertoleransi terhadap agama yang dianut, masih bisa mengartikan
makna dan tujuan serta harapan pasien terhadap penyakitnya.
h. Riwayat Sosial
188
Dampak sosial adalah adanya ketergantungan pada orang
lain dan sebaliknya pasien dapat juga menarik diri dari
lingkungannya karena merasa dirinya tidak berguna (terutama
kalau ada program amputasi).
2. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing)
189 Pre operasi: pada pemeriksaan sistem pernafasan tidak mengalami
gangguan.
190 Post operasi: biasanya terjadi reflek batu tidak efektif sehingga
terjadi penurunan akumulasi sekret. Bisa terjadi apneu, lidah ke
belakang akibat general anastesi, RR meningkat karena nyeri.
b. B2 (Blood)
191 Pre operasi: dapat terjadi peningkatan tekanan darah, peningkatan
nadi dan respirasi karena nyeri, peningkatan suhu tubuh karena terjadi
infeksi terutama pada fraktur terbuka.
192 Post operasi: dapat terjadi peningkatan tekanan darah, peningkatan
nadi dan respirasi karena nyeri, peningkatan suhu tubuh karena terjadi
infeksi terutama pada proses pembedahan.
c. B3 (Brain)
193 Pre operasi: tingkat kesadaran biasanya compos mentis.
194 Post operasi: dapat terjadi penurunan kesadaran akibat tindakan
anastesi, nyeri akibat pembedahan.
d. B4 (Bladder)
36
195 Pre operasi: biasanya klien fraktur tidak mengalami kelainan pada
sistem ini.
196 Post operasi: terjadi retensi urin akibat general anastesi.
e. B5 (Bowel)
197 Pre operasi: pemenuhan nutrisi dan bising usus biasanya normal,
pola defekasi tidak ada kelainan.
198 Post operasi: penurunan gerakan peristaltic akibat general anastesi.
f. B6 (Bone)
199 Pre operasi: adanya deformitas, nyeri tekan pada daerah trauma.
200 Post operasi: gangguan mobilitas fisik akibat pembedahan.
201
D. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nyeri, gangguan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
musculoskeletal
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan imobilitas
Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (trauma)
Resiko perdarahan berhubungan dengan trauma
Resiko syok berhubungan dengan hipovolemik
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, luka
Deprivasi tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik: nyeri
Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan tidak
beraktivitas
10. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan musculoskeletal
11. Resiko jatuh berhubungan dengan penggunaan alat bantu
12. Intoleran aktivitas berhubungan dengan imobilitas
13. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan gangguan
musculoskeletal
14. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
6. Intervensi Keperawatan
202
N
203 Diagnosa
Keperawatan
206207
Ketidakefektifan
1 pola nafas berhubungan
dengan nyeri, gangguan
musculoskeletal (00032)
208
209
Definisi:
210
Inspirasi dan/atau
ekspirasi yang tidak
member ventilasi adekuat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
214 NIC
215 Airway M
Buka jalan
atau jaw thrust b
Posisikan
ventilasi
Identifikasi
jalan nafas buata
Pasang mayo
Lakukan fisi
Keluarkan s
37
7.
8.
9.
10.
11.
12.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
220221
Ketidakefektifan
2 perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan
imobilitas (00204)
222
223
Definisi:
224
Penurunan
sirkulasi darah ke perifer
yang dapat mengganggu
kesehatan
1.
2.
3.
1.
2.
225 NOC
Status sirkulasi
Integritas jaringan
Perfusi jaringan perifer
226
227 Kriteria hasil:
Menunjukkan keseimbangan cairan,
integritas jaringan: kulit dan membrane
mukosa dan perfusi jaringan perifeR
Ekstremitas bebas dari lesi
228
1.
2.
3.
4.
Auskultasi
tambahan
Lakukan suc
Berikan bron
Berikan pel
Lembab
Atur intake
keseimbangan.
Monitor resp
216
217 Terapi Ok
Bersihkan m
Pertahankan
Atur peralat
Monitor alir
Pertahankan
Observasi ad
Monitor ad
oksigenasi
218
219 Vital sign
Monitor TD
Catat adanya
Monitor VS
berdiri
Auskultasi
bandingkan
Monitor TD
setelah aktivitas
Monitor kua
Monitor frek
Monitor sua
Monitor pol
Monitor suh
Monitor sian
Monitor ada
yang melebar, br
Identifikasi
229 NIC
230 Perawata
Lakukan pe
sirkulasi perifer
Pantau ting
saat melakukan
Pantau stat
haluaran
Ajarkan pas
kaki yang tepat
231
232 Perawata
38
1.
2.
235236
Nyeri akut
3 berhubungan dengan
agens cedera fisik
(trauma) (00132)
237
238
Definisi:
239
Pengalaman
sensori dan emosional
tidak menyenangkan
yang muncul akibat
kerusakan jaringan actual
atau potensial atau yang
digambarkan sebagai
kerusakan, awitan yang
tiba-tiba atau lambat dari
integritas ringan hingga
berat akhir yang dapat
diantisipasi atau
diprediksi
240 NOC :
241 1. Pain Level,
242 2. Pain control,
243 3. Comfort level
244
245 Kriteria Hasil :
246
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk
mengurangi nyeri, mencari bantuan)
247
2.
Melaporkan
bahwa
nyeri
berkurang
dengan
menggunakan
manajemen nyeri
248
3. Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
249
4. Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri Berkurang
250
5. Tanda vital dalam rentang normal
251
6. Tidak mengalami gangguan tidur
264265
Resiko
4 perdarahan berhubungan
dengan trauma (00206)
266
267
Definisi:
268
Rentan
269 NOC:
270 Status sirkulasi
271
272 Kriteria hasil:
1. TTV dalam batas normal
2. Asites tidak ditemukan
Lakukan mo
Evaluasi ek
atau lebih diatas
3.
Dorong latih
dan pasif, teruta
tirah baring
233
234 Manajem
1.
Pantau perb
panas atau dingi
2.
Pantau
p
hiperestesia dan
3.
Pantau trom
profunda
4.
Pantau kese
sepatu dan pakai
5.
Anjurkan
memantau posis
duduk, berbaring
6.
Ajarkan pas
kulit setiap ha
integritas kulit
252 NIC:
253 Pain Man
254
1. Lakuka
komprehensif ter
frekuensi,
255
kualita
256
2.Observasi
ketidaknyamanan
257
3. Bantu pa
dan menemukan d
258
4. Kurangi f
259
5. Kaji t
menentukan interv
260
6. Ajarkan
napas dalam, rel
dingin
261 7. Tingkat
262
8.Berikan i
penyebab nyeri,
dan antisipasi ke
263
9.Monitor v
pemberian analg
273 NIC: Pen
1. Monitor pasien s
2. Memantau tand
persisten
3. Menjaga istiraha
4. Melindungi pa
39
mengalami penurunan
volume darah yang dapat
mengganggu kesehatan
274275
Resiko syok
5 berhubungan dengan
hipovolemik (00205)
276
277
Definisi:
278
Rentan
mengalami
ketidakcukupan aliran
darah ke jaringan tubuh
yang dapat
mengakibatkan disfungsi
seluler yang mengancam
jiwa yang dapat
mengganggu kesehatan
293294
Kerusakan
6 integritas kulit
berhubungan dengan
cedera (00046)
295
296
Definisi:
297
Kerusakan pada
epidermis san/atau
dermis
316317
Resiko infeksi
7 berhubungan dengan
prosedur invasif, luka
(00004)
318
319
Definisi:
320
Rentan
mengalami invasi dan
multiplikasi organism
patogenik yang dapat
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
menyebabkan pe
5. Menghindari pro
6. Hindari mengan
7. Menginstruksika
asupan makanan
283 NIC Labe
284 Mendetek
berisiko s
285
1. Monitor
warna kulit, suara
perifer dan CRT.
286
2.Monitor
jarngan.
287
3. Monitor
gelisah.
288
4.Monitor su
289 5. Monito
290
6.Monitor
hemoglobin, hema
darah, kultur darah
291
7.Catat warn
muntah.
292
8.Periksa ur
dan protein dalam
307 Pressure
1. kaji tingkat kerus
308
2. gunakan
balutan
309
3. Jaga kebe
kering
310
4. Mobilisas
dua jam sekali
311
5. Monitor k
312
6. Oleskan
derah yang tertek
313
7. Monitor a
314 8. Monito
315
2.
3.
4.
1.
2.
329 Infection
330 1. Bersih
pasien lain
Pertahankan tekn
Tingktkan intake
Berikan terapi an
331 Infection
infeksi)
Monitor tanda da
Pertahankan tekn
40
mengganggu kesehatan
332333
Deprivasi tidur
8 berhubungan dengan
ketidaknyamanan fisik:
nyeri (00096)
334
335
Definisi:
336
Periode panjang
tanpa tidur (berhentinya
kesadaran relatif secara
periodic dan berlangsung
alami)
343344
Resiko
9 ketidakseimbangan suhu
tubuh berhubungan
dengan tidak beraktivitas
(00005)
345
346
347
Definisi:
348
Rentan
mengalami kegagalan
mempertahankan suhu
tubuh dalam parameter
normal yang dapat
mengganggu kesehatan
353354
Hambatan
10 mobilitas fisik
a.
b.
c.
d.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
337 Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan diharapkan pasien
tidak terganggu saat tidur dengan
kriteria hasil:
Suhu ruangan dalam batas normal (25 0C)
(200903)
Efek terapeutik yang diharapkan dapat
tercapai
Intoleransi pengobatan tidak terjadi
Respon terhadap nyeri dapat diatasi
349 NOC
Hydration
Immune status
Infection status
350
351 Kriteria hasil:
Status hidrasi dalam batas normal
Tidak ada resiko infeksi
TTV dalam batas normal
358 NOC :
1. Joint Movement : Active
3. Berikan perawata
4. inspeksi kulit
kemerahan, pana
5. Ispeksi kondisi lu
6. Dorong masukka
7. Dorong masukan
8. Dorong istirahat
338
Manajemen
(6482)
1. Ciptakan lingkun
batasi jumlah pen
2. Sesuaikan suhu ru
individu
339
340
Terapi Rela
1. Ciptakan lingku
distraksi dengan l
yang nyaman
2. Latih untuk relak
perut
341
342
Pemberian
1. Resepkan atau r
berdasarkan kew
penenang, penghil
2. Beritahukan pasie
obat, alasan pemb
dan efek yang aka
352 NIC: Tem
1.
Monitor suh
2.
Rencanakan
3.
Monitor TD
4.
Monitor war
5.
Monitor tand
6.
Tingkatkan i
7.
Selimuti pa
kehangatan tubu
8.
Ajarkan pad
akibat panas
9.
Diskusikan
suhu dan ke
kedinginan
10.
Beritahukan
keletihan dan
diperlukan
11.
Ajarkan i
penanganan yan
12.
Berikan anti
365 NIC: Exe
1. Kaji kemampuan
41
berhubungan dengan
gangguan
musculoskeletal (00085)
355
356
Definisi:
357
Keterbatasan
dalam gerakan fisik atau
satu atau lebih
ekstremitas secara
mandiri dan terarah
366367
Resiko jatuh
11 berhubungan dengan
penggunaan alat bantu
(00155)
368
369
Definisi:
370
Rentan terhadap
peningkatan resiko jatuh
yang dapat menyebabkan
bahaya fisik dan
gangguan kesehatan
2. Mobility Level
3. Self care : ADLs
359
360 Kriteria hasil:
361
1.Klien meningkat dalam aktivitas
fisik
362
2.Mengerti tujuan dari peningkatan
mobilitas
363
3.Memverbalisasikan
perasaan
dalam meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah
364
4. Memperagakan penggunaan alat
Bantu untuk mobilisasi (walker)
371 NOC:
1. Keseimbangan
2. Gerakan terkoordinasi
3. Perilaku pencegahan jatuh
372
373 Kriteria hasil:
1. Resiko jatuh akan menurun atau terbatas,
yang dibuktikan oleh, keseimbangan,
gerakan
terkoordinasi,
perilaku
pencegahan jatuh, kejadian jatuh, dan
pengetahuan pencegahan jatuh.
2. Menciptakan lingkungan yang aman
3. Mengidentifikasi
resiko
yang
meningkatkan kerentanan terhadap jatuh
4. Menghindari cedera fisik akibat jatuh
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
375376
Intoleran
12 aktivitas berhubungan
dengan imobilitas
(00092)
377
378
Definisi:
379
Ketidakcukupan
energy psikologis atau
fisiologis untuk
mempertahankan atau
menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari-hari
yang harus atau yang
ingin dilakukan
380 NOC:
Toleransi aktivitas
Kebugaran fisik
Ketahanan
Penghematan energi
381
382 Kriteria hasil:
1. Mentoleransi aktivitas yang bisasa
dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi
aktivitas,
ketahanan,
penghematan
energy,
kebugaran
fisik,
energy
psikomotorik, dan perawatan diri, ADL.
2. Menunjukkan toleransi aktivitas
3. mendemonstrasikan penghematan energy
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
42
Ajarkan pa
tentang teknik
meminimakan k
10.
Kolaborasik
atau rekreasi un
program aktivita
385386
Defisit perawatan
390 NOC: Self care : Activity of
393 NIC :
13 diri: mandi b.d. gangguan
Daily Living (ADLs)
394 Self Care
musculoskeletal (00108)
391
1.
Monitor ke
387
392 Kriteria hasil:
diri yang mandir
388
Definisi:
1.
Klien terbebas dari bau badan
2.
Monitor keb
389
Hambatan
2.
Menyatakan kenyamanan terhadap
untuk kebersih
kemampuan untuk
kemampuan untuk melakukan ADLs
toileting dan ma
melakukan atau
3.
Dapat melakukan ADLS dengan 3.
Sediakan ba
menyelesaikan aktivitas
bantuan
utuh untuk mela
mandi secara mandiri
4.
Dorong kli
sehari-hari yang
dimiliki.
5.
Dorong untu
beri bantuan
melakukannya.
6.
Ajarkan kli
kemandirian, un
jika pasien tidak
7.
Berikan ak
kemampuan.
8.
Pertimbangk
pelaksanaan akti
395396
Ansietas
400
NOC: Anxiety self control (1402)
402
Anxiety Red
14 berhubungan dengan
401
Kriteria hasil:
1. Kaji penyebab ke
perubahan status
a. Tingkat ansietas klien menurun
2. Observasi tanda
kesehatan (00146)
b. Pengetahuan klien terhadap penyebab
kecemasan klien
397
ansietas meningkat
403
398
Definisi:
c. Klien mampu menggunakan teknik
404
Calming tec
399
Perasaan tidak
relaksasi untuk mengontrol cemas
1. Anjurkan keluarg
nyaman dan
2. Kontrol faktor lin
kekhawatiran yang samar
cemas.
disertai respons otonom
405
Coping enh
(sumber seringkali tidak
1. Tingkatkan pen
spesifik atau tidak
persalinan dan ko
diketahui oleh individu);
2. Ajarkan teknik re
perasaan takut yang
disebabkan oleh
antisipasi terhadap
bahaya. Hal ini
merupakan isyarat
kewaspadaan yang
memperingatkan individu
akan adanya bahaya dan
memampukan individu
9.
43
untuk bertindak
menghadapi ancaman
4. Evaluasi Keperawatan
a. Tidak adakerusakan pada area kulit
b. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada pasien
c. Pasien dapat imobilitas secara mandiri
d. Nyeri yang dirasakan berkurang
e. Tidak ada tanda-tanda syok hipovolemik
406
5. Discahrge Planning
a. Beri penyuluhan kepada pasien tentang cara merawat diri sendiri dan
eluarga juga diberi penyuluhan tentang cara perawatan pasien fraktur
cruris.
b. Memberikan informasi mengenai cara meningkatkan penyembuhan,
mencegah komplikasidan mengenali tanda-tanda komplikasi .
c. Bantu pasien unttuk memhami proses penyembuhan memelukan waktu
cukup lama
407
408
409
410
411
412
413
414
415
416
417
418
419
420
421
422
423
DAFTAR PUSTAKA
424
425
426 Bastiansyah, Eko. 2008. Panduan lengkap :Membaca Hasil Tes Kesehatan.
Jakarta: Penebar Plus.
427
428 Brunner & Suddarth. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Penerbit EGC: Jakarta.
429
430 Bulecheck, et all. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth
Edition. Mosby: Elsevier.
431