Anda di halaman 1dari 35

1

ARTRITIS REUMATOID I. KONSEP DASAR

A. Definisi Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya dikarakteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membran sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut. ( Susan Martin Tucker.1998 ). Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. (Diane C. Baughman. 2000) Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. ( Arif Mansjour. 2001 ) Artritis Reumatoid ini merupakan bentuk artritis yang serius, disebabkan oleh peradangan kronis yang bersifat progresif, yang menyangkut persendian. Ditandai dengan sakit dan bengkak pada sendi-sendi terutama pada jari-jari tangan, pergelangan tangan, siku, dan lutut.

B. Anatomi dan Fisiologi Muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligament, tendon, fasia, bursae dan persendian. 1. Tulang Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler. Tulang berasal dari embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses osteogenesis menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat menimbunya garam kalsium. Fungsi tulang adalah sebagai berikut: a. Mendukung jaringan tubuh dan menbuntuk tubuh. b. Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru) dan jaringan lunak. c. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan ) d. Membuat sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hema topoiesis). e. Menyimpan garam-garam mineral. Misalnya kalsium, fosfor.

Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya: f. Tulang panjang (femur, humerus ) terdiri dari satu batang dan dua epifisis. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.epifisis dibentuk oleh spongi bone (Cacellous atau trabecular ) g. Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous (spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat. h. Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat dengan lapisan luar adalah tulang cancellous. i. Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek. j. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang berdekatan dengan persendian dan didukung oleh tendon danjaringan fasial,missal patella (kap lutut)

2. Otot Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan untuk menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri dari: a. Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan berfungsi untuk memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan sikap dan menghasilkan panas b. Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan, saluran perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sisten saraf otonom dan kontraksinya tidak dibawah control keinginan. c. Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak dibawah control keinginan.

3. Kartilago Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat. Kartilago sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervascular. Nutrisi mencapai kesel-sel kartilago dengan proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibros yang menutupi kartilago) atau sejumlah serat-serat kolagen didapatkan pada kartilago. 4. Ligament

Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana merupakan ahir dari suatu otot dan dan berfungsi mengikat suatu tulang. 5. Tendon Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang membungkus setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon tertentu, khususnya pada pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh membrane synofial yang memberikan lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan tendon. 6. Fasia Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan langsung dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai pembungkus tebal, jaringan penyambung yang membungkus fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah.bagian ahair diketahui sebagai fasia dalam. 7. Bursae Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu tempat, dimana digunakan diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi pada kulit dan tulang, antara tendon dan tulang antara otot. Bursae bertindak sebagai penampang antara bagian yang bergerak sepaerti pada olecranon bursae, terletak antara presesus dan kulit. 8. Persendian Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian, tatu letah dimana tulang berada bersama-sama. Bentuk dari persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe pergerakan yang memungkinkan dan klasifikasi didasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan. Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3 kelas utama persendian yaitu: a. Sendi synarthroses (sendi yang tidak bergerak) b. Sendi amphiartroses (sendi yang sedikit pergerakannya) c. Sendi diarthoses (sendi yang banyak pergerakannya)

Perubahan fisiologis pada proses menjadi tua. Ada jangka periode waktu tertentu dimana individu paling mudah mengalami perubahan musculoskeletal. Perubahan ini terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja karena pertumbuhan atau perkembangan yang cepat atau timbulnya terjadi pada usia tua. Perubahan struktur system muskuloskeletal dan fungsinya sangat bervariasi diantara individu selama proses menjadi tua.

Perubahan yang terjadi pada proses menjadi tua merupakan suatu kelanjutan dari kemunduran yang dimulai dari usia pertengahan. Jumlah total dari selsel bertumbuh berkurang akibat perubahan jaringan prnyambung, penurunan pada jumlah dan elasitas dari jaringan subkutan dan hilangnya serat otot, tonus dan kekuatan. Perubahan fisiologis yang umum adalah: a. Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm. pada maturasi usia tua. b. Lebar bahu menurun. c. Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha

C. Epidemiologi AR terjadi antara usia 30 tahun dan 50 tahun dengan puncak insiden antara usia 40 tahun dan 50 tahun. Wanita terkena dua sampai tiga kali lebih sering dari pada pria. AR adalah suatu penyakit inflamasi sistematik yang paling sering dijumpai, menyerang sekitar 1% populasi dunia.

D. Etiologi Penyebab Artritis Reumatoid masih belum diketahui walaupun banyak hal mengenai patogenesisnya telah terungkap. AR adalah suatu penyakit autoimun yang timbul pada individu individu yang rentang setelah respon imun terhadap agen pencetus yang tidak diketahui. Faktor pencetus mungkin adalah suatu bakteri, mikoplasma, virus yang menginfeksi sendi atau mirip dengan sendi secara antigenis. Biasanya respon antibodi awal terhadap mikro-organisme diperantarai oleh IgG. Walaupun respon ini berhasil mengancurkan mikro-organisme, namun individu yang mengidap AR mulai membentuk antibodi lain biasanya IgM atau IgG, terhadap antibodi IgG semula. Antibodi ynng ditunjukan ke komponen tubuh sendiri ini disebut faktor rematoid ( FR ). FR menetap di kapsul sendi, dan menimbulkan peradangan kronik dan destruksi jaringan AR diperkirakan terjadi karena predisposisi genetik terhadap penyakit autoimun.

E. Faktor Predisposisi Beberapa faktor pencetus dari atritis reumatoid yang banyak menyebabkan gejala, meliputi : 1. Aktifitas/mobilitas yang berlebihan Aktifitas klien dengan usia yang sangat lanjut sangatlah membutuhkan perhatian yang lebih, karena ketika klien dengan kondisi tubuh yang tidak memungkinkan lagi untuk banyak bergerak, akan memberatkan kondisi klien yang menurun terlebih lagi sistem imun yang sangat buruk. Sehingga klien dengan sistem imunitas tubuh yang menurun, sangatlah dibutuhkan perhatian lebih untuk mengurangi /memperhatikan tipe aktifitas/mobilitas yang berlebih. Hal ini dikarenakan kekuatan sistem muskuloskeletal klien yang tidak lagi seperti usianya beberapa tahun yang lalu, masih dapat beraktifitas maksimal. 2. Lingkungan Mereka yang terdiagnosis artritis reumatoid sangatlah diperlukan adanya perhatian lebih mengenai keadaan lingkungan. Ketika lingkungan sekitarnya yang tidak mendukung, maka kemungkinan besar klien akan merasakan gejala penyakit ini. Banyak diantaranya ketika keadaan suhu

lingkungan sekitar klien yang cukup dingin, maka klien akan merasa ngilu, kekakuan sendi pada area-area yang biasa terpapar, sulit untuk mobilisasi, dan bahkan kelumpuhan.

F. Patofisiologi Reaksi autoimun dalam jaringan sinovial akibat faktor genetik, yang melakukan proses fagositosis menyerang sinovium menghasilkan enzim enzim dalam sendi untuk memecah kolagen sehingga terjadi edema proliferasi membran sinovial yang mengakibatkan adanya pelepasan kolagenesa dan produksi lisozim oleh fagosit yang mengakibatkan terjadinya erosi sendi dan periartikularis

tekanan sendi distensi serta putusnya kapsula & ligamentum. Kemudian terjadi pembengkakan, kekakuan pergelangan tangan & sendi jari tangan dan akhirnya membentuk pannus. Pannus tersebut akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang sehingga akan berakibat menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi.

Pathway

Bakteri, mikroplasma, virus

Faktor genetik menginfeksi sendi

Terjadi proses autoimun dalam jaringan sinovial

Proses fagositosis menyerang sinovium

Edema proliferasi membran sinovial Pelepasan kolagenesa oleh fagosit Produksi lisozim oleh fagosit

1.Gangguan rasa nyaman

Terjadi erosi sendi dan periartikularis Tekanan sendi Distensi Serta putusnya kapsula & ligamentum

pembengkakan

kekakuan di pagi hari

Gejala-Gejala Konstitusional

Deformitas

Membentuk pannus 2.Gangguan mobilitas fisik

3.Gangguan citra tubuh

Menghancurkan tulang rawan 4.Gangguan perawatan diri

Menghilangkan permukaan sendi yang mengganggu gerak sendi Situasi berubah Cemas 5.Kurang informasi

G. Manifestasi Klinis Ada beberapa gambaran / manifestasi klinik yang lazim ditemukan pada penderita Reumatik. Gambaran klinik ini tidak harus muncul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinik yang sangat bervariasi. a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, kurang nafsu makan, berat badan menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya. b. Poliartritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi antara jari-jari tangan dan kaki. Hampir semua sendi diartrodial (sendi yang dapat digerakan dengan bebas) dapat terserang. c. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat umum tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis (peradangan tulang dan sendi), yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selama kurang dari 1 jam. d. Artritis erosif merupakan merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan pengikisan ditepi tulang . e. Deformitas : kerusakan dari struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, pergeseran sendi pada tulang telapak tangan dan jari, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat tonjolan kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan ekstensi. f. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita rematik. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau di

10

sepanjang permukaan ekstensor dari lengan, walaupun demikian tonjolan) ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat. g. Manifestasi ekstra-artikular (diluar sendi): reumatik juga dapat menyerang organ-organ lain diluar sendi. Seperti mata: Kerato konjungtivitis siccs yang merupakan sindrom Sjgren, sistem cardiovaskuler dapat menyerupai perikarditis konstriktif yang berat, lesi inflamatif yang menyerupai nodul rheumatoid dapat dijumpai pada myocardium dan katup jantung, lesi ini dapat menyebabkan disfungsi katup, fenomena embolissasi, gangguan konduksi dan kardiomiopati.

H. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan umum yang lengkap penting di lakukan. Disamping menilai adanya sinovasi pada setiap sendi, perhatian juga hal hal berikut ini : Keadaan umum Tangan Lengan : komplikasi steroid, berat badan. : meliputi vaskulitasi dan fungsi tangan. : siku dan sendi bahu, nodul rematoid dan pembesaran kelenjar limfe aksila. Wajah : periksa mata untuk sindroma Sjorgen, skleritis,

episkleritis, skleromalasia perforans, katarak, anemia dan tanda tanda hiperviskositas pada fundus. Kelenjar parotis membesar (sinroma Sjogren ). Mulut : ( kering, karies dentis, ulkus ), suara serak, sendi temporomandibula ( krepitus ). Catatan : artritis rematoid tidak menyebabkan iritasi. Leher Toraks : adanya tanda tanda terkenanya tulang servikal. : jantung (adanya perikarditis, defek konduksi, inkompetensi katup aorta dan mitral ). Paru paru ( adanya efusi pleural, fibrosis, nodul infark, sindroma Caplan ).

11

Abdomen

: adanya splenomegali dan nyeri tekan apigastrik. Panggul dan lutut : tungkai bawah adanya

ulkus, pembengkakan betis ( kista Baker yang reptur ) neuropati, mononeuritis multipleks dan tanda tanda kompresi medulla spinalis. Kaki : efusi lutut maka cairan akan mengisi cekungan medial dan kantong suprapatelar mengakibatkan pembengkakan di atas dan sekitar patela yang berbentuk seperti ladam kuda dan efusi sendi pergelangan kaki akan terjadi pembengkakan pada sisi anterior Urinalisis : untuk protein dan darah, serta pemeriksaan rektum untuk menentukan adanya darah.

I.

Pemeriksaan Penunjang Untuk menyokong diagnosa (ingat bahwa ini terutama merupakan

diagnosa klinis) 1. Tes serologik a. Faktor rematoid 70% pasien bersifat seronegatif. Catatan: 100% dengan factor rematoid yang positif jika terdapat nodul atasindroma Sjogren b. Antibodi antinukleus (AAN)- hasil yang positif terdapat pada kira-kira 20 kasus 2. Foto sinar X pada sendi-sendi yang terkena. Perubahan-perubahan yang dapat di temukan adalah: a. Pembengkakan jaringan lunak b. Penyempitan rongga sendi c. Erosi sendi d. Osteoporosis juksta artikule 3. Untuk menilai aktivitas penyakit: a. Erosi progresif pada foto sinar X serial.

12

b. LED. Ingat bahwa diagnosis banding dari LED yang meningkat pada artritis reumatoid meliputi : 1) penyakit aktif 2) amiloidosis 3) infeksi 4) sindroma Sjorgen ; c. Anemia : berat ringannya anemia normakromik biasanya berkaitan dengan aktifitas. d. Titer factor rematoid : makin tinggi titernya makin mungkin terdapat kelainan ekstra artikuler. Faktor ini terkait dengan aktifitas artritis.

J. Penatalaksanaan 1. Obat Setelah diagnosis AR dapat ditegakkan, pendekatan pertama yang harus dilakukan adalah segera berusaha untuk membina hubungan yang baik antara pasien dengan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa hubungan yang baik ini agaknya akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam suatu jangka waktu yang cukup lama. a. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam jangka waktu yang lama. b. OAINS (obat anti inflamasi nonsteroid) diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai. OAINS yang dapat diberikan: 1) Aspirin Pasien dibawah 50 tahun dapat mulai dengan dosis 3-4 x 1 g/hari, kemudian dinaikkan 0,3-0,6 g per minggu sampai terjadi perbaikan atau gejala toksik. Dosis terapi 20-30 mg/dl. 2) Ibuprofen, naproksen, piroksikam, diklofenak, dan sebagainya.

13

c. DMARD (disease modifying antirhematoid drugs ) digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat artritis reumatoid. Mula khasiatnya baru terlihat setelah 3-12 bulan kemudian. Setelah 2-5 tahun, maka efektivitasnya dalam menekan proses reumatoid akan berkurang. Keputusan penggunaannya bergantung pada

pertimbangan risiko manfaat oleh dokter. Umumnya segera diberikan setelah diagnosis artritis reumatoid ditegakkan, atau bila respon OAINS tidak baik, meski masih dalam status tersangka. Jenis-jenis yang digunakan adalah: 1) Klorokuin, paling banyak digunakan karena harganya terjangkau, namun efektivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan yang lain. Dosis anjuran klorokuin fosfat 250 mg/hari hidrosiklorokuin 400 mg/hari. Efek samping bergantung pada dosis harian, berupa penurunan ketajaman penglihatan, dermatitis makulopapular, nausea, diare, dan anemia hemolitik. 2) Sulfasalazin dalam bentuk tablet bersalut enteric digunakan dalam dosis 1 x 500 mg/hari, ditingkatkan 500 mg per minggu, sampai mencapai dosis 4 x 500 mg. Setelah remisi tercapai, dosis dapat diturunkan hingga 1 g/hari untuk dipakai dalam jangka panjang sampai tercapai remisi sempurna. Jika dalam waktu 3 bulan tidak terlihat khasiatnya, obat ini dihentikan dan diganti dengan yang lain, atau dikombinasi. Efek sampingnya nausea, muntah, dan dyspepsia. 3) D-penisilamin, kurang disukai karena bekerja sangat lambat. Digunakan dalam dosis 250-300 mg/hari, kemudian dosis ditingkatkan setiap 2-4 minggu sebesar 250-300 mg/hari untuk mencapai dosis total 4x 250-300 mg/hari. Efek samping antara lain ruam kulit urtikaria atau mobiliformis, stomatitis, dan pemfigus. 4) Garam emas adalah gold standard bagi DMARD. Khasiatnya tidak diragukan lagi meski sering timbul efek samping. Auro sodium tiomalat (AST) diberikan intramuskular, dimulai dengan dosis percobaan pertama sebesar 10 mg, seminggu kemudian disusul dosis

14

kedua sebesar 20 mg. Seminggu kemudian diberikan dosis penuh 50 mg/minggu selama 20 minggu. Dapat dilanjutkan dengan dosis tambahan sebesar 50 mg tiap 2 minggu sampai 3 bulan. Jika diperlukan, dapat diberikan dosis 50 mg setiap 3 minggu sampai keadaan remisi tercapai. Efek samping berupa pruritis, stomatitis, proteinuria, trombositopenia, dan aplasia sumsum tulang. Jenis yang lain adalah auranofin yang diberikan dalam dosis 2 x 3 mg. Efek samping lebih jarang dijumpai, pada awal sering ditemukan diare yang dapat diatasi dengan penurunan dosis. 5) Obat imunosupresif atau imunoregulator. 6) Metotreksat sangat mudah digunakan dan waktu mula kerjanya relatif pendek dibandingkan dengan yang lain. Dosis dimulai 5-7,5 mg setiap minggu. Bila dalam 4 bulan tidak menunjukkan perbaikan, dosis harus ditingkatkan. Dosis jarang melebihi 20 mg/minggu. Efek samping jarang ditemukan. Penggunaan siklosporin untuk artritis reumatoid masih dalam penelitian. 7) Kortikosteroid hanya dipakai untuk pengobatan artritis reumatoid dengan komplikasi berat dan mengancam jiwa, seperti vaskulitis, karena obat ini memiliki efek samping yang sangat berat. Dalam dosis rendah (seperti prednison 5-7,5 mg satu kali sehari) sangat bermanfaat sebagai bridging therapy dalam mengatasi sinovitis sebelum DMARD mulai bekerja, yang kemudian dihentikan secara bertahap. Dapat diberikan suntikan kortikosteroid intraartikular jika terdapat

peradangan yang berat. Sebelumnya, infeksi harus disingkirkan terlebih dahulu. 2. Operasi Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta terdapat alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan pengobatan pembedahan. Jenis pengobatan ini pada pasien AR umumnya bersifat ortopedik, misalnya sinovektoni, artrodesis, total hip replacement, memperbaiki deviasi ulnar, dan sebagainya.

15

3. Rehabilitasi Rehabilitasi merupakan tindakan untuk mengembalikan tingkat

kemampuan pasien AR dengan cara: Mengurangi rasa nyeri Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak sendi Mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot Mencegah terjadinya deformitas Meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan diri Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung kepada orang lain. Rehabilitasi dilaksanakan dengan berbagai cara antara lain dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat, latihan serta dengan menggunakan modalitas terapi fisis seperti pemanasan, pendinginan, peningkatan ambang rasa nyeri dengan arus listrik. Manfaat terapi fisis dalam pengobatan AR telah ternyata terbukti dan saat ini merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dalam penatalaksanaan AR.

K. Komplikasi Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid. Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

J. Prognosis Perjalanan penyakit artritis reumatoid sangat bervariasi, bergantung pada ketaatan pasien untuk berobat dalam jangka waktu lama. Sekitar 50 70% pasien artritis reumatoid akan mengalami prognosis yang lebih buruk. Golongan ini

16

umumya meninggi 10 15 tahun lebih cepat dari pada orang tanpa arthritis rheumatoid. Penyebab kematiannya adalah infeksi, penyakit jantung, gagal pernapasan, gagal ginjal, dan penyakit saluran cerna. Umumnya mereka memiliki keadaan umum yang buruk, lebih dari 30 buah sendi yang mengalami peradangan, dengan manifestasi ekstraartikuler, dan tingkat pendidikan yang rendah. Golongan ini memerlukan terapi secara agresif dan dini karena kerusakan tulang yang luas dapat terjadi dalam 2 tahun pertama.

17

II. A. PENGKAJIAN Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentukbentuk arthritis lainnya.
1.

Aktivitas / istirahat Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan. Tanda : Malaise, Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.

2.

Kardiovaskuler Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).

3.

Integritas ego Gejala : Faktor-faktor stres akut / kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan

ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan), Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan pada orang lain).
4.

Makanan / cairan Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan / mengkonsumsi makanan /cairan adekuat: mual, anoreksia, Kesulitan untuk mengunyah (keterlibatan TMJ) Tanda : Penurunan berat badan, Kekeringan pada membran mukosa.

5.

Hygiene Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi. Ketergantungan

18

6.

Neurosensori Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan. Tanda : Pembengkakan sendi simetris

7.

Nyeri / kenyamanan Gejala: Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada sendi).

8.

Keamanan Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan ringan dalam menangani tugas / pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap. Kekeringan pada meta dan membran mukosa.

9.

Interaksi sosial Gejala: Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi.

10.

Penyuluhan / pembelajaran Gejala : Riwayat AR pada keluarga (pada awitan remaja). Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan arthritis tanpa pengujian. Riwayat perikarditis, lesi katup, fibrosis pulmonal, pleuritis.

19

B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Faktor Reumatoid 2. Fiksasi lateks : positif pada 80-95% kasus. : Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.

3. Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas. 4. Laju Endap Darah : Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h)

mungkin kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat 5. Protein C-reaktif 6. Sel Darah Putih 7. Haemoglobin 8. Ig (Ig M dan Ig G) sebagai penyebab AR. 9. Sinar x dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan. 10. Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium : positif selama masa eksaserbasi. : Meningkat pada waktu timbul prosaes inflamasi. : umumnya menunjukkan anemia sedang. ; peningkatan besar menunjukkan proses autoimun

11. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi 12. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4). 13. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. NYERI AKUT/ KRONIS a. Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi pasien akan: 1) Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol

20

2) Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan. 3) Mengikuti program farmakologis yang diresepkan 4) Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri. b. Intervensi dan Rasional: 1) Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal Rasional: Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program 2) Berikan matras / kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan Rasional: Matras yang lembut / empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri 3) Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace. Rasional: Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi 4) Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak. Rasional: Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi 5) Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat

21

untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya. Rasional: Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan 6) Berikan masase yang lembut Rasional: Meningkatkan relaksasi / mengurangi nyeri 7) Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi progresif, sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas. Rasional: Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin meningkatkan kemampuan koping 8) Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu. Rasional: Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat 9) Beri obat sebelum aktivitas / latihan yang direncanakan sesuai petunjuk. Rasional: Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi 10) Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat) Rasional: Sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas. 11) Berikan es kompres dingin jika dibutuhkan Rasional: Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode akut

2. MOBILITAS FISIK, KERUSAKAN a. Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi, Pasien akan:

22

1) Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya / pembatasan kontraktur. 2) Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau konpensasi bagian tubuh. 3) Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas b. Intervensi dan Rasional: 1) Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi Rasional: Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari peoses inflamasi 2) Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganmggu. Rasional: Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan 3) Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan isometris jika memungkinkan Rasional: Mempertahankan / meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi 4) Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan / bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze Rasional: Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Memepermudah perawatan diri dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit

23

5) Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace Rasional: Meningkatkan stabilitas (mengurangi resiko cidera) dan memerptahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor 6) Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher. Rasional: Mencegah fleksi leher 7) Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan Rasional: Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas 8) Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda. Rasional: Menghindari cidera akibat kecelakaan / jatuh 9) Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi. Rasional: Berguna dalam memformulasikan program latihan / aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan alat 10) Kolaborasi: Berikan matras busa / pengubah tekanan. Rasional: Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi risiko imobilitas 11) Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid). Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut

3. GANGGUAN CITRA TUBUH/ PERUBAHAN PENAMPILAN PERAN a. Hasil yang dihapkan / kriteria Evaluasi-Pasien akan : 1) Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan. 2) Menyusun rencana realistis untuk masa depan.

24

b. Intervensi dan Rasional: 1) Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan. Rasional: Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung 2) Diskeusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual. Rasional: Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi/ konseling lebih lanjut 3) Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan. Rasional: Isyarat verbal / non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri 4) Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan. Rasional: Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan umum terjadi 5) Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan. Rasional: Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut 6) Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping. Rasional: Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri 7) Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.

25

Rasional: Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong berpartisipasi dalam terapi 8) Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan. Rasional: Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri 9) Berikan bantuan positif bila perlu. Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri. Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya diri 10) Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri, psikolog. Rasional: Pasien / orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang / ketidakmampuan 11) Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-obatan peningkat alam perasaan. Rasional: Mungkin dibutuhkan pada saat munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemampuan koping yang lebih efektif

4. KURANG PERAWATAN DIRI a. Hasil yang dihapkan / kriteria Evaluasi, Pasien akan : 1) Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual. 2) Mendemonstrasikan perubahan teknik / gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri. 3) Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi / komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri. b. Intervensi dan Rasional: 1) Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang

26

diantisipasi. Rasional: Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini. 2) Pertakhankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan. Rasional: Mendukung kemandirian fisik/emosional 3) Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi / rencana untuk modifikasi lingkungan. Rasional: Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri 4) Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi. Rasional: Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis; memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran 5) Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya. Rasional: Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan aktual 6) Kolaborasi: atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan rumah, ahli nutrisi. Rasional: Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi di rumah

5. PENATALAKSANAAN PEMELIHARAAN RUMAH, KERUSAKAN, RESIKO TINGGI TERHADAP a. Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi, Pasien akan : 1) Mempertahankan keamanan, lingkungan yang meningkatkan pertumbuhan. 2) Mendemonstrasikan penggunaan sumber-sumber yang efektif dan tepat.

27

b. Intervensi dan Rasional: 1) Kaji tingkat fungsi fisik Rasional: Mengidentifikasi bantuan/ dukungan yang diperlukan 2) Evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri sendiri. Rasional: Menentukan kemungkinan susunan yang ada/ perubahan susunan rumah untuk memenuhi kebutuhan individu 3) Tentukan sumber-sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi individual. Identifikasi sistem pendukung yang tersedia untuk pasien, mis: membagi tugas-tugas rumah tangga antara anggota keluarga. Rasional: Menjamin bahwa kebutuhan akan dipenuhi secara terusmenerus 4) Identifikasi untuk peralatan yang diperlukan, mis: lift, peninggian dudukan toilet. Rasional: Memberikan kesempatan untuk mendapatkan peralatan sebelum pulang 5) Kolaborasi: Koordinasikan evaluasi di rumah dengan ahli terapi okupasi. Rasional: Bermanfaat untuk mengidentifikasi peralatan, cara-cara untuk mengubah tugas-tugas untuk mengubah tugas-tugas untuk mempertahankan kemandirian 6) Kolaborasi: Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: pelayanan pembantu rumah tangga bila ada. Rasional: Memberikan kemudahan berpindah pada / mendukung kontinuitas dalam situasi rumah

6. KURANG PENGETAHUAN (KEBUTUHAN BELAJAR), MENGENAI PENYAKIT, PROGNOSIS, DAN KEBUTUHAN PENGOBATAN. a. Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi, pasien akan :

28

1) Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan. 2) Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas. b. Intervensi dan Rasional: 1) Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan. Rasional: Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi 2) Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet,obat-obatan, dan program diet seimbang, l;atihan dan istirahat. Rasional: Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri/ jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas 3) Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis,istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stres. Rasional: Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses penyakit kronis kompleks 4) Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik. Rasional: Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis 5) Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida pada waktu tidur. Rasional: Membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri pada HS akan meningkatkan tidur dan mengurangi kekakuan di pagi hari 6) Identifikasi efek samping obat-obatan yang merugikan, mis: tinitus, perdarahan gastrointestinal, dan ruam purpuruik. Rasional: Memperpanjang dan memaksimalkan dosis aspirin dapat mengakibatkan takar lajak. Tinitus umumnya mengindikasikan kadar terapeutik darah yang tinggi

29

7) Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi penggunaan obat-obat yang dijual bebas tanpa persetujuan dokter. Rasional: Banyak produk mengandung salisilat tersembunyi yang dapat meningkatkan risiko takar layak obat/ efek samping yang berbahaya 8) Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak mengandung vitamin, protein dan zat besi. Rasional: Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan jaringan 9) Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan informasi penurunan berat badan sesuai kebutuhan. Rasional: Pengurangan berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi, terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak kaki 10) Berikan informasi mengenai alat bantu Rasional: Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan 11) Diskusikan tekinik menghemat energi, mis: duduk dari pada berdiri untuk mempersiapkan makanan dan mandi Rasional: Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri, dan kemandirian 12) Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada saat istirahat maupun pada waktu melakukan aktivitas, misalnya menjaga agar sendi tetap meregang, tidak fleksi, menggunakan bebat untuk periode yang ditentukan, menempatkan tangan dekat pada pusat tubuh selama menggunakan, dan bergeser daripada mengangkat benda jika memungkinkan. Rasional: Mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup pasien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri 13) Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan kulit lainnya dibawah bebat, gips, alat penyokong. Tunjukkan

30

pemberian bantalan yang tepat. Rasional: Mengurangi resiko iritasi / kerusakan kulit 14) Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan / pemeriksaan laboratorium, mis: LED, Kadar salisilat, PT. Rasional: Terapi obat-obatan membutuhkan pengkajian / perbaikan yang terus menerus untuk menjamin efek optimal dan mencegah takar lajak, efek samping yang berbahaya. 15) Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan Rasional: Informasi mengenai posisi-posisi yang berbeda dan tehnik atau pilihan lain untuk pemenuhan seksual mungkin dapat meningkatkan hubungan pribadi dan perasaan harga diri / percaya diri 16) Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: yayasan arthritis (bila ada). Bantuan / dukungan dari oranmg lain untuk meningkatkan pemulihan maksimal

31

SATUAN ACARA PENYULUHAN ARTRITIS REUMATOID

Tema Sub Tema Waktu Sasaran Tempat Penyuluh

: Artritis Reumatoid : Mengenal lebih dalam Artritis Reumatoid : 30 menit

: Mahasiswa Stikes Bethesda Yogyakarta : Ruang Kelas Stikes Bethesda : Clara Vika

I.

Tujuan Intruksional Umum Mahasiswa Mengetahui dan Mengenal Artritis Reumatoid

II.

Tujuan Intruksional Khusus 1. Mahasiswa mengerti Pengertian Artritis Reumatoid 2. Mahasiswa mengetahui Tanda dan Gejala Artritis Reumatoid 3. Mahasiswa mengerti Patofisiologi Artritis Reumatoid 4. Mahasiswa mengertahui Etiologi/ Penyebab Artritis Reumatoid 5. Mahasiswa Mengetahui Pencegahan terhadap Artritis Reumatoid

III. Pokok Materi Terlampir (di Makalah Tugas Individu)

IV. Metoda 1. Ceramah 2. Tanya jawab

32

V.

Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Penyuluh Audience 1. Menjawab Salam 2. Mendengarkan Waktu 5 Menit

Pendahuluan 1. Mengucapkan Salam & Apersepsi 2. Memperkenalkan Diri

3. Menyampaikan Maksud 3. Memperhatikan dari penyuluhan Isi 1. Menjelaskan Pengertian Reumatoid 2. Menjelaskan dan Gejala Tanda Artritis Artritis 2. Memperhatikan 1. Mendengarkan 15 Menit

Reumatoid 3. Menjelaskan Penyebab Artritis Reumatoid 4. Menjelaskan Patofisiologi Reumatoid 5. Menjelaskan Etiologi / tentang Penyebab tentang Artritis

Artritis Reumatoid 6. Menjelaskan Pencegahan terhadap

Artritis Reumatoid

Tanya Jawab Penutup

Bertanya 1. Menyimpulkan penyuluhan 2. Memberikan saran 3. Memberikan Salam

Menjawab hasil 1. Memperhatikan

5 Menit 5 Menit

2. Menjawab salam

VI. Media

33

Power Point

VII. Evaluasi 1. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian Artritis Reumatoid 2. Mahasiswa dapat menyebutkan Tanda dan Gejala Artritis Reumatoid 3. Mahasiswa mengerti tentang Penyebab Artritis Reumatoid 4. Mahasiswa mengerti Patofisiologi Artritis Reumatoid 5. Mahasiswa dapat menjelaskan Etiologi/ Penyebab Artritis Reumatoid 6. Mahasiswa Reumatoid dapat mengetahui Pencegahan terhadap Artritis

Yogyakarta, 3 Maret 2013 Pembimbing, Penyuluh

Isnanto. SKp. Ns

Clara Vika B

34

JURNAL

The diagnostic properties of rheumatoid arthritis antibodies recognizing a cyclic citrullinated peptide
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Gerard A. Schellekens1, Hendrik Visser2, Ben A. W. De Jong1, Frank H. J. Van Den Hoogen3, Johanna M. W. Hazes2, Ferdinand C. Breedveld2, Walther J. Van Venrooij1,*

Article first published online: 2 APR 2001 DOI: 10.1002/1529-0131(200001)43:1<155::AID-ANR20>3.0.CO;2-3 Copyright 2000 by the American College of Rheumatology Volume 43, Issue 1, pages 155163, January 2000 Abstract Objective Since modern treatment of rheumatoid arthritis (RA) is shifting toward aggressive antirheumatic therapy in an early phase of the disease, diagnostic tests with high specificity are desirable. A new serologic test (anticyclic citrullinated peptide [anti-CCP] enzyme-linked immunosorbent assay [ELISA]) was developed to determine the presence of antibodies directed toward citrullinated peptides, using a synthetic peptide designed for this purpose. Methods A cyclic peptide variant that contains deiminated arginine (citrulline) was designed and used as antigenic substrate in ELISA. Test parameters and diagnostic characteristics of the test were studied in patients with and without RA, in patients with various infectious diseases, and in a group of patients from an early arthritis clinic (EAC). Results

35

Using prevalent RA and non-RA sera, the anti-CCP ELISA proved to be extremely specific (98%), with a reasonable sensitivity (68%). Also, in the EAC study group, the anti-CCP ELISA appeared to be highly specific for RA (96%). In comparison with the IgM rheumatoid factor (IgM-RF) ELISA, the anti-CCP ELISA had a significantly higher specificity (96% for CCP versus 91% for IgMRF; P = 0.016) at optimal cut-off values. The sensitivity of both tests for RA was moderate: 48% and 54% for the anti-CCP ELISA and the IgM-RF ELISA, respectively (P = 0.36). Combination of the anti-CCP and the IgM-RF ELISAs resulted in a significantly higher positive predictive value of 91% (P = 0.013) and a slightly lower negative predictive value of 78% (P = 0.35) as compared with the use of the IgM-RF ELISA alone. The ability of the 2 tests performed at the first visit to predict erosive disease at 2 years of followup in RA patients was comparable (positive predictive value 91%). Conclusion The anti-CCP ELISA might be very useful for diagnostic and therapeutic strategies in RA of recent onset.

Anda mungkin juga menyukai