Anda di halaman 1dari 47

Konsep Asuhan Keperawatan

Pada Lansia Dengan Rheumatoid Artritis

A. Pengertian

Istilah Reumatis berasal dari bahasa yunani, Reumatismos yang

berarti mukus, suatu cairan yang dianggap jahat mengalir dari otak ke

sendi dan struktur tubuh, sehingga menimbulkan rasa nyeri atau dengan

kata lain setiap kondisi yang disertai kondisi nyeri dan kaku pada sistem

muskuloskletal disebut reumatik, termasuk jaringan ikat (Muttaqin,

2008).

Rematoid atritis adalah penyakit peradangan sistemik kronis yang

tidak diketahui penyebabnya dengan manifestasi pada sendi perifer

dengan pola simetris. Konstitusi gejala, termasuk termasuk kelahan,

malaise, dan kekakuan pada pagi hari. Pada rematoid atritis sering

melibatkan ekstra-artikular seperti kulit, jantung, paru-paru, dan mata.

Rematoid atritis menyebabkan kerusakan sendi dan dengan demikian

sering menyebabkan morbiditas dan kematian yang cukup besar

(Helmi, 2012).

Reumatoid Atritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik

kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif,

akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat,

2006).

Rematoid atritis merupakan penyakit inflamasi non-bakterial yang

bersifat sistemik, progresif, cendrung kronik dan mengenai sendi serta

jaringan ikat sendi secara simetris (Chairuddin, 2003).


B. Anatomi Fisiologi Sendi

a. Anatomi Sendi

Gambar 2.1 Sendi Normal

(www belajarbiologi.rumahilmuindonesia.net)

Gambar 2.2 Gambar Sendi Normal dan Sendi yang


Terkena Osteoatritis dan Atritis Reumatoid

(www belajarbiologi.rumahilmuindonesia.net)

b. Fiologi Sendi

Sendi adalah tempat pertemuan dua tulang atau lebih. Tulang

tulang ini dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul

sendi, pita febrosa, ligament, tendon, fasia atau otot. Ada dua tipe

sendi yaitu sebagai berikut :

a. Sendi fibrosa (sinartrodial), merupakan sendi yang tidak dapat

bergerak. Sendi fibrosa tidak memiliki lapisan tulang rawan.

Tulang yang satu dengan tulang rawan. Tulang yang satu dengan
tulang lainnya dihubungan oleh jaringan penyambungan fibrosa.

Salah satu contohnya adalah sutura pada tulang-tulang tengkorak.

Contoh yang kedua disebut sindesmosis yang terdiri dari suatu

ligamen diantara tulang. Serat-serat ini memungkinkan sedikit

gerakan, tetapi bukan gerakan sejati. Perlekatan tulang tibia dan

fibula bagian distal adalah contoh tipe sendi fibrosa ini.

b. Sendi kartilago (amfiartrodial), merupakan sendi yang yang dapat

sedikit bergerak. Sendi kartilago adalah sendi yang ujung-ujung

tulangnya dibungkus oleh rawan hialin, disokong oleh ligamen ,

dan hanya dibungkus ligamen dan hanya dapat sedikit bergerak.

Ada dua tipe sendi kartilago dapat dilihat pada:

1. Sindrokosis adalah sendi-sendi yang diliputi oleh oleh tulang

rawan hialin. Sendi-sendi kostokondral adalah contoh

sindrokosis .

2. Simfisis adalah sendi yang tulang-tulangnya memiliki

hubungan fibrokartilago dan selapis tipis tulang rawan hialin

yang menyelimuti permukaan sendi. Simfisis pubis dan sendi-

sendi pada tulang punggung adalah contoh-contohnya.

Sendi synovial (diartrodial), merupakan sendi yang dapat

digerakkan dengan bebas. Sendi ini memiliki rongga sendi dan

permukaan sendi dilapisi tulang rawan hialin (Roger, 2002).

Kapsul sendiri terdiri dan dari selaput penutup fibrosa

padat, suatu lapisan dalam yang terbentuk dari jaringan

penyambung berpembuluh darah banyak, serta sinovium yang

membentuk suatu kantung yang melapisi seluruh sendi dan

tendon – tendon yang melintasi sendi. Sinovium tidak meluas


melampaui permukaan sendi, tetapi terlipat sehingga

meminukinkan gerakan sendi secar penuh. Lapisan-lapisan bursa

diseluruh persendian membentuk sinovium. Periostium tidak

melewati kapsul sendi (Roger, 2002).

Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang

membasahi permukaan sendi. Cairan sinvial normalnya bening,

tidak membeku dan tidak berwarna. Jumlah yang ditemukan pada

tiap-tiap sendi relative keci (1-3 ml). Hitung sel darah putih pada

cairan ini normalnya kurang dari 200 sel/ ml dan terutama adalah

sel-sel monokluer. Asam hialoronidase adalah senyawa yang

bertanggung jawab atas viskositas cairan synovial dan sintesis

oleh sel-sel pembungkus synovial. Bagian cair dari cairan

synovial diperkirakan berasal dari transudat plasma. Cairan

synovial juga bertindak sebagai sumber nutrisi bagi tulang rawan

sendi. Kartilago hialin menutupi bagian tulang yang menanggung

beban tubuh pada sendi synovial . tulang rawan ini memegang

peranan penting dalam membagi beban tubuh. Rawan sendi

tersusun dari sedikit sel dan sejumlah besar substansi dasar.

Substansi dasar ini terdiri kolagen tipe II dan proteoglikan yang

dihasilkan oleh sel-sel tulang rawan. Proteoglikan dapat

kehilangan sebagian kemampuannya untuk menahan kerusakan

sewaktu sendi menerima beban berat (Roger, 2002).

Sendi dilumasi oleh cairan synovial dan oleh perubahan

hidrostaltik yang terjadi pada cairan interstitial tulang rawan.

Tekanan yang terjadi pada tulang rawan akan mengakibatkan

pergeseran cairan kebagian yang kurang mendapatkan tekanan.


Sejalan dengan pergeseran sendi ke depan, cairan yang bergerak

ini juga bergeser ke depan mendahului beban. Cairan kemudian

akan bergerak kebelakang kembali ke bagian tulang rawan ketika

tekanan berkurang. Tulang rawan sendi dan tulang-tulang yang

membentuk sendi biasanya terpisah selama gerakan selaput cairan

ini. Selama terdapat cukup selaput atau cairan, tulang rawan tidak

dapat aus meskipun terlalu banyak digerakan (Roger, 2002).

Aliran darah ke sendi banyak yang menuju sinovium.

Pembuluh darah mulai masuk melalui tulang subkondral pada

tingkat tepi kapsul. Jaringan kapiler sangat tebal di bagian

sinovium yang menempel langsung pada ruang sendi. Hal ini

memungkinkan bahan-bahan di dalam plasma disfungsi dengan

mudah ke dalam ruang sendi. Proses peradangan dapat sangat

menonjol disinovium karena di daerah tersebut banyak mendapat

aliran darah dan juga terdapat banyak sel mast dan sel lain serta

zat kimia yang secara dinamis berinteraksi untuk merangsang dan

memperkuat respons peradangan (Roger, 2002).

Serat-serat yang didapatkan didalam substansi dasar adalah

kolagen dan elastin. Setidaknya terdapat 11 bentuk kolagen yang

dapat diklasifikasikan menurut rantai molekul, lokasi dan

fungsinya. Kolagen dapat dipecahkan oleh kerja kolagenase.

Enzim proteolitik ini membuat molekul stabil pada suhu

fisiologik, dan selanjutnya dihidrolisis oleh proses lain.

Perubahan sintesis kolagen tulang-tulang rawan terlihat pada

penyakit-penyakit reumatik yang diperantarai oleh imunitas,

seperti Reumatoid Atritis (Roger, 2002).


Serat-serat elastin memiliki sifat elastis yang penting. Serat

ini didapat dalam ligamen, dinding pembuluh darah besar dan

kulit. Elastin pecahkan oleh enzim yang disebut elastase. Elastase

dapat menjadi penting pada proses pembentukan arteriosclerosis

dan emfisema. Ada bukti-bukti yang menunjukkan bahwa

perubahan dalam sistem kardiovaskuler karena penuaan, dapat

terjadi oleh karena peningkatan pemecahan serat elastin (Roger,

2002).

Selain serat-serat, proteoglikan adalah zat penting yang

ditemukan dalam substansi dasar. Proteoglikan adalah molekul

besar terbuat dari rantai polisakarida panjang yang melekat pada

pusat polipeptida. Proteoglikan pada tulang rawan sendi berfungsi

sebagai bantalan pada sendi sehingga sendi dapat menahan beban-

beban fisik yang berat. Hubungan antara proteoglikan dengan

proses imunologi dan peradangan adalah kompleks. Limfokin

dapat menginduksi sel-sel jaringan penyambung untuk

memproduksi proteoglikan baru, menghambat produksi atau

meningkatkan pemecahan. Proteoglikan dapat menjadi fokus aksi

autoimun pada gangguan seperti Atritis Reumatoid. Pertambahan

usia mengubah proteoglikogen didalam tulang rawan,

proteoglikan ini akan berkurang melekat satu dengan yang

lainnya dan berinteraksi dengan kolagen. Perubahan fungsional

dan struktural utama yang menjadi bagian dari proses penuaan

normal menyebabkan perubahan biokimia dari jaringan

penyambung dan terjadi terutama pada serat dan proteoglikan

(Roger, 2002).
D. Penyebab

Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori

yang ditemukan mengenai rematoid atritis, yaitu :

1. Infeksi streptokokus hemolitikus, dan streptokokus non-hemolitikus.

2. Endokrin.

3. Autoimun.

4. Metabolic.

5. Faktor genetik serta faktor pemicu lingkungan.

Pada saat ini , rematoid atritis diduga disebabkan oleh autoimun dan

infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor injeksi

mungkin disebabkan oleh virus dan organisme mikroplasma atau group

deptiroid yang menghasilkan antigen kolagen tipe II dari tulang rawan

sendi penderita.

Kelainan yang dapat terjadi pada suatu rematoid atritis yaitu :

1. Kelainan pada daerah ertikular.

a. Stadium I (stadium sinovitas).

b. Stadium II (stadium destruksi).

c. Stadium III (stadium deformitas).

2. Kelainan pada jaringan ekstra-artikular.

Perubahan patologis yang dapat terjadi pada jaringan ekstra-artikular

adalah :

a. Otot : terjadi miopati.

b. Nodul subkutan.

c. Pembuluh darah perifer : terjadi proliferasi tunika intima, lesi

pada pembuluh darah anteriol dan venosa.


d. Kelenjar life : terjadi pembesaran limfe berasal dari aloiran limfe

sendi, hiperplasi folikuler, peningkatan aktivitas sistem

retikuloendotelial dan proliferasi yang mengakibatkan

splenomegali.

e. Saraf : terjadi nekrosis fokal, reaksi epiteloid serta infiltrasi

leukosit.

f. Visera (Nanda, 2013).

E. Klasifikasi

Kelainan yang dapat terjadi pada Reumatoid Atritis adalah

sebagai berikut :

1. Kelainan pada sinovia. Kelainan Reumatoid Atritis dimulai dari

sinovia berupa sinovitis. Pada tahap awal terjadi hyperemia dan

pembengkakan pasa sel-sel yang meliputi sinovia yang disertai

inflamasi limfosit pada sel-sel plasma. Selanjutnya terjadi

pembentukan vilus yang berkembang keruang sendi. Pemeriksaan

mikroskopik, ditemukan daerah nekrosis fibrinoid yang diliputi oleh

jaringan fibroblast membentuk garis radial kearah bagian nekrosis.

2. Kelainan pada tendon. Pada tendon terjadi tenosinovitis disertai

infasi kolagen yang dapat menyebabkan rupture tendon secara

parsial atau total.

3. Kelainan pada tulang. Kelainan yang terjadi pada daerah artikular

dibagi dalam tiga stadium :

a. Stadium I ( stadium sinovitis ) pada tahap awal terjadi kongesti

vascular, proliferasi synovial disertai infiltrasi lapisan

subsinovial oleh sel-sel polimorfi limfosit dan sel plasma.

Selanjutnya terjadi penebalan struktur kapsul sendi disertai


pembentukan vili pada sinovium dan efusi pada sendi

pembungkus tendo.

b. Stadium II (stadium destruksi). Pada stadium ini inflamasi

berlanjut menjadi kronis serta terjadi destruksi sendi dan tendo.

Kerusakan pada tulang rawan sendi disebabkan oleh enzim

sendi dan tendo. Kerusakan pada tulang rawan disebabkan oleh

enzim proteolitik dan jaringan vaskuler pada lipatan sinovia

serta jaringan granulasi yang terbentuk pada permukaan sendi

(panus) erosi tulang terjadi pada bagian sendi akibat infasi

jaringan granulasi dan resorpsi osteoklas. Pada tendo terjadi

tendosinovitis disertai invasi kolagen yang dapat menyebabkan

ruptur tendo, baik parsial ataupun total.

c. Stadium III (stadium deformitas). Pada stadium ini kombinasi

antara destruksi sendi, ketegangan selaput sendi, dan ruptur

tendo akan menyebabkan instabilitas dan deformitas sendi,

kelainan yang mungkin ditemukan pada sendi yang mungkin

ditemukan ditemukan pada stadium ini adalah ankilosis tulang-

tulang. Inflamasi yang yang terjadi mungkin sudah berkurang

dan kelainan yang timbul terutama karena gangguan mekanisme

dan fungsional pada sendi.

4. Kelainan pada jaringan ekstra-artikular. Perubahan patologis yang

dapat terjadi pada jaringan ekstra-artikularadalah sebagai berikut :

a. Otot. Pada otot terjadi miopati yang pada elektromoigraf

menunjukkan adanya degenerasi serabut otot. Degenerasi ini

berhubungan dengan fragmentasi serabut otot serta gangguan

retikulum sarkoplasma dan partikel glikogen. Selain itu,


umumnya pada Atritis Reumatoid terjadi pengecilan, atrofi otot

yang disebabkan oleh kurangnya penggunaan otot akibat

inflamasi sendi yang ada.

b. Pembuluh darah kapiler. Pada pembuluh darah kapiler terjadi

proliferasi tunika intima, lesi pada pembuluh darah arterol dan

venosa. Terjadi perubahan pada pembuluh darah sedang dan

kecil berupa atritis nekrotik. Akibatnya, terjadi gangguan respon

sendi yang ada.

c. Nodul subkutan. Nodul subkutan terdiri ats unit jaringan yang

nekrotik dibagian sentral dan kelilingi oleh lapisan sel

mononuklear yang tersusun secara radial dengan jaringan ikat

padat dan diinfiltrasi oleh sel-sel bulat. Nodul subkutan hanya

ditemukan pada 25% dari seluruh klien Atritis Reumatoid.

Gambaran ekstra-artikular yang khas adalah adanya nodul

subkutan yang merupakan tanda patognomonik dan ditemukan

pada 25% dari klien Atritis Reumatoid.

d. Kelenjar limfe. Terjadi pembesaran kelenjar limfe yang berasal

dari aliran limfe sendi, hyperplasia folikular, peningkatan

aktivitas sistem retikoleundotel, dan proliferasi jaringan ikat

yang mengakibatkan splenomegali.

e. Saraf. Pada saraf terjadi perubahan jaringan periuneal berupa

nekrosis fokal, reaksi epiteloid, serta infiltrasi leokosit yang

menyebabkan neorupati sehingga terjadi gangguan sensorik.

f. Organ visera. Kelainan Atritis Reumatoid juga dapat terjadi

pada organ visera seperti jantung dengan adanya demam

reumatik yang kemungkinan akan menyebabkan gangguan pada


katup jantung dan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung

sebagai pompa darah (Charlene, 2001).

F. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala setempat

a. Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning

stiffness) dan gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih

dari 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari.

Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan osteoartritis yang biasanya

tidak berlangsung lama.

b. Lambat laun membengkak, panas merah, lemah.

c. Poli artritis simetris sendi perifer  Semua sendi bisa terserang,

panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling

sering mengenai sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan,

meskipun sendi yang lebih besar seringkali terkena juga

d. Artritis erosif  sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi

yang kronik menyebabkan erosi pada pinggir tulang dan ini dapat

dilihat pada penyinaran sinar X

e. Deformitas  pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi

metakarpofalangea, deformitas boutonniere dan leher angsa. Sendi

yang lebih besar mungkin juga terserang yang disertai penurunan

kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami

ankilosis disertai kehilangan kemampuan bergerak yang total

f. Rematoid nodul  merupakan massa subkutan yang terjadi pada

1/3 pasien dewasa, kasus ini sering menyerang bagian siku (bursa

olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah,

bentuknya oval atau bulat dan padat.


g. Kronik  Ciri khas rematoid artritis

Tanda dan Gejala Sistemik

a. Lemah, demam tachikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia

b. Bila ditinjau dari stadium, maka pada Atritis Reumatoid terdapat

tiga stadium yaitu:

1) Stadium Sinovitis

Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial

yang ditandai adanya hiperemi, edema karena kongesti, nyeri

pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak, dan

kekakuan.

2) Stadium Destruksi

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial

terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya

kontraksi tendon. Selain tanda dan gejala tersebut diatasterjadi

pula perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari swan-neck.

3) Stadium Deformitas

Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang

kali, deformitas dan ganggguan fungsi secara menetap.

Perubahan pada sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut pada

pembentukan pannus, ankilosis fibrosa, dan terakhir ankilosis

tulang (Mujahidullah, 2008).

Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli

rematoid atritis. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi

tangan, pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki,

sendi bahu serta sendi panggul dan biasanya bersifat bilateral/simetris.


Tetapi kadang-kadang hanya terjadi pada satu sendi disebut rematoid

atritis mono-articular (Chaeruddin, 2003).

6. Stadium awal

Malaise, penurunan berat badan, rasa capek, sedikit demam dan

anemia. Gejala lokal yang berupa pembengkakan, nyeri dan

gangguan gerak pada sendi matakarpofalangeal.

Pemeriksaan fisik : Tenosinofitas pada daerah ekstensor pergelangan

tangan dan fleksor jari-jari. Pada sendi besar (misalnya sendi lutut)

gejala peradangan lokal berupa penmbengkakan nyeri serta tanda-

tanda efusi sendi.

7. Stadium lanjut

Kerusakan sendi dan deformitas yang bersifat permanen, selanjutnya

timbul/ketidakstabilan deformitas rematoid yang khas berupa deviasi

ulnar jari-jari, deviasi radial/volar pergelangan tangan serta valgus

lutut dan kaki.

Untuk menegakkan diagnosis dipakai kriteria diagnosis ACR tahun

1987 di mana untuk mendiagnosis rematoid atritis diperlukan 4 dari

7 kriteria tersebut.

Kriteria 1-4 tersebut harus minimal diderita selama 6 minggu


Tabel kriteria tanda dan gejala
Kriteria Definisi
Kaku pagi hari Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan sekitarnya sekurang –
kurangnya selama 1 jam sebelum perbaikan maksimal
Atritis pada 3 daerah Pembengkakan jaringan lunak atau persendian atau lebih efusi (bukan
persendian atau lebih pertumbuhan tulang) sekurang-kurangnya pada 3 sendi secara bersamaan
yang diobservasi oleh seorang dokter.
Atritis pada Sekurang-kurangya terjadi pembengkakan suatu persendian tangan seperti
persendian tangan yang tertera di atas.
Atritis simetris Keterlibatan sendi yang sama (seperti kriteria yang tertera 2 pada kedua
belah sisi). Keterlibatan PIP, MCP, atau MTP bilateral.
Nodul rematoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan ekstensor atau
daerah juksta artikular yang diobservasi oleh seorang dokter.
Faktor rematoid Terdapat titer abnormal faktor rematoid serum yang diperiksa dengan cara
serum positif memberikan hasil positif kurang dari 5% kelompok kontrol yang
diperiksa. Pemeriksaan hasilnya negatif tidak megindikasikan rematoid
atritis.
Perubahan gambaran Perubahan gambaran radiologis yang khas bagi rematoid atritis pada
radiologis pemeriksaan sinar x tangan posterior/pergelangan tangan yang harus
menunjukkan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang berlokasi pada
sendi, atau daerah yang berdekatan dengan sendi.

G. Patofisiologi
Reumatoid atritis tidak diketahui penyebabnya, meskipun etiologi

infeksi telah berspekulasi bahwa penyebabnya adalah organisme

mikoplasma, faktor resiko rematik dengan antibodi, faktor metabolik,

infeksi dengan kecendrungan virus, akan menyebabkan resiko

peradangan pada sendi, sehingga akan menyebabkan kekakuan sendi,

terjadi penebalan sinovial, akan menyebabkan pannus.

Pannus akan bereaksi menjadi nodul dan infiltrasi dan os

subcondria, sehingga akan menyebabkan hambatan nutrisi pada

kartilagio artukularis. Hambatan nutrisi pada kartilagiao artukularis

akan menyebabkan kerusakan kartilago dan tulang pada sendi sehingga

tendon dan ligamen melemah, kartilago akan menjadi nekrosis


kemudian terjadi erosi pada kartilago, adhesi pada permukaan sendi

sehingga akan menyebabkan ankilosis fibrosa.

2.2.1 Pathway

Gambar 2.3 (pathway reumatoid atritis)


Faktor resiko rematik dengan Resiko peradangan Nyeri akut
antibodi, faktor metabolik, infeksi
dengan kecendrungan virus

Kekakuan sendi Synovial menebal Kurang informasi

Hambatan mobilitas fisik pannus


Defisit pengetahuan ansietas

Nodul Infiltrasi dalam Os subcondria

Gangguan body image Hambatan nutrisi pada


cartilagio artukularis

Hambatan nutrisi pada Kerusakan cartilago dan


cartilagio artukularis tulang

Cartilago nekrosis Tendon dan ligamen


melemah

Erosi cartilago

Adhesi pada permukaan


sendi
Hambatan mobilitas fisik Ankilosis fibrosa

Kekakuan sendi Ankilosis tulang

Keterbatasan gerak sendi

Defisit perawatan diri Mudah luksasi dan subluksasi Hilangnya kekuatan otot

Resiko cidera
Sumber : (Nanda, 2013).
H. Pemeriksaan Penunjang

a. Tes serologi

b. Sedimentasi eritrosit meningkat

c. Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis

d. Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita

e. Pemerikasaan radiologi

f. Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi

g. Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan

ankilosis

h. Aspirasi sendi

i. Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan

dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik

(Mujahidullah, 2012).

I. Penatalaksaan

Penatalaksanaan medik pada Atritis reumatoid diantaranya

1. Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab

dan prognosis penyakit

2. Istirahat : karena pada atritis reumatoid ini disertai rasa lelah yang

hebat

3. Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi

berkurang ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi klien.

4. Pemberian obat-obatan:

a. Anti Inflamasi non steroid (NSAID), contoh : aspirin yang

diberikan pada dosis yang telah ditentukan. Obat-obat Atritis

reumatoid :
b. Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipiretik,

Anti Inflamasi)

c. Indomethacin / Indocin (Analgetik, Anti Inflamasi)

d. Ibufropen / motrin (Analgetik, Anti Inflamasi)

e. Tolmetin sodium / Tolectin (Analgetik, Anti Inflamasi)

f. Naproxsen / naprosin (Analgeti, Anti Inflamsi)

g. Sulindac / Clinoril (Analgetik, Anti Inflamasi)

h. Piroxicam / Feldene (analgetik, Anti inflamasi) (Mujahidullah,

2012).

J. Komplikasi

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah

gastritis dan ulkus peptikum yang merupakan komplikasi utama

penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat

pengubah perjalanan penyakit (disease modifying antirhematoid

drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan

mortalitas utama pada Reumatoid Artritis.

Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas .

Sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi

neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat

ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat

vaskulitis (Sudart, 2002).


Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan

data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan

kebutuhan keperawatan seorang klien.

1. Identitas

Identitas klien mencakup nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,

agama, pendidikan, pekerjaan, status, alamat, tanggal masuk rumah

sakit, cara masuk Rumah Sakit, nomor medical record, diagnosa

masuk Rumah Sakit.

Identitas penanggung jawab mencakup nama, hubungan dengan

klien, pekerjaan dan alamat.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan

Atritis Reumatoid adalah nyeri pada daerah sendi yang

mengalami masalah. Untuk memperoleh pengkajian yang

lengkap yang lengkap tentang nyeri klien, perawat juga dapat

menggunakan metode PQRST.

Provoking Incident : Hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri

peradangan.

Quality of Pain : Nyeri yang dirasakan atau gambarkan klien

bersifat menusuk.

Region, Radiation, Relief : Nyeri dapat menjalar atau menyebar

dan nyeri terjadi disendi yang mengalami masalah.


Severity (Scale) of Pain : Nyeri yang dirasakan ada diantara 1-3

pada rentang skala pengukuran 0-4.

Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah

bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pengumpulan data dilakukan sejak keluhan muncul, pada klien

Reumatoid Atritis gejala lokal yang terjadi berupa

pembengkakan, nyeri, dan gangguan gerak pada sendi. Perlu

dikaji kapan gangguan sensorik muncul. Gejala awal terjadi

pada sendi, persendian yang paling sering terkena adalah sendi

tangan, pergelangan tangan, sendi bahu, serta sendi panggul,

dan biasanya bersifat bilateral/ simetris. Akan tetapi, kadang

reumatoid atritis dapat terjadi pada satu sendi.

c. Riwayat penyakit dahulu

Pada `pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang

mendukung terjadinya Reumatoid Atriris. Penyakit tertentu

seprti penyakit diabetes menghambat proses penyembuhan

Reumatoid Atritis. Masalah yang perlu ditanyakan adalah

apakah klien pernah dirawat dengan masalah yang sama. Sering

klien ini menggunakan obat reumatik jangka panjang sehingga

perlu dikaji jenis obat yang digunakan (NSAID,

antibiotic,analgesic).

d. Riwayat penyakit keluarga

Kaji tentang adalah keluarga dari generasi terdahulu yang

mengalami keluhan yang sama dengan klien

3. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual (Handerson, 2008).


Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, penulis menggunakan

konseptual Virginia Handerson, dimana terdapat 14 komponen

meliputi

a. Bernapas

Pada klien dengan atritis reumatoid tidak menunjukkan

kelainan sitem pernafasan pada saat inspeksi. Palpasi thoraks

menunjukkan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada

auskultasi tidak ada suara nafas tambahan

b. Nutrisi

Yang perlu dikaji adalah bagaimana kebiasaan makanan yang

dikonsumsi dan hal apa saja yang dirasakan dalam memenuhi

kebutuhan nutrisi seperti rasa haus, rasa lapar dan lemah.

Gangguan gastrointestinal yang sering adalah mual, nyeri

lambung yang mnyebabkan klien tidak nafsu makan, terutama

jika klien menggunakan obat reumatik dan NSAID.

c. Eliminasi

Umumnya kien dengan Atritis Reumatoid BAK dan BAB

dalam batas normal dan tidak ada keluhan.

d. Aktivitas

Kegiatan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari pada

klien dengan reumatoid Atritis tidak dapat terpenuhi . Nyeri

sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada

sendi kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan

simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya

hidup, waktu senggang, pekerjaan dan keletihan.

e. Istirahat dan tidur


Perlu dikaji kebiasaan tidur dan istirahat klien dan hal-hal yang

dirasakan yang dapat mengganggu istirahat dan tidur klien.

f. Personal Hygiene

Kebiasaan klien dengan pemeliharaan dan perawatan kesehatan

diri sendiri misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian, memakai

alas kaki.

g. Mempertahankan temperatur tubuh dan suhu tubuh

Bagaimana respon klien terhadap suhu ruangan di Rumah Sakit

dan bagaimana cara klien mengatasi dalam hal perubahan

cuaca, misalnya bila cuaca panas atau dingin.

h. Kebutuhan berpakaian

Pakaian merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk

menutupi tubuh sehubungan dengan diri klien.

i. Rasa aman dan nyaman

Masing-masing individu mempunyai pandangan berbeda

mengenai kenyamanan diri, rasa nyaman dan aman dapat

terganggu bila terjadi nyeri pada sendi.

j. Berkomunikasi dengan orang lain / sosialisasi

Dalam hubungan dengan keluarga, teman, tetangga, klien

denganX Reumatoid Atritis dapat menjadi labil karena selalu

memikirkan penyakit yang dideritanya sehingga akan

berpengaruh pada sosialisasi klien.

k. Pekerjaan / kebutuhan bekerja

Dikaji pekerjaan apa saja yang selalu dilakukan oleh klien dan

apakah pekerjaannya bersifat ringan, sedang atau berat.

l. Kebutuhan spiritual / beribadah


Kebiasaan dalam melaksanakan dan menjalankan ibadah sesuai

dengan kepercayaannya.

m. Belajar

Dikaji mengenai pentingnya belajar tentang kesehatan terutama

yang berhubungan dengan pengelolaan penderita reumatoid

atritis.

n. Rekreasi

Dikaji mengenai pentingnya rekreasi untuk mengurangi

pikiran-pikiran tentang penyakit yang diderita.

4. Pemeriksaan fisik

1) Pemeriksaan dilakukan dengan persistem.

2) Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik yaitu :

a. System Persyarafan

1) Kesimetrisan raut wajah

2) Tingkat kesadaran, adanya perub ahan dari otak

a) Tidak semua organ menjadi senile

b) Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau

melemah

3) Mata : Pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak

4) Pupil : Kesamaan dan dilatasi

5) Ketajaman penglihatan menurun karena menua :

a) Jangan di uji di depan jendela

b) Gunakan tangan atau gambar

c) Cek kondisi kaca mata

6) Gangguan sensori

7) Ketajaman pendengaran
a) Apakah menggunakan alat bantu dengar

b) Tinitus

c) Serumen telinga bagian luar, jangan di bersihkan

8) Adanya rasa sakit atau nyeri

b. System Kardiovaskuler

1) Sirkulasi perifer, warna, dan kehangatan

2) Auskultasi denyut nadi apical

3) Periksa adanya pembengkakan vena jugularis

4) Pusing

5) Sakit atau nyeri

6) Edema

c. System Gastrointestinal

1) Status gizi

2) Asupan diet

3) Anoreksia, tidak dapat mencerna, mual, muntah

4) Mengunyah, menelan

5) Keadaan gigi, rahang, dan rongga mulut

6) Auskultasi bising usus

7) Palpasi, apakah perut kembung, ada pelebaran kolon

8) Apakah ada konstipasi ( sembelit ), diare, inkontinensia

alvi

d. System Genitourinaria

1) Urin ( warna dan bau )

2) Distensi kandung kemih, inkontinensia ( tidak dapat

menahan untuk buang air kecil )

3) Frekuensi, tekanan, atau desakan


4) Pemasukan dan pengeluaran cairan

5) Disuria

6) Seksualitas

a) Kurang minat melakukan hubungan seks

b) Adanya disfungsi seksual

c) Gangguan ereksi

d) Dorongan/daya seks menurun

e) Hilangnya kekuatan dan gairah seksualitas

f) Adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas

seksual

e. System Integumen

1) Kulit

a) Temperature, tingkat kelembapan

b) Keutuhan kulit : luka, luka terbuka, robekan

c) Turgor ( kekenyalan kulit )

d) Perubahan pigmen

2) Adanya jaringan parut

3) Keadaan kuku

4) Keadaan rambut

5) Adanya gangguan umum

f. System Muskuloskeletal

1) Kontraktur

a) Atrofi otot

b) Tendon mengecil

c) Ketidakadekuatan gerakan sendi

2) Tingkat mobilisasi
a) Ambulasi dengan atau tanpa bantuan peralatan

b) Keterbatasan gerak

c) Kekakuan otot

d) Kemampuan melangkah/berjalan

3) Gerakan sendi

4) Paralisis

5) Kifosis

5. Psikologis

a. Apakah mengenal masalah-masalah utamanya.

b. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.

c. Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak

d. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan

e. Bagaimana mengatasi stres yang dialami.

f. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.

g. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.

h. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.

i. Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif : daya ingat,

proses pikir, alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam

penyelesaian masalah.

6. Idenfikasi masalah emosional

Ada dua tahap pertanyaan yaitu :

Tahap I :

1. Apakah lansia mengalami susah tidur ?

2. Ada masalah/banyak pikiran ?

3. Apakah lansia murung/menangis sendiri ?

4. Apakah lansia sering was-was/kuatir ?


Tahap II :

1. Keluhan lebih 3 bulan/lebih dari 1 bulan, 1 kali dalam satu

tahun?

2. Ada masalah/banyak pikiran ?

3. Ada gangguan/masalah dengan orang lain ?

4. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?

5. Cenderung mengurung diri ?

7. Pengkajian Intelektual

Identifikasi aspek intelektual dengan menggunakan SPMSQ ( short

portable mental status questioner ).

Ajukan beberapa pertanyaan pada daftar dibawah ini :

Tabel SPMSQ ( short portable mental status questioner ).

Benar Salah Nomor Pertanyaan


1 Tanggal berapa Hari ini ?
2 Hari apa sekarang ?
3 Apa nama tempat ini ?
4 Dimana alamat anda ?
5 Berapa umur anda /
6 Kapan anda lahir ?
7 Siapa presiden Indonesia ?
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
9 Siapa nama ibu anda ?
Kurangi 3 dari 20 dan tetap penggurang 3 dari
10
setiap angka baru, secara menurun.
Jumlah
(Maryam R Siti, 2008)

Interpretasi :

Salah 0-3 : Fungsi intelektual utuh

Salah 4-5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan

Salah 6-8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang

Salah 9-10 : Fungsi intelektual kerusakan berat


8. Identifikasi aspek kognitif

Dengan Menggunakan MMSE ( Mini Mental Status Exam )

Tabel MMSE ( Mini Mental Status Exam )

Nilai Nilai
No. Aspek Kognitif Kriteria
Maksimal Klien
1. Oreintasi 5 Menyebutkan dengan benar:
Tahun :
Musim :
Tanggal :
Hari :
Bulan :
2 Orientasi 5 Dimana sekarang kita berada ?
Negara :
Provinsi :
Kabupaten / kota :
Panti :
Wisma :

3. Register 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi,


meja kertas), kemudian ditanyakan
kepada klien, menjawab
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
4 Perhatian dan 5 Meminta klien berhitung mulai dari 100
kalkulasi kemudain kurangi 7 sampai 5 tingkat
Jawaban :
1. 93
2. 86
3. 79
4. 72
5. 65
5 Mengingat 3 Meminta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada poin ke -2 ( tiap poin nilai 1
)
6 Bahasa 9 Menanyakan pada klien untuk tentang
benda ( sambil menunjukkan benda
tersebut )
1.
2.
Meminta klien untuk mengulangi kata
beikut :
Tidak ada, dan jika, atau tetapi )
Klien menjawab :

Minta klien untuk mengikuti perintah


berikut yang terdiri 3 langkah
Ambil kertas ditangan anda, lipat dua
dan taruh dilantai:
1.
2.
3.
Perintah pada klien untuk hal berikut (
bila aktifitas sesuai perintah satu poin
(tutup mata anda)
Perintah kepada klien untuk menulis
kalimat dan menyalin gambar.

Total nilai 30
Interpretasi hasil :

24-30 : tidak ada gangguan kognitif

18-23 : gangguan kognitif sedang


0-17 : gangguan kognitif berat

9. Penilaian ADL lansia modifikasi (Indeks kartz dan Indeks Bartel)

Tabel penilaian kemampuan ADL Lansia

No ADL KRITERIA NILAI

0 Bantuan Total
1 Makan (Feeding) 1 Bantuan Minimal
2 Mandiri
0 Bantuan Total
2 Mandi (Bathing) 1 Bantuan Minimal
2 Mandiri
0 Bantuan Total
3 Berpindah (Transfering) 1 Bantuan Minimal
2 Mandiri
0 Bantuan Total
4 Berpakaian (Dressing) 1 Bantuan Minimal
2 Mandiri
0 Bantuan Total
5 Buang air kecil (Bowel) 1 Bantuan Minimal
2 Mandiri
0 Bantuan Total
6 Buang air besar (Bladder) 1 Bantuan Minimal
2 Mandiri
Jumlah Total Nilai
(Maryam R Siti, 2008)

Kriteria :

12 : Mandiri

8-11 : Ketergantungan ringan

4-7 : Ketergantungan sedang

3-0 : Ketergantungan total


10. Penilaian Inventarisasi Depresi Beks

Tabel Penilaian Tingkat Depresi

NO URAIAN PERTANYAAN SKOR NILAI

1 KESEDIHAN

Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak 3


dapat menghadapinya

Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat 2


keluar darinya

Saya merasa sedih atau galau 1

Saya tidak merasa sedih atau galau 0

2 PESIMISME

Merasa masa depan hanyalah sia-sia & sesuatu tidak 3


dapat membaik

Merasa tidak punya apa-apa & memandang kemasa 2


depan

Merasa kecil hati tentang masa depan 1

Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan 0

3 RASA KEGAGALAN

Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua 3


(suami/istri)

Bila melihat hidupan kebelakang, semua yang dapat 2


saya lihat kegagalan

Merasa telah gagal melebihi orag pada umumnya 1

Tidak merasa gagal 0

4 KETIDAK PUASAN

Tidak puas dengan segalanya 3

Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun 2

Tidak menyukai cara yang saya gunakan 1

Tidak merasa tidak puas 0

5 RASA BERSALAH

Merasa seolah sangat buru/tidak berharga 3

Merasa sangat bersalah 2

Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu 1


yang baik

Tidak merasa benar-benar bersalah 0


NO URAIAN PERTANYAAN SKOR NILAI

6 TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI

Saya benci diri saya sendiri 3

Saya muak dengan diri saya sendiri 2

Saya tidak suka dengan diri saya sendiri 1

Saya tidak merasa kecewa dengan diri saya sendiri 0

7 MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI

Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan 3

Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri 2

Saya merasa lebih baik mati 1

Saya tidak punya fikiran tentang membahayakan diri 0


sendiri

8 MENARIK DIRI DARI SOSIAL

Saya telah kehilangan sema minat saya pada orang lain 3


& tidak perduli pada mereka semua

Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang 2


lain & mempunyai sedikit perasaan pada mereka

Saya kurang berminat pada orang lain dari pada 1


sebelumnya

Saya tidak kehilangan minat pada orang lain 0

9 KERAGU-RAGUAN

Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali 3

Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat 2


keputusan

Saya berusaha mengambil keputusan 1

Saya membuat keputusan yang baik 0

10 PERUBAHAN GAMBARAN DIRI

Merasa bahwa saya jelek/menjijkan 3

Merasa ada perubahan yang permanen pada 2


penampilan

Saya khawatir saya tampak tua/tidak menarik & ini 1


yang membuat saya tidak menarik

Tidak merasa bahw asaya tampak lebih buruk dari pada 0


sebelumnya

11 KESULITAN KERJA
NO URAIAN PERTANYAAN SKOR NILAI

Tidak melakukan pekerjaan sama sekali 3

Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk 2


melakukan sesuatu

Memerlukan upaya tambahan untuk memulai 1


melakukan sesuatu

Saya dapat bekerja sebaik-baiknya 0

12 KELETIHAN

Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu 3

Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu 2

Saya merasa lelah dari biasanya 1

Saya tidak merasa lebih lelah drai biasanya 0

13 ANOREKSIA

Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali 3

Nafsu makan saya sangat buruk sekarang 2

Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya 1

Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya 0

Jumlah Total Nilai

Kriteria :

16+ : Depresi berat

8-15 : Depresi sedang

7-5 : Depresi ringan

4-0 : Depresi tidak ada / minimal


11. Sosial ekonomi

a. Darimana sumber keuangan lanjut usia.

b. Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.

c. Dengan siapa dia tinggal.

d. Kegiatan organisasi apa yang diikuti lanjut usia.

e. Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.

f. Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di

luar rumah.

g. Siapa saja yang biasa mengunjungi

h. Seberapa besar ketergantungannya

i. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan

fasilitas yang ada.

12. Spiritual

a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan

keyakinan agamnya.

b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam

kegiatan keagamaan, misalnya pengkajian dan penyantuan

anak yatim atau fakir miskin.

c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah

dengan berdoa.

d. Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal.

Pengkajian dasar

a) Temperatur

1. Mungkin serendah 95 F (hipotermi) ± 35 °C

2. Lebih teliti diperiksa disublingual


b) Pulse (denyut nadi)

1. Kecepatan, irama, volume

2. Apikal, radial, pedal.

c) Respirasi

1. Kecepatan, irama, dan kedalaman

2. Tidak teraturnya pernafasan.

d) Tekanan darah

1. Saat baring, duduk, berdiri

2. Hipotensi akibat posisi tubuh

e) Berat badan perlahan-lahan hilang pada tahun-tahun terakhir

f) Tingkat orientasi

g) Memory (ingatan)

h) Istirahat tidur

i) Penyesuaian psikososial

2.3.1 Diagnosa keperawatan

Perawat menggunakan hasil pengkajian untuk menentukan

diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan dapat berupa diagnosis

keperawatan individu, diagnosis keperawatan keluarga dengan lansia,

ataupun diagnosis keperawatan pada kelompok lansia.


1. Analisa Data

Tabel 2.6 Analisa Data

SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM


D/S: faktor resiko rematik dengan Nyeri akut
1. Umumnya klien mengeluh antobody, factor metabolik, infeksi
kesakitan dan nyeri pada dengan kecendrungan virus
daerah sendi.
2. Umumnya klien mengeluh Resiko peradangan
kaku sendi pada pagi hari.
D/O: Nyeri akut
1. Umumnya klien tampak
meringis., sendi terasa
panas.
2. Umumny klien akan
menunjukkan sikap
melindungi rasa nyeri.
3. Biasanya prilaku distraksi
(mins., berjalan mondar
mandir mencari oarang lain
dan atau aktivitas lain,
aktivitas berulang).
4. Biasanya klien akan
menunjukkan ekspresi
prilaku (mins., gelsah,
merengek, menagis).

D/S: faktor resiko rematik dengan Hambatan mobilitas


1. Umumnya klien mengeluh antobody, factor metabolik, infeksi fisik
kesakitan saat beraktivitas. dengan kecendrungan virus
2. Umumnya klien kesulitan
membolak – balik posisi. Resiko perdangan
D/O:
1. Umumnya bengkak, Kekakuan sendi
terbatasnya pergerakan,
perubahan ukuran pada Hambatan mobilitas fisik
sendi dari ukuran normal.
2. Biasanya klien melakukan
aktivitas lain sebagai
pengganti pergerakan (mis.,
meningkatkan perhatian
terhadap aktivitas orang
lain,mengendalikan prilaku,
fokus pada
ketunadayaan/aktivitas
sebelum sakit).
3. Umumnya klien perubahan
dalam berjalan.
D/S: Kerusakan cartilago dan tulang Resiko cedera
1. Biasanya klien tidak dapat
melakukan aktivitas. Tendon dan legamen melmah
2. Biasanya gangguan pasa
fisik (mins., integritas kilit Mudah luksasi dan subluksasi
tidak utuh, gangguan
mobilitas). Hilangnya kekuatan otot
D/O:
1. Biasanya klien terbatasnya Resiko cidera
pergerakan, bengkak,
kekakuan pada sendi, sendi,
lemah, klien tampak pucat.
2. Biasanya bengkak,
terbatasnya pergerakan,
perubahan ukuran pada
sendi dari ukuran normal.
3. Umumnya karena
perkembangan usia (mins.,
fisiologis, psikososial dan
lemah sistem imunnya).
D/S: faktor resiko rematik dengan Defisit pngetahuan
1. Biasanya klien mengeluh antobody, factor metabolik, infeksi ansietas
cemas dengan penyakitnya. dengan kecendrungan virus
D/O:
1. Umumnya klien tampak Resiko peradangan
gelisah, klien tidak tenang.
2. Biaasanya klien prilaku Kurang informasi
tidak tepat (mins., histeria,
bermusuhan, angitasi, Dificit pengetahuan ansietas
apatis).
D/S: faktor resiko rematik dengan Gangguan body
1. Biasanya klien mengeluh antobody, factor metabolik, infeksi image
tidak percaya diri dengan dengan kecendrungan virus
keadaannya.
2. Biasanya klien mengeluh Resiko peradangan
perasaan yang
mencerminkan perubahan Panus
pandangan tentang tubuh
individu (mins., Nodul
penampilan, struktur,
fungsi). Gangguan body image
D/O: .
1. Biasanya klien tidak mau
bergaul,klien menghindari
diri dari keramaian, klien
tampak menyendiri.
2. Biasanya klien perubahan
dalam keterlibatan dalam
sosial.
3. Umumnya klien perluasan
batasan tubuh untuk
menggabungkan objek
lingkungan.
D/S: Adhesi pada permukaan sendi Defisit perawatan
1. Biasanya karena adanya diri
gangguan muskuluskoletal Ankhilosis fibrosa
2. Biasanya klien mengeluh
nyeri. Kekuatan sendi
3. Biasanya klien adanya
(gangguan kongnitif, Keterbatasan geraksendi
persepsi).
D/O: Defisit perawatan diri
1. Umumnya klien mengeluh
karena ketidak mampuan
untuk mengakses kamar
mandi
2. Biasanya klien ketidak
mampuan menjangkau
sumber air.
3. Biasanya ketidak mampuan
mengambil perlengkapan
mandi.

B. Diagnosa Keperawatan.

Berdasarkan atas analisa data di atas dapat dirumuskan beberapa

diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah keperawatan yaitu:

1. Nyeri berhubungan dengan faktor resiko rematik dengan antibody, faktor

metabolik, infeksi dengan kecendrungan virus resiko peradangan nyeri akut

ditandai dengan umumnya klien mengeluh kesakitan dan nyeri pada daerah

sendi, umumnya klien mengeluh kaku sendi pada pagi hari, umumnya klien

tampak meringis, sendi terasa panas, umumnya klien akan menunjukkan

sikap melindungi rasa nyeri, biasanya prilaku distraksi (mins., berjalan

mondar mandir mencari oarang lain dan atau aktivitas lain, aktivitas

berulang), biasanya klien akan menunjukkan ekspresi prilaku (mins., gelsah,

merengek, menagis).

2. Hambatan ombilitas fisik berhubungan dengan faktor resiko rematik

dengan antibody, faktor metabolik, infeksi dengan kecendrungan virus,

resiko perdangan kekakuan sendi, hambatan mobilitas fisik, ditandai dengan

umumnya klien mengeluh kesakitan saat beraktifitas, umumnya klien

kesulitan membolak – balik posisi, umumnya bengkak, terbatasnya

pergerakan, perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal, biasanya

klien melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan (mis.,

meningkatkan perhatian terhadap aktivitas orang lain,mengendalikan

prilaku, fokus pada ketunadayaan/aktivitas sebelum sakit), umumnya klien

perubahan dalam berjalan.

3. Resiko cedera berhubungan dengan kerusakan kartilago dan tulang, tendon

dan legamen melmah, hilangnya kekuatan otot , resiko cidera ditandai


dengan biasanya klien tidak dapat melakukan aktivitas, biasanya gangguan

pasa fisik (mins., integritas kilit tidak utuh, gangguan mobilitas), biasanya

klien terbatasnya pergerakan, bengkak, kekakuan pada sendi, sendi,

lemah, klien tampak pucat, biasanya bengkak, terbatasnya pergerakan,

perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal, umumnya karena

perkembangan usia (mins., fisiologis, psikososial dan lemah sistem

imunnya).

4. Defisit pngetahuan ansietas berhubungan dengan faktor resiko rematik

dengan antibody, faktor metabolik, infeksi dengan kecendrungan virus

resiko peradangan defisit pengetahuan ansietas ditandai dengan biasanya

klien mengeluh cemas dengan penyakitnya, umumnya klien tampak

gelisah, klien tidak tenang, biasanya klien prilaku tidak tepat (mins.,

histeria, bermusuhan, angitasi, apatis).

5. Gangguan body image berhubungan dengan faktor resiko rematik dengan

antibody, faktor metabolik, infeksi dengan kecendrungan virus, resiko

peradangan, panus, nodul , gangguan body image, ditandai dengan

biasanya klien mengeluh tidak percaya diri dengan keadaannya, biasanya

klien mengeluh perasaan yang mencerminkan perubahan pandangan

tentang tubuh individu (mins., penampilan, struktur, fungsi), biasanya

klien tidak mau bergaul, klien menghindari diri dari keramaian, klien

tampak menyendiri, biasanya klien perubahan dalam keterlibatan dalam

sosial, umumnya klien perluasan batasan tubuh untuk menggabungkan

objek lingkungan.

6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan adhesi pada permukaan sendi,

ankhilosis fibrosa, kekakuan sendi, keterbatasan geraksendi, defisit

perawatan diri ditandai dengan biasanya karena adanya gangguan


muskuluskoletal, biasanya klien mengeluh nyeri, biasanya klien adanya

(gangguan kongnitif, persepsi), umumnya klien mengeluh karena ketidak

mampuan untuk mengakses kamar mandi, biasanya klien ketidak

mampuan menjangkau sumber air, biasanya ketidak mampuan mengambil

perlengkapan mandi.

C. Rencana Keperawatan

Rencanaan keperawatan adalah suatu penyusunan rencana tindakan

keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah kesehatan

sesuai dengan diagnosa keperawatan yang timbul atau telah ditentukan dengan

tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.

Rencana keperawatan dapat berupa upaya promotif, preventif, dan

rehabilitatif dalam meningkatkan derajat kesehatan lansia. Rencana keperawatan

ditentukan dalam upaya membantu klien memperoleh dan mempertahankan

kesehatan pada tingkatan yang paling tinggi, kesejahteraan dan kualitas hidup,

serta untukmempersiapkan diri dalam menjelang kematian secara damai (Ekasari,

2006). Adapun rencana keperawatan sesuai dengan Diagnosa keperawatan di

atas yaitu:

Tabel Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI


NOC NIC
1 Nyeri akut NOC : NIC :
Definisi : pengalaman sensori dan a. Pain level Pain management :
emosional yang tidak b. Pain kontrol a. Lakukan pengkajian nyeri
menyenangkan yang muncul akibat c. Comport level secara komfrehensip termasuk
kerusakan jaringan yang aktual atau lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan faktor
potensial atau digambarkan dalam Kriteria hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu presipitasi.
hal kerusakan sedemikian rupa b. Observasi reaksi non verbal
penyebab nyeri, mampu menggunakan
(internatioal acocition for the study teknik non farmakologi untuk dari ketidaknyamanan
of pain) : awitan yang tiba-tiba atau mengurangi nyeri, mencari bantuan) c. Gunakan teknik komunikasi
lambat dari integritas ringan hingga b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang terapeutik untuk mengetahui
berat dengan akhir yang dapat dengan menggunakan management pengalaman nyeri pasien
diantisipasi atau diprediksi dan nyeri d. Kaji kultur yang
c. Mampu mengenali nyeri (skala, memepengaruhi respon nyeri
berlansung <6 bulan.
intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri) e. Evaluasi pengalaman nyeri
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri masa lampau
Batasan karakteristik : berkurang f. Evaluasi bersama pasien dan
1. Perubahan selera makan tim kesehatan lain tentang
2. Perubahan tekanan darah ketidak efektifan kontrol nyeri
3. Perubahan prekuensi jantng masa lampau
4. Perubahan frekuensi g. Bantu pasien dan keluarga
pernapasan untuk mencari dan
5. Laporan isarat menemukan dukungan
6. Diaporensis h. Kontrol lingkungan yang dapat
7. Prilaku distraksi (mis.,berjalan memepengaruhi nyeri seperti
mondar mandir mencari orang suhu ruangan, pencahayaan
lain dan atau aktivitas lain, dan kebisingan
aktivitas yang berulang) i. Kurangi faktor presipitasi
8. Mengekspresikan perilaku j. Pilih dan lakukan penanganan
(mis.,gelisah, merengek, nyeri (farmakologi, non
menangis) farmakologi, dan
9. Sikap melindungi area nyeri interpersonal)
10. Fokus menyempit k. Kaji tipe dan sumber nyeri
(mis.,gangguan persepsi nyeri, untuk menentukan intervensi
hambatan proses berfikir, l. Ajarkan tentang teknik non
penurunan interaksi dengan farmakologi
orang lain dan lingkungan) m. Berikan analagetik untuk
11. Indikasi nyeri yang dapat mengurangi nyeri
diamati n. Evaluasi keefektifan kontrol
12. Perubahan posisi untuk nyeri
menhindari nyeri o. Tingkatkan istirahat
13. Sikap tubuh melindungi p. Kolaborasikan dengan dokter
14. Dilatasi pupil jika ada keluhan dan tindakan
15. Meloprkan nyeri secara verbal nyeri tidak berhasil
16. Gangguan tidur q. Monitor penerimaan pasien
tentang management nyeri
Faktor yang berhubungan :
1. Agen cedera (mis.,biologis, zat Alagesik administration :
kimia, fisik, psikologis) a. Menetukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
b. Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Pilih obat analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
e. Tentukan pemilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
f. Tentukan analgesik pilihaan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
g. Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
h. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
i. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
j. Evaluasi efektivitas analgesik
tanda dan gejala.
2 Hambatan mobilitas fisik NOC : NIC :
Definisi : keterbatasan pada a. joint novement : aktive Exercise therapy : ambulation
pergerakan fisik tubuh atau satu b. mobility level a. Monitoring vital sign sebelum
atau lebih ekstremitas secara c. self care : ADLs atau sesudah latihan dan lihat
d. trasnfer perfmormance respon pasien saat latihan
mandiri dan terarah
b. Konsultasikan dengan terapi
kriteria hasil : fisik tentang rencana ambulasi
Batasan karakteristik : sesuai dengan kebutuhan
a. Klien meningkatkan dalam aktivirtas
1. Penurunan waktu reaksi fisik c. Bantu klien untuk
2. Kesulitan membolak-balik b. Mengerti tujuan dari peningkatan menggnakan tongkat saat
posisi mobilitas berjalan dan cegah terhadap
3. Melakukan aktivitas lain c. Memverbalisasikan perasaan dalam cedera
sebagai pengganti pergerakan meningkatkan kekuatan dan d. Ajarkan pasien atau tenaga
(mis.,meningkatkan perhatian kemampuan berpindah kesehatan lain tentnag teknik
terhadap aktivitas orang lain, d. Meperagakan pengguaanaan alat ambulasi
mengendalikan prilaku, fokus bantu untuk mobilisasai (walker) e. Kaji kemampuan klien dalam
pada ketunadayaan/aktivitas mobilisasi
sebelum sakit) f. Latih klien dalam pemenuhan
4. Dispnea setelah beraktivitas kebutuhan ADLs secara
5. Perubahan cara berjalan mandiri sesuai kemampuan
6. Gerakan bergetar g. Dampingi dan bantu klien saat
7. Keterbatasan kemampuan bobilisasi dan bantu penuhi
melakukan keterampilan kebutuhan ADLs klien
motorik halus h. Berikan alat bantu jika klien
8. Keterbatasan kemampuan memerlukan.
melakukan keterampilan i. Ajarkan klien bagaimana
motorik kasar merubah posisi dan berikan
9. Keterbatsan tentang pergerakan bantuan jika diperlukan
sendi
10. Tremor akibat pergerakan
11. Ketidakstabilan postur
12. Pergerakan lambat
13. Pergerakan tidak terkoodinasi

Faktor yang berhubungan :


1. Intoleransi aktivitas
2. Perubahan metabolisme selular
3. Ansietas
4. Indeks masa tubuh di atas
perentil ke-75 sesuai usia
5. Gangguan kognitif
6. Konstraktur
7. Kepercayaan budaya tentang
aktivitas sesuai usia
8. Fisik tidak bugar
9. Penurunan ketahanan tubuh
10. Penurunan kendali otot
11. Penurunan masa otot
12. Malnutrisi
13. Gangguan muskuloskeletal
14. Gangguan neuromuskular, nyeri
15. Agens obat
16. Penurunan kekuatan otot
17. Kurang pengetahuan tentang
aktivitas fisik
18. Keadaan mood depresi
19. Keterlambatan perkembangan
20. Ketidaknyamanan
21. Disuse, kaku sendi
22. Kurang dukugan lingkungan
(mis.,fisik atau sosial)
23. Keterbatasan ketahanan
kardiovaskular
24. Kerusakan integritas struktur
tulang
25. Program pembatasan gerak
26. Keengganan memulai
pergerakan
27. Gaya hidup monoton
28. Gangguan
3 Resiko cidera NOC : NIC :
Definisi : beresiko mengalami a. Risk kontrol Environment management
cidera sebagai akibat kondisi (menejemen lingkungan)
lingkungan yang berinteraksi Kriteria hasil : a. Sediakan lingkumngan yang
dengan sumber adaptif dan sumber a. Klien terbebas dari cidera aman untuk klien
defensif individu b. Klien mampu menjelaskan b. Identifikasi kebutuhan
cara/metode untuk mencegah keamanan klien, sesuai
injury/cidera dengan kondisi fisik dan
Faktor resiko : c. Klien mampu menjelaskan faktor fungsi kognitif klien dan
1. Eksternal resiko dari lingkungan/prilaku riwayat penyakit terdahulu
a. Biologis (mis.,tingkat personal klien
imunisasi komunitas, d. Mampu memodifikasi gaya hidup c. Menghindarkan lingkungan
mikroorganisme) untuk mencegah injury yang berbahaya
b. Zat kimia (mis.,racun, e. Menggunakan fasilitas kesehatan (mis.,memindahkan
polutan, obat, agens yang ada perabotan)
farmasi, alkohol, nikotin, f. Mampu mengenali perubahan status d. Memasang side rail tempat
pengawet, kosmetik, kesehatan tidur
pewarna) e. Menyediakan tempat tidur
c. Manusia (mis.,agen yang nyaman dan bersih
nosokomial, pola f. Menempatkan saklar lampu
ketegangan, atau faktor di tempat yang mudah
kognitif, efektif, dan dijangkau klien
psikomotor) g. Membatasi pengunjung
d. Cara pemindahan atau h. Menganjurkan keluarga
transport untuk menemani klien
e. Nutrisi (mis.,desain, i. Mengontrol lingkungan dari
struktur, dan pengaturan kebisingan
komunitas, bangunan, dan j. Memindahkan barabng-
atau peralatan) barang yang dapat
2. Internal membahayakan
a. Profil darah yang abnormal k. Berikan penjelasan pada
(mis.,leukositosis/leukopenia, klien dan keluarga atau
gangguan faktor koagulasi, pengunjung adanya
trombositopenia, sel sabit, perubahan status kesehatan
talasemia, penurunan dan penyebab penyakir.
hemoglobin)
b. Disfungsi biokimia
c. Usia perkembangan (fisiologis,
psikososial)
d. Disfungsi efektor
e. Disfungsi imun-autoimun
f. Disfungsi integratif
g. Malnutrisi
h. Fisik (mis.,integritas kulit tidak
utuh, gangguan mobilitas)
i. Psikologis (orientasi afektif)
j. Disfungsi sensorik
k. Hipoksia jaringan.

4 Gangguan body image/citra NOC : NIC:


tubuh a. Body image Body image enhancement
Definisi : konfulsi dalam gambaran b. Self esteem a. Kaji secara verbal dan non
mental tentang diri-fisik individu verbal respon klien terhadap
Kriteria hasil : tubuhnya
a. Body image positif b. Monitor frekuensi
Batasan karakteristik :
b. Mampu mengidentifikasi kekuatan mengkritik dirinya
1. Perilaku mengenali tubuh c. Jelaskan tentang pengobatan,
personal
individu perawatan, kemajuan dan
c. Mendiskripsikan secara faktual
2. Perilaku menhindari tubuh prognosis penyakit
perubahan fungsi tubuh
individu d. Motivasi klien
d. Mempertahankan interaksi sosial
3. Perilaku memantau tubuh mengungkapkan
individu perasaannya
4. Respon non verbal terhadap e. Identifikasi arti pengurangan
perubahan aktual pada tubuh melalui pemakaian alat bantu
(mis.,penampilan, struktur, f. Fasilitas kontak dengan
fungsi) individu lain dalam
5. Respon non verbal terhadap kelompok kecil
persepsi perubahan pada tubuh
(mis.,penampilan, struktur,
fungsi)
6. Mengungkapkan perasaan yang
mencerminkan perubahan
pandangan tentang tubuh
individu (mis.,penampilan,
struktur, fungsi)
7. Mengungkapkan persepsi yang
mencerminkan perubahan
individu dalam penampilan
Objektif
1. Perubahan aktual pada fungsi
2. Perubahan aktual pada struktur
3. Prilaku mengenali tubuh
individu
4. Perilaku memantau tubuh
individu
5. Perubahn dalam kemampuan
memperkirakan hubungan
spesial tubuh terhadap
lingkungan
6. Perubahan dalam keterlibatan
sosial
7. Perluasan batasan tubuh untuk
menggabungkan objek
lingkungan
8. Secara sengaja
menyembunyikan bagian tubuh
9. Secara sengaja menonjolkan
bagian tubuh
10. Kehilangan bagian tubuh
11. Tidak melihat bagian tubuh
12. Tidak menyentuh bagian tubuh
13. Trauma pada bagian yang tidak
berfungsi
14. Secara tidak sengaja
menonjolkan bagian tubuh
Subjektif
1. Depersonalisasi kehilangan
melalui kata ganti yang netral
2. Depersonalisasi bagian melalui
kata ganti yang netral
3. Penekanan pada kekuatan yang
tersisa
4. Ketakutan terhadap reaksi
orang lain
5. Fokus pada penampilan masa
lalu
6. Perasaan negatif tentang
sesuatu
7. Personalisasi kehilangan
dengan menyebutkannya
8. Fokus pada perubahan
9. Fokus pada kehilangan
10. Menolak memverifikasi
perubahan aktual
11. Mengungkapkan perubahan
gaya hidup

Faktor yang berhubungan :


1. Biofisik, kognitif
2. Budaya, tahap perkembangan
3. Penyakit, cedera
4. Perseptual, psikososial, spiritual
5. Pembedahan, trauma
6. Terapi penyakit
5 Defesiensi pengetahuan NOC NIC
Definisi : ketiadaan atau defisien a. Knowledge : disease process Teaching : disease process
informasi kognitif yang berkaitan b. Knowledge : health behavior a. Berikan penilaian tentang
dengan topik tertentu tingkat pengetahuan klien
Kriteria hasil : tentang proses penyakit yang
a. Klien dan keluarga menyatakan spesifik
Batasan karateristik :
pemahaman tentang penyakit, b. Jelaskan patofiologi dari
1. Prilaku hiprbola penyakit dan bagaimana hal
kondisi, progosis dan program
2. Ketidakakuratan mengikuti ini berhubungan dengan
pengobatan
printah anatomi dan fisiologi,
b. Klien dan keluarga mampu
3. Ketidakakuratan melakukan tes dengan cara yang tepat
melaksanakan prosedur yang
4. Perilaku tidak tepat(mis., c. Gambarkan tanda dan gejala
dijelaskan secara benar
histeria, bermusushan, agitasi, yang biasa muncul pada
c. Klien dan keluarga mampu
apatis) penyakit, dengan cara yang
menjelaskan kembali apa yang
5. Pengungkapan masalah tepat
dijelaska perawat/tim kesehatan
lainnya d. Gambarkan proses penyakit,
Faktor yang berhubungan : a. dengan cara yang tepat
1. Keterbatasan kognitif e. Identifikasi kemungkinan
2. Salah intepretasi informasi penyebab, dengan cara tepat
3. Kurang pajanan f. Sediakan informasi pada
4. Kurang minat dalam belajar klien tentang kondisi, dengan
5. Kurang dapat mengingat cara yang tepat
6. Tidak familier dengan sumber g. Hindari jaminan yang
informasi kosong
h. Sediakan bagi keluarga atau
SO informasi tentang
kemajuan klien dengan cara
yang tepat
i. Diskusi perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrol penyakit
j. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
k. Dukung klienuntuk
mengeksplorasi atau
mendapat second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
l. Rujuk klien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
m. Intrusikan kliwn mengenai
tanda dan gejala untuk
melapor pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
6 Defisit perawat diri mandi NOC NIC
Definisi : hambatan kemampuan a. Activity intolerance Self care assistance:
untuk melakukan atau b. Mobility : physical impaired Bathing/hygiene
menyelesaikan mandi/aktivitas c. Self Care Deficit Hygiene a. Pertimbangkan budaya klien
d. Sensory perception, Auditor disturbet ketika mempromosikan
perawat diri untuk diri sendiri
aktivitas keperawatan diri
Kriteria hasil : b. Pertimbangkan usia klien
Batasan karateristik :
a. Perawatan diri astomi : tindakan mempromosikan aktivitas
1. Ketidakmampuan untuk pribadi mempertahankan ostomi keperawatan diri
mengakses kamar mandi untuk eliminasi c. Menentukan jumlah dan
2. Ketidakmampuan b. Perawatan diri : aktivitas kehidupan jenis bantuan yang di
mengeringkan tubuh sehari-hari(ADL)mampu untuk butuhkan
3. Ketidakmampuan mengambil melakukan aktivitas perawatan fisik d. Tempat handuk, sabun,
perlengkapan mandi dan pribadi secara mandiri dengan deodoran, alat pencukur, dan
4. Ketidakmampuan menjangkau atau tanpa alat bantu aksesoris lainnya yang
sumber air c. Perawatan diri mandi : mampu untuk dibutuhkan disamping
5. Ketidakmampuan mengatur air membersihkan tubuh sendiri secara tempat tidur atau kamar
mandi mandiri dengan atau tanpa alat bantu mandi
6. Ketidakmampuan membasuh d. Perawat diri hygiene : mampu untuk e. Menyediakan artikwl pribadi
tubuh mempertahankan kebersihan dan yang diinginkan(mis.,
penampilan yang rapi secara mandiri deodoran, sikat gigi, sabun
Faktor yang berhubungn : dengan atau tanpa alat bantu mandfi, smpo, lotion, dan
1. Gangguan kognitif e. Perawat diri hygiene oral : mampu produk aromaterapi)
2. Penurunan motivasi untuk merawat mulut dan gigi secara f. Menyediakan lingkungan
3. Kendala lingkungan mandiri dengan atau tanpa alat bantu yang tgerapiutik dengan
4. Ketidakmampuan merasakan f. Mampu mempertahankan mobilitas memastikan hangat, santai
bagian tubuh yang diperlukan untuk ke kamar pengalaman pribadi, dan
5. Ketidakmampuan merasakan mandi dan menyediakan personal
hubungan spasial perlengkapan mandi g. Memfasilitas gigi klien
6. Gangguan muskuluskoletal g. Membersihkan dan mkengeringkasn menyikat, sesuai
7. Gangguan neuro muskular tubuh h. Mempasilitasi diri mandi
8. Nyeri h. Mengungkapan secara verbal klien, sesuai
9. Gangguan persepsi kepuasan tentang kebersihan tubuh i. Membantu membersihkan
10. Asietas berat dan hygiene oral kuku, menurut kemampuan
perawat diri klien
D. Implementasi/Pelaksanaan

Pelaksanaan perawatan merupakan realisasi dari rencana tindakan

perawatan yang telah ditetapkan dengan maksud agar kebutuhan klien

terpenuhi secara optimal.

Di dalam pelaksanaan diperlukan adanya kerjasama antara klien,

keluarga serta tenaga kesehatan khususnya perawat. Pelaksanaan tindakan

keperawatan menjadi tanggung jawab perawat untuk menolong klien agar

mau menerima tindakan yang dilakukan dengan berusaha mengurangi rasa

takut, bsingung terhadap tindakan keperawatan tersebut serta menjelaskan

tata cara perawatan yang baik.

Perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana

perawatan yang telah dibuat. Perawat memberikan pelayanan kesehatan

untuk memelihara kemampuan fungsional lansia dan mencegah komplikasi

serta meningkatkan ketidakmampuan. Tindakan keperawatan berdasrkan

rencana keperawatan dari setiap diagnosis keperawatan yang telah dibuat,

dengan didasarkan pada konsep asuhan keperawatan gerontik (Ekasari.

2006).

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara :

a. Hasil implementasi dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan

untuk melihat keberhasilan.

b. Bila hasil evaluasi tidak atau berhasil sebagian perlu disusun

keperawatan yang baru.

c. Perlu diperhatikan juga bahwa evaluasi perlu dilakukan beberapa kali

dengan melibatkan keluarga sehingga perlu direncanakan waktu yang

sesuai dengan kesediaan keluarga.

d. Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional dengan

pengertian :
S : Ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara objektif

oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.

O : Keadaaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat yang

menggunakan pengamat yang objektif setelah implementasi

keperawatan

A : Merupakan analisa perawat setelah mengetahui respon subjektif

dan objektif yang dibandingkan dengan kriteria dan standar yang

telah ditentukan mengacu pada tujuan rencana keperawatan

keluarga.

P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis

(Nursalam, 2011).

F. Dokumentasi

Kegiatan pendokumentasian keperawatan mencakup pencatatan

secara sistematis semua kejadian dalam ikatan kontrak perawat – klien

dalam kurun waktu tertentu secara jelas, lengkapdan objektif. Hal ini

bertujuan untuk memberi kemudahan dalam memberikan asuhan keperawtan

dan jaminan mutu. Disamping pencatatan, kegiatan pendokumentasian

keperawatan yang mencakup penyimpangan atau pemeliharaan hasil

ppencatatan dan pendukumentasian sesama anggota tim kesehatan untuk

kepentingan pengelolaan klien serta kepada aparat penegak hokum bila

diperlukan untuk pembuktian.


DAFTAR PUSTAKA

Arif. 2008. Buku Ajar : Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal .


Jakarta : EGC.
Aziz H.A. 2004. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : ECG.
Darmojo. 2006. Buku Ajar keperawatan Gerontik. Jakarta: Salemba Medika.
Fatma Ekasari, Mia. 2006. Panduan pengalaman belajar : Keperawatan Keluarga,
Keperawatan Gerontik, Keperawatan Komunitas. Jakarta : EGC.
Gala. 2009. Penatalaksanaan Reumatoid Tritis Pada Lansia. Jakarta : Salemba
Medika.
Handerson. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.
Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran; Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius.
Maryam R Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika.
Nanda. 2012. Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC Asuhan Keperawatan
Reumatoid Atritis. Jakarta EGC.
Nursalam. 2011. Proses Dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Potter Patricia. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.
Reeves. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika.
Soejono. 2000. Asuhan Keperawatan Lansia edisi 2. Jakarta : EGC.
Suddart, B. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2.Jakarta : EGC.
Suweto. 2009. Penatalaksaan Dan Konsep Terapi Reumatoid atritis. Jakarta :
EGC.
Wahjudi. 2008. keperawatan gerontik; Edisi 2. Jakarta : EGC.
Watson. 2002. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Perawat Edisi 10. Jakarta : EGC.
Wilkinson, J. M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai