Disusun Oleh :
Nama : Andra Esmeralda Rumlauna
Nim : A1C122039
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
A. Konsep Dasar
1. Definisi Artritis Reumatoid
Artritis reumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik atau penyakit
autoimun dimana rheumatoid arthritis ini memiliki karakteristik terjadinya
kerusakan pada tulang sendi, ankilosis dan deformitas. Penyakit ini adalah salah satu
dari sekelompok penyakit jaringan penyambung difus yang diperantarai oleh
imunitas (Syamsuhidajat, 2016). Artritis reumatoid merupakan penyakit inflamasi
nonbakterial yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi
serta jaringan ikat sendi secara simetris. Persendian yang paling sering terkena
adalah sendi tangan, pergelangan kaki, sendi bahu serta sendi panggul dan biasanya
bersifat simetris atau bilateral, tetapi kadang juga bisa terjadi pada satu sendi saja
yang disebut dengan Arthritis Rheumatoid mono-artikular (Huda & Kusuma, 2017).
Artritis rheumatoid adalah penyakit peradangan kronis pada sendi yang tidak
diketahui penyebabnya dengan manifestasi seperti kelelahan, malaise, dan kekakuan
pada pagi hari. Artritis reumatoid dapat menyebabkan kerusakan pada sendi dan
sering menyebabkan morbiditas bahkan dapat menyebabkan kematian yang cukup
besar (Zairin, 2016).
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
1) Penanda inflamasi: Laju Endap Darah (LED) dan C-Reactive Protein (CRP)
meningkat
2) Rheumatoid Factor (RF): 80% pasien memiliki RF positif namun RF
negatif tidak menyingkirkan diagnosis
3) Anti Cyclic Citrullinated Peptide (anti CCP): Biasanya digunakan dalam
diagnosis dini dan penanganan RA dengan spesifisitas 95-98% dan
sensitivitas 70% namun hubungan antara anti CCP terhadap beratnya
penyakit tidak konsisten
b. Radiologis
Dapat terlihat berupa pembengkakan jaringan lunak, penyempitan ruang sendi,
demineralisasi “juxta articular”, osteoporosis, erosi tulang, atau subluksasi
sendi.
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan objektif yang
telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang data yang
dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medis, dan pemberi pelayanan kesehatan
yang lain. Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu:
a. Nyeri akut berhubungkan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh pada tulang
dan sendi
d. Risiko cedera berhubungan dengan kelemahan fisik
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
4. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
Nyeri akut berhubungkan 1. Keluhan nyeri 1. Identivikasi lokasi,
dengan agen pencedera, menurun. karakteristik, durasi,
distensi jaringan oleh 2. Meringis menurun frekuensi, kualitas,
akumulasi cairan/ proses 3. Sikap protektif dan intensitas nyeri.
inflamasi, destruksi sendi. menurun. 2. Identivikasi respon
4. Gelisah menurun nyeri non-verbal
3. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri.
4. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
5. Fasilitasi istirahat dan
tidur.
6. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
7. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri.
8. Kolaborasi pemberian
analgetik
Gangguan mobilitas fisik 1. Klien meningkat 1. Monitoring vital sign
berhubungan dengan dalam aktivitas fisik sebelm/sesudah
deformitas skeletal 2. Meningkatkan latihan dan lihat
kekuatan dan respon klien saat
kemampuan berpindah latihan
3. Memperagakan 2. Konsultasikan
penggunaan alat Bantu dengan terapi fisik
untuk mobilisasi tentang rencana
ambulasi sesuai
dengan kebutuhan
3. Bantu klien untuk
menggunakan
tongkat saat berjalan
dan cegah terhadap
cedera
4. Ajarkan klien atau
tenaga kesehatan lain
tentang teknik
ambulasi
5. Kaji kemampuan
klien dalam mobilisas
6. Latih klien dalam
pemenuhan
kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai
kemampuan
7. Dampingi dan Bantu
klien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
8. Berikan alat Bantu
jika klien
memerlukan.
9. Ajarkan klien
merubah posisi dan
berikan bantuan jika
diperlukan
Gangguan citra tubuh 1. Body image positif 1. Kaji secara verbal
berhubungan dengan 2. Mendiskripsikan dan non-verbal
perubahan bentuk tubuh secara faktual respon klien terhadap
pada tulang dan sendi perubahan fungsi tubuhnya
tubuh 2. Monitor frekuensi
3. Mempertahankan mengkritik dirinya
interaksi sosial 3. Jelaskan tentang
pengobatan,
perawatan, kemajuan
dan prognosis
penyakit
4. Dorong klien
mengungkapkan
perasaannya
5. Identifikasi arti
pengurangan melalui
pemakaian alat bantu
6. Fasilitasi kontak
dengan individu lain
dalam kelompok
kecil
Risiko cedera 1. Klien terbebas dari 1. Sediakan lingkungan
berhubungan dengan cedera yang aman untuk klien
kelemahan fisik 2. Mampu memodifikasi 2. Identifikasi kebutuhan
gaya hidup untuk keamanan klien, sesuai
mencegah injury dengan kondisi fisik
3. Mampu mengenali dan fungsi kognitif
perubahan status klien dan riwayat
kesehatan penyakit terdahulu
klien
3. Hindarkan lingkungan
yang berbahaya
(misalnya
memindahkan
perabotan)
4. Pasang side rail tempat
tidur
5. Sediakan tempat tidur
yang nyaman dan
bersih
6. Tempatkan saklar
lampu ditempat yang
mudah dijangkau
klien.
7. Batasi pengunjung
8. Berikan penerangan
yang cukup
9. Menganjurkan
keluarga untuk
menemani klien.
10. Kontrol lingkungan
dari kebisingan
11. Pindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
12. Berikan penjelasan
pada klien dan
keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan
penyebab penyakit.
Defisit perawatan diri 1. Klien terbebas dari bau 1. Monitor
berhubungan dengan badan kemempuan klien
kelemahan fisik 2. Menyatakan untuk perawatan diri
kenyamanan terhadap yang mandiri.
kemampuan untuk 2. Monitor kebutuhan
melakukan ADLs klien untuk alat-alat
3. Dapat melakukan bantu untuk
ADLS dengan bantuan kebersihan diri,
berpakaian, berhias,
toileting dan makan.
3. Sediakan bantuan
sampai klien mampu
secara utuh untuk
melakukan self-care.
4. Dorong klien untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari yang
normal sesuai
kemampuan yang
dimiliki.
5. Dorong untuk
melakukan secara
mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu
melakukannya.
6. Ajarkan klien/
keluarga untuk
mendorong
kemandirian, untuk
memberikan
bantuan hanya jika
klien tidak mampu
untuk
melakukannya.
7. Berikan aktivitas
rutin sehari- hari
sesuai kemampuan -
Pertimbangkan usia
klien jika
mendorong
pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.
5. Implementasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Implementasi
Nyeri akut berhubungkan dengan agen 1. Mengidentivikasi lokasi,
pencedera, distensi jaringan oleh karakteristik, durasi, frekuensi,
akumulasi cairan/ proses inflamasi, kualitas, dan intensitas nyeri.
destruksi sendi. 2. Mengidentivikasi respon nyeri non-
verbal
3. Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
4. Menjelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
5. Memfasilitasi istirahat dan tidur.
6. Menganjurkan memonitor nyeri
secara mandiri.
7. Mengajarkan teknik non
farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri.
8. MelakukankKolaborasi pemberian
analgetik
Gangguan mobilitas fisik berhubungan 1. Memonitoring vital sign
dengan deformitas skeletal sebelm/sesudah latihan dan lihat
respon klien saat latihan
2. Mengkonsultasikan dengan terapi
fisik tentang rencana ambulasi
sesuai dengan kebutuhan
3. Membantu klien untuk
menggunakan tongkat saat berjalan
dan cegah terhadap cedera
4. Mengajarkan klien atau tenaga
kesehatan lain tentang teknik
ambulasi
5. Mengkaji kemampuan klien dalam
mobilisas
6. Melatih klien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
7. Mendampingi dan Bantu klien saat
mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
8. Memberikan alat Bantu jika klien
memerlukan.
9. Mengajarkan klien merubah posisi
dan berikan bantuan jika diperlukan
Gangguan citra tubuh berhubungan 1. Mengkaji secara verbal dan non-
dengan perubahan bentuk tubuh pada verbal respon klien terhadap
tulang dan sendi tubuhnya
2. Memonitor frekuensi mengkritik
dirinya
3. Menjelaskan tentang pengobatan,
perawatan, kemajuan dan prognosis
penyakit
4. Mendorong klien mengungkapkan
perasaannya
5. Menidentifikasi arti pengurangan
melalui pemakaian alat bantu
6. Memfasilitasi kontak dengan
individu lain dalam kelompok kecil
Risiko cedera berhubungan dengan 1. Menyediakan lingkungan yang
kelemahan fisik aman untuk klien
2. Mengidentifikasi kebutuhan
keamanan klien, sesuai dengan
kondisi fisik dan fungsi kognitif
klien dan riwayat penyakit terdahulu
klien
3. Menghindarkan lingkungan yang
berbahaya (misalnya memindahkan
perabotan)
4. Memasang side rail tempat tidur
5. Menyediakan tempat tidur yang
nyaman dan bersih
6. Menempatkan saklar lampu
ditempat yang mudah dijangkau
klien.
7. Membatasi pengunjung
8. Memberikan penerangan yang
cukup
9. Menganjurkan keluarga untuk
menemani klien.
10. Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
11. Memindahkan barang-barang yang
dapat membahayakan
12. Memberikan penjelasan pada klien
dan keluarga atau pengunjung
adanya perubahan status kesehatan
dan penyebab penyakit.
Defisit perawatan diri berhubungan 1. Memonitor kemempuan klien untuk
dengan kelemahan fisik perawatan diri yang mandiri.
2. Memonitor kebutuhan klien untuk
alat-alat bantu untuk kebersihan
diri, berpakaian, berhias, toileting
dan makan.
3. Menyediakan bantuan sampai klien
mampu secara utuh untuk
melakukan self-care.
4. Mendorong klien untuk melakukan
aktivitas sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang dimiliki.
5. Mendorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu melakukannya.
6. Mengajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
klien tidak mampu untuk
melakukannya.
7. Memberikan aktivitas rutin sehari-
hari sesuai kemampuan -
Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani. 2017. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info Media.
Hembing. 2017. Atasi Rematik dan Asam Urat Ala Heming. Jakarta: Puspa Swara.
Huda & Kusuma. 2017. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) Nic-Noc. Mediaction
Publishing.
Simanjuntak. 2016. Pengaruh Rutinitas Senam Rematik Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri
Pada Lansia Yang Menderita Rematik di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur
Jambi Tahun. Scienta Journal, 5(01), 20-24.
Syamsuhidajat. 2016. Buku Ajar ilmu Bedah Syamsuhidajat-de Jong Edisi 3.EGC. Jakarta.
Zairin. 2016. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal Edisi Ke-2. Jakarta: Salemba Medika.