Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN


AKTIVITAS DAN LATIHAN DI RUANG DAMAR RUMKITAL
DR.MIDIYANTO SURATANI

Disusun Oleh :

Wirdah Biadi

Preceptor Klinik Preceptor Akademik

Widwi Sartika Sari, S.Kep, Ns Tri Arianingsih, S.Kep, Ns, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

TANJUNGPINANG

TA. 2023

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Definisi
Fraktur adalah gangguan komplet atau tak komplet pada kontinuitas struktur
tulang dab didefinisikan sesuai dengan jenis keluasannya. Fraktur terjadi ketika
tulang menjadi objek tekanan yang lebih besar dari yang dapat diserapnya.fraktur
dapat disebabkan oleh hantaman langsung, atau bahkan karena kontraksi otot yang
ekstrem. (Brunner dan Suddart, 2015 Edisi 12)
Fraktur adalah gangguan kontinuitas yang normal dari suatu tulang. Jika
terjadi fraktur, maka jaringan lunak disekitarnya juga sering kali terganggu.
Radiografi (sinar X) dapat menunjukan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak
mampu menunjukakan otot atau ligament yang robek, saraf putus, atau pembuluh
darah yang pecah sehingga dapat menjadi komplikasi pemulihan klien (Black dan
Hawks,2014).
Didalam buku Kapita Selekta Kedokteran tahun 2000, diungkapkan bahwa
patah tulang tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar. Pendapat lain menyatidakan bahwa patah
tulang tertutup adalah suatu fraktur yang bersih (karena kulit masih utuh atau tidak
robek) tanpa komplikasi (Handerson, M. A, 2015).
Fraktur femur adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur femur
secara klinis bisa berupa fraktur femur terbuka yang disertai adanya kerusakan
jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf, dan pembuluh darah) dan fraktur femur
tertutup yang disebabkan oleh trauma langsung pada paha .(Helmi, 2014 : 508)
Fraktur femur adalah diskontuinitas dari femoral shaft yang bisa terjadi akibat
trauma secara langsung (kecelakaan lalu lintasatau jatuh dari ketinggin), dan
biasanya lebih banyak dialami laki-laki dewasa. (Desiartama,2017)

2. Anatomi dan fisiologi


a. Anatomi Os Femur

Femur adalah tulang regio femoralis dan merupakan tulang terpanjang pada
tubuh. Ujung proxirnalnya ditandai oleh suatu caput dan collum, dan dua
penonjolan besar (trochanter major dan minor) pada bagian atas corpus. Caput
ossis femoris berbentuk bola dan bersendi dengan acetabulum tulang
pelvicum. Caput ossis femoris ditandai oleh cekungan nonarticulare (fovea
capitis) pada permukaan medialnya untuk perlekatan ligamentum capitis
femoris Collum ossis femoris merupakan penyangga tulang berbentuk silindris
yang menghubungkan caput dengan corpus ossis femoris. Collum ossis
femoris berproyeksi ke arah superomedial dari corpus dengan sudut sekitar
125°, dan berproyeksi agak ke arah depan. Orientasi collum relatif terhadap
corpus dapat meningkatkan kisaran gerak sendi coxae.Bagian atas corpus ossis
femoris memiliki trochanter major danminor, yang merupakan tempat
perlekatan bagi musculi yang menggerakkan sendi coxae (Drake, R.L, 2012).

Tulang paha memanjang dari pinggul ke lutut. Tulang ini biasanya memiliki
panjang sekitar 48 centimeter (cm) dan berat sekitar 283 gram (g) pada pria
dewasa.

1) Kepala Tulang Femur (Head)

Kepala tulang femur merupakan permukaan halus yang ditutupi


dengan tulang rawan artikular. Bentuknya seperti bola dalam bagian sendi
panggul. Fungsi tulang paha ini adalah memungkinkan kaki bergerak ke
semua sudut.

2) Trokanter
Di bawah kepala tulang femur, ada leher dan trokanter sebagai
perpanjangan kaki atau pinggul. Trokanter melekat pada tendon yang
terhubung ke otot gluteus minimus dan gluteus medius. Otot ini berfungsi
untuk membantu berjalan dan berlari.

3) Trokanter minor (Neck)

Trokanter minor lesser trochanter berada di dasar leher femur. Ini


adalah bagian dari anatomi tulang paha yang menempel pada sepasang otot
untuk mengangkat kaki depan. Di bawahnya terdapat tuberositas gluteal

4) Batang Tulang Femur

Ada pula tubuh tulang paha (shaft) yang terhubung dengan patella
(tutup lutut), tulang tungkai bawah, tibia, dan fibula. Ujung distal tulang
paha ini memiliki pelana yang letaknya berada di atas tibia. Di dalam tubuh
tulang paha terdapat rongga meduler yang berisi sumsum tulang. Selain itu,
bagian ujung tulang paha adalah area tulang kompak yang padat. Di sekitar
tulang kompak ada tulang spons yang memiliki banyak rongga kecil
tersebar di seluruh bagian.

b. Fisiologi Os Femur
Selain dikenal besar dan kokoh, tulang paha juga menjadi tulang terpanjang
di dalam tubuh manusia. Berikut adalah fungsi tulang paha bagi manusia yang
sangat penting untuk menunjang aktivitas sehari-hari.
1) Menopang Tubuh
Fungsi tulang paha yang paling vital adalah menopang badan dan
menjaga keseimbangan tubuh. Sebagai contoh, tulang paha berperan
membantu menopang saat Anda membawa beban berat sehingga
keseimbangan tetap terjaga.Tulang ini bahkan bisa menahan berat sampai
30 kali lipat dari berat badan tubuh manusia. Maka dari itu, tidak heran
kalau tulang paha disebut sebagai tulang terbesar dan terkuat dalam tubuh.
Tulang ini juga tidak mudah patah. Kalaupun patah, kemungkinan
penyebabnya adalah kecelakaan kendaraan atau jatuh dari ketinggian.
Dibutuhkan waktu setidaknya sekitar 3-6 bulan untuk pulih dari patah
tulang paha.
2) Membantu Pergerakan
Karena letaknya yang strategis, ada beragam fungsi tulang paha. Salah
satunya adalah menciptakan artikulasi dan kemampuan untuk berlari,
berjalan, hingga berdiri. Bagian paling atas tulang paha tersambung ke
bagian sendi pinggul yang bermanfaat agar kaki dapat bergerak ke segala
arah.
3) Tulang Utama di bagia kaki
Tulang femur juga berfungsi sebagai tumpuan utama dari segala tulang
kaki. Sebab, bagian distal (bawah) tulang ini menjadi lokasi melekatnya
segala tulang kaki, mulai dari lutut hingga ke bagian kaki paling bawah.
4) Tempat Pembuatan Sel Darah Merah
Rongga meduler yang ada di bagian tulang paha merupakan tempat
penyimpanan dan pembuatan sel darah merah. Di dalam rongga ini,
terdapat sumsum tulang yang mengandung dua jenis sel punca, yakni
hematopoietik (penghasil sel darah) dan stromal (penghasil lemak).

3. Patofisiologi
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur
terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh
karena perlukaan di kulit (Smeltzer dan Bare, 2015).
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah ke
dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya
mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur.
Sel-sel darah putih dan sel anast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran
darah ketempat tersebut aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru
umatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru
mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati. Insufisiensi pembuluh
darah atau penekanan serabut syaraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang
tidak di tangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstrimitas dan
mengakibatkan kerusakan syaraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan
akan mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dan
berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut syaraf maupun jaringan
otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom compartment (Smeltzer dan Bare, 2015).
Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan ketidak
seimbangan, fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan fraktur tertutup.
Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak seperti tendon, otot,
ligament dan pembuluh darah (Smeltzer dan Bare, 2015). Pasien yang harus
imobilisasi setelah patah tulang akan menderita komplikasi antara lain : nyeri,
iritasi kulit karena penekanan, hilangnya kekuatan otot. Kurang perawatan diri
dapat terjadi bila sebagian tubuh di imobilisasi, mengakibatkan berkurangnyan
kemampuan perawatan diri (Carpenito, 2014).
Reduksi terbuka dan fiksasi interna (ORIF) fragmen- fragmen tulang di
pertahankan dengan pen, sekrup, plat, paku. Namun pembedahan meningkatkan
kemungkinan terjadinya infeksi. Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada
jaringan lunak dan struktur yang seluruhnya tidak mengalami cedera mungkin
akan terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan operasi (Price dan
Wilson, 2014).

B. KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


1. Konsep Nyeri
a) Definisi Nyeri
Nyeri merupakan pengalaman perasaan tidak enak atau tidak
menyenangkan dari sensorik maupun emosional seseorang yang disebabkan
adanya stimulus yang berhubungan dengan resiko dan aktualnya kerusakan
jaringan tubuh, bersifat subyektif dan sangat individual, dipengaruhi oleh
budaya, persepsi seseorang, perhatian dan variabel-variabel psikologis lain,
yang mengganggu perilaku berkelanjutan serta memotivasi setiap orang yang
mengalami nyeri untuk mencoba untuk menghentikan rasa sakit tersebut.
(Rezeki, 2020)

b) Bentuk-bentuk nyeri
Rasa nyeri akan dirasakan oleh seseorang dalam beberapa bentuk. Terdapat
dua bentuk sindrom nyeri menurut (Muttaqin 2019), yaitu Nyeri Akut dan
Nyeri kronis.
1) Nyeri akut Nyeri akut sering juga disebut nyeri nosiseptif adalah nyeri
yang berlangsung bersamaan dengan masih adanya kerusakan jaringan.
Nyeri akut adalah nyeri yang berlangsung secara singkat misal: Nyeri
yang diakibatkan oleh pembedahan abdomen, rasa nyeri ini tidak melebihi
enam bulan. Serangan mendadak dari sebab yang sudah diketahui dan
daerah yang nyeri biasanya dapat diketahui. Nyeri akut biasanya ditandai
dengan peningkatan tegangan otot, cemas yang keduanya meningkatkan
persepsi nyeri.
2) Nyeri kronis Nyeri yang berlangsung lebih dari enam bulan biasanya
diklasifikasikan sebagai nyeri kronis, baik sumber nyeri itu diketahui atau
tidak, atau nyeri itu tidak bisa disembuhkan, 20 penginderaan nyeri
menjadi lebih dalam sehingga sukar bagi penderita untuk menunjukkan
lokasinya.
c) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri antara laen : usia, jenis kelamin,
budaya, pemahaman nyeri, perhatian, kecemasan, kelelahan, pengalaman masa
lalu, pola koping, keluarga dan dukungan sosial (Murray & McKinney, 2019)

1) Umur
Umur/usia adalah lamanya seseorang dapat hidup di dunia, makin
bertambah umur kemampuan panca indera seseorang terjadi penurunan.
Pengaruh usia pada persepsi nyeri dan toleransi nyeri tidak diketahui secara
luas. Pengkajian nyeri pada lansia mungkin sulit karena perubahan
fisiologis dan psikologis yang menyertai proses penuaan. Anak yang masih
kecil mempunyai kesulitan dalam memahami nyeri dan prosedur
pengobatan yang dapat menyebabkan nyeri, pada pasien lansia sering kali
memilikisumber nyeri lebih dari satu.(Muttaqin, 2008)
2) Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda signifikan dalam berespon
terhadap nyeri, hanya beberapa budaya yang menganggap bahwa seorang
anak laki-laki harus lebih berani dan tidak boleh menangis dibandingkan
anak perempuan dalam situasi yang sama ketika merasakan nyeri.
3) Pendidikan
Makin tinggi pendidikan seseorang semakin banyak pula kemampuan
yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang diperkenalkan
4) Paritas
Paritas merupakan jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu. Pada ibu
bersalin yang memiliki anak lebih dari satu akan lebih dapat
mempersiapkan diri pada saat menghadapi persalinan berdasarkan pada
pengalaman nyeri terdahulu
5) Pengalaman masa lalu
Adalah menarik untuk berharap dimana individu yang mempunyai
pengalaman multipel dan berkepanjangan dengan nyeri akan lebih sedikit
gelisah dan lebih toleran terhadap nyeri dibanding orang yang mengalami
sedikit nyeri. Seseorang yang terbiasa merasakanan nyeri akan lebih siap
dan mudah mengantisipasi nyeri daripada individu yangmempunyai
pengalaman sedikit tentang nyeri
6) Kecemasan (ansietas)
Meskipun umum diyakini bahwa kecemasan akan meningkatkan nyeri,
mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaan. Hubungan antara
nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas yang dirasakan seseorang
seringkali meningkatkan persepsi nyeri, akan tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan perasaan ansietas
7) Budaya Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka
berespon terhadap nyeri
8) Budaya dan etnisitas mempunyai pengaruh pada bagaimana seseorang
berespon terhadap nyeri.
9) Makna nyeri
Makna nyeri pada seseorang mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara
seseorang beradaptasi terhadap nyeri
10) Lokasi dan tingkat keparahan nyeri
Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dan tingkat keparahan
pada masing-masing individu. Dalam kaitannya dengan kualitas nyeri
11) Perhatian
Tingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan mempengaruhi persepsi
nyeri. Perhatian yang meningkat terhadap nyeri akan meningkatkan respon
nyeri sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan
penurunan respon
12) Keletihan
Keletihan dan kelelahan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan
sensasi nyeri dan menurunkan kemampuan koping individu

2. Konsep Aktivitas Dan Latihan

a) Definisi Aktivitas Dan Latihan


Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda
kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti
berdiri, berjalan dan bekerja. Aktivitas fisik yang kurang memadai dapat
menyebabkan berbagai gangguan pada sistem muskuloskeletal seperti atrofi
otot, sendi menjadi kaku dan juga menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ
internal lainnya. (Towarto, Wartonah 2007)
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan
untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh. Latihan dapat
memelihara pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara
dengan kekuatan dan fleksibilitas oto. (Towarto, Wartonah 2007)
Gangguan aktivitas dan latihan adalah keadaan dimana individu mengalami
ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk menahan atau memenuhi
kebutuhan atau keinginan aktivitas sehari-hari. (Susan, Mary, Eleaner, Majorie,
1998).
Sistem Tubuh Yang Berperan dalam Kebutuhan Aktivitas
1) Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi
mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot,
fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor
yang bisa dilepaskan setup saat susuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum
tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-organ dalam.
Terdapat tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang kepala dan pelvis,
tulang kuboid seperti tulang vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang panjang
seperti tulang femur dan tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada
kedua ujung dan menyempit di tengah. Bagian ujung tulang panjang dilapisi
kartilago dan secara anatomis terdiri dari epifisis, metafisis, dan diafisis.
Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung tulang dan terpisah dan lebih
elastic pada masa anak-anak serta akan menyatu pada masa dewasa.
2) Otot dan Tendon
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh
bergerak sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang,
serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon yang bersangkutan, sehingga
diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat berfungsi kembali.
3) Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang.
Ligament bersifat elastic sehingga membantu fleksibilitas sendi dan
mendukung sendi. Ligamen pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas,
oleh karena itu jika terputus akan mengakibatkan ketidakstabilan.
4) Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula spinalis) dan
sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki
somatic dan otonom. Bagian somatic memiliki fungsi sensorik dan motorik.
Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat seperti pada fraktur tulang
belakang dapat menyebabkan kelemahan secara umum, sedangkan kerusakan
saraf tepi dapat mengakibatkan terganggunya daerah yang diinervisi, dan
kerusakan pada saraf radial akan mengakibatkan drop hand atau gangguan
sensorik pada daerah radial tangan.
5) Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi
membuat segmentasi dari rangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar
segmen dan berbagai derajat pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis
sendi, misalnya sendi synovial yang merupakan sendi kedua ujung tulang
berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang sendinya tertutup kapsul
sendi dan berisi cairan synovial. Selain itu, terdapat pula sendi bahu, sendi
panggul, lutut, dan jenis sendi lain sepertii sindesmosis, sinkondrosis dan
simpisis
3. Kesimpulan
Adapun kebutuhan dasaar yang terganggu pada klien fraktur femur mencakup :
1. Gangguan aktivitas dan latihan, pada klien fraktur akan mengaami perubahan
struktur anatomis pada tulang dan sendi. Hal ini mengakibatkan berkurangnya
rentang gerak secara pasief ataupun aktif sebab keterbatasan sendi.
2. Nyeri akut pada klien fraktur mengalami pergeseran dan kerusakan frakmen
tulang sehingga menyebabkan nyeri pada bagian yang terluka.

1. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
1) Biodata Pasien
Terdiri dari nama pasien, usia, status gizi kurangn mdan sering mengalami
penyakit infeksi, jenis kelamin baik Laki-laki maupun perempuan
pervalensinya sama, suku bangsa, nomor register medik, tanggal masuk
rumah sakit, diagnosa medis.
2) Alasan atau Keluhan Utama
Keluahan utama Pasien masuk rumah sakit biasanya adalah nyeri akut.
3) Riwayat Kesehatan Saat Ini
Pertanyaan yang biasanya ditanyakan pada pasien kapan terjadinya fraktur
4) Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Apakah pasien pernah mengalami fraktur sebelumnya, pernah melakukan
aktivitas berat.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah keluarga pasien pernah mengalami hal serupa.
6) Riwayat Imunisasi
Riwayat pemberian imunisasi.
7) Riwayat Nutrisi
Kebutuhan kalori yang dibutuhkan dalam sehari

Pemeriksaan fisik secara head to toe


1) Status kesehatan umum
Terdiri dari kondisi umum penderita, status kesadaran, tinggi badan, berat
badan, dan tanda- tanda vital.
2) Bagian kepla dan leher
Pemeriksaan secara Inspeksi : lihat bentuk kepala, keadan rambut, kulit
kepala, konjungtivitis, fotofobia, apakah ada eritema dibelakang telinga, di
bagian atas lateral tengkuk, bagian rambut dan bagian belakang bawah.
Pemeriksaan secara palpasi : raba apakah ada pembesaran kelenjar getah
bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang.
3) Bagian mulut
Pemeriksaan secara inspeksi : apakah ada bercak koplik di mukosa bukalis
berhadapan dengan molar bawah, adakah enantema di palatum durum dan
palatum mole, adakah perdarahan pada mulut dan traktus digestivus.
4) Bagian toraks
Pemeriksaan secara inspeksi : perhatikan bentuk dada, apakah ada batuk,
adakah secret pada nasofaring, adakah perdarahan pada hidung..
Pemeriksaan secara auskultasi : akan terdengar bunyi Ronchi / bunyi
tambahan pernapasan.
5) Bagian Abdomen
Pemeriksaan secara inspeksi : perhatikan bentuk dari perut . Apakah ada
kelainan.
Pemeriksaan secara auskultasi akan terdengar bising usus.
Pemeriksaan secara perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda
abnormal, misalnya masa atau pembengkakan.
6) Bagian kulit
Pemeriksaan secara inspeksi : perhatiakan adanya Eritema pada kulit,
hiperpigmentasi, kulit bersisik.
Pemeriksaan secara palpasi : apakah ada Turgor kulit menurun.

b. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan mobilitas fisik dengan penurunan kekuatan otot karena adanya
nyeri ketika mobilisasi.
2) Nyeri akut berhubungan dengan pergeseran fragmen tulang
3) Resiko Infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit karena
adanya luka insisi.
1. Intervensi

NO Diagnosa Tujuan Intervensi Tindakan keperawatan


Keperawatan (Hasil yang diharapkan dan Meliputi : Tindakan Observatif, Tindakan Keperawatan
(DS da DO) kriteria hasil evaluasi) Mandiri, Pendidikan Kesehatan, Kolaborasi, atau
Pelaksanaan Program Dokter
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
(I.010011)
keperawatan selama 3x24 masalah
Definisi :
nyeri akut berkurang dengan Tindakan Observasi :
Pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan Kriteria Hasil : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
dengan kerusakan jaringan
1. TTV Normal kualitas, intensitas nyeri
aktual atau fungsiona,
dengan onset mendadak 2. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
atau lamat
3. Meringis menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Gelisah menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
5. Kesulitan tidur menurun nyeri
6. Frekuensi nadi membaik 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
7. Pola nafas membaik 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 Gangguan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan intervensi Dukungan mobilisasi (I.05173)
Observasi
keperawatan selama 3x24 jam
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Definisi maka diharapkan mobilitas fisik
- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
Kemampuan dalam meningkat dengan
- monitor tanda-tanda vital sebelum mobilisasi
Gerakan fisik dari satu atau Kriteria Hasil :
lebih ekstremitas secara
1. TTV Normal
mendiri 2. Pergerakkan ekstremitas Terapeutik
bawah meningkat - Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis.
3. Kekuatan otot meningkat pagar tempat tidur)
Rentang gerak (ROM) meningkat. - Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatan pergerakan

Edukasi
- Jelaskan tujuan mobilisasi
- Anjurkan mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis.
Duduk ditempat tidur, duduk disisi tempat tidur, pindah
dari tempat

3 Resiko Infeksi (D.0055) Setelah dilakukan intervensi Pencegahan infeksi


selama 3x24 jam, maka tingkat (I. 14539)
infeksi menurun dengan kriteria Observasi
hasil: - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
1. Kemerahan menurun
2. Nyeri menurun Teraupetik
3. Bengkak menurun - Batasi jumlah pengunjung
- Berikan perawatan kulit pada area edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
- Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi

Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu.
2. Implementasi

Implementasi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari


rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Ada
beberapa tahap dalam tindakan keperawatan, yakni sebagai berikut
(Setiadi, 2012) :

S : Yang di peroleh perawat secara langsung dari klien atau keluhan


pasien “Klien mengatakan nyeri berkurang bahkan tidak ada nyeri”

O : Perawat mendapatkan dari hasil pemeriksaan “Pasien tampak


normal dengan hasil pemeriksaan tanda – tanda vital TD: 120/80,
RR: 20x/menit, Nadi : 75x/menit, Suhu 36˚ C.

A : Hasil dari analisis keperawatan yang masih terjadi atau dapat di


tuliskan diagnosa baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan
pasien “Nyeri akut teratasi” atau “Nyeri tidak teratasi”

P : Perencanaan yang dilakukan perawat terhadap masalah apakah


tidakan di lajutkan atau di hentikan

3. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan


keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan (Rohmah, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8
volume 3, Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Brunner and Suddarth (2015) Keperawatan Medical Bedah Edisi 12 Jakarta :EGC
Kasiati, Ni Wayan Dwi Rosmalawanti. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia 1. Jakarta:
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi Dan Indikator
Diagnostik (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
PPNI. (2019a). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan (1st ed.). Jakarta.
PPNI. (2019b). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
Sapardin. (2019). Konsep Dasar Keperawatan Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan
(Pusdik SDM). Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai