Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA NY.

N DENGAN
DIAGNOSA MEDIS CLOSE FRAKTUR FEMUR DEXTRA 1/3 DISTAL
DI INSTALASI BEDAH SENTRAL
RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Peminatan Kamar Bedah

Disusun Oleh :
MUHAMMAD RIZKY BAZZANO
(A01802448)

PRODI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA


STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem moskuloskeletal adalah salah satu sistem primer dan paling
penting dalam tubuh manusia. Sistem ini terdiri dari tulang, otot, kartilago,
ligamen, tendon, fascia, bursae, dan persendian yang menjadi satu kesatuan
membentuk tubuh sistem otot dan rangka manusia. Setiap organ didalamnya
memiliki tugas dan fungsinya masing-masing sesuai dengan jenis, bentuk,
dan tempatnya. Namun tidak jarang fungsi dari salah satu atau beberapa
organ dalam sistem moskuloskeletal seseorang mengalami gangguan baik
disebabkan oleh agen cidera fisik atauun agen cidera biologis.(Hidayat,
2016:hal 476)
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh dimana
kebanyakan dari fraktur disebabkan oleh trauma yang memungkinkan tulang
mendapatkan tekanan berlebih. Trauma yang terjadi dapat berupa trauma
langsung dimana fraktur pada tulang tertentu terjadi karena adanya trauma
langsung pada tulang tersebut maupun trauma tidak langsung yaitu fraktur
pada tulang tertentu yang terjadi akibat trauma pada tulang lain pada posisi
tertentu. Fraktur memiliki dua kondisi dimana fraktur yang terjadi merusak
jaringan disekitarnya dan merobek kulit yang dikenal dengan fraktur terbuka.
Di sisi lain ketika fraktur tidak merusak jaringan disekitarnya atau merobek
kulit maka fraktur ini dikenal dengan fraktur tertutup. Pembedahan menjadi
salah satu cara yang digunakan dalam usaha memperbaiki kondisi tulang
yang patah untuk dapat memperbaiki jaringan yang rusak dan mengembalikan
fungsinya. ORIF (Open Reduction Iternal Fixation) adalah fiksasi interna
dengan pembedahan terbuka yang bertujuan untuk mengistirahatkan fraktur
dengan melakukan pembedahan untuk meletakkan paku, screw, dan pelat
kedalam tempat fraktur untuk menguatkan atau mengikat bagian-bagian tuang
yang fraktur secara bersamaan dalam jangka waktu tertentu. Penggunaan

1
metode ORIF dilakukan dalam jangka waktu tertentu hingga tulang yang
fraktur mengalami beregenerasi dan tersambung kembali.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien fraktur tertutup Close Fraktur
Femur Dextra 1/3 Distal dengan tindakan open reduction internal fixation
anterior?

C. Ruang Lingkup
Laporan asuhan keperawatan perioperatif dengan judul “Asuhan
Keperawatan Perioperatif pada Pasien Fraktur Tertutup Femur Dextra 1/3
Distal dengan Tindakan Operasi Open Reduction Internal Fixation” ini berisi
tentang laporan pendahuluan tentang tindakan open reduction internal fixation
(ORIF) yang dilakukan pada Close Fraktur Femur Dextra 1/3 Distal yang
mengalami fraktur tertutup dan asuhan keperawatan perioperatif pada pasien
dengan tindakan tersebut.
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan gambaran mengenai asuhan keperawatan perioperatif
pada pasien dengan tindakan open reduction internal fixation fraktur tertutup
Femur Dextra 1/3 Distal
2. Tujuan Khusus
Laporan pendahuluan dan laporan asuhan keperawatan perioperatif ini
disusun dengan tujuan:
1. Mahasiswa mampu memahami anatomi dan fisiologi sistem
moskuloskeletal khususnya pada Femur Dextra
2. Mahasiswa mampu memahami konsep tidakan open reduction internal
fixation.
3. Mahasiswa mampu memahami tindakan keperawatan yang dilakukan pada
pasien dengan open reduction internal fixation.

2
4. Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan pada pasien dengan
tindakan open reduction internal fixation pada pasien fraktur tertutup Femur
Dextra 1/3 Distal

E. Manfaat

1. Mampu memberi manfaat untuk memahami anatomi dan fisiologi sistem


moskuloskeletal khususnya pada Femur Dextra

2. Mampu memberi manfaat untuk memahami konsep tidakan open reduction


internal fixation.

3. Mampu memberi manfaat untuk memahami tindakan keperawatan yang


dilakukan pada pasien dengan open reduction internal fixation.

4. Mampu memberi manfaat untuk menyusun asuhan keperawatan pada pasien


dengan tindakan open reduction internal fixation pada pasien fraktur tertutup
Femur Dextra 1/3 Distal

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI
1. Sistem Rangka/skeletal Manusia
Sistem rangka adalah sistem yang berfungsi untuk membentuk dan menyokong
tubuh manusia. Rangka terbagi menjadi dua bagian, yaitu rangka axial dan rangka
appendicular. Rangka axial adalah kumpulan rangka yang berfungsi untuk
membentuk poros pendukung pusat tubuh yang terdiri dari tengkorak, tulang
pendengaran, tulang hyoid, tulang belakang, dan tulang thorax (tulang rusuk dan
sternum). Sedangkan tulang appenducular meliputi tulang tungkai atas dan korset
pektoral serta tungkai bawah dan korset pelvis.
Sistem rangka pada tubuh manusia terdiri dari 206 tulang yang terhitung pada
manusia dewasa. Pada saat baru lahir kurang lebih terdapat 270 tulang dan dapat
lebih dari itu ketika mulai tumbuh menjadi anak-anak. Namun seiring
bertambahnya usia jumlahnya menurun karena tulang-tulang yang tumbuh akan
terpisah dan melebur. Contohnya pada bagian samping pelvis anak-anak yang
terdiri dari tiga tulang yaitu ilium, ischium dan pubis namun ketika tumbuh
dewasa tulang-tulang tersebut bersatu menjadi satu tulang pinggul. Penggabungan
beberapa tulang ini berakhir pada masa remaja hingga dewasa sekitar pertengahan
umur 20 tahun menjadi jumlah rata-rata sekitar 206 tulang. Jumlah ini bahkan
bervariasi di antara orang dewasa. Salah satu alasannya adalah perkembangan
tulang sesamoid yang terbentuk di dalam beberapa tendon sebagai respon
terhadap ketegangan. Patella (tempurung lutut) adalah yang terbesar. Sebagian
besar lainnya adalah tulang bulat kecil di lokasi seperti tangan dan kaki. Alasan
lain untuk variasi orang dewasa adalah bahwa beberapa orang memiliki tulang
ekstra di tengkorak yang disebut tulang sutural. (saladin, 2018:Hal 342)

4
2. Anatomi Tulang Femur

a) Tulang panjang (Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal panjang yang
disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal
dari epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat
daerah tulang rawan yang tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau
lempeng pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh karena akumulasi tulang
rawan di lempeng epifisis. Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang
yang dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang dibentuk
oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis dibentuk dari spongi bone
(cancellus atau trabecular). Pada akhir tahun remaja tulang rawan habis,
lempeng epifisis berfusi, dan tulang berhenti tumbuh. Hormon
pertumbuhan, esterogen, dan testosteron merangsang pertumbuhan tulang
panjang. Esterogen, bersama dengan testosteron, merangsang fusi lempeng
epifisis. Batang suatu tulang panjang memiliki rongga yang disebut kanalis
medularis. Kanalis medularis berisi sumsum tulang.
b) Tulang femur atau tulang paha pada ujung proksimalnya terdapat kaput
femoris yang bulat sesuai dengan mangkok sendi (asetabulum). Kolumna
femoris menghubungkan kaput femoris dengan korpus femoris. Di tengah

5
kaput femoris terdapat lekuk kecil yang dinamakan fovea kapitalis tempat
melekat ligamentum teres femoralis yang menghubungkan kaput femoris
dengan fosa asetbulum. Bagian lateral dari kolumna femoris terdapat
trokhanter mayor dan bagian medial trokhanter minor keduanya
dihubungkan oleh krista interokhanterika. Antara trokhanter mayor dan
kolumna femoris terdapat lekuk yang agak dalam disebut fosa
trokhanterika. Pada dataran belakang tengah os femur terdapat line aspera.
Ujung distal femur mempunyai dua bongkol sendi, kondilus lateralis dan
kondilus medialis. Diantara keduanya bagian belakang terdapat lekukan
fosa interkondiloid. Bagian medial dari kondilus medialis terdapat tonjolan
kecil epikondilus medialis femoralis dan sebelah lateral epikondilus
lateralis (Syarifuddin, 2011: 105)

B. DEFINISI
Terdapat banyak cara untuk mengklasifikasikan fraktur tulang. Stress Fracture
adalah kerusakan yang terjadi karena trauma abnormal pada tulang, seperti fraktur
karena terjatuh, atletik, dan perang militer. Pathological fracture adalah kerusakan
tulang karena kelemahan yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti kanker
tulang atau osteoporosis, biasanya disebabkan oleh tekanan yang pada keadaan
normal tidak akan menyebabkan patah tulang. Fraktur juga diklasifikasikan
berdasarkan arah dari garis patahan tulangnya, apakah merusak jaringan kulit, dan
apakah tulang hanya mengalami keretakan atau pecah menjadi beberapa bagian.
Open Reduction Interna Fixation (ORIF) adalah fiksasi interna dengan
pembedahan terbuka untuk mengistirahatkan fraktur dengan melakukan
pembedahan untuk memasukkan paku, screw, pen kedalam tempat fraktur untuk
menguatkan/mengikat bagian-bagian tulang yang fraktur secara bersamaan.
(saladin, 2018: hal 432)

6
C. TANDA GEJALA
Metode yang digunakan dalam melakukan fiksasi interna harus sesuai keadaan
sekrup kompresi antar fragmen, plat dan sekrup: paling sesuai untuk lengan
bawah, paku intra medulla: untuk tulang panjang yang lebih besar, paku pengikat
sambungan dan sekrup: ideal untuk femur dan tibia, sekrup kompresi dinamis dan
plat: ideal untuk ujung proximal dan distal femur.(saladin, 2018:hal 345)
ORIF pada kejadian frakur tulang dilakukan ketika:
1. Fraktur yang tidak dapat direduksi kecuali dengan operasi.
2. Fraktur yang tidak stabil secara bawaan dan cenderung mengalami pergeseran
kembali setelah reduksi, selain itu juga fraktur yang cenderung ditarik terpisah
oleh kerja otot.
3. Fraktur yang penyatuannya kurang sempurna dan perlahan-lahan terutama
fraktur pada leher femur. Fraktur patologik dimana penyakit tulang dapat
mencegah penyembuhan.
4. Fraktur multiple, bila fiksasi dini mengurangi resiko komplikasi umum dan
kegagalan organ pada bagian system.
5. Fraktur pada pasien yang sulit perawatannya.

D. PATOFISIOLOGI
Apabila tulang hidup normal dan mendapat kekerasan yang cukup menyebabkan
patah, maka sel-sel tulang akan mati. Perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat
patah dan kedalam jaringan lunak disekitar tulang tersebut. Jaringan lunak
biasanya juga mengalami kerusakan. Reaksi peradangan hebat timbul setelah
fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mati berakumulasi menyebabkan peningkatan
aliran darah di tempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati
dimulai. Di tempat patah terbentuk bekuan fibrin (hematom fraktur) dan berfungsi
sebagai jalan untuk melekatnya sel-sel baru. Aktifitas osteoblas segera terangsang
dan membentuk tulang baru imatur yang disebut kalus. Bekuan fibrin di
reabsorbsi dan sel-sel tulang baru secara perlahan lahan mengalami remodeling
untuk tulang sejati. Tulang sejati menggantikan kalus dan secara perlahan

7
mengalami kalsifikasi. Penyembuhan memerlukan beberapa minggu sampai
beberapa bulan. (saladin, 2018:hal 337)

PATHWAY.

Trauma Kondisi
Trauma Tidak Langsung
Langsung patofisiologis

Terputusnya Kontinuitas tulang

FRAKTUR

Terbuka Tertutup
Nyeri

Menembus otot kulit Ansietas Imobilisasi

Kurang
Luka Bedrest
pengetahuan

Perdarahan Penekanan
pada kulit

Resiko infeksi
8
Gg. Integritas
kulit

Spasme Deformitas
otot

Gangguan
Edema
mobilitas
fisik
Intoleransi
aktivitas

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada fraktur klavicula dibutuhkan untuk konfirmasi
fraktur, menilai komplikasi, dan konfirmasi fraktur, menilai komplikasi dan
konfirmasi setelah tindakan. Pemeriksaan yang dapat dilakukan perantara lain
rontgen femur , rontgen thorax, CT Scan, arteriografi dan USG.

Pemeriksaan evaluasi standar adalah rontgen klavikula yang dilakukan pada posisi
anteroposterior (AP) dengan kemiringan cephalic 45 derajat. Pada ontgen awal,
bagian cedera mungkin terlihat normal mskipun temuan klinis sangat mengarah ke
fraktur, jika ditemukan kasus seperti ini, lengan harus di mobilisasi, kemudian
lakukan rontgen ulang dalam 7-10 hari gejaa menetap.

Rontgen Dada

Pemeriksaan rontgen dda perlu dilakukan untuk mengevaluasi lebih lanjut fraktur.
Pada kasus fraktur klvicula medial, CT Scan dapat memperlihatkan pergeseran
segmen tulang kea rah posterior, impingement trakea dan cedera struktur
neurovascular. CT Scan juga diperlukan apabila pada rontgen terdapat bagian
tulang yang saling tumpeng tindih.

Arteografi

9
Pemeriksaan arteografi hanya dilakukan jika di curigai terdapat kerusakan
vascular.

F. THERAPI

1. Cefixime : Antibiotic yang digunakan untuk mengobati infeksi saluran


pernafasan, infeksi kulit dan jaringan lunak, serta infeksi saluran kemih dan
kelamin

2. Meloxicam : Obat yang di gunakan untuk meredakan gejala penyakit radang


sendi atau arthritis, seperti pembengkakan dan nyeri sendi

3. Torasic : Anti Inflamasi

4. Dexketoprofen Trometamol : Meredakan nyeri

G. FOKUS PENGKAJIAN
1. Aktivitas dan Istirahat
Keterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian yang terkena fraktur itu
sendiri atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan: nyeri.
2. Sirkulasi
a. Takikardia yang terjadi karena respon stress dan hipovolemia.
b. Penurunan atau tidak ada nadi pada bagian distal yang cidera
3. Neurosensori
a. Hilangnya pergerakan
b. Kesemutan
c. Deformitas lokal
4. Nyeri atau kenyamanan
Nyeri berat dan/atau spasme otot
5. Keamanan
Laserasi kulit dan perubahan warna kulit.
H. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri Kronis : berhubungan dengan agen cidera fisik terhadap trauma karena
pemasangan ORIF

10
Tujuan : Pasien merasa nyaman dan tidak merasakan nyeri
Kriteria Hasil: Nyeri berkurang atau hilang dan pasien merasa nyaman
Intervensi :
a. Penkajian nyeri komprehesif meliputi Provokatif/paliatif, Qality, Region, Scale,
Timing
Rasional: menilai tingkat nyeri pasien yang dapat berhubungan dengan pilihan
intervensi dan tingkat ansietas pasien yang dapat memengaruhi persepsi terhadap
nyeri.
b. Memposisikan pasien head up atau semi flowler (sesuai kenyamanan pasien)
Rasional: menurunkan tegangan otot dan meningkatkan relaksasi.
c. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Rasional: meningkatkan relaksasi pasien dan mefokuskan kembali perhatian.
d. Menjelaskan prosedur pembedahan sebelum tindakan dilakukan
Rasional: memungkinkan pasien siap secara mental.
e. Kolaborasi pemberian analgesik
Rasional: mempertahankan kadar analgesik dalam darahadekuat.
2. Ganguan Mobilitas Fisik : berubungan dengan nyeri
Tujuan : Pasien dapat melakkan derakan dan ambulasi
Kriteria Hasil: Meningkatkan dan/atau mempertahanlan mobilsasi pada tingkat
paling tinggi
Intervensi :
a. Kaji tingkat mobilisasi
Rasional: untuk mengetahui tingkan mobolotas pasien yang dapat memengaruhi
intervensi dan terapi yang diberikan.
3. Risiko Infeksi : berhubungan dengan pertahanan promer yang tidak adekuat
atau penyebab sekunder karena pembedahan
Tujuan : Tidak ada infeksi
Kriteria Hasil: tidak ada tanda-tanda infeksi dan luka sembuh tepat waktu.
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital dan tanda-tanda infeksi

11
Rasional: mengetahui tanda infeksi yang terjadi pada pasien untuk menentukan
intervensi dan terapi selanjutnya.
b. Memberi perawatan luka dengan teknik septik aseptik
Rasional: dapat mencegah infeksi nosokomial atau kontaminasi silang dan
kemungkinan infeksi.
c. Kolaborasi pemberian antibiotik
Rasional: mencegah dan mengurangi perkembangbiakan mikroorganisme dalam
tubuh pasien.
4. Gangguan Integritas Kulit : berhubungan dengan pemasangan insisi pada saat
pemasangan ORIF
Tujuan : gangguan integritas kulit teratasi
Kriteria Hasil: insisi minimal pada area operasi
Intervensi :
a. Kaji kulit yang terdapat luka
Rasional: memberikan informasi tentang sirkulasi pada kulit dan masalah yang
mungkin disebabkan oleh pemasangan gips atau traksi.
b. Ganti balutan sesuai indikasi
Rasional: mengurangi risiko infeksi pada balutan basah yang memiliki risiko
perkembangbiakan mikroorganisme yang tinggi.
5. Risiko Gangguan Perfusi Jaringan Perifer : berhubungan dengan rusaknya
pembuluh darah karena proses pembedahan
Tujuan : tidak terjadi gangguan perfusi pada jaringan perifer
Kriteria Hasil: tidak ada sianosis dan mempertahankan sirkulasi perifer
Intervensi :
a. Observasi warna dan suhu kulit/membran mukosa
Rasional: mengetahui konsisi kulit terkait sirkulasi
b. Pantau tanda-tanda vital
Rasional: mengetahui kondisi pasien terkait tanda-tanda vital yang meliputi
tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernafasan, suhu dan SPO2 untuk
menentukan intervensi yang akan deberika. (PPNI, 2017 SDKI)

12
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Hari : Sabtu
Tanggal : 8 Mei 2021
Tempat : IBS PKU Muhammadiyah Gombong
Jam : 13.00 WIB
Metode : wawancara dan observasi
Sumber : pasien
Oleh : Muhammad Rizky Bazzano
1. Identitas Pasien
Nama : Ny.N
Umur : 32 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Pagumbungan, 13/4 Binangun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Kawin
Diagnosa : Close Fraktur Femur
No.RM : 3171xx
Tgl.Masuk : 7 Mei 2021
2. Penanggung Jawab
Nama : Tn.A
Umur : 35 Tahun
Alamat : Pagumbungan, 13/4 Binangun
Hubungan dengan pasien : Suami
3. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama :
Pasien mengeluh nyeri
2. Riwayat penyakit sekarang :

13
Pasien dating ke IGD RS PKU Muhammadiyah Gombong post diserempet motor
saat sedang berkendara motor dengan keluhan nyeri dipaha kanan dan bengkak,
nyeri terasa bila digerakkan, setelah dicoba diluruskan terasa krepitasi dan
Panjang kaki kanan lebih pendek dibanding kiri
3. Riwayat dahulu:
Pasien mengatakan pernah oprasi usus sekitar beberapa tahun yang lalu.
4. Riwayat penyakit keluarga:
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC,HIV dll hanya
mengalami sakit batuk dan flu biasa.
4. Pola Fungsi Virginia Henderson
a) Keb. Bernafas dengan normal
Sebelum dikaji : pasien mengatakan dapat bernafas dengan normal tanpa
bantuan alat.
Saat dikaji : pasien mengatakan dapat bernafas dengan normal tanpa
menggunakan alat bantu nafas. RR : 20 x/mnt.
b) Keb. Nutrisi
Sebelum dikaji : pasien mengatakan makan 2-3 x/hr, dengan lauk pauk
seadanya, porsi habis. Minum 6-8 gelas sedang perhari dengan minum air
putih.
Saat dikaji : pasien mengatakan makan 3 x/hr dengan lauk pauk sesuai
dengan diit yang diberikan rumah sakit, pasien dipuasakan sejak pukul
00.00 WIB pada tanggal 15 April 2021. Porsi habis dan minum 4-6 gelas
perhari dengan air putih
c) Keb. Eliminasi
Sebelum dikaji : pasien mengatakan BAK 5/6 x/hr, dengan warna
kekuningan, berbau khas. BAB 1 x/hr dengan konsistensi lembek, warna
kekuningan, berbau khas.
Saat dikaji : pasien mengatakan BAB 1x/hr, BAK menggunakan cateter
dengan volume 3000 cc/hari.

14
d) Keb. Gerak dan keseimbangan tubuh
Sebelum dikaji : pasien mengatakan mampu beraktivitas tanpa bantuan
orang lain, pasien tetap melakukan aktivitas sehari-hari.
Saat dikaji : pasien mengatakan aktivitasnya terganggu setelah jatuh dan
sejak dirawat di Rumah sakit kakinya diistirahatkan dahulu sebelum
dilakukan tindakan operasi
e) Keb. Istirahat dan tidur
Sebelum dikaji : pasien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak tanpa
gangguan orang lain, sering begadang.
Saat dikaji : pasien mengatakan tidur berkurang sering terbangun dengan
suasana rumah sakit yang kurang nyaman dan merasa nyeri pada bagian
paha kanannya
f) Keb. Berpakaian
Sebelum dikaji : pasien mengatakan dapat mengenakan pakaiannya sendiri
tanpa bantuan orang lain atau keluarga.
Saat dikaji : pasien mengatakan dibantu ketika mengenakan pakaian
terutama celana oleh keluarganya.
g) Keb. Mempertahankan suhu tubuh dan temperatur
Sebelum dikaji : pasien mengatakan ketika dingin mengenakan jaket
ketika panas mengenakan kaos.
Saat dikaji : pasien mengatakan ketika dingin mengenakan selimut, ketika
panas mengenakan kaos biasa. Suhu : 36º C.
h) Keb. Personal hygiene
Sebelum dikaji : pasien mengatakan mandi 2 kali sehari, keramas 1 kali
sehari, menggosok gigi 2 kali sehari tanpa bantuan orang lain atau
keluarga.
Saat dikaji : pasien mengatakan hanya diseka oleh keluarga.
i) Keb. Rasa aman dan nyaman
Sebelum dikaji : pasien mengatakan merasakan nyaman ketika berada
dilingkungan rumahnya.

15
Saat dikaji : pasien mengatakan tidak nyaman dengan kondisi di rumah
sakit.
j) Keb. Komunikasi dengan orang lain
Sebelum dikaji : pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam
berkomunikasi kepada orang lain.
Saat dikaji : pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam berkomunikasi
dengan orang lain.
k) Keb. Spiritual
Sebelum dikaji : pasien mengatakan dapat melaksanakan ibadah sholat 5
waktu dengan berjamaah, akan tetapi kadang-kadang tidak berjamaah.
Saat dikaji : pasien mengatakan melaksanakan ibadah 5 waktu dengan
duduk dan tidak berjamaah.
l) Keb. Bekerja
Sebelum dikaji : pasien bekerja sebagai IRT
Saat dikaji : pasien hanya beristirahat di tempat tidur
m) Keb. Rekreasi
Sebelum dikaji : pasien mengatakan lebih sering menonton telivisi
bersama keluarga
Saat dikaji : pasien mengatakan tidak bisa menonton televisi dikarenakan
merasa nyeri pada bagian kaki kanan dan hanya bisa tiduran dibrankar.
n) Keb. Belajar
Sebelum dikaji : pasien mengatakan mendapat informasi dari televisi dan
radio
Saat dikaji : pasien mengatakan mendapat informasi kesehatan terkait
penyakitnya dari dokter dan perawat.
5. Keadaan Umum
Suhu : 36,5º C
Nadi : 84 x/menit
TD : 120/80 mmHg
RR : 20x/menit
BB : 57 kg

16
TB : 155 cm
6. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: Baik
Kesadaran : composmentis GCS :E : 4,M :6, V:5
1) Kepala
Bentuk :Mesosephal
Simetris wajah :Simetris
Nyeri tekan sinus :Tidak terdapat nyeri tekan sinus
Rambut :Distribusi merata, warna ber uban
Deformitas :Tidak terdapat deformitas
2) Mata
Bentuk :Normal, kedudukan bola mata simetris
Gerakan :Normal
Konjungtiva :unanemis
Sklera :Anikterik
Pupil :Bulat, isokor, diameter 4 mm, reflex cahaya miosis pada mata kanan
dan kiri 2mm.
3) Telinga
Bentuk : Simetris
Serumen :Ditemukan sedikit penumpukan serumen pada telinga kanan
maupun kiri
4) Hidung
Bagian luar : Normal, tidak terdapat deformitas
Septum : Terletak ditengah, simetris
Cavum nasi : Tidak ada perdarahan
5) Mulut dan tenggorok
Bibir : Normal, pucat, tidak sianosis
Gigi : Hygiene baik
Mukosa mulut : Normal, tidak hiperemis
Lidah : Normoglosia, tidak tremor, tidak kotor
Tonsil : Ukuran T1/T1, tenang, tidak hiperemis

17
Faring : Tidak hiperemis, arcus faring simetris, uvula di tengah
6) Leher
Bendungan vena : Tidak ada pembesaran vena jugularis
Kelenjar tiroid : Tidak membesar, mengikuti gerakan
Trakea : Di tengah, fungsi menelan baik.
7) Thorax
PARU-PARU
Inspeksi :Simetris, tidak ada hemithorax yang tertinggal pada saat statis
dan dinamis
Palpasi :Gerak simetris vocal fremitus teraba sama kuat
Perkusi :Sonor, batas paru-hepar pada sela iga VI pada linea
midklavikularis dextra, dengan peranjakan 2 jari pemeriksa, batas paru-
lambung pada sela iga ke VIII pada linea axilatis anterior sinistra.
Auskultasi :Suara nafas vesikuler, tidak terdengar ronkhi maupun
wheezing
JANTUNG
Inspkesi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis
Palpasi : Tidak tampak ictus cordis pada ICS V, di linea midklavikularis
sinistra
Perkusi :
- Batas jantung kanan : ICS III - V , linea sternalis dextra
- Batas jantung kiri : ICS V , 2-3 cm dari linea midklavikularis sinistra
- Batas atas jantung : ICS III linea sternalis sinistra
Auskultasi :Bunyi jantung I, II regular, tidak terdengar murmur maupun
gallop
8) Abdomen
Inspeksi :Abdomen simetris, datar, tidak terdapat jaringan parut, striae dan
kelainan kulit, tidak terdpat pelebaran vena
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, tidak ada nyeri tekan
Perkusi :Timpani pada keempat kuadran abdomen, tidak ada nyeri ketok
CVA, ballotment (-)

18
Auskultasi : bising usus positif 13x/menit

9) Genetalia
Terpasang selang DC Ukuran 18
10) Ekstremitas
Atas : pada tangan kiri terpasang infus RL 20 tpm dengan kondisi tidak
ada kemerahan tidak ada tanda-tanda infeksi. Balutan infus terlihat bersih.
Bawah : Terdapat close fraktur femur dextra 1/3 distal, kaki masih
lengkap, Crt kurang dari 2 detik, terdapat edema, terpasang bidai.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Rontgen : CF Os Femur Dextra 1/3 Distal

2. EKG : Sinus rhythm

3. Hasil Laboratorium :

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI


NORMAL
Hematologi
Hemoglobin 8.2 g/dl 11.7-15.5
Hematocrit 27 %
Eritosit 4.47 10^6/ul
Leukosit 11.000 10^3/ul
Trombosit 340 10^3/ul 150-440
MCV 83.5 Fl 80-100
MCH 29.3 Pg 26-34
MCHC 35.0 % 32-36
RDW 14.5 % 11.5 – 14.5
Neutrofil 80.24 % 50-70
Limfosit 12.82 % 25-40
Monosit 6.2 % 2-8
Eosinophil 2 % 1-3

19
Basophil 0.390 % 0.0-1
KIMIA
GDS 100 mg/dL 74-140
SEROIMUNOLOGI
HBsAg Negatif mEq/L Negatif

8. THERAPY

NO JENIS OBAT DOSIS INDIKASI


1 IVFD RL 20 Tpm Mengganti cairan elektrolit tubuh yang hilang
2 Inj Ranitidin 50 mg Mengurangi asam lambung yang berlebihan
3 Inj Ketorolac 30 mg Mengurangi nyeri yang dirasakan
4 Inj Dexametasone 5 mg Mengurangi peradangan

B. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN OPERASI


a. ALAT

Set Basik Instrument

No Nama Alat Jumlah Alat


1. Gunting Jaringan 1 buah
2. Gunting Benang 1 buah
3. Naldfuder 2 buah
4. Mess (22) 1 buah
5. Pinset Anatomis Panjang/Pendek 1/1 buah
6. Pinset Sirugis Panjang/Pendek 1/1 buah
7. Duk klem 4/5 buah
8. Scapel Blade No 4 1 buah
9. Klem Bengkok Panjang 3 buah
10. Klem Bengkok Sedang 3 buah

20
11. Bengkok 2 buah
12. Kom Betadine 2 buah
13. Hak Gigi Empat 1 pasang
14. Langen Back 1 pasang
15. Kerok 1 buah
16. Bor 1 buah
17. Matabor 5 buah
18. Selang suction 1 buah
19. Canul Section kecil 1 buah
20. Canul Section sedang 1 buah
21. Netral plate 1 buah

b. Bahan Habis pakai

No Nama Jumlah
1. Oksigrn 100 liter
2. Spinal Nedle 25 1pcs
3. Nacl 1 liter/0,5 ltr 4 flabot
4. T Vio 1-0 cuting 2 sachet
5. T Lane 2-0 cuting 3 sachet
6. Elastic Band 3 1 pcs
7. Folly Cath No 16 1 pcs
8. Urine bag 1 pcs
9. Handscoon 3 pasang
10. Kassa hidrofil 3m
11. Bisturi 1 pcs
12. Hipavix 30cm
13. Betadine 250 cc
14. Hibiscrub 50cc

21
15. Underpad I pcs
16. Selang suction 1 pcs

c. Linen

No Nama Jumlah
1. Jas Operasi 3
2. Duk Besar 2
3. Duk Lobang 1

LAPORAN PERHITUNGAN INSTRUMEN


Nama pasien : NY. N
Jenis Operasi : ORIF
Anastesi : Spinal Anastesi
Hari/TGL/Jam : 8 Mei 2021

A. INSTRUMENT

No Nama Alat Jumlah Alat


1. Gunting Jaringan 1 buah
2. Gunting Benang 1 buah
3. Naldfuder 2 buah
4. Mess (22) 1 buah
5. Pinset Anatomis Panjang/Pendek 1/1 buah

22
6. Pinset Sirugis Panjang/Pendek 1/1 buah
7. Duk klem 4/5 buah
8. Scapel Blade No 4 1 buah
9. Klem Bengkok Panjang 3 buah
10. Klem Bengkok Sedang 3 buah
11. Bengkok 2 buah
12. Kom Betadine 2 buah
13. Hak Gigi Empat 1 pasang
14. Langen Back 1 pasang
15. Kerok 1 buah
16. Bor 1 buah
17. Matabor 5 buah
18. Selang suction 1 buah
19. Canul Section kecil 1 buah
20. Canul Section sedang 1 buah
21. Netral plate 1 buah

Gombong, 8 Mei 2021

Perawat Sirkuler Perawat Scrub Pendidik


klinik

23
B. PELAKSANAAN ASSISTENSI / INSTRUMEN

NO TINDAKAN ALAT
1 Persiapan Alat Duk kecil 2, handscoon 1
2 Desinfeksi Kom 2, betadin, alcohol, Klem
ovarium 1, kasa steril 4lbr
3 Drapping Duk besar 1, duk sedang 2, duk
kecil 2,
4 Pemasangan slang suction Slang suction, apparatus
suction1,
5 Klem posisi jam 12, 6 klem
6 Sayat area tibia sinistra siap bisturi 22, dan kasa
8 Adanya perdarahan Siap klem, kasa , couter
9 Menghentikan perdarahan Couter, klem arteri, kassa steril, pinset

10 Klem posisi jam 12-6-3-9, Cauter, bisturi, T Lane 2.0 dan Nail holder
Insisi jaringan,hacting T Lane 2-0 cuting
12 Mengulangi jahitan memutar sesuai arah Needle holder panjang, klem
jarum jam arteri2,kasa,monofilament 2-0 , gunting
benang

13 Cek perdarahan kasa 60


14 Mencuci bekas jahitan NaCl 30 cc, kassa, klem arteri
15 Menutup luka operasi Sufratul,Kassa 3 lembar,hipavix

16 Membereskan alat dan pasien, Kassa 60 lembar


menghitung jumlah alat dan kassa

Gombong.8 Mei 2021

Praktikan Pembimbing Akademik Pendidik klini

24
LEMBAR SURGICAL CHECK LIST

SIGN IN
NO INDIKATOR YA TIDAK
1 Apakah pasien sudah di konfirmasi mengenai V
identitas,
lokasi operasi, prosedur, dan pesetujuan tindakan
2 Apakalah lokasi operasi sudah ditandai V
3 Apakah mesin anastesi dan obat lengkap V
4 Apakah pulse oksimetri berfungsi V
5 Apakah pasien memiliki riwayat alergi V
6 kesulitan jalan nafas dan resiko aspirasi V
7 Resiko Kehilangan darah >500 ml (7ml/kg pada V
anak- Anak)
TIME OUT
NO INDIKATOR YA TIDAK
1 Konfirmasi tim sudah memperkenalkan nama V
dan tugas
2 Konfirmasi Nama pasien, prosedur dan lokasi V
diinsisi
3 Apakah antibiotik profilaksis sduah diberikan V
dalam 60 menit sebelumnya
4 Ada langkah kritis dan tidak rutin yang akan V
diambil
5 Berapa lama akan dikerjakan V
6 Apa antisipasi kehilangan darah V
7 Apa ada pertimbangan kusus pasien V
8 Apakah sterilitas sudah dikonfirmasi V
9 Apakah ada peralatan atau perhatian kusus V

25
10 Apakah foto perlu ditampilkan V

SIGH OUT
NO INDIKATOR YA TIDAK
1 Konfirmasi perawat secara verbal:
Nama prosedur V
Hitung instrumen kasa dan jarum lengkap V
Berikan label pada spesismen V
Apakah ada permasalahan di pertalatan V
2 Apa perhatian untuk recovery room dan V
manajemen
Pasien

26
C. ASKEP PRE OPERASI
a. Data focus
Data Subjektif :
 Pasien mengatakan tidak nyaman karena berada di RS dan pasien merasa
nyeri pada paha sebalah kanan
 O: lama nyeri setiap saat, P: Nyeri saat kaki digerakan Q: nyeri seperti
tersayat sayat, R: di paha kanan kanan, S: skala nyeri 8, T: nyeri muncul
setiap saat

Data obyektif
• Tampak cemas, gelisah

• TTV: TD : 120/80 mmHg N: 84x/mnt RR: 20x/mnt Suhu : 36,5º C


• Pasien tampak menahan nyeri

a. Analisa Data Dan Pre Operasi

No Hari/Tgl/Jam Data Masalah Etiologi


1 Sabtu, 8 Mei Ds: Nyeri Akut Agen
2021  Pasien mengatakan pencedera
Jam 13.00 nyeri pada bagian fisik
Tangan kanan
O: lama nyeri setiap
saat,
P: Nyeri saat kaki
digerakan
Q: nyeri seperti
tersayat sayat,
R: di paha sebalah
kanan
S: skala nyeri 8,
T: nyeri muncul setiap
saat

DO:
Pasien tampak
menahan nyeri , pasien
tampak sering
memegangi tangan
kanannya.
TTV:

27
TD : 120/80 mmHg
N: 84x/mnt RR:
20x/mnt Suhu : 36,5º C
2. Kamis 15 April DS: Ansietas Kekhawatiran
2021 • Pasien mengalami
Jam 14.30 wib mengatakan cemas kegagalan
terhadap penyakitnya.
• Pasien
mengatakan ingin
segera pulih seperti
semula
DO:
• Pasien tampak
gelisah
• Pasien sering
bertanya tentang
tindakan yang
dilakukan
3. Kamis 15 April Ds : Defisit Kurang
2021  Pasien mengatakan Pengetahuan Terpapar
Jam 14.30 wib belum tahu apa Informasi
yang akan
dilakukan di kamar
bedah
 Pasien selalu
bertanya kepada
petugas tentang
tindakan
pembedahan
Do :
 Pasien tampak
bingung
 Pasien tampak
selalu bertanya pada
petugas

C. Rumusan Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera fisik (D.0077)
2. Ansietas Berhubungan Dengan kekhawatiran mengalami kegagalan (D.0080)
3. Defisit Pengetahuan Berhubungan Dengan Kurang Terpapar Informasi
(D.0111)

28
d. Rencana Pre Operasi

No Diagnosa SLKI SIKI Rasional


1 Nyeri Setelah dilakukan tindakan Observasi : 1. Untuk
akut selama 1 x 10 menit diharapkan - Memonitor nyeri mengetahui tingkat
berhubun masalah nyeri dapat teratasi Identifikasi lokasi, nyeri yang dialami
gan dengan kriteria hasil : karakteristik,durasi,frekuen oleh pasien
dengan Indikator Awal Tujuan si, kualitas dan intensitas 2. Untuk
agen kontrol nyeri 5 2 nyeri mengurangi rasa
pencedera - Memonitor TTV nyeri saat timbul
Mobilitas fisik 5 2
fisik. Terapeutik : 3. Untuk
Tekanan darah 4 1
(D.0077) - Ajarkan Teknik nafas mengurangi rasa
Ket:
dalam tegang pasien
1 : Menurun
Edukasi : 4. Untuk
2 : Cukup Menurun
- Edukasi tentang nafas mengurangi nyeri
3 : Sedang
dalam akut yang di alami
4 : Cukup meningkat
Kolaborasi : dengan analgesik
5 : Meningkat
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
misalnya nafas dalam
- Kolaborasikan pemberian
analgetik
2 Ansietas Setelah dilakukan tindakan Observasi 1. Untuk
b.d selama 1 x 10 menit diharapkan - Memonitor TTV mengetahui tingkat
Kekhawat masalah Ansietas dapat teratasi Terapeutik cemas yang dialami
iran dengan kriteria hasil : - berikn bantuan control oleh pasien
mengalam Indikator Awal Tujua emosi
2. Untuk
i n - berikan dukungan
mengurangi rasa

29
kegagalan Teknik 4 2 keyakinan cemas
(D.0080) relaksasi Edukasi
3. Untuk
untuk - Edukasi pasien pada
mengurangi rasa
menguran control marah
tegang pasien
gi -Edukasi kondisi pasien
kecemasan - Edukasi Teknik distraksi 4. Untuk
Menguran 4 2 relaksasi mengurangi
gi - Edukasi Teknik kecemasan akut
penyebab menenangkan yang di alami
kecemasan pasien
Memantau 4 3
Intensitas
kecemasan
Ket:
1 : Menurun
2 : Cukup Menurun
3 : Sedang
4 : Cukup meningkat
5 : Meningkat

3 Defisit Setelah dilakukan tindakan Observasi :


1. Agar pasien
Pengetahu selama 1 x 10 menit diharapkan - Tanyakan pada pasien
mengetahui
an b.d masalah nyeri dapat teratasi tindakan yang akan tindakan
Kurang dengan kriteria hasil : dilakukan pembedahan
yang akan
terpapar Indikator Awal Tujuan Terapeutik : dilakukan
pengetahu Pengetahu 3 5 - Berikan motivasi pada
2. Agar dapat
an. an tentang pasien mengurangi
(D.0111) pembedah - Berikan rasa percaya diri rasa cemas dan
kekhawatiran
an pada pasien
pasien
Pengetahu 3 5 Edukasi :
3. Agar pasien
an proses - Edukasi tindakan yang
dapat tenang
yang akan akan dilakukan saat
di lakukan - Edukasi preoperative berjalannya
proses

30
pembedahan
Ket:
1 : Menurun
2 : Cukup Menurun
3 : Sedang
4 : Cukup meningkat
5 : Meningkat

e. Pelaksanaan Dan Evaluasi Pre Op

No Tgl/ Jam Implementasi Evaluasi


Dx
1 Kamis 15 Ds : -
April 2021 Do : TTV: TD : 150/90 mmHg N:
Jam 14.30 wib - memonitor ttv 98x/mnt RR: 20x/mnt Suhu : 36,6º C

Jam 14.32 wib - mengidentifikasi lokasi, Ds : O: lama nyeri setiap saat, P: Nyeri
karakteristik , durasi, saat kaki digerakkan Q: nyeri seperti
frekuensi , kualitas dan tersayat sayat, R: di kaki kanan, S: skala
intensitas nyeri nyeri 8, T: nyeri muncul setiap saat
O: Tampak menahan nyeri
Do : pasien tampak meringis kesakita
dan menahan nyeri dan menunjukkan
sikap protektif.

2 Kamis 15
April 2021
Jam 14.34 wib -Mengedukasi Teknik Ds : pasien mengatakan takut dan
menenangkan khawatir
Do : pasien tampak cemas

31
Jam 14.36 wib - Mengedukasi Teknik Ds : pasien mengatakan takut
distraksi relaksasi Do : pasien tampak lebih rileks dan mau
mengikuti instruksi

Ds : pasien mengatakan takut jika


Jam 14.38 wib -Memberikan dukugan operasinya tidak berjalan dengan lanar
keyakinan Do : pasien tampak sudah sedikit lega
dan sedikit percaya diri

3 Kamis 15
April 2021
Jam 14.40 wib - Mengedukasi tindakan yang Ds : Pasien mengatakan sedikit paham
akan dilakukan dan tahu tindakan yang akan dilakukan
Do : Pasien tampak sedikit tenang

Jam 14.43 wib - Mengedukasi preoperative Ds : pasien selalu bertanya tentang


operasi dan tindakan
Do : pasien tampak paham dan sedikit
sudah mengetahui

f. Evaluasi Pre Op
Hari/tanggal/Jam Evaluasi Paraf
Kamis, 15 April S: O: lama nyeri setiap saat, P: Nyeri pada saat kaki digerakkan Bazzano
2021 Q: nyeri seperti tersayat sayat, R: di paha kanan, S: skala nyeri 7,
Jam 14.30 WIB T: nyeri muncul setiap saat
O: Tampak menahan nyeri

32
• TTV: TD : 150/90 mmHg N: 98x/mnt RR: 20x/mnt Suhu :
36,6º C

A : Masalah Belum Teratasi


Indikator Awal Tujua Akhir
n
Keluhan 5 2 4
nyeri
Gelisah 5 2 4
Tekanan 4 1 3
darah
P : Lanjutkan Intervensi
1. Identifikasi fektor yang memperberat dan memperingan nyeri
2. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
misalnya nafas dalam
3. pindahkan pasien ke kamar operasi
Kamis, 15 April S: Pasien mengatakan takut dan cemas Bazzano
2021 O: Tampak gelisah dan tegang
Jam 14.30 WIB
• TTV: TD : 150/90 mmHg N: 98x/mnt RR: 20x/mnt Suhu :
36,6º C
A: Masalah Belum Teratasi
Indikator Awal Tujua Akhir
n
Keluhan 5 2 5
nyeri
Gelisah 5 2 5
Tekanan 4 1 4
darah

P: Lanjutkan Intervensi

33
1. Identifikasi fektor yang memicu ketegangan
2. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa cemas
misalnya nafas dalam dan motivasi
3. Pindahkan pasien ke kamar operasi

Kamis, 15 April S: Pasien mengatakan sedikit paham dan tahu tindakan yang akan Bazzano
2021 dilakukan
Jam 14.30 WIB O: Pasien tampak sedikit tenang
A : Masalah belum teratasi
Indikator Awal Tujua Akhir
n
Keluhan 5 2 3
nyeri
Gelisah 5 2 3
Tekanan 4 1 2
darah
P : Lanjutkan Intervensi
1. Pindahkan pasien ke kamar operasi

D. ASKEP INTRA BEDAH


a. Data focus
Pasien dilakukan anastesi umum, pasien dilakukan pembedahan di Femur Dextra
1/3 Distal TD : 120/80, N : 100x/mnt, SpO2 : 94 %, Nadi: 90x/mnt

Anamnesa: pasien mengatakan lemas

A: tidak ada sumbatan jalan nafas,

B: suara nafas vesikuler 20x/menit,

C: tidak ada sianosis,

34
CRT 3 detik.

b. Analisa Data Intra Operasi

No Hari/tgl/jam Data Masalah Etiologi


1 Kamis 15 April Ds : - Risiko Perdarahan Tindakan
2021
Do : pasien dilakukan pembedahan
Jam 14.30 wib
pembedahan di Femur dextra
1/3 medial TD : 120/80, N :
100x/mnt , SpO2 : 94 %,

2 Kamis 15 April Ds : - Resiko Syok Perdarahan


2021
Do : Kondisi pasien tampak
Jam 14.30 wib
tenang dan stabil ,
- Tekanan darah 120/80
mmHg normal tidak
mengalami penurunan

c. Rumusan Diagnosa Keperawatan


1. Resiko Perdarahan Berhubungan Dengan Tindakan Pembedahan (D.0012)
2. Resiko Syok Berhubungan Dengan Perdarahan (D.0039)

d. Rencana intra operasi


No Diagnosa SLKI SIKI Rasional
1 Risiko Setelah dilakukan tindakan -Monitor tanda dan - untuk mengetahui

35
Perdarahan b.d keperawatan selama 1 x 1 jam, gejala perdarahan adanya perdarahan
Tindakan diharapkan masalah risiko -Monitor tanda- atau tidak
pembedahan. perdarahan dapat teratasi tanda vital -mengurangi
(D.0012) dengan kriteria hasil : -Batasi tindakan perdarahan jika terjadi
Indikator Awal Tujuan invasif, jika - Untuk segera diberi
Tekanan 2 4 diperlukan tindakan
Darah -Segera melapor
Denyut 2 4 jika terjadi
Nadi perdarahan
Ket:
1 : Menurun
2 : Cukup menurun
3 : Sedang
4 : Cukup meningkat
5 : Meningkat
2 Resiko syok b.d Setelah dilakukan tindakan - Monitor - Agar kondisi pasien
tetap stabil
Perdarahan. keperawatan selama 1 x 1 jam, pemantauan
- Agar tidak terjadi
(D.0039) diharapkan masalah risiko cairan perdarahan
- Agar tidak adanya
syok dapat teratasi dengan - Monitor ttv
syok pada pasien
kriteria hasil : - Identifikasi
Indikator Awal Tujuan pencegahan syok
Tekanan 2 4 - Identifikasi
Darah resiko
Denyut 2 4 - Edukasi
Nadi pencegahan
Ket: infeksi
1 : Menurun - Berikan obat
2 : Cukup menurun intravena
3 : Sedang
4 : Cukup meningkat
5 : Meningkat
3 Resiko Setelah dilakukan tindakan - Edukasi - Agar pasien tidak
Termoregulasi keperawatan selama 1 x 1 jam, pengukuran suhu mengalami

36
Tidak Efektif diharapkan masalah risiko tubuh hipertermia
b.d Suhu syok dapat teratasi dengan - Edukasi - Mengondisikan
Lingkungan kriteria hasil : termogulasi keadaan pasien tetap
Ekstrem Indikator Awal Tujuan - Identifikasi stabil dan terpantau
(D.0149) Tekanan 2 4 regulasi
Darah temperature
Denyut 2 4 - Lakukan
Nadi pencegahan
Ket: hipertermia
1 : Menurun
2 : Cukup menurun
3 : Sedang
4 : Cukup meningkat
5 : Meningkat

e. Pelaksanaan Dan Evaluasi Inta Operasi

No dx Tgl/jam Implementasi Evaluasi


1 Sabtu, 8 Mei
2021
-Memonitor tanda dan gejala Ds : -
perdarahan Do : tidak ada tanda gejala
perdarahan

-Memonitor tanda-tanda vital Ds : -


Do : TD : 110/90
N : 102x/menit
SpO2 : 96%

2 Sabtu, 8 Mei
2021
- mengidentifikasi pencegahan Ds : -

37
syok Do : tidak ada tanda gejala syok
pada pasien

- mengdukasi pencegahan Ds : -
infeksi Do : tidak terlihat adanya tanda
gejala infeksi

f. Evalusi Intra Op

Hari/Tanggal/Jam Evaluasi Paraf


Sabtu, 8 Mei S:- Bazzano
2021 O: TD : 120/80
Jam 14.40 wib N : 100x/menit
SpO2 : 96%
A : Masalah Belum teratasi
Indikator Awa Tujuan Akhir
l
Tekanan 2 4 3
Darah
Denyut 2 4 3
Nadi
P: Lanjutkan Intervensi
Batasi tindakan invasif, jika diperlukan
- Pindahkan pasien ke ruang RR

38
Sabtu, 8 Mei S:- Bazzano
2021 O : Tidak terjadi perdarahan
Jam 14.40 wib TD : 110/90
N : 102x/menit
SpO2 : 96%
A: Masalah Belum Teratasi
Indikator Awa Tujuan Akhir
l
Tekanan 2 4 3
Darah
Denyut 2 4 4
Nadi
P : Lanjutkan Intervensi
-Lakukan Intervensi secara berulang sampai tindakan pembedahan
selesai

E. PASCA Operasi

a. Data focus
Pasien terdapat bekas luka di bagian paha kanan , KU : sedang, TD : 110/90, N :
100, RR : 24x/mnt , S : 36, 6, SpO2 : 98 %.

39
b. Analisa data Pasca Operasi
No Tgl/Jam Data Masalah Etiologi
1 Sabtu, 8 Mei Ds : - Risiko Infeksi Efek prosedur invasif
2021 Do :
Pasien terdapat bekas luka
pada Femur Dextra 1/3
distal , KU : sedang, TD :
120/80, N : 100x/mnt, RR :
24x/mnt, S : 35, 7, SpO2 :
98 %.
2 Sabtu, 8 Mei Ds : - Resiko jatuh Efek agen farmakologis
2021 Do : Pasien terlihat asing
dengan tempatnya, pasien
masih dalam efek obat
anastesi , gerak pasien
masih terbatas
3 Sabtu, 8 Mei Ds : - Gangguan Factor mekanis
2021 Do : terdapat bekas jahitan integritas kulit
pembedahan pada bagian
Pundak pasien

c. Rumusan Diagnosa Keperawatan


1. Resiko Infeksi Berhubungan Dengan Efek Prosedur Invasif (D.0142)
2. Resiko jatuh Berhubungan Dengan Efek Agen Farmakologis (D.0143)

d. Rencana pasca operasi

No Diagnosa SLKI SIKI Rasional


1 Risiko Setelah dilakukan tindakan -Monitor tanda -Mengetahui
infeksi keperawatan selama 1 x 30 menit dan gejala terjadinya infeksi atau
berhubungan diharapkan masalah risiko infeksi infeksi tidak
dengan efek dapat teratasi dengan kriteria hasil : -Batasi jumlah -Meminimalisir

40
prosedur Tingkat Infeksi pengunjung kuman yang masuk
invasive Indikator Awal Tujuan -Cuci tangan kedalam ruangan
(D.0142) Kebersihan 2 5 sebelum dan -Supaya kebersihan
Tangan sesudah kontak tetap terjaga dan
Kebersihan 2 5 dengan pasien membunuh kuman
Badan dan lingkungan yang menyebabkan
Ket: -Ajarkan resiko infeksi
1: Menurun mencuci tangan -Mempercepat
2 : Cukup menurun yang benar pertumbuhan jaringan
3: Sedang -Anjurkan pada luka
4 : Cukup meningkat meningkatkan
5 : Meningkat asupan nutrisi
Indikator Awal Tujuan
Nyeri 2 4
Ket:
1: Meningkat
2: Cukup meningkat
3: Sedang
4: Cukup menurun
5: Menurun
2 Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi - Agar pasien
berhubungan keperawatan selama 1 x 30 menit pencegahan tidak jatuh
dengan afek diharapkan masalah risiko jatuh dapat jatuh dan tetap
agen teratasi dengan kriteria hasil : Tingkat - Edukasi terpantau
farmakologis Infeksi keselamatan - Agar posisi
(D.0143) lingkungan pasien tetap
Indikator Awal Tujuan Akhir - Edukasi
Resiko 2 5 5 pengurangan
jatuh risiko
Kemanan 2 5 4 - Berikan
lingkungan dukungan
Posisi 2 4 3 mobilisasi
- Berikan
pemasangan

41
Ket: alat pengaman
1: Menurun
2 : Cukup menurun
3: Sedang
4 : Cukup meningkat
5 : Meningkat
Indikator Awal Tujuan
Nyeri 2 4
Ket:
1: Meningkat
2: Cukup meningkat
3: Sedang
4: Cukup menurun
5: Menurun

e. Pelaksanaan dan evaluai pasca operasi

No Tgl/Jam Implementasi Evaluasi


Dx
1 Sabtu, 8 Mei
2021
- Memonitor tanda dan gejala Ds : -
infeksi Do : Tidak ada tanda dan gejala infeksi

-mengedukasi luka pasien Ds : -


Do : luka pasien bagus tidak ada masalah
2 Sabtu, 8 Mei
2021
- Mengidentifikasi pencegahan Ds : -
jatuh Do : pastika posisi pasien dengan benar

42
- Mengedukasi keselamatan Ds : -
lingkungan Do : pastikan pasien dalam lingkungan
yang terpantau dan aman pasien

- Memberikan pemasangan alat Ds : -


pengaman Do : memasang pengaman bed pada pasien
dengan benar
3 Sabtu, 8 Mei
2021
- Memanajemen lingkungan Ds : -
Do : pastikan lingkungan dalam suhu yang
normal

- Memanajemen hipotermia Ds : -
Do : tidak ada tanda gejala hipotermia pada
pasien

- Mengedukasi pengukuran suhu Ds : -


tubuh Do : memantau suhu tubuh pasien

- memantau tanda vital edukasi Ds : -


termogulasi Do : tidak ada tanda gejala termogulasi

f. Evaluasi Pasca Op

Hari/Tanggal/Jam Evaluasi Paraf


Sabtu, 8 Mei S:- Bazzano
2021 O: - Perawat mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien
- Perawat mengajarkan cuci tangan kepada keluarga pasien

43
- Tidak ada tanda dan gejala infeksi
A: Masalah teratasi
Indikator Awal Tujuan Akhir
Kebersihan 2 5 5
Tangan
Kebersihan 2 5 4
Badan
Nyeri 2 4 3
P : Lanjutkan intervensi di bangsal

Sabtu, 8 Mei S:- Bazzano


2021 O: - Perawat memasang pengaman pada pasien
- Perawat mengedukasi kepada pasien agar tetap posisi aman
A: Masalah teratasi

Indikator Awal Tujuan Akhir


Resiko 2 5 5
jatuh
Kemanan 2 5 4
lingkungan
Posisi 2 4 3

P : Lanjutkan intervensi di bangsal

44
BAB IV

PEMBAHASAN

Selama proses asuhan keperawatan perioperative ada beberapa hal yang


perlu diperhatikan dalam melakukan persiapan dari pre operasi, intra operasi dan
post operasi sehingga dapat berjalan dengan baik proses asuhan kepada pasien
dengan Close Fraktur Femur Dextra 1/3 Distal. Proses asuhan tersebut dimulai
dari pengkajian, Analisa data, intervensi, implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dalam mengawali informasi yang didapat
dari pasien untuk menentukan sebuah diagnose dan intervensi yang akan
dilakukan. Apabila proses pengkajian yang dilakukan tidak sesuai dengan SOP
maka akan berakibat buruk bagi pasien. Proses pengkajian di awali dengan
identitas pasien sampai dengan hasil pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan
fisik untuk mengetahui area yang akan dilakukan operasi. Pengkajian dilakukan
dari pre operasi dn post operasi. Pengkajian tersebut dilakukan secara sistematis

45
sehingga focus pada setiap sub yang akan di tanyakan. Pada pengkajian pasien
dengan Close Fraktur Femur Dextra 1/3 Distal didapatkan bahwa pasien merasa
nyeri di bagian tangan atas sebelah kanan dan harus di lakukan tindakan oref
untuk mengistirahatkan tulang dan mengurangi nyeri yang dialami pasien,
perawat mengajarkan Teknik distraksi relaksasi. Sebelum dilakukan pembedahan
pasien sudah dipuasakan 6-8 jam dan sudah diberikan obat-obatan pre medikasi
pasien dipantau tanda-tanda vitalnya hal tersebut untuk mengurangi terjadinya
komplikasi pada proses pembedahan.

B. Analisa Data
Berdasarkan pngkajian diatas dapat disimpulkan bahwa diagnose yang muncul
selama proses asuhan keperawatan perioperative yaitu :
1. Pre Operasi
1) Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera Fisik (D.0080)
2) Ansietas Berhubungan Dengan Kekhawatiran Mengalami Kegagalan
(D.0077)
3) Defisit Pengetahuan Berhubungan Dengan Kurang Terpapar Informasi
(D.0111)
2. Intra Operasi
1) Resiko Perdarahan Berhubungan Dengan Tindakan Pembedahan (D.0012)
2) Resiko Syok Berhubungan Dengan Perdarahan (D.0039)
3) Resiko Termogulasi Tidak Efektif Berhubungan Dengan Suhu Lingkungan
Ekstrem (D.0149)
3. Pasca Operasi
1) Resiko Infeksi Berhubungan Dengan Efek Prosedur Invasif (D.0142)
2) Resiko Jatuh Berhubungan Dengan Efek Agen Farmakologis (D.0143)
3) Resiko Hipotermia Berhubungan Dengan Efek Agen Farmakologis (D.0140)

C. Intervensi
Intervensi yang diberikan kepada pasien penulis menggunakan SDKI SIKI
dan SLKI untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi pasien. Hal in

46
untuk mengurangi beban yang di hadapi pasien. Hal ini untuk mengurangi
beban yang di alami oleh pasien. Rencana tindakan ini dimulai dari pasien
masuk ke ruang induksi sampai keluar dari ruang RR (Recovery Room).
Rencana yang telah ditetapkan akan berjalan dengan baik apabila ada
komunikasi yang baik dari perawat, dokter, keluarga pasien dan pasien. Pada
saat pre op pasien didukung dengan anggota keluarganya untuk mengurangi
nyeri dan kecemasan yang dihadapinya. Selain itu, latihan nafas dalam juga
diajarkan untuk merilekskan tubuh. Pendidikan mengenai prosedur tindakan
juga telah dijelaskan selama nanti proses intra operasi dilakukan. Pada saat
intra operasi operator, asisten, perawat instrument dan perawat sirkuler
memahami perannya masing-masing. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi
terjadinya infeksi pada luka yang dilakukan pembedahan. Selama proses
operasi pasien juga dipantau atau di monitor tekanan darah, nadi dan saturasi
okigen. Selain itu, cairan yang diberikan juga di perlu di perhatikan untuk
mencegah terjadinya risiko perdarahan yang berlebih. Hal tersebut dilakukan
supaya tidak terjadi komplikasi yang di timbulkan. Pada saat post operasi
pasien di bawa dari ruang operasi ke ruang pemulihan. Pasien tetap di pantau
dengan memonitor tanda-tanda vital, respon dan saturasi oksigen.

D. Implementas dan Evaluasi

Implementasi dan Evaluasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan


yang telah dibuat sehingga dapat tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Hasil
evaluasi pada post operasi dapat memindahkan pasien ke ruang perawatan
selanjutnya yaitu bangsal.

47
48
BAB V
KESIMPULAN

F. Kesimpulan
Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas tulang karena adanya trauma
fisik atau proses penyakit dengan berbagai macam klasifikasi menurut jenis
fraktur dan dampak terhadap jaringan sekitarnya. Salah satu penatalaksanaan
fraktur adalah dengan melakukan terapi Open Reduction Internal Fixation
untuk melakukan fiksasi pada tulang yang fraktur dengan melakukan
pemasangan pelat sesuai kondisi tulang dan jenis fraktur pada tulang dengan
melakukan pembedahan. Pelaksanaan asuhan keperawatan perioperatif pada
pasien fraktur berfokus pada kesiapan pasien dalam menjalani prosedur operasi
dan kondisi pasien selama proses operasi berlangsung baik pre operasi, intra
operasi dan post operasi.

49
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. A. A., Uliyah, M. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar (ISBN:
978
602 1163 93 1). Jakarta : Penerbit Salemba Medika.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi


dan
Indikator Diagnostik((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi


dan
Tindakan Keperawatan((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan


Kriteria Hasil Keperawatan ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI

Saladin, K. S. (2018). Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function
(Edisi
Ke 4, ISBN : 978 1 259 27772 6). New York : McGraw-Hill Education.

50

Anda mungkin juga menyukai