Anda di halaman 1dari 47

1

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat
diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan puntir mendadak dan bahkan kontraksi otot ekstrim. Kebanyakan kasus
nyeri karena fraktur sekarang di akibatkan oleh tinggainya angka kecelakaan yang
terjadi di jalan raya yang di akibatkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat dalam
menggunakan alat-alat yang memenuhi standar keselamatan dalam berkendaraan.
Seperti menggunakan helem yang standar untuk pengendara sepeda motor dan
menggunakan sabuk pengaman untuk pengendara mobil. Klien dengan fraktur fedis
datang dengan nyeri tekan akut, pembengkakan nyeri saat bergerak dan spasme otot.
Mobilitas atau kemampuan fisik klien untuk melakukan aktivitas kehidupan seharihari perubahan dan klien perlu belajar bagaimana menyesuaikan aktivitas dan
lingkungan untuk mengakomodasikan diri dengan menggunakan alat bantu dan
bantuan mobilitas.
Berdasarkan data-data tersebut di atas maka kelompok kami tertarik untuk
membahas kasus fraktur khususnya Fraktur Femur 1/3 Dekstra dan juga untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah GADAR dalam praktek lapangan.

B.

Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran umum mengenai fraktur meliputi definisi,
manifestasi klinis, etiologi serta komplikasi yang ditimbulkan akibat
kecelakaan yang terjadi di jalan raya yang bisa menimbulkan fraktur.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu:
b. Memahami konsep dasar dari Fraktur Femur 1/3 Dekstra
c. Menentukan diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan Fraktur
Femur 1/3 Dekstra khususnya yang kami angkat disini adalah nyeri akibat
fraktur pada Tn. K yaitu Fraktur Femur 1/3 Dekstra.

2
d. Menyusun rencana tindakan keperawatan dalam perawatan klien dengan
Fraktur Femur 1/3 Dekstra
e. Menyusun dokumentasi keperawatan
C.

Ruang Lingkup Keperawatan


Dalam menulis makalah ini penulis membahas mengenai definisi, etiologi,
manifestasi klinis, komplikasi, asuhan keperawatan serta studi kasus mengenai klien
dengan Fraktur Femur 1/3 Dekstra.

D.

Metode Penulisan
Dalam menyusun makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif.
Adapun tenik pengumpulan data dan informasi dalam penyusunan makalah ini
adalah studi kepustakaan dengan menggunakan literatur untuk memperoleh materimateri yang bersifat teoritis dan studi kasus dengan mengambil data langsung pada
klien mengalami Fraktur Femur 1/3 Dekstra guna menyempurnakan makalah ini.

E.

Sistematika Penulisan
Makalah ini tersusun secara sistematis yang terdiri atas 5 bab yaitu:
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Ruang Lingkup
D. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Konsep Dasar
1. Pengertian
2. Patofisiologi
3. Penatalaksanaan Medis
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa

3
3. Perencanaan
4. Evaluasi
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
B. Diagnosa
C. Perencanaan
D. Implementasi
E. Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
1. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM RANGKA
1) Sistem Rangka
Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang-tulang (sekitar 206 tulang) yang
membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun rangka terutama
tersusun dari tulang, rangka di sebagian tempat dilengkapi kartilago utama.
1. Rangka aksial terdiri dari beberapa tulang yang membentuk aksis panjang
tubuh yang melindungi organ-oran pada kepala, leher dan torso.
a. Kolumna vertebra (tulang belakang) terdiri dari 26 vertebra yang
dipisahkan oleh diskus vertebra.
b.

Tengkorak diseimbangkan pada kolumna vertebra

c. Kerangka toraks (rangka iga) meliputi tulang-tulang iga dan sternum


yang membungkus dan melindungi organ-organ thoraks.
2. Rangka aperdikular terdiri dari 126 tulang yang membentuk lengan,
tungkai dan tulang pektoral (serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat
melekatnya lengan dan tungkai pada rangka aksial.
3. Persendian adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih.
2) Fungsi Sistem Rangka
1. Memberikan topangan dan bentuk pada tubuh
2. Pergerakan tulang berartikulasi dengan tulang lain pada sebuah persendian
dan berfungsi sebagai pengungkit jika otot berkontraksi, kekuatan yang
diberikan pada pengungkit menghasilkan gerakan.
3. Perlindungan sistem rangka, melindungi organ-organ lunak yang ada
dalam tubuh.
4. Pembentukan sel darah (hematopoisis) sumsum tulang merah, yang
ditemukan pada orang dewasa dalam tulang sternum, tulang iga, badan
vertebra, tulang pipi pada kranium dan pada bagian ujung tulang panjang.
Merupakan tempat produksi sel darah merah, sel darah putih dan
trombosit darah.

5
5. Tempat penyimpanan mineral.
3) Komposisi Jaringan Tulang
1. Tulang terdiri atas sel-sel dan matriks ekstrakuler. Sel-sel tersebut
adalah osteoblast dan osteoklas.
2. Matriks tulang tersusun dari serat-serat kolagen organik yang tertanam
pada substansi dasar dan garam-garam organik tulang seperti fosfor
dan kalsium.
3. Tulang kompak adalah jaringan yang tersusun rapat dan terutama
ditemukan sebagai lapisan di atas jaringan tulang concelles,
parositasnya bergantung pada saluran mikroskopik (kanalikuli) yang
mengandung pembuluh darah yang berhubungan dengan saluran
havers.
4) Anatomi Tulang Panjang yang Tipikal
1. Diafisis (batang) tersusun dari tulang kompak silinder tebal yang
membungkus medula atau rongga sumsum sentran yang besar.
a. Rongga sumsum berisi sumsum tulang kuning (adi posa) atau sumsum
merah bergantung usia individu
b. Endosteum melapisi rongga sumsum, jaringan ini terdiri dari jaringan
ikat areolar vaskuler.
c. Periosteum adalah lembaran jaringan ikat yang terdiri dari dua lapisan.
Lapisan luar adalah jaringan ikat fibrosa rapat, lapisan dalam bersifat
osteogenik (pembentuk tulang) terdiri dari suatu lapisan tunggal
osteoblas periosteum membungkus diafisis.
2. Epifisis adalah ujung-ujung tulang yang membesar sehingga ronggarongga sumsum dengan mudah bersambungan.
a. Epifisis tersusun dari tulang concellus internal, yang diselubungi
tulang kompak dan dibungkus kartilago artikular (artilago).
b. Kartilago artikular, yang terletak pada ujung-ujung permukaan tulang
yang berartikulasi, dilumasi dengan cairan sinovial dari rongga
persendian. Kartilago ini memungkinkan terjadinya pergerakan.

6
5) Klasifikasi Tulang Menurut Bentuknya
1. Tulang panjang, ditemukan di tungkai. Tulang berelongasi dan berbentuk
silindaris serta terdiri dari epifisis. Fungsi tulang ini adalah untuk
menahan berat dan berperan dalam pergerakan.
2. Tulang pendek adalah tulang pergelangan tangan (karpal) dan tulang
pergelangan kaki (tarsal). Tulang tersebut berstruktur kuboidal atau bujur
dan biasanya ditemukan berkelompok untuk memberikan kekuatan dan
kekompakan kepada area yang pergerakannya terbatas.
3. Tulang pipih, pada tulang tengkorak, iga dan tulang dada. Struktur tulangtulang yang mirip lempeng ini perlindungan dua lempeng tulang kompak
pembungkus laposan rongga.
4. Tulang ireguler adalah tulang yang bentuknya tidak beraturan dan tidak
termasuk kategori di atas, meliputi tulang vertebra dan tulang asikel
telinga
5. Tulang sesamoid adalah tulang kecil bulat yang masuk ke formasi
persendian atau bersambungan dengan kartilago, ligamen atau tulang
lainnya.

Salah satu contohnya adalah patella (tempurung lutut) yang

merupakan tulang sesamoid terbesar.

7
Gambar kerangka manusia:

gambar dari depan

gambar dari belakang

8
2. DEFINISI FRAKTUR
a. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa (R. Sjamsuhidayat dan Winn de Jong,
1998).
b. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditemukan sesuai jenis dan
luasnya. (Bruner dan Suddart)
c. Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
(Sylvia Anderson Price. Larraie Mc Carty Klilson, 1995)
d. Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang diakibatkan oleh tekanan
eksternal yang lebih besar dari setiap oleh tulang (Lynda Juall Capenito,
1999).
e. Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang
berlebihan.
1) Macam-Macam Fraktur
a. Fracture (fraktur tertutup) yaitu fraktur yang tertutup karena integritas
kulit masih utuh atau tetap tidak berubah.
b. Compound fracture (fraktur terbuka) yaitu fraktur karena integritas kulit
robek atau terbuka dan ujung menonjol sampai menembus kulit.
c. Fracture complete adalah retak atau patahnya tulang yang luas dan
melintang biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang.
d. Fracture incomplete adalah patah tulang melintang tetapi tidak terjadi
dislokasi.
e. Retak tak komplit yaitu hanya sebagian dari tulang yang retak.

9
gambar fraktur

Berikut ini adalah berbagai jenis khusus fraktur


a. Green stick: Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi
lainnya membengkak.
b. Transversal: Fraktur sepanjang garis tengah tulang.
c. Oblik: Fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang (lebih tidak
stabil dibandingkan transversal).
d. Spiral: Fraktur memuntir seputar batang tulang.
e. Kominutif: Fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam (sering
terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah).
f. Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada
tulang belakang)
g. Patologik: Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista
tulang, penyakit paget, metatasis tulang, tumor)
h. Avulsi: Tertariknya fragmen tulang oleh fragmen atau tanda pada
perlekatannya.
i. Impaksi: Fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang
lainnya.
j. Epifisial: Fraktur melalui episis.

10
Gambar jenis-jenis fraktur:

11
3. PATOFLOW
Trauma Proses Patologi, penuaan, ,mal nutrisi

Rusak atau terputusnya kontinuitas tulang

Kerusakan
jaringan lunak
dan kulit

PO

Port
dientry

Non
infeksi

Infeksi

Hemoragi

Vasodilata
si eksudat
plasma dan
migrasi
leukosit

Hipovolemik

Hipotensi

Inflamasi

Delayed
union
Sembu
h

Hematoma

Serabut saraf
dan sumsum
tulang

Periostum
dan korteks
tulang

Serabut saraf
putus

Hilangnya
fragmen tulang

Kehilangan
sensasi

Deformitas

Suplai O2 ke
otak

Supresi
saraf

Mal union

Deformitas

Nyeri

Gg. body
image

Imobilisasi

Atropfi
otot

Shock
hipovolemik,
kesadaran

Toleransi
aktivitas

Kerusakan
integritas kulit

Syndrom konus nodularis: anestesia,


gg. defekasi, gg. miksi, impotensi,
hilangnya reflek anal.

12
4. ETIOLOGI
1) Trauma: Merupakan penyebab utama yang sering menyebabkan terjadinya
fraktur seperti kecelakaan dan lain-lain.
2) Patologi: Merupakan fraktur yang disebabkan karena timbulnya fraktur
seperti osteoporosis dan tumor.
3) Malnutrisi: Karena kurang mineral dan kalsium serta perubahan hormonal.
5. MANIFESTASI KLINIK
Pada kurang mineral dan kalsium serta perubahan hormonal.
1) Nyeri
Terjadi karena terputusnya kontinuitas jaringan dan tulang. Nyeri hampir
selalu muncul dan biasanya parah, terutama pada ujung tulang yang tidak
dapat digerakkan.
2) Menurunnya fungsi ekstremitas normal dan abnormal
Disebabkan oleh ketergantungan fungsional otot pada stabilitas otot
3) Bengkak
Berasal dari proses vasodilatasi eksudasi plasma dan adanya peningkatan
leukosit pada jaringan di sekitar tulang.
4) Spasme Otot
Dapat menambah rasa sakit dan tingkat kecacatan kekuatan otot yang sering
disebabkan karena tulang menekan otot.
5) Krepitasi
Sering terjadi karena pergerakan bagian fraktur sehingga menyebabkan
kerusakan jaringan sekitarnya.
6) Pemendekatan tulang
Terjadi pada fraktur panjang, yang terjadi karena kontraksi otot yang melekat
di atas dan bawah tempat fraktur.
6. KOMPLIKASI
1) Mal union yaitu proses penyembuhan tulang berjalan dengan normal tetapi
bentuknya abnormal.
2) Non union yaitu suatu kegagalan dalam penyembuhan tulang, walaupun
sudah pada waktunya ditandai dengan nyeri pada waktu digerakkan.

13
3) Delayed union yaitu proses tulang yang diperkirakan (lebih dari 4 bulan).
4) Kerusakan pembuluh darah seperti iskhemia.
5) Kerusakan saraf seperti kelumpuhan.
6) Infeksi tulang seperti osteomyelitis.
7) Kekakuan sendi seperti ankylosis.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Diagnostik
a. Sinar-X : Mengevaluasi klien dengan kelainan muskuloskeletal. Sinar-X
tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, porosi dan perubahan
hubungan tulang.
b. CT-Scan : Menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan
dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligamen atau
tendon.
c. MRI : Teknik pencitraan khusus, non invasif yang menggunakan magnet,
gelombang radio & komputer untuk memperlihatkan abnormalitas
jaringan lunak seperti jaringan otot, tendon dan tulang rawan.
2) Pemeriksaan Lab
a. Pemeriksaan darah lengkap
b. Pemeriksaan kimia darah
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan dari fraktur adalah:
a. Immobilisasi
b. Pembedahan
c. Penggunaan fiksasi internal seperti pen, plate, screw, wire
d. Perawatan pre-operasi
e. Direncanakan untuk mempersiapkan keadaan jasmani klien dan
psikososial
f. Perawatan post-operatif

14
Pengkajian berkesinambungan dilakukan oleh perawat pada 24-48 jam pertama
setelah operasi.
a. Tanda-tanda vital : shock, hipovolemik
b. Luka : eritema, rasa panas area luka, observasi drainase
c. Intake & output : memonitor melalui kateter dan muntah
d. Kenyamanan : frekuensi pola tidur
e. Pengkajian pernafasan : menentukan apakah pasien batuk efektif
f. Pengkajian abdomen : bising usus untuk memulai makan.
Rehabilitatif
a. Terapi panas dingin dan pijatan latihan isometric akan meningkatkan tensi
otot tanpa menggerakkan sendi dekat luka.
b. Latihan ROM pasif dan aktif membantu menjaga dan meningkatkan mobilitas
sendi.
B. FRAKTUR FEMUR
1. Definisi
Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat
disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti
degenerasi tulang / osteoporosis.
2. Klasifikasi Fraktur Femur
Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :
a. Fraktur Intrakapsuler
1) Terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan melalui kepala femur (capital
fraktur).
2) Hanya di bawah kepala femur.
3) Melalui leher dari femur.
b. Fraktur Ekstrakapsuler;
1) Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih
besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.
2) Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di
bawah trokhanter kecil.

15
3. Etiologi
Penyebab fraktur adalah :
a. Fraktur patologis : fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa
trauma yang disebabkan oleh suatu proses, yaitu :
1) Osteoporosis Imperfekta
2) Osteoporosis
3) Penyakit metabolik
b. Fraktur yang disebabkan oleh Trauma, yang dapat dibagi menjadi :
1) Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh
dengan posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur
dengan benda keras (jalanan).
2) Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan,
misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari fraktur femur adalah:
a) Nyeri hebat di tempat fraktur
b) Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah
c) Rotasi luar dari kaki lebih pendek
d) Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak,
kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.
5. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat timbul pasca operasi Fraktur Femur 1/3 Distal
adalah:
a)

Infeksi
Infeksi terjadi karena masuknya mikroorganisme patogen ke dalam daerah
fraktur dan karena fiksasi internal yang di pasang di dalam tubuh pasien
mungkin tidak steril atau karena teknik, perlengkapan dan keadaan operasi
yang buruk (Adam, 1992).

b)

Nekrosis avaskular

16
Ini adalah komplikasi dini dari cedera tulang, karena iskemia terjadi selama
beberapa jam pertama setelah fraktur (Appley,1995).
c) Deep Venous Trombosis ( DVT )
Komplikasi yang paling sering ditemukan pada cedera dan operasi. Di
Indonesia insidensi yang sebenarnya tidak diketahui. Penyebab utama Deep
Venous Thrombosis pada pasien pembedahan adalah hiperkoagulabilitas
darah, terutama akibat aktivasi faktor X oleh tromboplastin yang dilepas oleh
jaringan yang rusak. Faktor-faktor sekunder yang penting, seperti imobilisasi
yang lama, kerusakan endotel dan peningkatan jumlah dan kelengketan
trombosit dapat diakibatkan oleh cedera atau operasi (Appley,1995).
6. Pemerikasaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dari fraktur femur adalah:
a) X-Ray
b) Bone scans
c) Tomogram
d) MRI Scans
e) Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler
f) CCT kalau banyak kerusakan otot.
7.

Penatalaksanaan Medis
a.

Terapi latihan
Terapi latihan adalah salah satu upaya pengobatan dalam fisioterapi yang
dalam pelaksanaannya menggunakan latihan gerakan tubuh, baik secara
aktif maupun pasif (Priatna, 1985).

b.

Open Reduction Internal Fixation


Apabila diartikan dari masing-masing kata adalah sebagai berikut; Open
berasal dari bahasa Inggris yang berarti buka, membuka, terbuka
(Jamil,1992), Reduction berasal dari bahasa Inggris yang berarti koreksi
patah tulang (Ramali, 1987), Internal berasal dari bahasa Inggris yang
berarti dalam (Ramali, 1987), Fixation berasal dari bahasa Inggris yang
berarti keadaan ditetapkannya dalam satu kedudukan yang tidak dapat
berubah (Ramali, 1987). Jadi dapat disimpulkan sebagai koreksi patah

17
tulang dengan jalan membuka dan memasang suatu alat yang dapat
membuat fragmen tulang tidak dapat bergerak.
c.

Plate and screw


Plate berarti struktur pipih atau lapisan (Dorland,1998). Screw berarti
silinder padat (Dorland,2002). Plate and screw berarti suatu alat untuk
fiksasi internal yang berbentuk struktur pipih yang disertai alat berbentuk
silinder padat untuk memfiksasi daerah yang mengalami perpatahan.

d.

Traksi
Traksi adalah penyembuhan fraktur yang bertujuan mengembalikan
fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin. Adapun
metoda pemasangan traksi :
1) Traksi Manual
Tujuan dari pemasangan traksi ini adalah untuk perbaikan dislokasi,
mengurangi fraktur, dan dilakukan pada keadaan Emergency.
Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.
2) Traksi Mekanik
Ada dua macam, yaitu :
a) Traksi Kulit
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain,
misalnya: otot. Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg.
Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai
sebagai fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips.
b) Traksi Skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan
balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi
dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.

C. ASUHAN KEPERAWATAN

18
1. PENGKAJIAN
1) Aktivitas/Istirahat
Tanda :

Keterbatasan/kehilangan

fungsi

pada

bagian

yang

terkena

(mungkin segera fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder


dari pembengkakan jaringan, nyeri).
2) Sirkulasi
Tanda : - Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respons terhadap
nyeri/ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah).
- Takikardia (Respon stress, hipovolemia).
- Pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cedera.
3) Neurosensori
Gejala :

- Hilang gerakan/sensasi, spasme otot


- Kebas/kesemutan (parestesis)

Tanda:

- Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi


(bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan/hilang fungsi.
- Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas atau trauma
lain).

4) Nyeri/Kenyamanan
Gejala : - Nyeri berat tiba-tiba pada saat ceder (mungkin terlokasasi pada
area jaringan/kerusakan tulang: dapat berkurang pada imobilisasi)
tak ada nyeri akibat kerusakan saraf.
- Spasme/kram otot (setelah imobilisasi).
5) Keamanan
Gejala : - Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna.
- Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tibatiba).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan.
2) Keterbatasan mobilitas fisik atau aktivitas b.d imobilisasi.
3) Resti gangguan integritas kulit: dekubitus b.d tirah baring lama.
4) Resti konstipasi b.d imobilisasi.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

19
1) Dx I
a. Kaji TTV
R/ mengetahui keadaan umum klien terutama yang mendukung diagnosa.
b. Kaji keluhan nyeri/ketidaknyamanan: lokasi, karakteristik, intensitas,
skala
R/ Mempengaruhi pilihan/pengawasan keefektifan intervensi, tingkat
ansietas dapat mempengaruhi persepsi/reaksi terhadap nyeri.
c. Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif
R/ mempertahankan kekuatan dan mobilitas otot

yang sakit dan

memudahkan resdusi inflamasi pada jaringan yang cidera.


d. Berikan alternatif tindakan kenyamanan, contoh pijatan punggung,
perubahan posisi.
R/ meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan lokal dan
kekakuan otot.
e. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, visualisasi, imajinasi, distraksi,
retraksi
R/ mengalihkan stimulus nyeri
f. Kolaborasi dengan dokter mengenai pemberian analgesik
R/ membantu mengurangi nyeri.
2) Dx II
a. Kaji tingkat immobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan
perhatian persepsi pasien terhadap imobilitas
R/ klien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang
keterbatasan

fisik

aktual,

memerlukan

informasi/intervensi

untuk

meningkatkan kemajuan kesehatan.


b. Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan batuk dan nafas
dalam
R/ mencegah atau menurunkan insiden komplikasi kulit atau pernafasan.
c. Berikan atau bantu dalam mobilisasi diri
R/ mobilisasi diri menurunkan komplikasi tirah baring dan meningkatkan
penyembuhan.
d. Bantu atau dorong perawatan diri serta kebersihan, contoh: mandi

20
R/ meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan kontrol klien
dalam situasi dan meningkatkan kesehatan diri langsung.
e. Kolaborasi dengan dokter engenai program defekasi, ahli terapi fisik dan
spesialis psikiatri klinik.
R/ membantu mempercepat penyembuhan dan penerimaan diri.
3) Dx III
a. Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan,
perubahan warna kelabu, memutih.
R/ memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan masalah yang
memungkinkan disebabkan oleh alat dan pembentukan edema yang
membutuhkan intervensi lebih lanjut.
b. Massa kulit dan penonjolan tulang pertahankan tempat tidur kering dan
bebas kerukan. Tempat bantalan air/bantalan lain di bawah siku/tumit
sesuai indikasi.
R/ menurunkan tekanan pada area yang peka dan resiko abrasi/kerusakan
kulit.
c. Ubah posisi dengan sering
R/ mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimalkan
resiko kerusakan kulit.
4) Dx IV
a. Latihan klien untuk melakukan pergerakan yang melibatkan daerah
abdomen seperti miring kanan dan kiri.
R/ mempertahankan pergerakan usus
b. Auskultasi bising usus
R/ mengetahui adanya bising usus yang aktif
c. Berikan cairan yang adekuat
R/ mempertahankan kebutuhan cairan
d. Berikan makanan tinggi serat
R/ memperlancar proses buang air besar
4. EVALUASI

21
1) Menunjuk tindakan santai/tidak menangis
2) Menunjuk teknik yang mampu melakukan aktivitas
3) Menyatakan ketidaknyamanan hilang
4) Tidak menunjukkan adanya konstipasi.

BAB III

22
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
IDENTITAS PASIEN
Nama

:Tn. K

Usia

:28 Tahun

Jenis Kelamin

: Laki laki

Agama

: Islam

Pekerjaan

: TNI-AD

No. Register

: 31.59.51

Diagnosa Medis

: Open Fraktur Femur 1/3 distal.

Rencana Oerasi

: ORIF Femur
DATA FOKUS

Tanggal
11-02-2008

Data Subyektif
-

Data Objyektif
A. Pre Operasi
1. Keadaan Umum Somnolent.
2. Klien tampak gelisah.
3. TTV:
TD: 159/97 mmHg
Nd: 86 x/menit
RR: 24 x/menit
Sh: 38C
4. Pernapasan: spontan,dengan O2 : 3 Liter.
5. Inform Consent: ada
6. Protese ( gigi palsu, cat kuku, kontak
lens) : tidak ada.
7. Perhiasan : tidak ada.
8. Folly cateter/drain : ada.
9. Persiapan kulit cukur : ya.
10. Huknah gliserin : tidak.
11. Hasil LAB :
Hematologi
Darah rutin:
Hb: 12,5 g/dL
Ht: 38 %

23
Eritrosit: 4,2 juta/uL
Leukosit: 11.400/uL
BT: 2 30
CT: 3 40
12. Hasil Rotgen, USG, CT-Scan MRI, Lain :
ada.
13. IVFD: RL=1.500cc, Fimahes= 300cc.
14. Belum pernah di operasi.
15. Marker area operasi: ya.
16. Pasien tampak meringis kesakitan
B. Intra Operasi
1. Anestesi mulai pk. 11.30 WIB s/d 14.00
WIB
2. Jenis anestesi : General
3. Posisi operasi: Supine
4. Desinfeksi kulit: bethadine 7,5%;
bethadine 10%,alcohol 70%.
5. Diatermi : ya.
6. Lokasi operasi: femur 1/3 distal.
7. Perdarahan: 1.500 cc.
8. Urine: 350cc.
9. IWL: 300cc.
10. Balance cairan:
Intake: 1.800cc
Output: 2.150cc
Balance: -350cc
11. Pada saat dilakukan tindakan operasi
banyak sekali terdapat orang di dalam
ruangan tersebut
12. Banyak sekali menggunakan alat-alat
dalam tindakan operasi
13. selama intra operasi pasien bernapas
dengan alat VENTILATOR ,dengan
saturasi O2 97 100 %
C. Post Operasi
1. TTV:
TD: 130/70 mmHg

24
Nd: 89x/menit
RR: 22x/menit
Sh: 36,5C
2.
3.
4.
5.
6.

Keadaan umum: buruk.


Kesadaran: somnolent.
Pernapasan: spontan
Akral dingin
Membrane mukosa mulut kering

ANALISA DATA
Klien / Umur

: TnK/28 tahun

Kamar/Ruang

: OK. IX

Tanggal
11-02-

Data
Pre Operasi

2008

DS : DO :
-

Keadaan Umum
Somnolent.

TTV:
TD: 159/97 mmHg

Masalah
Nyeri
Proses :
Fraktur pedis dextra

amputasi pedis
dextra

Kerusakan jaringan
lunak

Etiologi
Kerusakan
jaringan lunak

Spasme otot

25
Nd: 86 x/menit

Persepsi nyeri

nyeri

RR: 24 x/menit
Sh: 38C
-

Klien tampak gelisah


Pasien tampak
meringis kesakitan

11-022008

Intra Operasi

Defisit

a. Dx. I

cairan tubuh

volume

Perdarahan
berlebih.

DS : DO :
- Perdarahan: 1.500 cc.
- Urine: 350cc.
- IWL: 300cc.
- Balance cairan:
Intake: 1.800cc
Output: 2.150cc
Balance: -350cc
- Mukosa

mulut

kering.
- Turgor kulit
11-022008

tidak

elastic.
b. Dx. II

Resiko

tidak Efek anestesi

DS: -

efektifnya

jalan

DO:

napas

- RR: 24 x/menit
- bunyi

napas

vesikuler, Rh -/-, Wh
-/- klien

mendapatkan

anestesi general.
- selama intra operasi
pasien

bernapas

dengan

alat

VENTILATOR
,dengan saturasi O2

26

11-02-

97 100 %
c. Dx. III

2008

DS : -

Resti infeksi

Proses pembedahan

DO :
-

TTV:
TD: 130/70 mmHg
Nd: 89x/menit
RR: 22x/menit
Sh: 36,5C

- Pada

saat

dilakukan tindakan
operasi

banyak

sekali

terdapat

orang

di

dalam

ruangan tersebut
- Banyak

sekali

menggunakan alatalat operasi


11-022008

Post Operasi

Resiko

tidak Penumpukan sekret

DS : -

efektifnya

jalan

DO : RR: 24 x/menit

napas

- bunyi

napas

vesikuler, Rh -/-, Wh
-/- klien

mendapatkan

anestesi general.
- selama intra operasi
pasien

bernapas

dengan

alat

VENTILATOR
,dengan saturasi O2
97 100 %

27

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama klien /umur: Tn.K /28 th


Ruang: OK.IX
No
1

Masalah/Diagnosa
Pre Operasi

Tanggal

Tanggal

Nama

ditemukan
24-12-2008

teratasi

jelas

Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d


kerusakan jaringan lunak, spase
otot.
2

Intra Operasi

24-12-2008

a. Defisit volume cairan tubuh b.d


perdarahan berlebih.
b. Resiko tidak efektifnya jalan
napas b.d efek anestesi.
c. Resti infeksi b.d
pembedahan

proses

28
3

Post Operasi
Resiko

tidak

24-12-2008
efektifnya

napas b.d penumpukan secret

jalan

29
RENCANA KEPERAWATAN
Klien / Umur : TnK/28 tahun
Ruang

: OK.IX

Tanggal

DX

24-12-

2008

Tujuan & KH

Rencana Tindakan

Dalam waktu 1 x 1.

Pertahan

24 jam masalah

kan

nyeri

bagian yang sakit

klien

nyeri

ketegangan

nyeri

jaringan

pertahankan lokasi
karakteristik 2.

menjadi

dan

termasuk

nyeri ringan

intensitas

Mempengaruhi

Pantau

an

TTV.

keefektifan

intervensi tingkat

4.

Kolabora
dengan

obat

R/:
pilihan/pengawas

3.

dalam

yang

cedera.

dan

si

R/:Men
dan mengurangi

berkurang

(1 3) (0)

Paraf

ghilangkan nyeri

Evaluasi
skala

- Skala

1.

imobilisasi

berkurang dengan 2.
KH:

Rasional

ansietas

dokter

mempengaruhi

pemberian

persepsi terhadap

mengurangi

rasa nyeri.

dapat

nyeri.
3.

R/:Peni
ngkatan

TTV

dapat
mengindifikasika
n

terjadinya

peningkatan
skala

nyeri

mengurangi rasa
nyeri.

30
24-12-

a. Dalam waktu 1 1.

2008

24

jam

masalah
kebutuhan
cairan

Pertahankan

penggantian

cairan.

cairan

2.
tubuh 3.

fluktuasi

Kaji

kecepatan

KH :

syok.

sejak

tanda-tanda

memerlukan
tabulasi

Kolaborasi

tanda tanda

dengan

syok

dalam

hipovolemik.

darah.

ketat

untuk

dokter

mencegah

pemberian

ketidakseimban
gan

Balance

dan

kelebihan

cairan

cairan.

seimbang.
-

dengan

Pantau TTV.
awal

Tidak ada 4.

R/:

keseimbangan

teratasi dengan
-

1.

2.

Turgor

R/:
memberikan

kulit

pedoman untuk

elastis,membra

penggantian

n mukosa pink

cairan

dan lembab.

mengkaji

dan

respon
kardiovaskuler.
3.

R/:

untuk

mencegah
terjadinya syok
lebih lanjut.
4.

R/:
meresusitasi
cairan

yang

hilang

selama

operasi.
b.

Dalam

1. Ukur TTV

1. R/ : masih

waktu 1 x 24 2. Auskultasi bunyi

adanya tanda

jam

dan gejala

masalah

napas

31
bersihan
napas

jalan 3. Obserpasi sputum


efektif

dengan KH :
- Pernapasan
adekuat
- Tidak

ada

menunjukan

untuk tanda adanya

distres

darah

pernapasan

4. Berikan tambahan 2. R/ : perubahan


oksigen

bunyi
menunjukan

dipsnea atau

terjadinya

sianosis
- Prekuensi

komplikasi

pernapasan/

pernapasan

GDA dalam

3. R/ : untuk

batas normal

mencegah
emboli lemak
4. R/: hemodialisa
dapat terjadi
dengan emboli
paru
5. R/: meningkatkan
sediaan oksigen
untuk
pernapasan
optimal
jaringan

c. Dalam waktu 1. Bersihkan daerah 1.R/: mencegah

1 x 24 jam

yang akan dioperasi

masalah

dengan anti septik

kontaminasi
2.R/: Untuk

infeksi karena 2. Cek kadarluasa alat

mengoptimalka

proses

n tingkat

3.Pertahankan

pembedahan

sterilitas

tidak

pembedahan

terjadi,

dengan KH:
Luka
sembuh
pada

selama

4. cuci tangan steril

seterilisasi
3.R/: Pertahankan
seterilitas

5. tutup luka dengan 4. R/:mencegah


kasa seteril

osteomiyelitis
5.R/: mencegah

32

waktunya
Tidak ada

purulen
Tidak ada

timbulnya
inpeksi lebih
lanjut

eritema dan
demam
24-122008

Dalam waktu 1 x 1. Ukur TTV

1.R/: masih adanya

24 jam masalah 2. Auskultasi bunyi

tanda dan gejala

resiko

tidak

menunjukan

efektifnya

jallan 3. Observasi sputum

napas

b.d

penumpukan
sekret.

napas

distres

untuk tanda adanya


darah

pernapasan
2.

dengan 4. Berikan tambahan

KH :

R/:

perubahan

bunyi

oksigen

menunjukan

- Bertahap klien

terjadinya

bisa

komplikasi

melakukan

mobilisasi
dibantu
mandiri

pernapasan
atau

3.

R/:

untuk

mencegah
emboli lemak
4.R/:

hemodialisa

dapat

terjadi

dengan emboli
paru
5.R/: meningkatkan
sediaan oksigen
untuk
pernapasan
optimal
jaringan

33
CATATAN PERKEMBANGAN

Klien / Umur

: TnK/28 tahun

Kamar/Ruang

: OK. IX

DX Hari/Tanggal
1
Kamis/
Pre Operasi
24-12-2008

Perkembangan

1. Mempertahankan imobilisasi bagian yang sakit.


Hasil: klien diposisikan dengan posisi yang
nyaman yaitu posisi supine.
2. Memantau TTV.
Hasil : TD. 159/90 mmHg
Nd. 89 x/menit
Sh. 38C
3. Berkolaborasi dengan tim dokter dalam
memberikan obat penghilang nyeri.
Hasil : klien mendapat reculax 40 mg dan
primperan 10 mg.
4. Mengajarkan teknik relaxasi yaitu nafas dalam.
Hasil : klien menarik nafas dalam.
Klien tampak lebih tenang.

Kamis/
24-12-2009

Intra Operasi
a. Dx.1
1. Mempertahankan keseimbangan cairan.
Hasil: Intake IVFD RL=1.500cc, Fimahes=
300cc.
2. Memantau TTV.
Hasil: TD. 159/90 mmHg
Nd. 89 x/menit
Sh. 38C
3. Mengkaji sejak awal tanda-tanda syok.
Hasil: membran mukosa mulut klien kering
dan pucat, turgor kulit tidak elastis,

Paraf

34
kapilari refil <3 detik.
Balance cairan :
Intake : 1800 cc (RL : 1000 cc,
Fimahes : 500 cc)
Output : 2150 cc (perdarahan : 1500
cc, urin : 350 cc, IWL : 300 cc.)
Balance: -350 cc
4. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian
darah.
Hasil: pasien di rencanakan mendapat darah
tambahan jenis PRC 250 cc.
Kamis/
24-12-2009

b. Dx.2
1. Mengukur TTV
Hasil: TD. 159/90 mmHg
Nd. 89 x/menit
Sh. 38C
2. Mengauskultasi bunyi napas
Hasil: bunyi napas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-.
3. mengobservasi sputum atau tanda adanya
darah.
Hasil: tidak terdapat darah pada selang ETT.
4. memberikan tambahan oksigen
Hasil: selama intra operasi pasien bernapas
dengan alat VENTILATOR ,dengan
saturasi O2
97 100 %

Kamis/
24-12-2009

c. Dx.3
1. Membersihkan daerah yang akan dioperasi
dengan anti septik
Hasil : pasien didesinfeksi kulit dengan
Desinfeksi kulit: bethadine 7,5%;
bethadine 10%,alcohol 70%.
2. Mengecek kadarluasa alat

35
Hasil : semua instrumen dan peralatan yang
digunakan dalam keadaan steril dan
dalam batas waktu steril.
3. Mempertahankan

sterilitas

selama

pembedahan
Hasil : Semua tindakan dilakukan dengan
prinsip steril dan tetap menjaga
kesterilan.
4. Mencuci tangan steril
Hasil : tangan bersih dan steril,menggunakan
sarung tangan steril.
5. Menutup luka dengan kasa seteril
Hasil : luka pos op diberi supratul kemudian
ditutup dengan kasa steril,dan difiksasi
dengan plaster.
3

Kamis/
24-12-2009

Post Operasi
1. Mengukur TTV
Hasil : TD. 159/90 mmHg
Nd. 90 x/menit
Sh. 38 C
2. Mengauskultasi bunyi napas
Hasil: bunyi napas vesikuler, rh -/-, wh -/3. Mengobserpasi sputum untuk tanda adanya
darah
Hasil : tidak terdapat darah pada selang ETT dan
pada saat suction.
4. Memberikan tambahan oksigen
Hasil : Pasien diberi tambahan oksigen 3 liter,
melalui nasal kanul sesampainya di
ruang RR.
EVALUASI

Klien / Umur

: Tn K/28 tahun

36
Kamar/Ruang
Hari / Tanggal
Kamis/

: OK. IX
DX
EVALUASI
1 Pre Operasi

24-12-2009

Paraf

S:O:
-

Skala nyeri 5 (nyeri sedang).

Klien diposisikan dengan posisi

yang nyaman yaitu posisi supine.


TTV: TD. 159/90 mmHg
Nd. 89 x/menit
Sh. 38C

Klien mendapat reculax 40 mg

dan primperan 10 mg.


Klien menarik nafas dalam.
Klien tampak lebih tenang.

A : Masalah belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan
Kamis/
24-12-2009

Intra Operasi
a.

Dx
.1
S:O:
-

TTV: TD. 159/90 mmHg


Nd. 89 x/menit
Sh. 38C

Turgor kulit kering

Balance cairan :
Intake : 1800 cc (RL : 1000 cc,
Fimahes : 500 cc)
Output : 2150 cc (perdarahan :
1500 cc, urin : 350 cc, IWL :
300 cc.)
-

Balance: -350 cc

37
Membran mukosa mulut klien
kering dan pucat, turgor kulit
tidak elastis, kapilari refil <3
detik.
A : Tujuan intervensi keperawatan
teratasi sebagian.
P : lanjutkan intervensi keperawatan
-

Cek balance cairan


Observasi TTV
Kaji tanda-tanda syok.
Mendapat tambahan darah
PRC 250 cc.

b. Dx.2
S

:-

O :
-

Pasien

bernapas

dengan

ventilator
-

TTV: TD. 159/90 mmHg


Nd. 89 x/menit
Sh. 38C

Bunyi napas vesikuler, Rh -/-,


Wh -/-.
A : Masalah keperawatan teratasi
sebagian.

Intervensi

keperawatan

dilanjutkan

c.

Dx.3
S :O:
-

Keadaan

luka

post

op

luka

bersih,luka masih basah


-

luka post op diberi supraptul,

38
kemudian ditutup dengan kasa
steril

dan

kemudian

difiksasi

dengan plaster.
A : Masalah teratasi sebagian
P
Kamis/
24-12-2009

Intervensi

keperawatan

dilanjutkan
Post Operasi
S:O:
-

Pasien

bernapas

spontan

dan

diberi tambahan oksigen 3 liter,


-

melalui nasal kanul.


bunyi napas vesikuler, rh -/-, wh

-/tidak terdapat darah pada selang

ETT dan pada saat suction.


Pasien diberi tambahan oksigen 3
liter,

melalui

nasal

kanul

sesampainya di ruang RR.


A : Masalah

keperawatan teratasi

sebagian
P : Intervensi keperawatan dilanjutkan

BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam BAB ini penulis ingin membahas perbedaan antara asuhan keperawatan
secara teoritis dengan asuhan keperawatan pada Tn.K dengan diagnose medis Fraktur
Femur

Distal, pembahasan ini mencakup :

A. Pengkajian

39
Dalam pengkajian ini penulis mengkaji berdasarkan landasan teoritis dengan
diagnosa medis Fraktur Femur 1/3 Distal dan asuhan keperawatan yang sesuai
dengan kasus rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh
trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang /
osteoporosis. Pada tinjauan teoritis didapatkan tanda dan gejala sebagai berikut :
Nyeri hebat di tempat fraktur, Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah , Rotasi
luar dari kaki lebih pendek, Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi
berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas. Sedangkan pada
kasus yang kami temukan tedapat tanda dan gejala pada Pre Operasi: keadaan
umum somnolent, TTV: TD: 159/97 mmHg, Nd: 86 x/menit, RR: 24 x/menit, Sh:
38C, pernapasan spontan, dengan O2 : 3 Liter, hasil LAB : Hb: 12,5 g/dL, Ht: 38 %,
Eritrosit: 4,2 juta/uL, Leukosit: 11.400/uL, BT: 2 30, CT: 3 40,

IVFD:

RL=1.500cc, Fimahes= 300cc. Intra Operasi: jenis anestesi yang digunakan adalah
anastesi General dengan posisi operasi: Supine, Lokasi operasi: femur 1/3 distal,
terjadi perdarahan: 1.500 cc, urine: 350cc, IWL: 300cc, Balance cairan: Intake:
1.800cc, Output: 2.150cc, Balance: -350cc. dan Post Operasi: TTV: TD: 130/70
mmHg, Nd: 89x/menit, RR: 22x/menit, Sh: 36,5oC, keadaan umum buruk, kesadaran
somnolent, pernapasan spontan, akral dingin, dan membrane mukosa mulut pasien
kering. Secara umum semua tanda dan gejala yang terdapat pada teori hampir sama
dengan data yang kami temukan pada kasus.

B. Diagnosa Keperawatan
Secara teoritis pada pasien dengan Fraktur Femur terdapat 4 diagnosa, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan.


Keterbatasan mobilitas fisik atau aktivitas b.d imobilisasi.
Resti gangguan integritas kulit: dekubitus b.d tirah baring lama.
Resti konstipasi b.d imobilisasi.

Sedangkan pada kasus kami menemukan diagnosa utama yaitu:

40
1.

Pre Operasi
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d kerusakan jaringan lunak, spase otot.

2. Intra Operasi
a. Defisit volume cairan tubuh b.d perdarahan berlebih.
b. Resiko tidak efektifnya jalan napas b.d efek anestesi.
c. Resti infeksi b.d proses pembedahan
3. Post Operasi
a. Resiko tidak efektifnya jalan napas b.d penumpukan secret

Dari diagnosa teori dan diagnosa kasus, kurang kami temukan kesamaan.
Dapat kami simpulkan bahwa diagnosa yang dijelaskan dalam teori diatas hanya
untuk pasien yang dirawat di ruangan perawatan. Sedangkan diagnosa yang kami
jelaskan diatas, merupakan diagnosa secara kegawat daruratan.
C. Intervensi
Sebelum melaksanakan implementasi terlebih dahulu kami membuat
perencanaan, tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi
masalah kilen. Dalam penyusunan perencanaan ini kami menyesuaikan dengan
landasan teori yang kami temukan pada relefansi. Adapun untuk setiap diagnosa,
intervensi yang kami susun sebagai berikut:
1. Pre Operasi
a. Ganguan rasa nyaman : nyeri b.d kerusakan jaringan lunak, spasme otot.
1) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit
2) Evaluasi skala nyeri pertahankan lokasi dan karakteristik dan termasuk
intensitas
3) Pantau TTV.
4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat mengurangi rasa nyeri.
2. Intra Operasi
a. Defisit volume cairan tubuh b.d perdarahan berlebih.
1) Pertahankan keseimbangan cairan.
2) Pantau TTV.
3) Kaji sejak awal tanda-tanda syok.
4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian darah.
b. Resiko tidak efektifnya jalan napas b.d efek anestesi.

41
1) Ukur TTV
2) Auskultasi bunyi napas
3) Atasi terjadinya cedera tulang / jaringan
4) Observasi sputum untuk tanda adanya darah
5) Berikan tambahan oksigen
c. Resti infeksi b.d proses pembedahan
1) Bersihkan daerah yang akan dioperasi dengan anti septik
2) Cek kadarluasa alat
3) Pertahankan sterilitas selama pembedahan
4) Cuci tangan steril
5) Tutup luka dengan kasa seteril
3. Post Operasi
a. Resiko tidak efektifnya jalan napas b.d penumpukan secret
1) Ukur TTV
2) Auskultasi bunyi napas
3) Atasi terjadinya cedera tulang / jaringan
4) Observasi sputum untuk tanda adanya darah
5) Berikan tambahan oksigen

D. Implementasi
Implementasi yang kami lakukan sesuai dengan perencanaan yang kami susun
dan disertai dengan kemampuan klien.
Secara garis besar semua tindakan yang telah kamui rencanakan dapat kami
implementasikan, walaupun belum maksimal, yang disebabkan oleh keterbatasan
waktu dan pengalaman kami yang kurang.
E. Evaluasi
Secara teoritis dilakukan dengan kriteria SOAP (Subjektif, Objektif, Analisa,
Planning). Dalam mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah kami laksanakan,
kami menggunakan kriteria tersebut, dengan hasil sebagai berikut :
1. Pre Operasi
a. Ganguan rasa nyaman : nyeri b.d kerusakan jaringan lunak, spasme otot.

42
S

:
- Skala nyeri 5 (nyeri sedang).
- Klien diposisikan dengan posisi yang nyaman yaitu posisi supine.
- TTV: TD. 159/90 mmHg
- Nd. 89 x/menit
- Sh. 38C
- klien mendapat reculax 40 mg dan primperan 10 mg.
- klien menarik nafas dalam.
- Klien tampak lebih tenang.

: Masalah belum teratasi

: Intervensi dilanjutkan

2. Intra Operasi
a. Defisit volume cairan tubuh b.d perdarahan berlebih.
S

:
- TTV: TD. 159/90 mmHg
- Nd. 89 x/menit
- Sh. 38C
- turgor kulit kering
- Balance cairan :
- Intake : 1800 cc (RL : 1000 cc, Fimahes : 500 cc)
- Output : 2150 cc (perdarahan : 1500 cc, urin : 350 cc, IWL : 300 cc.)
- Balance: -350 cc
- membran mukosa mulut klien kering dan pucat, turgor kulit tidak
elastis, kapilari refil <3 detik.

: Tujuan intervensi keperawatan teratasi sebagian.

: Lanjutkan intervensi keperawatan


- Cek balance cairan
- Observasi ttv
- Kaji tanda-tanda syok.
- Mendapat tambahan darah PRC 250 cc.

43

b. Resiko tidak efektifnya jalan napas b.d efek anestesi.


S

:
- Pasien bernapas dengan ventilator
- TTV: TD. 159/90 mmHg
- Nd. 89 x/menit
- Sh. 38C
- Bunyi napas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-.

: Masalah keperawatan teratasi sebagian

: Intervensi keperawatan dilanjutkan

c. Resti infeksi b.d proses pembedahan


S

:
- Keadaan luka post op luka bersih,luka masih basah
- Luka post op diberi supraptul, kemudian ditutup dengan kasa steril
dan kemudian difiksasi dengan plaster.

: Masalah teratasi sebagian

: Intervensi keperawatan dilanjutkan

3. Post Operasi
a. Resiko tidak efektifnya jalan napas b.d penumpukan secret
S

:
- Pasien bernapas spontan dan diberi tambahan oksigen 3 liter, melalui
nasal kanul.
- Bunyi napas vesikuler, rh -/-, wh -/- Tidak terdapat darah pada selang ETT dan pada saat suction.
- Pasien diberi tambahan oksigen 3 liter, melalui nasal kanul
sesampainya di ruang RR.

: Masalah keperawatan teratasi sebagian

: Intervensi keperawatan dilanjutkan

44

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan fraktur femur merupakan rusaknya
kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung,
kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Tn. K dengan Fraktur Femur 1/3
Distal pada pre operasi yaitu : Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d kerusakan jaringan
lunak, spase otot. Dan pada Intra Operasi ditemukan diagnosa keperawatan defisit
volume cairan tubuh b.d perdarahan berlebih, Resiko tidak efektifnya jalan napas b.d
efek anestesi, Resti infeksi b.d proses pembedahan. Sedangkan diagnose pada Post
Operasi adalah Resiko tidak efektifnya jalan napas b.d penumpukan secret, hal itu
disebabkan akibat penggunaan ETT sebagai media ventilator yang membantu klien

45
bernafas saat operasi karena dilakukan anastesi umum. Namun masalah ini tidak
kami temukan pada asuhan keperawatan teori.
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. K dengan Fraktur Femur
1/3 Distal di ruang operasi,walaupun kami hanya bisa melakukan observasi tapi kami
telah mampu melaksanakan:
1. Pengkajian pada klien dengan pemeriksaan fisik serta data penunjang medis.
2. Menentukan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah klien.
3. Mampu menyusun rencana keperawatan dengan melibatkan klien dan keluarga
4. Mampu mengemplementasikan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
yang telah disusun.
5. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah kami laksanakan
6. Mampu membandingkan landasan teori dengan kasus yang kami temukan.

B. Saran
Berdasarkan sumber data yang kami dapatkan ,maka kami sarankan dalam
pengkajian pada pasien fraktur di ok bedah harus detail lagi guna mengetahui segala
gangguan dan keluhan dari pasien, pengkajian itupun merupakan salah satu pedoman
bagi tim medis untuk melakukan tindakan berikutnya baik tindakan medis maupun
bedah. Tidak kalah pentingnya kemaximallan bagi tim medis khususnya perawat
dalam memberikan asuhan kepada pasien fraktur diruangan bedah mulai dari cuci
tangan secara streil menyiapkan instrumen steril, lingkungan steril dan melakukan
tindakan atau prosedur secara steril. Karena tingkat kesterilan tindakan sangat
bverpengaruh pada hasil akhir operasi dan rekonstruksi pada tulang dan jaringan yang
mengalami fraktur, sterilisitas tindakan untuk meminimalkan dan mencegah infeksi

46
merupakan salah satu hal yang utama dengan tindakan bedah khususnya rekonstruksi
fraktur.
Sangat diharapkan kerja sama tim bedah denggn tim anastesi lebih baik,
mengingat tindakan bedah khususnya rekonstruksi fraktur merpakan tindakan bedah
yang sangat berat bagi pasien. Diharapkan tim bedah berkonsultasi pada tim anastesi
untuk menentukan jenis anastesi disesuaikan dengan keadaan umum pasien guna
meringankan penderitaan klien.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (2001). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC.


Doengoes (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Ethel Sloane (2003). Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC.
Editor Arief Mansjoer, Suprokarta. Wahyu Ika Wardhani. Wiwiek Setiawulan (2000).
Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media Esculapius. Fakulta
Kedokteran. Indonesia.

47
Sylvia A. Prico Lorraine M. Wilson (1995). Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta : EGC.
Reksoprodjo, Soelarto (1995). Ilmu Bedah. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
http://senyumsehat.wordpress.com, di akses tanggal 14 Januari 2009
http://images.google.co.id

Anda mungkin juga menyukai