Disusun Oleh :
Wike Purmala Sari, S.Kep
2114901053
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Fraktur”. Penulisan laporan pendahuluan ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas dari siklus keperawatan gawat darurat.
Laporan Pendahuluan ini ditulis berdasarkan berbagai sumber yang berkaitan
dengan materi keperawatan gawat darurat., serta infomasi dari berbagai media yang
berhubungan dengan keperawatan gawat darurat.. Tak lupa penulis sampaikan terima kasih
kepada Dosen atas bimbingan dan arahan dalam penulisan laporan pendahuluan ini, serta
kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan masukan dan pandangan, sehingga
dapat terselesaikannya laporan pendahuluan ini.
Penulis berharap laporan pendahuluan ini dapat menambah wawasan mengenai
keperawatan gawat darurat, terutama materi mengenai fraktur radius, sehingga saat
berkomunikasi kita dapat meminimalisir kesalah pahaman yang akan terjadi. Penulis
berharap, pembaca untuk dapat memberikan pandangan dan wawasan agar laporan
pendahuluan ini menjadi lebih sempurna.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam penulisan laporan pendahuluan ini
terdapat banyak kesalahan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas jaringan tulang. Fraktur paling sering
ditimbulkan oleh trauma eksternal langsung maupun deformitas tulang seperti fraktur
patologis pada osteoporosis sedangkan fraktur femur biasanya disebabkan oleh kecelakaan
lalu lintas. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya
benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat
berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan
tulang klavikula atau radius distal patah. Akibat trauma pada tulang bergantung pada jenis
trauma, kekuatan dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat
dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut patah
tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah
tulang yang disebut fraktur dislokasi (Rosdahl dan Kowalski, 2014).
Pembedahan merupakan penanganan dari fraktur yang biasa dilakukan. Pembedahan
adalah sebuah proses invasif karena insisi dilakukan pada tubuh atau ketika bagian tubuh
diangkat. Setelah seseorang dilakukan pembedahan, sesuai dengan rencana keperawatan akan
dilakukan mobilisasi oleh perawat, namun yang terjadi perawat hanya sekedar menganjurkan
pada pasien untuk menggerak-gerakkan anggota badan yang dioperasi. Ketidaktahuan pasien
akan pentingnya mobilisasi membuat pasien menjadi takut sehingga menyebabkan bengkak,
kesemutan, kekakuan sendi, nyeri, dan pucat anggota gerak yang dioperasi (Rosdahl dan
Kowalski, 2014).
B. Tujuan Penulisan
Untuk laporan pendahuluan dan pengetahuan mengenai Fraktur, sehingga menambah
wawasan pembaca maupun penulis terutama bagi perawat dalam menambah pengetahuan
mengenai fraktur, keterampilan dalam tindakan dan sikap perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan kesehatan pada pasien di rumah sakit maupun di luar rumah sakit.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi Tulang
Tulang sistem skeletal dibagi menjadi skeleton aksial (tengkorak, toraks, dan vertebrata)
dan skeleton apendikular (bahu, lengan, gelang panggul, dan tungkai). Tulang dari struktur
tubuh dan memberi sokongan untuk jaringan lunak. Tulang melindungi organ vital dari
cedera dan juga bertindak untuk memindahkan bagian tubuh dengan memberi titik perlekatan
pada otot. Tulang juga sebagai tempat menyimpan mineral dan sebagai tempat untuk
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk
melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka tubuh. Tulang juga merupakan tempat
primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fhosfat. Tulang rangka orang dewasa
terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah jaringan hidup yang akan suplai saraf dan darah.
Tulang banyak mengandung bahan kristalin anorganik (terutama garam-garam kalsium) yang
membuat tulang keras dan kaku, tetapi sepertiga dari bahan tersebut adalah fibrosa yang
membuatnya kuat dan elastis. Tulang ekstrimitas bawah atau anggota gerak bawah dikaitkan
pada batang tubuh dengan perantara gelang panggul terdiri dari 31 pasang antara lain: tulang
koksa, tulang femur, tibia, fibula, patella, tarsalia, meta tarsalia dan falang (Lemone, 2017).
a. Tulang Koksa OS koksa turut membentuk gelang panggul, letaknya di setiap sisi dan
di depan bersatu dengan simfisis pubis dan membentuk sebagian besar tulang pelvis.
b. Tulang Femur merupakan tulang pipa dan terbesar di dalam tulang kerangka pada
bagian pangkal yang berhubungan dengan asetabulum membentuk kepala sendi yang
disebut kaput femoris. Di sebelah atas dan bawah dari kolumna femoris terdapat laju
yang disebut trokanter mayor dan trokanter minor. Di bagian ujung membentuk
persendian lutut, terdapat dua buah tonjolan yang disebut kondilus lateralis dan
medialis. Di antara dua kondilus ini terdapat lakukan tempat letaknya tulang
c. Tibia atau tulang kering merupakan kerangka yang utama dari tungkai bawah dan
terletak medial dari fibula atau tulang betis. Tibia adalah tulang pipa dengan sebuah
d. Fibula atau tulang betis adalah tulang sebelah lateral tungkai bawah, tulang itu adalah
tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung. Sendi tibia fibula dibentuk antara
ujung atas dan ujung bawah, kedua tungkai bawah batang dari tulang-tulang itu
digabungkan oleh sebuah ligamen antara tulang membentuk sebuah sendi ketiga
e. Meta tarsalia terdiri dari tulang-tulang pendek yang banyaknya 5 buah yang masing-
3 ruas kecuali ibu jari sebanyak 2 ruas, pada metatarsalia bagian ibu jari terdapat dua
buah tulang kecil bentuknya bundar yang disebut tulang bijian (osteum sesarnoid).
Tulang tersusun atas jaringan ikat kaku yang disebut jaringan oseus, ada dua
jenis yaitu tulang laminar (tulang kuat dan matur pada skeleton orang dewasa) dan
pada fetus yang berkembang sebagai bagian penyembuhan fraktur, dan pada area
sekitar tumor dan infeksi tulang). Ada dua jenis tulang matur yaitu tulang padat dan
ditemukan di bagian dalam tulang. Tulang kanselosa tersusun atas struktur seperti
kisi – kisi (trabekula) dan dilapisi dengan sel osteogenik serta diisi dengan sumsum
Unit struktur dasar tulang laminar adalah sistem Havers (juga dikenal sebagai
osteon). Sistem Havers terdiri atas kanal sentral, disebut Kanal Havers, lapisan
konsentrik matriks tulang disebut Lamella, ruang antara lamela disebut Lakuna, dan
saluran kecil disebut Kanalikuli. Bagian berongga pada tulang panjang dan tulang
pipih mengandung jaringan untuk hematopoiesus. Pada orang dewasa, bagian ini
disebut rongga sumsum tulang merah, ada di pusat berongga tulang pipih
(khususnya sternum) dan hanya pada dua tulang panjang yaitu humerus dan kepala
B. Fisiologi
Sistem musculoskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan peran dalam pergerakan.
Sistem terdiri dari tulang sendi, rangka, tendon, ligament, bursa dan jaringan-jaringan khusus
yang menghubungan struktur tersebut. Tulang adalah suatu jarigan dinamis yang tersusun
dari tiga jenis sel antara lain: osteoblast, osteosit dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang
dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang dan jaringan
osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan
jaringan osteoid, osteoblast mengsekresikan sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang
peran penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang, sebagian
fosfatase alkali memasuki aliran darah dengan demikian maka kadar fosfatase alkali di dalam
darah dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah
mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang. Osteosid adalah sel
tulang deawasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui
tulang yang padat. Osteoklas adalah sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral
dan matrik tulang dapat diabsorpsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis
tulang. Sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang memecahkan matriks Sistem
musculoskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan peran dalam pergerakan. Sistem terdiri
dari tulang sendi, rangka, tendon, ligament, bursa dan jaringan-jaringan khusus yang
Tulang adalah suatu jarigan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel antara lain:
osteoblast, osteosit dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen
tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang dan jaringan osteoid melalui suatu proses yang
mengsekresikan sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang peran penting dalam
mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang, sebagian fosfatase alkali
memasuki aliran darah dengan demikian maka kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat
menjadi indikator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah
tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang. Osteosid adalah sel tulang deawasa yang
bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
Osteoklas adalah sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matrik tulang
dapat diabsorpsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang. Sel ini
menghasilkan enzim proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang
melarutkan mineral tulang sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah
(Lemone, 2017).
Metabolisme tulang di atur oleh beberapa hormon. Peningkatan kodar hormon paratoid
mempunyai efek langsung dan segera pada mineral tulang yang menyebabkan kalsium dan
fosfat daiabsorpsi dan bergerak memasuki serum. Di samping itu peningkatan kadar hormon
paratoid secara perlahan menyebabkan peningkatan jumlah dan aktifitas osteoklas sehingga
terjadi demineralisasi. Peningkatan kadar kalsium serum pada hiperparatiroidisme dapat pula
Tulang mengandung 99% dari seluruh kalsium tubuh dan 90% dari seluruh fosfat tubuh.
Fungsi penting kalsium adalah dalam mekanisme dan pembentukan darah, trasmisi impuls
1. Sebagai kerangka tubuh. Tulang sebagai kerangka yang menyokong dan memberi
bentuk tubuh.
dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-paru terdapat pada rongga
C. Definisi Fraktur
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik
yang bersifat total maupun sebagian. Secara ringkas dan umum, fraktur adalah patah
tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut tenaga fisik,
keadaan tulang itu sendiri, serta jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah
dengan fraktur ekstremitas. Fraktur ekstremitas merupakan fraktur yang terjadi pada
tulang yang membentuk lokasi ekstremitas atas (tangan, lengan, siku, bahu, pergelangan
tangan, dan bawah (pinggul, paha, kaki bagian bawah, pergelangan kaki). Fraktur dapat
Fraktur adalah patah tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut tenaga fisik, keadaan tulang itu sendiri, serta jaringan lunak disekitar
tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap atau tidak lengkap (Krisanty,
2016). Sebagian besar patah tulang merupakan akibat dari cedera atau benturan keras,
seperti kecelakaan, olahraga atau karena jatuh. Patah tulang terjadi jika tenaga yang
D. Klasifikasi Fraktur
1. Berdasarkan tempat
Fraktur femur, humerus, tibia, clavicula, ulna, radius, cruris dan yang lainnya (Lemone,
2017).
1. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua
korteks tulang).
2. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang
1. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
2. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
3. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang
1. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen
2. Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut
lokasi fragmen.
Bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga
fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur tertutup ada
klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
a) Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak
sekitarnya.
b) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
c) Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
d) Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
Bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
pendek.
b) Grade II: luka lebih dari 1 cm panjangnya, tanpa kerusakan jaringan lunak
d) Grade III ini dibagi lagi kedalam: III A : fraktur grade III, tapi tidak
membutuhkan kulit untuk penutup lukanya. III B: fraktur grade III, hilangnya
jaringan lunak, sehingga tampak jaringan tulang, dan membutuh kan kulit
untuk penutup (skin graft). III C:fraktur grade III, dengan kerusakan arteri
1. Fraktur Transversal
Fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi
atau langsung.
2. Fraktur Oblik
Fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan
3. Fraktur Spiral
Fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi.
4. Fraktur Kompresi
Fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah
permukaan lain.
5. Fraktur Avulsi
Fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya
pada tulang.
2. Adanya dislokasi
1. 1/3 proksimal
2. 1/3 medial
3. 1/3 distal
E. Manifestasi Klinis
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang di imobilisasi,
spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak
secara tidak alamiah bukannya tetap rigid seperti normalnya, pergeseran fragmen pada
dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat
melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot
4. Saat ekstermitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasanya baru terjadi setelah beberapa
Ketika patah tulang, terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan
jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan
sekitarnya.Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medul antara tepi tulang bawah
periostrium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur (Suriya & Zuriati, 2019).
Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik ditandai dengan fase
vasodilatasi dari plasma dan leukosit, ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan
proses penyembuhan untuk memperbaiki cedera, tahap ini menunjukkan tahap awal
dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak
tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain (Suriya &
Zuriati, 2019).
di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot
yang iskemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini
menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf, yang
bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndrom comportement (Suriya & Zuriati, 2019).
G. Komplikasi
1. Komplikasi Awal
Komplikasi awal setelah fraktur adalah kejadian syok, yang berakibat fatal hanya dalam
beberapa jam setelah kejadian,kemudian emboli lemak yang dapat terjadi dalam 48 jam,
2. Komplikasi Lambat
Komplikasi lambat dalam kasus fraktur adalah penyatuan tulang yang mengalami patah
terlambat, bahkan tidak ada penyatuan. Halini terjadi jika penymbuhan tidak terjadi
dalam dengan waktu normal untuk jenis dan fraktur tertentu. Penyatuan tulang yang
terlambat atau lebih lama dari perkiraan berhubungan dengan adanya proses infeksi
sistemik dan tarikan jauh pada fragmen tulang. Sedangkan tidak terjadinya penyatuan
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Reduksi
Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi
ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Alat-alat yang
digunakan biasanya traksi, bidai dan alat yang lainnya. Reduksi terbuka, dengan
pendekatan bedah. Alat fiksasi interna dalam bentuk pen, kawat, sekrup, plat dan paku.
2. Imobilisasi
Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna. Mempertahankan dan
nyeri, perabaan dan gerakan. Perkiraan waktu imobilisasi yang dibutuhkan untuk
3. Cara Pembedahan yaitu pemasangan screw dan plate atau dikenal dengan pen merupakan
salah satu bentuk reduksi dan imobilisasi yang dikenal dengan Open Reduction and
A. Primary Survey
1. Airway
Mengenali adanya sumbatan jalan napas
a. Peningkatan sekresi pernapasan
b. Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
c. Jalan napas adanya sputum, secret, lendir, darah, dan benda asing,
d. Jalan napas bersih atau tidak
2. Breathing
a. Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
b. Frekuensi pernapasan : cepat
c. Sesak napas atau tidak
d. Kedalaman Pernapasan
e. Retraksi atau tarikan dinding dada atau tidak
f. Reflek batuk ada atau tidak
g. Penggunaan otot Bantu pernapasan
h. Penggunaan alat Bantu pernapasan ada atau tidak
i. Irama pernapasan : teratur atau tidak
j. Bunyi napas Normal atau tidak
3. Circulation
a. Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
b. Sakit kepala
c. Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
d. Papiledema
e. Penurunan haluaran urine
4. Disability
a. Keadaan umum : GCS, kesadaran, nyeri atau tidak
b. Adanya trauma atau tidak pada thorax
c. Reflek pupil
d. Ukuran pupil
5. Ekposure
a. ada jejas (-) / (+)
b. adanya pembekakan / tidak
2. Secondary Survey
1. Mata
a. Konjungtiva pucat (karena anemia)
b. Konjungtiva sianosis (karena hipoksia)
c. Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau endokarditis)
2. Kulit
a. Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
b. Sianosis secara umum (hipoksemia)
c. Penurunan turgor (dehidrasi)
d. Edema
e. Edema periorbital
3. Jari dan kuku
a. Sianosis
b. Clubbing finger
4. Mulut dan bibir
a. Membrane mukosa sianosis
b. Bernafas dengan mengerutkan mulut
5. Hidung
a. Pernapasan dengan cuping hidung
6. Vena leher : Adanya distensi/bendungan
7. Dada
a. Retraksi otot bantu pernafasan (karena peningkatan aktivitas pernafasan, dispnea,
atau obstruksi jalan pernafasan)
b. Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dengan kanan
c. Tactil fremitus, thrill, (getaran pada dada karena udara/suara melewati
saluran /rongga pernafasan)
d. Suara nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
e. Suara nafas tidak normal (crekler/reles, ronchi, wheezing, friction rub, /pleural
friction)
f. Bunyi perkusi (resonan, hiperresonan, dullness)
8. Pola pernafasan
a. Pernafasan normal (eupnea)
b. Pernafasan cepat (tacypnea)
c. Pernafasan lambat (bradypnea)
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
D. Diagnosa sekunder
1. Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan atau cidera jaringan lunak.
2. Hambatan mobilitas fisik b/d nyeri, pembengkakan, prosedur bedah, imobilisasi.
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan b/d edema.
4. Resiko syok hipovolemik b/d perdarahan
5. Faktor yang berhubungan cidera fisik
E. Interveni sekunder
Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari
klien, dan atau/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi dilakukan untuk
membantuk klien mencapai hasil yang diharapkan (Deswani, 2019).
F. Implementasi sekunder
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
dalam membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi menuju kesehatan yang
lebih baik yang sesuai dengan intervensi atau rencana keperawatan yang telah dibuat
sebelumnya (Deswani, 2009).
F. Evaluasi
Setelah tindakan keperawatan dilaksanakan evaluasi proses dan hasil mengacu pada
kriteria evaluasi yang telah ditentukan pada masing-masing diagnosa keperawatan
sehingga :
Tulang adalah suatu jarigan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel antara lain :
osteoblast, osteosit dan osteoklas. Fraktur dapat terjadi di bagian ekstremitas atau anggota
gerak tubuh yang disebut dengan fraktur ekstremitas. Fraktur ekstremitas merupakan fraktur
yang terjadi pada tulang yang membentuk lokasi ekstremitas atas (tangan, lengan, siku, bahu,
pergelangan tangan, dan bawah (pinggul, paha, kaki bagian bawah, pergelangan kaki). Ketika
patah tulang, terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan
lunak. Akibat dari hal tersebut terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan
sekitarnya.Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medul antara tepi tulang bawah
periostrium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Fraktur dapat menimbulkan
pembengkakan, hilangnya fungsi normal, deformitas, kemerahan, krepitasi, dan rasa nyeri
B. Saran
Disarankan pada tenaga kesehatan untuk memberikan pendidikan kesehatan agar dapat
meningkatkan pengetahuan tentang tindakan untuk mengatasi nyeri dengan cara memberikan
Health Educatiaon (HE) pada pasien dan juga keluarganya sehingga dapat meminimalisir
terjadinya fraktur.
DAFTAR PUSTAKA
Krisanty, P., Manurung, S,. & Ns, R. E. (2016). “Asuhan Keperawatan Gawat Darurat”.
Jakarta : TIM
Lemone Priscilla D. (2017). “Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah”. Gangguan
Muskuloskeletal. 5th edn. Jakarta: EGC.
Suriya Melti & Zuriati. (2019). “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Pada Sistem
Muskuloskeletal Aplikasi Nanda Nic & Noc”. Pustaka Galeri Mandiri.
Zairin Noor. (2016). “Buku ajar gangguan muskuloskeletal”. Edisi ke-2. Jakarta : Salemba
Medika