Sistem Muskuloskletal
Dosen Pembimbing
Ns.Maimaznah, M.Kep, Sp.Kep.Kom
Disusun oleh
Nandiayuska
Npm.202011005
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mendapatkan gambaran lebih
jelas tentang bagaimana “Asuhan Keperawatan pada Pasien Penderita Post-op Amputasi”
1.2. Tujuan
1.Untuk menjelaskan konsep Post-op Amputasi
2.Untuk menjelaskan asuhan keperawatan pada Post-op Amputasi
1.3 Manfaat
Mahasiswa memahami Post-0p Amputasi sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah pada Sistem Muskuloskletal.
BAB II
KONSEP TEORI
2.1.1 Definisi
Lebih jelas lagi dijabarkan Amputasi merupakan pengangkatan bagian tubuh, sering
pada ekstremitas. Amputasi ekstremitas bawah sering diperlukan karena penyakit progresif
vaskular perifer (diabetes mellitus), fulminan gas gangren, trauma (crushing injury, luka
bakar, frostbite, luka bakar listrik, ledakan, luka balistik), cacat bawaan, osteomyelitis kronis,
atau tumor ganas. Dari semua penyebab tersebut, penyakit pembuluh darah perifer
menyumbang sebagian amputasi ekstremitas bawah. Amputasi ekstremitas atas terjadi lebih
jarang daripada ekstremitas bawah dan paling sering diperlukan karena baik luka trauma atau
tumor ganas (Smeltzer, Hinkle, Bare, & Cheever, 2010).
b). Kerangka
e). Tendon
Tendon adalah ikatan jaringan fibrous yang padat yang merupakan ujung dari
otot yang menempel pada tulang. Tendon merupakan ujung dari otot dan menempel
kepada tulang. Tendon merupakan ekstensi dari serabut fibrous yang bersambungan
dengan aperiosteum. Selaput tendon berbentuk selubung dari jaringan ikat yang
menyelubungi tendon tertentu terutama pada pergelangan tangan dan tumit. Selubung
ini bersambungn dengan membrane sinovial yang menjamin pelumasan sehinggga
mudah bergerak.
f). Fascia
Fascia adalah suatu permukan jaringan penyambung longgar yang didapatkan
langsung di bawah kulit, sebagai fascia superficial atau sebagai pembungkus tebal,
jaringan penyambung fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah.
Yang demikian disebut fascia dalam.
g). Bursae
Bursae adalah kantong kecil dari jaringna ikat di suatu tempat dimana
digunakan di atas bagian yang bergerak.Bursae dibatasi membrane sinovial dan
mengandung caiaran sinovial. Bursae merupakan bantalan diantara bagian-bagian
yang bergerak seperti olekranon bursae terletak antara prosesus olekranon dan kulit.
h). Persendian
Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini
dipadukan dengan berbagai cara misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen,
tendon, fasia atau otot. Secara structural sendi dibagi menjadi: sendi fibrosa,
kartilaginosa, sinovial. Dan berdasarkan fungsionalnya sendi dibagi menjadi: sendi
sinartrosis, amfiartrosis, diarthroses.
i). Otot
Otot yang melekat pada tulang memungkinkan tubuh bergerak. Kontraksi otot
menghasilkan suatu usaha mekanik untuk gerakan maupun produksi panas untuk
mempertahankan temperature tubuh. Jaringan otot terdiri atas semua jaringan
kontraktil.
Gambar 2.6 Otot Tubuh Manusia
Sumber. http://slimsemulajadi.blogspot.com/2015/04/bahagian-otot-badan.html
2.1.3. Etiologi
Indikasi amputasi yang paling sering untuk ekstremitas bawah adalah penyakit
pembuluh darah perifer, lebih dari setengah dari amputasi dikaitkan dengan diabetes mellitus.
Trauma adalah penyebab utama amputasi pada populasi yang lebih muda dan lebih sering
terjadi pada pria karena paparan lebih tinggi terhadap bahaya kerja. Amputasi juga dapat
diindikasikan pada luka bakar termal ataupun listrik, frostbite yang parah, dan gangren.
Tumor ganas juga dapat menjadi penyebab amputasi, tetapi hal ini jarang terjadi karena
kemajuan dalam penyelamatan ekstremitas (Daniels & Nicoll, 2012b). Infeksi tulang dan
jaringan yang berlangsung lama (Timby & Smith, 2010).
2.1.4. Patofisiologi
Penyakit pembuluh darah perifer merupakan pemnyebab terbesar dari amputasi
anggota gerak bagian bawah. Biasanya penyebab dari penyakit pembuluh darah perifer
adalah hipertensi, diabetes, hiperlipidemia. Penderita neuropati perifer terutama klien dengan
diabetes melitus mempunyai resiko untuk amputasi. Pada neuropati perifer biasanya
kehilangan sensor untuk merasakan adanya luka dan infeksi. Tidak terawatnya luka dapat
infeksi dapat menyebabkan terjadinya gangren dan membutuhkan tindakan amputasi.
Amputasi di indikasikan bagi klien dengan gangguan aliran darah baik akut maupun
kronis. Pada situasi trauma akut, dimana anggota tubuhnya terputus sebagian atau seluruhnya
akan mengalami kematian jaringan. Walaupun replantasi jari, bagian tubuh yang kecil, atau
seluruh anggota tubuh sukses. Pada proses penyakit kronik,sirkulasi mengalami gangguan
sehingga terjadi kebocoran protein pada intersisium sehingga terjadi edema. Edema
menambah resiko terjadinya cedera dan penurunan sirkulasi. Ulkus yang ada menjadi
berkembang karena terinfeksi yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan yang membuat
bakteri mudah berkembangbiak. Infeksi yang terus bertumbuh membahayakan sirkulasi
selanjutnya dan akhirnya memicu gangren, dan dibutuhkan tindakan amputasi (LeMone,
2011).
Menurut jenisnya amputasi dibagi menjadi dua macam, yaitu amputasi jenis terbuka
dan tertutup. Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana
pemotongan tulang dan otot pada tingkat yang sama sedangkan amputasi tertutup dilakukan
dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang
dibuat dengan memotong kurang lebih 5 centimeter dibawah potongan otot dan tulang.
Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat mencapai penyembuhan
dengan baik. Tempat amputasi ditentukan berdasarkan dua faktor peredaran darah pada
bagian itu dan kegunaan fungsional (sesuai kebutuhan protesis).
Perdarahan infeksi, dan kerusakan integritas kulit merupakan komplikasi amputasi.
Perdarahan dapat terjadi akibat pemotongan pembuluh darah besar dan dapat menjadi massif.
Infeksi dapat terjadi pada semua pembedahan, dengan perdaran darah yang buruk atau
adanya kontaminasi serta dapat terjadi kerusakan kulit akibat penyembuhan luka yang buruk
dan iritasi penggunaan prosthesis (Lukman dan Ningsih, 2009).
Gambar 2.7 Pathway Amputasi
Sumber. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Pasien Amputasi
Penyakit pembuluh darah perifer menyebabkan iskemia jaringan distal seperti tungkai
dan kaki. Gangren dan amputasi bisa terjadi. Tanda-tanda gangguan sirkulasi arteri perifer di
kaki dan kaki mungkin termasuk yang berikut (Berman, Snyder, & Frandsen, 2016):
a. Penurunan denyut nadi perifer
b. Nyeri atau parestesia
c. Warna kulit pucat
d. ekstremitas dingin
e. Penurunan Distribusi rambut
2.1.6. Penatalaksanaan
a. farmakologis
1) Antibiotik
2) Analgetik
3) Antipiretik (bila diperlukan)
4) Balutan rigid tertutup, Digunakan untuk mendapatkan kompresi yang merata,
menyangga jaringan lunak dan mengontrol nyeri, serta mencegah kontraktur.
5) Balutan lunak, Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan
bila perlu diperlukan inspeksi berkala sisa tungkai (puntung) sesuai kebutuhan.
6) Amputasi bertahap, Amputasi bertahap dilakukan bila ada gangren atau
infeksi.
7) Protesis, Protesis sementara kadang diberikan pada hari pertama pascabedah,
sehingga latihan segera dapat dimulai, keuntungan menggunakan prosthesis
sementara yaitu membiasakan klien menggunakan protesis sedini mungkin.
8)
b. Non-Farmaklogis
1) latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan
pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya
sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Latihan Range of
motion berfungsi antara lain utuk mencegah kontraktur, meningkatkan tonus,
massa, dan kekuatan otot, serta melancarkan sirkulasi perifer.
2) Perawatan luka mencakup pembersihan luka dan debridemen, pengolesan
preparat antibiotik topikal serta pembalutan. Kasa yang dibuat dari bahan
biogik, biosintetik, dan sintetik dapat digunakan.
2.2.3. Intervensi Keperawatan
a). Nyeri akut ybd Post op amputasi
Tujuan :
Klien mampu mengontrol nyeri setelah dilakukan tindakan keperawatan 5
x 24 jam
Kriteria hasil :
Semua indicator outcome menunjukkan score 5
Nursing Outcome Classification (NOC):
NOC : Level nyeri
NOC : Kontrol nyeri
Intervensi :
NIC : Manajemen nyeri
Identifikasi nyeri pada klien melalui pengkajian pengalaman nyeri
secara teratur, meliputi : PQRST
Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan
nyeri
Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab, berapa lama
terjadi, dan tingkatan pencegahan
Ajarkan teknik nafas dalam
Anjurkan klien untuk melaporkan pengalaman nyeri dan metode
menangani nyeri yang terakhir dilakukan
Berikan analgesic sesuai dengan anjuran
Evaluasi keefektifan dan tindakan mengontrol nyeri
Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
Monitor perubahan nyeri
Libatkan keluarga untuk mengurangi nyeri
NIC : Analgesik administration
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Monitor vital sign sebelm dan sesudah pemberian analgesic pertama
kali
2.2.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah tahap pelaksanaan yang dimulai setelah rencana tidankan
disusun untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan
yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
klien
2.2.5 Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan, keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses dengan
pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami amputasi merupakan bentuk asuhan kompleks
yang melibatkan aspek biologis, spiritual dan sosial dalam proporsi yang cukup besar ke seluruh
aspek tersebut perlu benar-benar diperhatikan sebaik-baiknya.
Tindakan amputasi merupakan bentuk operasi dengan resiko yang cukup besar bagi klien
sehingga asuhan keperawatan perioperatif harus benar-benar adekuat untuk memcapai tingkat
homeostatis maksimal tubuh. Manajemen keperawatan harus benar-benar ditegagkkan untuk
membantu klien mencapai tingkat optimal dalam menghadapi perubahan fisik dan psikologis akibat
amputasi.
Lebih jelas lagi dijabarkan Amputasi merupakan pengangkatan bagian tubuh, sering pada
ekstremitas. Amputasi ekstremitas bawah sering diperlukan karena penyakit progresif vaskular perifer
(diabetes mellitus), fulminan gas gangren, trauma (crushing injury, luka bakar, frostbite, luka bakar
listrik, ledakan, luka balistik), cacat bawaan, osteomyelitis kronis, atau tumor ganas.
3.2. Saran
Demikian makalah dan asuhan keperawatan yang kami sampaikan. Kami berharap agar makalah
yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi para dosen, teman-teman dan pembaca sekalian.
DAFTAR PUSTAKA
LeMone, Priscilla., Burke, M Karen.,& Bauldoff, Gerene. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Vol.4 Edisi 5. Jakarta : EGC
Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. 2011. Buku Satu Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC,
Edisi 9. EGC. Jakarta
Daniels, R., & Nicoll, L.H. (2012b). Keperawatan Medis Bedah Kontemporer (edisi ke-2).
New York: Cengage Belajar.
AyonCrayon.(2012).
http://ayoncrayon5.blogspot.com/2012/11/anatomifisiologimuskuloskeletal.html.
Diakses pada tanggal 11 Oktober 2022.