Anda di halaman 1dari 37

RESUME

KEPERAWATAN DEWASA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa

Dosen pengampu: Mokh. Sandi Haryanto, S.kep., NERS, M.Kep.

Nama : Mila Karmila


Npm : 1121093
Prodi : 3C Sarjana Keperawatan

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG

2023
PERTEMUAN 1

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL


A. Definisi Sistetem muskuloskeletal
Musculoskeletal adalah system komplek yang bertanggung jawab terhadap pergerakan
melibatkan otot-otot dan kerangka tubuh, dan termasuk sendi, ligament, tendon, dan
saraf.
Siste mini berperan penting dalam Gerakan tubuh, dan bila terganggu, kemampuan
dalam bergerakdan melakukan aktivitas pun bisa terganggu. Musculoskeletal juga dapat
mengalami gangguan atau kondisi yang dapat terjadi akibat gangguan fungsi yang ada
di ligament, saraf, otot hingga pada tulang belakang.
B. Sistem Muskuloskeletal
• Tulang (osteo)
Secara garis beras tulang dibagi dua golongan :
1. Tulang aksial (tulang kepela dan badan)
Seperti : tulang tengkorak, tulang vertebre, tulang rusuk dan sternum)
2. Tulang apendekular (tulang tambahan)
Seperti: extermitas atas (scapula, klavikula, humerus, ulna, radius, telapak
tangan), extermitas bawah (pelvis, femur, patella, tibia, fibula, telapak kaki).
Fungsi tulang:
1. Menyokong memberikan bentuk
2. Melindungi organ vital
3. Membantu pergerakan
4. Memproduksi sel darah merah pada tulang sumsum
5. Penyimpanan garam mineral
Histologi tulang:
a. Kompaktum ( kuat, tebal, padat )
b. Kankollous (lebih kopong, padat)
- Diantara lapisan tersebut terdapat ruang kecil “lacuna”
- Cairan yang mengisi “Osteocyte” (sel pembentuk tulang)
- Osteoblast (sel pembentuk) dan osteoclast (reabsorbsi tulang)
- Suplai darah pada tulang didapat dari arteriole sepanjang kanal haversin
Klasifikasi tulang berdasrkan bentuknya:
1. Tulang Panjang (tulang hermerus dan radius)
- Epifisis
- Cartilage articular
- Diafisis
- Metafisis
- Periosteum
- R. medular
2. Tulang pendek (karpal dan tarsal)
3. Tulang pipih (melindungiorgan tubuh dan sebagai tempat melekatnya otot
4. Tulang sesamold (bentuknya kecil, melingkar, berhubungan dengan sendi
dan melindungi tendon seperti patella
• Sendi (artikulasi)
Sendi merupakan bagian tubuh sebagai tempat terhubungnya dua tulang atau lebih
yang berfungsi penting untuk tubuh. Sendi berfungsi untuk menghubungkan dua
tulang, memberi struktur, dan membantu otot menggerakkan tulang.
Terdapat 3 jenis sendi yang menghubungkan tulang manusia:
1. Sendi sinartosis
2. Amfiartrosis
3. Diartrosi
• Dan jaringan konektif y/d (kertilago, tendon, dan ligament.)
Kertilage
1. Jaringan konektif yang tebal yang dapat menahan tekanan
2. Umum terdapat pada tulang embrio
3. Berubah secara bertahap menjadi tulang dengan proses ossifikasi terapi
beberapa cartilage tidak berubah
Tendon dan ligament
1. Tendon adalah pembungkus otot yang berhubungan langsung dengan
periosteum
2. Ligament adalah menghubungkan tulang sendi dan memberikan kestabilan
saat pergerakan
3. Tendon dan ligament tersusun dari jaringan konektif fibrosa yang tebal,
mengandung serabut kolagen dalam jumlah yang besar, tendon
menghubungkan otot ke tulang.
• System muscular (otot)
- 40-50 % BB manusia
- Peragakan terjadi karena addanya kontraksi
- Tipe-tipe otot:
1. Otot jantung
2. Otot polos
3. Otot lutik / rangka
PERTEMUAN 2

GANGGUAN MUSKULOSKELETAL DENGAN PERADANGAN OSTEOMYELITIS,


SPONDILITIS, OSTEOARTHRITIS, OSTEOPOROSIS, RHEUMATOID ARTHRITIS

OSTEOMYELITIS
OSTEOMYELITIS yaitu infeksi yang dapat mencapai tulang melalui aliran darah atau
menyebar dari jaringan di dekatnya. OSTEOMYELITIS adalah infeksi serius pada tulang yang
dpat bersifat akut atau kronis. Hal ini adalah proses inflamasi aku atau kronis yang melibatkan
tulang dan strukturnya akibat infeksi organisme piogenik, termasuk bakteri, jamur dan
mikobakteri.
OSTEOMYELITIS yaitu tulang yang utuh dan sehat, tahan terhadap infeksi. Tulang ini
menjadi rentan terhadap penyakit dengan masuknya inokulum bakteri dalam jumlah besar,
akibat trauma atau ada benda asing. Karena tempat dimana mikro organisme dapat berikatan
dengan tulang yang terpapar. Penyebab tersering OSTEOMYELITIS adalah patah tulang
terbuka, penyebaran bakteri secara hematogen, dan prosedur pembedahan othopedi yang
mengalami komplikasi infeksi (Sjamsuhidajat R, 2019)
Tandan dan Gejala
1. Nyeri di area tubuh yang terinfeksi
2. Bengkak, kemerahan, dan kaku di area yang terinfeksi
3. Keluarnya cairan nanah dari area infeksi
4. Demam menggigil
5. Mual dan muntah
6. Hilang nafsu makan
7. Berat badan menurun
8. Nyeri dibagian punggung bawah
9. Rasa lelah dan lemas tanpa sebab perasaan gelisah atau tidak enak badan
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Rontgen
3. MRI
4. Scan Tulang Radionuklir
5. CT Scan

SPONDILITIS
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan paling banyak oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan merupakan jenis bakteri tahan
asam sehingga dikenal dengan Basil Tahan Asam (BTA).
Penyakit ini pertama kali dijelaskan oleh Percial Pott pada tahun 1779 dan menjelaskan bahwa
terdapat hubungan antara kelemahan ekstremitas bawah dengan tulang belakang tetapi tidak
dihubungkan dengan tuberkulosa hingga akhirnya oleh Koch tahun 1882 ditemukan bahwa
etimologinya adalah bakteri basil. Menurut data dari WHO (2020), Indonesia menempati
urutan ketiga dengan kasus TB paling banyak didunia setelah India dan China.
SPONDILITIS Tuberkulosis atau Pott's Disease adalah suatu infeksi pada tulang belakang yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium adalah bakteri bakteri aerob
(lebih menyenangi jaringan dengan kandungan oksigen tinggi), tidak membentuk spora,
berukuran panjang 1-4 m dan tebal 0,3-0,6 m
Tuberkulosis dapat menular dari manusia ke manusia lewat udara melalui oercik renik atau
droplet nucleus (>5 mikron) yang keluar ketika seseorang yang terinfeksi TB batuk, bersin atau
bicara.
SPONDILITIS Tuberkulosis merupakan suatu Tuberkulosis tulang yang sifatnya sekunder dari
TBC tempat lain di dalam tubuh. Infeksi TBC vetebrata ditandai dengan proses destruksi tulang
Progresif tetapi lambat di bagian depan (anterior vetebral body). Kerusakan Progresif bagian
anterioslr vetebra akan menimbulkan kifosis (savant, 2007). Perjalanan penyakit SPONDILITIS
Tuberkulosis terdiri dari 5 Stadium yaitu :
1. Stadium Implantasi
2. Stadium Destruksi awal
3. Stadium Destruksi lanjut
4. Stadium gangguan Neurologis
5. Stadium Deformitas residual
Manifestasi Klinis
1. Badan lemah, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun.
2. Suhu subfebril terutama pada malam hari dn sakit pada punggung.
3. Nyeri Spinal menetap dan terbatasnya pergerakan spinal.
4. Nyeri yang menjalar dari tulang belakang ke garis tengah atas dada melalui ruang
interkostal.
5. Deformitas pada punggung (gibbus)
6. Pembengkakan setempat (abses)
7. Adanya proses TBC
Penatalaksanaan
Pasien spondilitis TB bisa diobati secara rawat jalan, kecuali apabila diperlutindakan bedah dan
juga tergantung pada stabilitas pasien. Tujuan tatalaksana spondilitis tuberkulosis yaitu untuk
mengeradikasi bakteri penyebab, mencegah dan mengobati defisit neurologis dan memperbaiki
kifosis.
Prinsip pengobatan spondilitis tuberkulosis harus dilakukan segera untuk menghentikan
paraplegia atau difisit neurologis.

OSTEOARTHRITIS
Osteorathritis merupakan penyakit sendi degenerative yang berkaitan dengan kerussakan
kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling sering terkena OA (Sudoyo
Aru dkk, 2009 dalam Nurarif dkk, 2015). Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat,
dan abrasi rawan sendi dan adanya gangguan pembentukan tulang baru pada permukaan
persendian. Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut
(diatas 60 tahun).
Osteoartritis terjadi karena tulang rawan yang menjadi ujung dari tulang yang
bersambung dengan tulang lain menurun fungsinya. Permukaan halus tulang rawan ini menjadi
kasar dan menyebabkan iritasi. Akhirnya tulang akan bertemu tulang yang menyebabkan
pangkal tulang menjadi rusak dan gerakan pada sambungan akan menyebabkan nyeri dan ngilu.
Beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain :
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Riwayat trauma sebelumnya
4. Pekerjaan
5. Kegemukan
6. Faktor gaya hidup
7. Genetik
OSTEOARTHRITIS diklasifikasikn menjadi 2 klasifikasi:
1. OA primer atau idiopatik tidak memiliki kejadian atau penyakit sebelumnya
2. OA sekunder terjadi akibat cedera sendi atau penyakit inflamasi sebelumnya
Manifestasi Klinik
1. Keluhan utama nyeri sendi.
2. Hambatan gerak sendi, sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
3. Nyeri bertambah dengan aktifitas, membaik dengan istirahat.
4. Kekakuan paling ringan pada pagi hari.
5. Krepitasi, rasa gemeretak pada sendi yang sakit.
6. Pembesaran sendi (Deformitas)
7. Perubahan gaya berjalan
8. Tanda-tanda peradangan pada sendi
Penatalaksanaan
1. Obat – obatan
2. Perlindungan sendi
3. Diet
4. Dukungan
5. psikososial
6. Persoalan seksual
7. Fisioterapi
8. Operasi
OSTEOPOROSIS
World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan penyakit osteoporosis sebagai
masalah kesehatan global yang berbahaya selain penyakit stroke, kanker dan penyakit jantung.
Menurut WHO (2012), di dunia terdapat sekitar 200 juta orang menderita osteoporosis.
Sementara di Amerika terdapat 20-25 juta penduduk mengalami osteoporosis dengan 50 persen
berusia 75-80 tahun.
Kata osteoporosis berasal dari bahasa Yunani yang artinya tulang dan lubang
osteoporosis merupakan penyakit degeneratif yang menyebabkan tulang menjadi rapuh karena
kerusakan jaringan tulang terjadi lebih cepat daripada produksi sel-sel baru (Akkawi & Zmerly,
2018 Haas & Le Boff, 2018)
• Gejala Osteoporosi
Osteoporosis terjadi secara bertahap dan seringkali tidak diiringi gejala apapun. Namun,
saat kepadatan tulang makin berkurang, salah satu gejala yang bisa muncul adalah patah
tulang yang mudah terjadi meski hanya terkena benturan atau tekanan ringan. Selain rasa
sakit ketika tulang patah dan retak, penderita osteoporosis juga dapat mengalami gejala
berikut :
1. Postur tubuh membungkuk
2. Penyusutan tinggi badan
3. Nyeri punggung akibat tulang belakang patah
• Faktor risiko Osteoporosis
Faktor-faktor risiko terjadinya osteoporosis adalah alkohol, merokok, BMI kurang,
kurang gizi, kurang olahraga, jatuh berulang, riwayat keluarga, menopause, penggunaan
kortikosteroid dan rheumatoid arthritis. Namun, osteoporosis lebih sering terjadi pada
wanita yang telah memasuki masa menopause. Kondisi ini disebabkan oleh berkurangnya
kadar hormon estrogen yang berperan penting dalam menjaga kepadatan tulang.
• Pencegahan Osteoporosis
Salah satu komplikasi dari osteoporosis adalah patah tulang, terutama di tulang belakang
dan tulang pinggul. Patah tulang dapat menyebabkan nyeri, gangguan dalam bergerak,
dan penurunan produktivitas. Untuk mencegah terjadinya osteoporosis, beberapa upaya
pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
1. Berolahraga secara rutin, termasuk olahraga angkat beban.
2. Mengkonsumsi makanan tinggi kalsium dan vitamin D, atau mengkonsumsi
suplemen bila perlu.
3. Berhenti merokok.
4. Berhenti mengkonsumsi minuman beralkohol.

5. Tidak mengkonsumsi obat tanpa saran dokter, terutama obat kortikosteroid.

RHEUMATOID ARTHRITIS
Rheumatoid arthritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemikronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh pada manusia.
Seseorang yang telah terkena reumatoid arthritis dapat menunjukkan gejala konstitusional yang
berupa kelemahan umum, cepat lelah atau gangguan non artikular lainnya.
• Etiologi
Penyebab artritis rheumatoid masih belum diketahui secara pasti walaupun hal mengenai
patologis penyakit ini telah terungkap. Penyakit ini belum dapat dipastikan mempunyai
hubungan dengan faktor genetik.
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi :
1. Tidak dapat dimodifikasi
✓ Faktor genetik
✓ Usia
✓ Jenis kelamin
2. Dapat dimodifikasi
a. Gaya hidup
b. Faktor hormonal
c. Bentuk tubuh
• Manifestasi Klinis
Menurut Sari dan Rezkiki (2020), ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada
penderita rheumatoid arthritis antara lain :
1) Gejala-gejala konstitusional
2) Poliartritis simetris
3) Kekakuan di pagi hari selama lebih dari satu jam
4) Arthritis erosif
5) Deformitas
6) Nodulan rheumatoid
7) Manifestasi ekstra artikular
• Patofisiologi
Pada rheumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama terjadi
dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi.
Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi
membran sinovial dan akhirnya pembentukan panus. (Sari & Rezkiki, 2020)
• Penatalaksanaan
Langkah pertama dari program penatalaksanaan arthritis reumatoid adalah memberikan
pendidikan kesehatan yang cukup tentang penyakit kepada klien, keluarganya dan siapa
saja yang berhubungan dengan klien. Pendidikan kesehatan yang diberikan meliputi
pengertian tentang patofisiologi penyakit, penyebab dan prognosis penyakit, semua
komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-
sumber bantuan untuk mengatasi penyakit, dan metode-metode yang efektif tentang
penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan kesehatan ini
harus dilakukan secara terus-menerus.
PERTEMUAN 3
PENGKAJIAN FISIK SISTEM PERSYARAFAN
Kemungkinan keluhan:
1. Nyeri kepala
2. Kejang, pingsan atau gerakan aneh
3. Masalah penglihatan
4. Kelainan penciuman
5. Kesulitan berbicara, menelan, dan berjalan
6. Gangguan sensori
Anamnesis
1. sejak kapan timbul
2. keluhan lain yang ada kaitannya dengan pengobatan sebelumnya dan bagaimana hasilnya
3. Lokasi serta perjalanannya dan juga sifat serta beratnya
4. Faktor yang memperberat atau memperingan keluhan
5. Perjalanan keluhan, apakah menetap, bertambah berat/ringan.
Observasi adanya kelainan neurologis
1. Kejang
2. Tremo/gemetar
3. Twiching ( gerakan spasmodik berlangsung singkat seperti otot lelah, nyeri setempat )
4. Chorea ( gerakan involunter/ tidak disadari, kasar )
5. Parese ( kelumpuhan otot tidak sempurna/ kelemahan )
6. paralisis ( kelumpuhan otot sempurna )
7. Diplegia ( kemampuan dua anggota gerak )
8. Paraplegia ( kemampuan anggota gerak bawah )
9. Tetraplegia/Parese ( kelumpuhan/ kelemahan keempat anggota gerak )
10. hemiplegia/Parese ( kelumpuhan/ kelemahan sisi anggota gerak )
Riwayat penyakit dahulu
• Riwayat gangguan neurologis
• Riwayat penyakit sistemik ( kerjavaskuler dan endokrin )
Riwayat gangguan saraf dalam keluarga
A. Tes fungsi Serebral
B. Tes fungsi Cerebrum
C. Tes fungsi Sensorik
Penilaian Kualitatif:
- Compos Mentis ( kesadaran penuh )
- Apatis ( acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya )
- Somnolen ( kesadaran lebih rendah ditandai pasien tampak mengantuk )
- sopor ( tidak memberikan respon ringan maupun sedang )
- Delirium ( tingkat kesadaran paling rendah, disorientasi )
- Koma ( tidak dapat bereaksi terhadap stimulus apapun )
Tes Fungsi Serebral :
Diukur melalui GCS, Normal 15
> Eye Mivement ( E )
> Respon Verbal ( V )
> Respon Motorik ( M )
Glasgow Coma Scale ( GCS )
Respon Scoring
- Respon membuka mata ( E )
4. Spontan
3. Dengan perintah
2. Dengan nyeri
1. Tidak berespon
- Respon Verbal ( V )
5. Berorientasi
4. Bicara membingungkan
3. Kata kata tidak tepat
2. Suara tidak dapat dimengerti
1. Tidak ada respon

- Respon Motorik ( M )
6. Dengan perintah
5. Melokalisasi nyeri
4. Menarik area yang nyeri
3. Menjauhi rangsangan nyeri ( fleksi abnormal )/postur dekortikasi
2. Ekstensi abnormal/ postur deserebrasi
1. Tidak berespon
Score :
3-4 : vegetatif, hanya organ otonom yang bekerja
11 : moderate disability
15 : Compos mentis
Status Mental
1. Orientasi
2. Daya ingat :
- Past/ Longterm memory ( kejadian yang lama )
- intermediet memory
- jangka pendek ( recent memory ) perlihatkan benda nilai 6
3. Perhatian dan perhitungan
- Perhatian
- Kognitif ( perhitungan) seria 7
4. fungsi bahasa dan bicara :
- klien dapat menyebutkan benda yang ditunjukkan oleh perawat, ex : ballpoin
- Klien dapat mengulang kata-kata : dan, jika, tidak, tetapi.
Tes Saraf Kranial
1. Tes nervus 1 ( Olfactory )
Fungsi penciuman
2. Tes nervus 2 ( Optikus )
Fungsi aktivitas visual dan lapang pandang
3. Tes nervous III, IV, VI ( Oculomotorius, Trochlear, Abducens )
- Tes N III Oculomotorius ( respon pupil terhadap cahaya )
- Tes N IV Trochlear, kepala tegak lurus, letakkan objek kurang lebih 60 cm sejarar mid line
mata, gerakan objek ke arah kanan
- Tes N VI Abducens, minta kalian untuk melihat ke arah kiri dan kanan tanpa menengok
4. Tes nervus V ( Trigeminus )
Fungsi sensasi, caranya: dengan mengusap pilihan kapas pada kelopak mata atas dan bawah,
refleks kornea langsung maka gerakan mengedip ipsilateral. Kornea Consensual maka gerakan
mengedip kontralateral.
Fungsi Motorik, caranya : klien disuruh mengunyah, pemeriksa melakukan palpasi pada otot
temporal dan masseter.
5. Tes Nervus VII ( Facialis )
- Fungsi sensasi, haji sensasi rasa bagian anterior lidah terhadap asam, manis, asin, pahit.
- Otonom, lakrimasi dan salivasi
- Fungsi motorik, kontrol ekspresi muka dengan cara meminta pasien untuk tersenyum,
mengerutkan dahi dan menutup mata.
6. Tes Nervus VIII ( Acustikus )
Fungsi Sensoris :
- Cochlear ( mengkaji pendengaran )
- Vestibulator ( mengkaji keseimbangan tubuh)
7. Tes Nervus IX ( glossopharingeal ) dan Nervus X ( Vagus )
- N IX, mempersarapi perasaan mengecap pada 1/3 posterior lidah.
- N X, super serapi organ viceral dan thoracal, pergerakan ovula, palatum lunak, sensasi
pharinx, tonsil dan palatum lunak.
8. Tes Nervus XI ( Accessorius )
- klien disuruh menoleh ke samping melawan tahanan. apakah sternocledomatodeus dapat
terlihat? apakah atropi?
- minta klien mengangkat bahwa dan pemeriksa berusaha menahan. tes otot trapezius
9. Nervus XII ( Hypoglosus )
- mengkaji gerakan dada saat bicara dan menelan
- inspeksi posisi lidah
Tes Sensorik :
Bahan yang dipakai untuk pemeriksaan :
1. jarum yang ujungnya tajam dan tumpul
2. kapas untuk rasa raba
3. Botol berisi air hangat atau panas dan air dingin untuk rasa suhu
4. garputala, untuk rasa getar.
5. lain-lain ( untuk pemeriksaan fungsi sensorik diskriminatif )
6. benda-benda berbentuk kunci, uang logam atau botol untuk pemeriksaan stereognosis.
7. pen/pensil, untuk Graphethesia
Fungsi Sensorik
Gejala paresthsia ( keluhan sensorik ) oleh klien digambarkan sebagai perasaan
- Geli ( tingling )
- Mati rasa ( numbless )
- Rasa terbakar/panas ( Burning )
- Rasa dingin ( Coldness )
Sistem Motorik
Sistem motorik sangat kompleks, berasal dari daerah motorik di corteks cerebri, impuls berjalan
ke kapsula interna.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara observasi dan pemeriksaan kekuatan.
- Masa otot :
Hypertropi, normal da atropi
- Tonus Otot
Dikaji dengan jalan menggerakkan anggota gerak pada berbagai persendian Seca pasif.
- Kekuatan otot
- Gunakan penentuan singkat kekuatan otot dengan skala lovett's ( memiliki nilai 0-5 )
Aktivitas Refleks
yaitu pemeriksaan aktivitas refleks dengan ketukan pada tendon menggunakan refleks hammer.
0 : tidak ada respon
1 : Hipoactive/ penurunan respon
2 : normal ( ++ )
3 : lebih cepat dari rata-rata, tidak perlu dianggap abnormal (++)
4 : hyperaktif, dengan klonus ( +++ )
Refleks refleks yang diperiksa:
1. Refleks biceps
2. Refleks Triceps
3. Refleks abnormal
4. Refleks patella
5. Refleks achialles
6. Refleks babinski
Tes fungsi meningen
Yaitu tes untuk mengetahui rangsangan selaput otak ( misalnya pada meningitis ) dilakukan
pemeriksaan :
1. Kaku kuduk
2. Tanda Brudzinski I
Brudzinski 1 positif bila kedua tungkai bawah akan refleksi pada sendi panggul dan sendi lutut
3. Tanda brudzinski II
Tanda brudzinski positif apabila fleksi tungkai klien pada sendi panggul secara pasif akan
diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan lutut.
4. Tanda kernig
Kernig positif bila ekstensi lutut pasif akan menyebabkan rasa sakit terhadap hambatan
5. Tes Laseque
Fleksi sendi paha dengan sendi lutut yang lurus akan menimbulkan nyeri sepanjang m
inchiadikus
Pengkajian Umum Sistem Neurologi
a. Gangguan kesadaran
- Derajat kesadarannya itu terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungan
- gangguan derajat kesadaran merupakan kerusakan cerebral yang dapat disebabkan oleh
gangguan metabolisme, defisiensi vitamin.
- tekanan intrakranial meningkat
- pernapasan lambat karena tekanan dan anoksia medulla oblongata
- gangguan motorik
- gangguan regulasi suhu karena tekanan pada hipotalamus.
Tanda awal herniasi otak:
Herniasi otak adalah berpindahnya sebagian massa otak bagian supratentorial ke dalam otak
tengah.
1. cek adanya peningkatan TIK
2. Iskemia, aritmia, pulmonary arrest
Tanda-tanda adanya Komplikasi
- tanda-tanda vital labil
- nafas Cheyne strokes, biots
Gangguan Fungsi Kognitif:
- menurunnya perhatian
- menurunnya memori
- penurunan kemampuan bahasa dan persepsi
- penurunan kemampuan untuk membuat rencana
Penyebab :
- kerusakan sistem limbic dari korteks cerebri
- penyakit metabolik, hipotiroid dan TIA
- intoksikasi obat, gangguan cairan elektrolit dan penyakit degeneratif
Afasia :
Afasia dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Apasia motorik ( area brocca pasa lobus frontal posterior
2. Apasia sensorik ( Area Wernicke's), pada hemisfer kiri.
Agnosia :
Agnosia adalah ketidakmampuan untuk mengenal dan interpretasikan suatu rangsang Indra.
Diantarany yaitu:
Agnosia visual, warna, muka, taktil, dan Agnosia astereognosis
Apraksia :
adalah ketidakmampuan untuk mengerti, memformulasikan suatu perbuatan yang kompleks,
tangkas dan volunteer. penyebabnya : adalah lesi pada kedua hemisfer.
Gangguan yang muncul adalah tingkah laku dan proses pikir. masalah yang dapat ditemukan
yaitu kepribadian influsif dan konsentrasi menurun. kemudian untuk gejala yang mungkin
muncul adalah sakit kepala, irritable, pusing dan hipersensitif terhadap stimulus.
Gangguan pergerakan bersifat volunteer dipersarapi oleh motorik korteks primer dan
asosiasinya.
Gangguan motorik mata
- Penyebab : Parese Nervus 3, 4, dan 6
- Diplopia
- Nistagmus dan strabismus
- Intervensi: tutup sebelah mata yang sakit
Gangguan membuka menutup mata
Penyebab : Parese saraf kranial 7 ptosis, exoftalmus
Masalah :
- Ulserasi korna
Intervensi:
- tutup dengan kain tipis dan basah, beri eye drops secara teratur dan jika nyeri terus menerus
tanda kerusakan kornea
Gangguan ekspresi muka
Penyebab:
- Gangguan Cerebllum N. 7
Masalah:
- gangguan bicara sampai di Satria ( tidak mampu untuk menghasilkan suara ). gangguan
makan.
Gangguan dalam mengelola makanan dalam mulut
- buka mulut, mengolah, mengunyah, menelan
- Penyebab: parese N. 5,7,9,10, dan 12
Gangguan pergerakan ekstremitas paralysis
- Tetra parese
- hemi parese
- para parese
Imobilisasi/butuh bantuan meningkat
Komplikasi:
- kerusakan kulit, distensi bladder, konstipasi dan osteoporosis
Temperatur
suhu normal sangat penting untuk mempertahankan fungsi norma dari semua sel tubuh.
Pusat : hipotalamus: dasar ventrikel III refleks spinal pada spinal cord.
Eliminasi pengendalian pada semua tingkat persarapan. korteks motorik untuk menghambat
pengosongan bludder dan bowel.

Gangguan yang dapat terjadi :


- kerusakan lonus Frontal
- dampak yang mungkin muncul : Oper distensi, infeksi ( cystitis ).
Sakit kepala ( Headache )
sakit kepala atau sefalgia yaitu suatu perubahan fisik paling utama manusia.
Penyebab :
- Tumor intra kranial, infeksi sistemik, cedera kepala, hipoksia cerebral.
Klasifikasi:
- sakit kepala sukar dikategorikan dan ditetapkan.
- migrain, sakit kepala tegang dan sakit kepala klaster
Refleks patologis :
1. Babinsky
- penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior
2. Chadock
- pemborosan kulit bersumpedes bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari posterior ke
anterior
3. oppenheim
- pengurutan krista antara Tibia dari proksimal ke distal
4. Gordon
- penekanan betis secara keras
5. Schaefer
- memencet tendon achilles secara keras
6. Rossolimo
- pengetukan pada telapak kaki
7. Mendel - Beckhterew
- pengetukan dorsum pedis pada daerah OS coboideum
8. Hoffman
- goresan pada kuku jari tengah pasien
9. Trommer
- colekan pada ujung jari tengah pasien
10. Leri
- fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan
11. Mayer
- fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapak tangan
Refleks primitif
1. Sucking refleks
- sentuhan pada bibir
2. Snout refleks
- ketukan pada bibir atas
3. Grasps refleks
- penekanan jari pemeriksa pada telapak tangan pasien
4. Palmo-mental refleks
- goresan ujung pena terhadap kulit telapak tangan bagian thenar.
PERTEMUAN 4
ASUHAN GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN (MENINGITIS, ENCHAPELITIS,
NEURITIS)
MENINGITIS
Definisi
• radang pd membran yg menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang, yg secara
kesatuan disebut meningen.
• Radang dpt disebabkan oleh infeksi oleh virus, bakteri, atau juga mikroorganisme lain,
dan walaupun jarang dpt disebabkan oleh obat tertentu.
• Meningitis dpt menyebabkan kematian karena radang yg terjadi di otak dan sumsum
tulang belakang; sehingga kondisi ini diklasifikasikan sebagai kedaruratan medis
Gejala Umum
• Sakit kepala dan leher kaku disertai oleh demam, kebingungan atau
perubahan kesadaran, muntah, dan kepekaan terhadap cahaya (fotofobia) atau suara
keras (fonofobia).
• Anak-anak biasanya hanya menunjukkan gejala nonspesifik, seperti lekas marah dan
mengantuk.
• Adanya ruam merah dpt memberikan petunjuk penyebab dari meningitis
Tanda dan gejala
Gejala klinis
• Kaku leher, epidemi meningitis di Texas pd tahun 1911–12.
• Orang dewasa, gejala meningitis paling sering sakit kepala hebat, yg terjadi pd hampir
90% kasus meningitis bakterial,
• kaku kuduk (ketidakmampuan u/ menggerakkan leher ke depan karena terjadi
peningkatan tonus otot leher dan kekakuan).
• Triad klasik dari tanda-tanda meningitis→ kaku kuduk, demam tinggi tiba-tiba, dan
perubahan status mental;→hanya muncul pd 44–46% kasus meningitis bakteri.
• Jika tdk terdapat satu pun dari ketiga gejala tersebut, dpt dikatakan bukan meningitis.
• Ciri lain yg dihubungkan dgn meningitis termasuk fotofobia (intoleransi terhadap
cahaya terang) dan fonofobia(intoleransi terhadap suara keras).
• Pd anak kecil, gejala yg telah disebutkan di atas sering kali tdk tampak, dan dpt hanya
berupa rewel dan kelihatan tdk sehat.
• Ubun-ubun (bagian lembut di bagian atas kepala bayi) dpt menonjol pd bayi berusia
hingga 6 bulan.
• Ciri lain yg membedakan meningitis dari penyakit lain yg tdk berbahaya pd anak adalah
nyeri kaki, kaki-tangan yg dingin, dan warna kulit abnormal.
Tanda lain dari meningismus
Yaitu "Kernig's sign" atau "Brudziński sign"
• Untuk pemeriksaan "Kernig's sign" pasien dibaringkan terlentang, dgn panggul dan lutut
difleksikan membuat sudut 90 derajat. →"Kernig’s sign” yg positif, rasa nyeri akan
membatasi ekstensi lutut secara pasif. Tanda "Brudzinski" positif apabila fleksi pada leher
menyebabkan fleksi pd lutut dan panggul secara involunter.
• Meskipun "Kernig's sign" dan "Brudzinski’s sign" sering digunakan untuk menegakkan
diagnosis meningitis, sensitivitas kedua pemeriksaan ini terbatas.
Pemeriksaan lain, yang dikenal sebagai "jolt accentuation maneuver" membantu menentukan
apakah terdapat meningitis pada pasien yg mengeluh demam dan sakit kepala klien diminta
untuk memutar kepalanya ke arah horizontal dgn cepat; jika sakit kepala tdk bertambah buruk,
artinya bukan meningitis.
Meningitis yg disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis (dikenal sebagai "meningitis
meningokokus") dpt dibedakan dgn jenis meningitis lain apabila ruam ruam
petechial menyebar dengan cepat, yg dpt timbul sebelum timbul gejala lain. Ruam ini berupa
bintik kecil dan banyak, tdk beraturan berwarna merah atau ungu ("petechiae") di
badan, anggota badan bagian bawah, membran mukosa, konjungtiva, dan (kadang-kadang)
telapak tangan dan telapak kaki. Ruam biasanya tdk memucat; warna merahnya tdk memudar
saat ditekan dgn jari atau batang gelas.
Infeksi meningokokus dan pneumokokus dpt menyebabkan perdarahan kelenjar adrenal,
sehingga menyebabkan sindrom Waterhouse-Friderichsen, (sekelompok gejala yang
disebabkan ketika kelenjar adrenal gagal berfungsi secara normal ) yg sering kali mematikan.
Penyebab
Bakteri paling umum:
• Neisseria meningitis
• Meningococcus
• Streptococcus pneumoniae
• Haemophilus influenzae
• E. coli
Virus:
• Herpes Simpleks
• Herpes Zoster
• Epstein – Barr Virus
• Cytomegalovirus
• Jamur
• Parasit
Enchephalitis
Encephalitis terjadi peradangan jaringan otak yg dpt mengenai selaput pembungkus otak sampai
dgn medula spinalis (Smeltzer, 2012). Encephalitis infeksi yg mengenai CNS yg disebabkan oleh
virus atau mikroorganisme lain yang menyebabkan infliltrasi limfositik yang kuat pada jaringa
otak dan leptomeningen menyebabkan edema serebral, degenarasi sel ganglion otak dan
kehancuran sel saraf difusi.
Etiologi
Berbagai macam mikroorganisme dapat menyebabkan ensefalitis, misalnya bakteri protozoa,
cacing, jamur, spiroxhaeta dan virus. Penyebab terpenting dan paling sering adalah virus. Infeksi
dapat terjadi karena virus langsung ke otak atau reaksi radang akut karena infeksi sistemik atau
vaksinasi terdahulu. Macam-macam ensefalitis virus menurut Robin :
a. Infeksi virus yg bersifat epidemic
b. Infeksi virus yg bersifat sporadic
c. Ensefalitis pasca infeksio, pasca morbili, dan pasca varisela.
Patofisiologi
Virus masuk tubuh klien melalui kulit, saluran napas dan saluran cerna, virus akan menyebar
keseluruh tubuh secara local aliran virus terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau
organ tertentu, penyebaran hematogen primer : virus kedalam darah, menyebar keorgan dan
berkembang biak diorgan menyebar melalui saraf : virus berkembang biak dipermukaan selaput
lendir dan menyebar melalui sistem persarafan.
Setelah terjadi penyebaran keotak, timbul manifestasi klinis ensefalitis, Masa Prodromal
berlangsung selama 1 – 4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, sulit mengunyah, suhu badan
naik, muntah, kejang hingga penurunan kesadaran, paralisis, dan afasia.
Klasifikasi
Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah:
1. Infeksi virus yang bersifat endemik
a. Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.
b. Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis encephalitis, Eastern equine
encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian spring summer encephalitis, Murray valley
encephalitis.
Manivestasi Klinis
Adapun gejala-gejala yang mungkin timbul pada masalah ensefalitis adalah :
a. anas badan meningkat.
b. Sakit kepala.
c. Muntah-muntah lethargi.
d. Kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.
e. Gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku.
f. Gangguan penglihatan, pendengaran, bicara dan kejang.
Penatalaksanaan
Penderita baru dengan kemungkinan ensefalitis harus dirawat inap sampai menghilangnya gejala-
gejala neurologik. Tujuan penatalaksanaan adalah mempertahankan fungsi organ dengan
mengusahakan jalan nafas tetap terbuka, pemberian makanan enteral atau parenteral, menjaga
keseimbangan cairan dan elektrolit dan koreksi gangguan asam basa darah
Tata laksana yang dikerjakan sebagai berikut :
a. Mengatasi kejang adalah tindakan vital, karena kejang pada ensefalitis biasanya berat.
Pemberian Fenobarbital 5-8 mg/kgBB/24 jam. Jika kejang sering terjadi, perlu diberikan
Diazepam (0,1-0,2 mg/kgBB) IV, dalam bentuk infus selama 3 menit.
b. Memperbaiki homeostatis, dengan infus cairan D5 - 1/2 S atau D5 - 1/4 S (tergantung
umur) dan pemberian oksigen.
c. Mengurangi edema serebri serta mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh anoksia
serebri dengan Deksametason 0,15-1,0 mg/kgBB/hari i.v dibagi dalam 3 dosis.
d. Menurunkan tekanan intrakranial yang meninggi dengan Manitol diberikan intravena
dengan dosis 1,5-2,0 g/kgBB selama 30-60 menit. Pemberian dapat diulang setiap 8-12
jam. Dapat juga dengan Gliserol, melalui pipa nasogastrik, 0,5-1,0 ml/kgbb diencerkan
dengan dua bagian sari jeruk. Bahan ini tidak toksik dan dapat diulangi setiap 6 jam untuk
waktu lama
NEURITIS
Definisi
• Neuritis → istilah medis u/ menggambarkan saraf perifer yg meradang.
• Saraf perifer → saraf yg ditemukan di luar otak dan sumsum tulang belakang.
• Saraf ini membawa sinyal dari berbagai bagian tubuh ke otak. Ketika mengalami
peradangan, saraf ini akan kehilangan fungsinya.
• Dampak dari neuritis cukup banyak, seperti menyebabkan rasa sakit, mati rasa,
kelemahan otot dan dalam kasus yang parah, dapat menyebabkan kelumpuhan.
Gejala neuritis
Gejala neuritis akan bervariasi tergantung pada saraf mana yg terkena tetapi biasanya meliputi:
• Kelemahan
• Mati rasa
• Nyeri
• Sensasi kesemutan
• Kehilangan refleks
• Atrofi otot
• Gangguan sensorik (misalnya penglihatan, keseimbangan, pendengaran).
• Beberapa gejala ini pun bisa bersifat sementara atau permanen.
• Tanda-tanda lain yg menjadi gejala neuritis → nyeri menusuk dan kelemahan otot.
• kasus parah, gejala bisa → hilangnya sensasi dan refleks otot. Kelumpuhan pada area yg
terkena juga mungkin terjadi. Kemerahan pd kulit dan pengecilan otot juga sangat
umum terjadi pada pengidap neuritis.
• Jika saraf optik yg terkena akan mengakibatkan penglihatan kabur atau terdistorsi dan
nyeri pada mata..
• saraf telinga bagian dalam→masalah keseimbangan dan pendengaran. sampai vertigo.
Biasanya terjadi karena saraf yg terkena kehilangan kemampuannya u/ mengirimkan
sinyal ke otak.
• Neuritis juga bisa menyerang saraf wajah. Jika itu terjadi, saraf yg bertanggung jawab u/
otot-otot wajah akan terpengaruh dan menyebabkan kelemahan dan penurunan (atau
tidak adanya) gerakan.
• Penyakit ini pun lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria dan paling sering
ditemukan pada orang berusia 55 tahun ke atas.
Penyebab neuritis
Ada beberapa penyebab neuritis, yaitu:
1. Trauma atau Cedera
Cedera atau trauma pada saraf → menyebabkan kerusakan dan peradangan. Saraf juga
bisa rusak saat terkena radiasi berbahaya.
2. Tumor
Pertumbuhan abnormal dpt menekan saraf yg menyebabkan neuritis. Tumor
memengaruhi saraf dgn tumbuh di dalamnya atau dgn menekannya.
Saraf → untaian jaringan yg mengirimkan sinyal dari otak ke seluruh tubuh. Saraf perifer
mengontrol otot yg memungkinkan kamu berjalan, berkedip, menelan, mengambil
barang, dan melakukan aktivitas lainnya.
3. Infeksi Tertentu
Ini termasuk Bell’s palsy, penyakit Lyme, dan kusta. Penyakit lyme dapat mengakibatkan
gangguan pada sistem saraf. Infeksi sistem saraf juga sangat responsif terhadap terapi
antimikroba, termasuk doksisiklin oral.
4. Penggunaan Obat-obatan dan Alkohol Tertentu dalam Jangka Panjang
Obat-obatan yg sering dikaitkan dengan gangguan neuritis ini adalah statin. Statin → obat
untuk mengatasi masalah kolesterol. Obat radang sendi dan obat yg digunakan u/
menurunkan tekanan darah juga dapat menyebabkan kondisi neuritis.
Diagnosis
Untuk memastikan gejala neuritis, dokter biasanya akan melakukan diagnosis dengan sejumlah
tes kesehatan, seperti:
• Tes darah (klinis dan biokimia)
• Analisis urine umum
• Radiografi
• MRI
• Electroneuromyography (ENMG)
• CT (Computed Tomography)
Penatalaksanaan
Untuk mengatasi gejala neuritis, dokter dapat merekomendasikan terapi medis. Seperti
meresepkan obat penghilang rasa sakit, obat antikejang dan antidepresan, serta perawatan topikal
untuk membantu memperbaiki gejala.
PERTEMUAN 5
ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM MUSKULOSKELETAL SEHUBUNGAN
DENGAN TRAUMA
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PRAKTUR DAN DISKLOKASI

A. Latar Belakang
Trauma merupakan penyebab utama morbiditas di negara maju dan berkembang
puncak kegawatan pertama terjadi beberapa menit setelah trauma menymbang 50% dari
semua kematian. Angka kematian pada kasusu trauma dapat di cegah tergantung dari
bagaimana proses penanganan trauma sebelumnya. (King and Welly).(BUKU PPGD)
Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang (Dongoes, 2000). Fraktur adalah
terputusnya kontinuitas tulang. Kebanyakan fraktur adalah akibat dari trauma, beberapa
fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis yang menyebabkan
fraktur-fraktur yang patologis (Enggram 1998). Tulang Femur merupakan
tulang pipa terpanjang dan terbesar didalam tulang.kerangka pada bagian pangkal yang
berhubungan dengan asetabulum membentuk kepala sendi yang disebut kaput femoris
(Syaifudin, 1992).
Menurut Doengoes (2000) fraktur dapat dibagi menjadi 150, namun 5 yang utama:

1. Incomplete: Fraktur hanya melibatkan bagian potongan menyilang tulang.salah


satu sisi patah yang lain biasanya hanya bengkok (green stick)

2. Complete: Garis fraktur melibatkan bagian potongan menyilang dari tulang dan
fragmen tulang biasanya berubah tempat

3. Tertutup (simple): fraktur tidak meluas melewati kulit


4. Terbuka (complete): fragme tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana
potensial untuk terjadi infeksi.
5. Patologis: fraktur terjadi pada penyakit tulang tidak da trauma atau hanya minimal.
B. Pengertian

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Arif, 2011). Fraktur (patah tulang) adalah
terputusnya kontinuitas struktur tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
(Smeltzer S.C & Bare B.G,2012). Dislokasi adalah cidera pada sendi yang terjadi ketika
tulang bergeser dan keluar dari posisi normalnya.
C. Etiologi dan pathofisiologi
a. Etiologi
Menurut appley & solomon (2023) yang dapat menyebabkan fraktur adalah
sebagai berikut:
➢ Traumatik
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan
yang dapat berupa pukulan, penghancuran penekukan, penarikan
berlebihan. Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada
tempat yang terkena dan jaringan lunaknya pun juga rusak.
➢ Kelelahan atau tekanan berulang
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain
akibat tekanan yang berulang- ulang. Keadaan ini paling banyak di
temukan di tibia fibula, terutama pada tulang (patologis).
➢ Kelemahan dan abnormal pada tulang (patologis)
Fraktur dapat terjadi pada tekanan yang normal jika tulang itu lemah
atau tulang itu sangat rapuh.
D. Patofisiologi
Apabila tulang hidup normal dan mendapat kekerasan yang cukup
menyebabkan patah, maka sel-sel tulang akan mati. Perdarahan biasanya terjadi
disekitar tempat patah dan kedalam jaringan lunak disekitar tulang tersebut. Jaringan
lunak biasanya juga mengalami kerusakan. Reaksi peradangan hebat
Timbul setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mati berakumulasi
menyebabkan peningkatan aliran darah di tempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan
sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk bekuan fibrin (hematom fraktur)
dan berfungsi sebagai jalan untuk melekatnya sel-sel baru.
Aktifitas osteoblas segera terangsang dan membentuk tulang baru imatur yang
disebut kalus. Bekuan fibrin di reabsorbsi dan sel-sel tulang baru secara perlahan lahan
mengalami remodeling untuk tulang sejati. Tulang sejati menggantikan kalus dan secara
perlahan mengalami kalsifikasi. Penyembuhan memerlukan beberapa minggu sampai
beberapa bulan. (Corwin 2012).
E. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang paling umum ialah:
1. Rasa sakit
Nyeri di rasakan langsung setelah terjadinya trauma. Dikarenakan adanya
spasme otot, tekanan dari patah tulang atau kerusakan jaringan di sekitarnya.
2. Pembengkakan
Dikarenakan cairan serosa (protein plasma) yang terlokalisir pada daerah
fraktur dan ekstrafasi daerah jaringan sekitanya.
3. Deformitas
Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma, dan
pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, sehingga
menyebabkan tulang kehilangan bentuknya.
4. Sprain atay strain (keseleo atau terkilir)
Sprain adalah cedera yang terjadi karena regangan berlebihan atau terjadi
robekan pada ligamen dan kapsul sendi. Strain adalah cedera yang terjadi karena
regangan berlebihan atau terjadi robekan pada otot ataupun tendon.
5. Memar atau ekimosis
Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat ekstrafasi daerah di jaringan
sekitarnya.
6. Krepitasi
Rasa gemertak yang terjadi jika bagian-bagian tulang di gerakan.
7. Perdarahan dan hemorrhage
(Reeves C.J,Roux G & Lockhart R,2011).

F. Pengkajian

a. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama pada pasien khusus praktur adalah rasa
nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik. Tergantung dan lamanya
serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri
klien di gunakan:
a) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang
menjadi faktor presipitasi nyeri.
b) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau
menusuk.
c) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
d) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa
jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari.
2) Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur,
yang nantinya membantu dalam membuat rencana keperawatan. Ini bisa
berupa kronologi terjadinya penyakit tsb sehingga nantinya bisa di
tentukan kekuatan yang trjadi dan bagian tubuhmana yang terkena.
Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa di
ketahui luka kecelakaan yang lain. (Ignatavicius, Donna D, 1995).
3) Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini di temukan kemungkinan penyebab fraktur dan
memberi petunjuk beberapa lama tulang tsbt akan menyambung.
Penyakit penyakit tertentu seperti kangker tulang dan penyakit paget’s
yang menyebabkan praktur patologis yang sering sulit untuk
menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka kaki sangat
beresiko terjadinya osteomylitis akut maupun kronik dan juga diabetes
menghambat proses penyembuhan tulang (Ignatavicius, Donna D, 2010).
b. Pengkajian
a) Pengkajian neurovaskuler terdiri dari :
➢ Pain (sekala nyeri 1-10)
➢ Pallor : warna kulit daerah trauma, cek CRT
➢ Pulses : seberapa kuat nadi proksimal dan distal, bila di
bandingkan dengan area yang sehat.
➢ Parestesia : perhatikan adanya peasaan geli, matirasa ataupun
terbakar, atau sensasi lainnya.
➢ Paralisis : apakah mampu menggerakan bagian tubuhnya,
kehilangan pergerakan setelah terjadinya trauma, adakah
kelmahan.
b) Inspeksi
➢ Warna
➢ Perubahan integritas kulit
➢ Perubahan posisi ekstremitas
➢ Odem, swelling dan ekimosis
➢ Range of motions
➢ Simetris, alligment, deformitas
c) Palpasi
➢ Teperatur
➢ Nyeri, tendernes
➢ Krepitasi, ketidak stabilan sendi
➢ Sensorik dan motorik
c. Primarry suvey dan resusistansi
a. Airways dan kntrol servical dan spinal. Pada semua trauma menkaji
kepatenan jalan nafas menjadi prioritas utama sebelum melakukan
tindakan yang lainnya.
b. Breathing dan ventilasi. Dilakukan dengan menkaji jumlah
pernafasan, pergerakan dinding dada dan kedalaman pernafasan,
penggunaan otot bantu pernafasan, serta saturasi oksigen.
c. Sirkulasi dan kontrol pendarahan. Fokus pada penemuan ketidak
seimbangan hemodinamik. Dilakukan dengan cara menkaji nadi,
tekanan darah, CRT, sensasi dan tinkat kesadaran.
d. Disability. Dilakukan dengan menkaji tingkat kesadaran, satatus
hemodinamik, dan GCS.
e. Exposure dan kontrol lingkungan. Dilakukan dengan melihat apakah
terdapat deformita, swelling, pemendekan tulang, perubahan warna
kulit, memar dan luka terbuka.
d. Diagnosa keperawatan
a) Nyeri akut
b) Prfusi perifer tidak efektif
c) Gangguan integritas kulit
d) Gangguan mobilitas fisik
e) Gangguan rasa nyaman
f) Difisit perawatan diri

PERTEMUAN 6
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN CEDERA MEDULA SPINALIS
Definisi
• Cedera medulla spinalis pada cord dan akar-akar saraf dapat berupa cedera ringan fleksi-
ekstensi (Whiplas) sampai trakseksi komplit.
• Dapat terjadi pada beberapa level, umumnya terjadi pada bawah vertebral lumbal atas.
(Vernon W.Lin, 2003)
• Terjadi akibat dari gegar otak, memar, laserasi, hemorrage transeksi, atau penurunan
suplai darah ke susum tulang belakang, terjadi iskemic.
• SCI disebabkan oleh tabrakan kendaraan, jatuh, dan tindakan kekerasan atau kejadian
olahraga terkait (47% )
• 75-82% 🡪 laki-laki antara 15 - 35 tahun
• Mortalitas paling sering 🡪 karena infeksi
Klasifikasi cedera medula spinalis
a. cedera lengkap / Komplit
yaitu tidak adanya semua fungsinya, motor sensorik dan vasomotor di bawah tingkat
cedera.
b. Cedera tdk lengkap (In komplit)
Masih didptkan vasomotor dan sensorik di bawah tingkat cedera
Neurogenik shock
• Cedera pd daerah thoracal 10 keatas dan cervical Gangguan jalur saraf simpatik
Kardiovaskular tdk stabil
• Penurunan vasokonstriksi pd pembuluh darah vena, terjadi pooling di kaki. aliran darah
ke jantung penurunan menyebabkan out put jantung menurun, terjadi bradi kardi dan
hipotensi
Cedera tulang belakang
Spinal syok Sampai dengan 48 Jam tandanya :
• Sensorik dan motorik absen
• Flacid paralysis
• Hipotensi dan bradikardi
• Refleks menurun/hilang ,ini dpt menyebabkan retensio urine , paralisis usus dan ileus.
• Kehilangan kontrol suhu , vasodilatasi dan ketdk mampuan u/ menggigil,sulit u/
mengubah panas dlm lingkungan dingin dan ketidak mampuan u/ berkeringat.
Etiologi
1. RAUMA
KLL, jatuh dari ketinggian, kecelakaan sport, luka tembak dan luka tusuk (hampir 70%)
2. NON TRAUMA :
• Malformasi vaskuler : Anurisma pembuluh darah
• Infeksi : Myelitis transversa, spondilitis, GBS.
• Tumor : Primer (meningioma, glioma, multiple myeloma), Sekunder (paru,
prostat,mammae, tiroid)
• Lain2 : Stenosis canal spinal
Gejala klinis
1. Cedera Cervical
Lesi C1 –C4
➢ Otot diapragma dan otot inter costae mengalami paralisis dan tdk ada gerakan volunter.
➢ Kehilangan sensasi pada oksipital, telinga dan daerah wajah.
➢ Pasien cedera C1 – C3 ini sangat ketergantungan ventilator mekanis.
➢ Sangat ketergantungan ADL nya.
➢ Cedera C4 ketegantungan ventilator dan mungkin dpt dilepas secara imtermiten.
➢ Mobilisasi ;
Lesi C5
➢ Kerusakan fungsi diafragma
➢ Paralisis intestinal dan dilatasi lambung
➢ Depresi pernafasan
➢ Ekstermitas atas mengalami rotasi ke arah luar
➢ Setelah fase akut terjadi spastisitas.
➢ Sensasi ada pd derah leher dan lengan atas.
➢ Pasien ini mengalami ketergantungan terhadap aktifitas mandi, menyisir rambut dan
mencukur.
➢ Pasien ini mempunyai koordinasi tangan dan mulut, biasanya pasien ini dapat makan
dan menulis dengan bantuan alat dan mekanis.
Lesi C6
➢ Distres pernafasan akibat paralisis intestinal dan asenden dari medula spinalis.
➢ Bahu biasanya naik dgn lengan atas abduksi dan lengan bawah fleksi.
➢ Mandiri dalam higiene dan kadang kadang berhasil dlm memakai dan melepas pakaian
, mandiri dlm makan dgn atau tanpa bantuan alat
➢ Pasien mampu mengemudikan mobil dgn kontrol tangan.
➢ Mobilisasi Transfer :Independent dgn sliding board, manual wheelechair
Lesi C7
➢ Ekstermitas atas mengalami abduksi dan lengan bawah fleksi
➢ Otot diafragma dan asesoris u/ mengkompensasi otot abdomen dan intercotae.
➢ Fleksi jari tangan berlebihan pd saat spastik
➢ Pasien ini mempunyai potensi hidup mandiri tanpa perhatian husus.
➢ Dpt berpakaian dan melepas pakaian sendiri dan dpt melakukan pekerjaan rumah yg
ringan
Lesi C 8
➢ Tangan pasien posisi mencengkerm
➢ Tdk terjadi malposisi pd ekstermitas atas.
➢ Otot latisimus dorsi dan trapesium cukup kuat menyokong posisi duduk.
➢ Hipotensi postural dpt terjadi pd posisi duduk karena kehilangan kontrol vasomotor.
➢ ADL mandiri.
2. Cedera torakal
Lesi T1- T5
➢ Pernafasan diafragma
➢ Funsi inspirasi paru meningkat
➢ Biasanya muncul hipotensi postural
➢ Paralisis otot abduktor polici , interosius, an otot lubrikan tangan
➢ Kehilangan sensori sentuhan nyeri dan suhu.
➢ T5 keatas dpt menyebabkan penurunan motilitas motorik gastro intestinal
paralitik illeus setres ulcer
Lesi T6 – T 10
➢ Kerusakan T6 dpt menyebabkan penurunan sistem saraf simpati dapat menyebabkan
vasodilatasi terjadi hipotensi dan bradikardi.
➢ Refleks abdomen hilang dari T 6 ke bawah
➢ Terdapat paralisi dan spastik pada anggota bawah
➢ ADL pasien mandiri.
Lesi T11 - L2
• Kehilangan control bowel dan kontrol kandung kemih, tetapi pasien akan
memiliki refleks pengosongan usus.
• Pria mungkin mengalami kesulitan u/ mencapai dan mempertahankan ereksi dan
mungkin telah berkurang emisi mani.
3. Cedera lumbal
L1 – L5
Kehilangan sensasi
L1 : semua area ekstermitas bawah sampai lipat paha dan bagian belakang dari bokong. L2 :
sepertiga bagian paha depan
L3 : Ekstermitas bagian bawah daerah sadel
L4 : Bagian medial kaki dan betis
L5 : Bagian lateral kaki dan ibu jari kaki
4. Cedera sakral
➢ S1 daerah telapak kaki, jari kaki posisi lateral dan heel
➢ S2 daerah paha belakang dan 1/3 tibia posterior.
➢ S3 dan S5 terdapat paralisis dari otot kaki,
➢ kehilangan sensasi area sadel , sakrum, glens penis , perineum area anal
Assessment
1. Spinal shok
2. flaccid, ( sensorik motorik absen )
3. Refleks tendon dalam tidak ada
4. Retensi urin dan fekal
5. Tidak adanya keringat dibawah cedera
Komplikasi
1. Atelektasis
Definisi
Atelektasis → pengembangan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan
saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
Faktor risiko
• Pembiusan (anestesia)/pembedahan
• Tirah baring lama
• Pernafasan dangkal
• Penyakit paru-paru.
Pencegahan
1. Perkusi (menepuk-nepuk) dada u/ mengencerkan dahak Postural drainase
2. Setelah menjalani pembedahan, penderita harus didorong u/ bernafas dalam, batuk
efektif dan kembali melakukan aktivitas secepat mungkin. Seseorang dgn kelainan
dada atau keadaan neurologis yg menyebabkan pernafasan dangkal dlm jangka lama,
mungkin akan lebih baik bila menggunakan alat bantu mekanis u/ membantu
pernafasannya
2. Ulkus stres
Pengertian
Dekubitus → kerusakan /kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan
menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area
secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.
3. Disfreklesia otonomik
Adalah reflek yg berlebih dari saraf otonom akibat cedera vertebra pada torakal 6 keatas,
Menyebabkan ;
• Blader distensi
• Bowel distensi
• Luka tekan
• Abdominal distensi
• Infeksi sakuran kemih
Triad Classic
1. Sakit kepala berdenyut,
2. Vasodilatasi kulit,( Kulit merah)
3. Berkeringat, di atas tingkat lesi.
4. Hipertensi (BP> 250 - 300 / 150 mmHg).
5. hidung tersumbat,
6. kulit memerah (di atas tingkat lesi).
7. penglihatan kabur, mual,
8. bradikardia, dan nyeri dada.
9. di bawah tingkat lesi akan ada ereksi pilomotor (merinding), muka pucat,
menggigil, dan vasocontriction.
Manajemen kolaborative
• Imobilisasi
• Cedera cervical : Hard collar, traksi leher , halo. traksi
Manajemen pernapasan
• Ventilasi mecanical
• Trakeostomi
• Physioterapy dada
• Intubasi,
Management cairan (cairan kristaloid)
Pada pasien dengan shoch nerogenic, volume darah normal, tetapi ruang vaskuler diperbesar,
menyebabkan , menurun kembali venous, dan penurunan cardiac output.
Mencegah aspirasi & ilieus paralitik
• Dekompresi lambung ( pasang NGT )
Farmakoterapi
• Methylprednisolone
1. Dosis loading (30 mg / kg) ini diberikan per bolus ( IV )selama 15 menit. 45
menit kemudian 5,4 mg / kg / jam kemudian dilanjutkan dalam infus selama 23 jam
• Antasida: u/ mencegah ulkus lambung
• Cimetidine atau ranitidin: u/ menekan sekresi asam lambung dan mencegah mengobati
ulkus lambung
• Pelunak tinja
• Analgesik u/ mengurangi nyeri
• Antihipertensi (methyldopa), u/ mengobati hipertensi berat yang terjadi pada AD
• Anti koagulan: u/ mencegah tromboflebitis, DVT dan emboli paru

PERTEMUAN 7
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN TRAUMATIC BRAIN INJURY
LOBUS OTAK
❖ Frontal lobe
Terletak di otak bagian depan, kira kira sejajar dengan tulang dahi,lobus ini
berpungsi mengendalikan
gerakan,ucapan,perilaku,memori,emosi,kepribadian,dan berpungsi dalam
intektual
❖ Occipital lobe
Adalah bagian otak besar ini berguna untuk membantu kita mengenali objek
lewat indra penglihatan dan memahami arti kata-kata tertulis
❖ Pariental
Terletak di belakang lobus frontal,bagian ini mempunyai peran penting dalam
manafsirkan pesan dari bagian otak yang lain.
❖ Temporal lobe
Adalah bagian otak besar yang bertanggung jawab terhadap fungsi
pendengaran,memori,dan emosi

➢ Pengertian
Traumatik yang terjadi pada otak mampu menghasilkan perubahan pada
pisik,internal,emosional,sosiall,dan vocational.
Brain injury = satu bentuk trauma yang dapat mengubah kemampuan otak dalam
menghasilkan keseimbangan fisik intektual,emosional,sosial dan pekejaan,atau bisa
juga dikatakan gangguan traumatic yang dapat menimbulkan perubahan perubahan
pungsi otak ( Black.2005)
➢ Etiologi
Dikelompokan berdasarkan mekanisme injury :
❖ Trauma tumpul
❖ Trauma tajam (penetrasi)

Dan bagaimana jenis tipe

cedera

❖ Focal
❖ Diffusi
❖ Fraktur
➢ Patofisiologi
Patofisiolgi cedera otak traumatic berdasarkan kerusakan jaringan saraf yang terjadi
dapat kita kelompokan dalam dua kategori yaitu:
❖ Cedera primer
❖ Cedera skunder

Cedera otak traumatic dapat memicu beberapa kondisi patologis yang hamper
semuanya dapat didentifkasi dengan CT scan kepala

❖ Fraktur tengkorak
❖ Hematoma epidural = di luar dan masih bisa di sembuhkan
❖ Hematoma subdural = di dalam dan harus di kraniatomi
❖ Cedera aksonal fokal dan diffuse dengan edema

selebri Pengolongan berdasarkan akibat jelas

Jejas kepala.

❖ Lesi primer
hantaman langsung pada kepala. akselerasi, deselerasi, rotasi.fraktur tulang
tengkorak, sel neuron rusak, pembuluh darah robek.
❖ Lesi skunder

proses patologik dinamis, komplikasi intracranial hematoma intrakranial:


epidural, subdural, subarachnoid intraserebral, intraserebelar.pembengkakan
otak, edema otak TIK meningkat, aliran darah setempat menurun, spasme
pemb. darah, infark.

➢ Klasifikasi cedera kepala

❖ Cedera Kepala ringan ( GCS 13-15)

❖ Cedera Kepala sedang ( GCS 9-12

❖ Cedera Kepala Berat ( GCS =< 8 )

❖ ( GCS 3 ke bawah sekarat )

Jelas kepala tertutup.

• Komosio selebral

Adalah geger otak yang dimana terjadi hilangnya kesadaran selama kurang
dari 15 menit dan terkadang terjadi disorientasi yang singkat

• Kontusio selebral

Adalah hilangnya kesadaran dalam waktu lama dan konsidi yang parah

• Fraktur depresi tulang tengkorak

Yaitu fraktur yang tidak stabil,dalam artian lapisan yang remuk karena
tekanan itu bisa sewaktu-waktu jatuh dan potongnya justru melukai otak

• Fraktur komplikasi tulang tengkorak

Adalah praktur yang di sertai dengan adanya suatu komplikasi seperti


malunion,delayed union,neunion,dan infeksi tulang
Diagnostic Tests

❖ CT

❖ MRI

❖ Celebral angiography

❖ EEG

❖ ABG’s

➢ Penatalaksanaan cedera kepala


• Penanganan harus ditangani sejak dari tempat kecelakaan, selama
transportasi, diruang gawat darurat, kamar Ro, sampai ruang operasi, ruang
perawatan/ ICU
• Monitor : derajat kesadaran, vital sign,kemunduran motorik, reflek batang
otak, monitor tekanan intrakranial.

• Monitor tekanan intrakranial diperlukan pada:

1. Koma dengan perdarahan intrakranial atau kontusio otak

2. Skala Koma Glasgow <6 (motorik < 4)

3. Hilangnya bayangan ventrikel III dan sisterne basalis pada CT skan otak

4. Trauma multipel sehingga memerlukan ventilasi tekanan positif intermitten


(IPPV)

Tindakan Resulasi ABC ( Kegawaran )

❖ Jalan Nafas (airway),Pernafasan (breathing), Sirkulasi (circulation)

➢ Pasien dalam keadaan mmenurun

• Cedera kepala ringan (GCS 15-13)

Lakukan CT scan bila di curigai adanya lucid interval, lalu observasi GCS,tanda
tanda vital,pupil,gejala fokal selebral

• Cedera kepala sedang (GCS 9-12)

Biasanya mengalami gangguan kardiopulmoner maka haruss di lakukan


pemeriksaan dan atasi gangguan jalan nafas,pernafasan maupun sirkulasi,
periksa juga keadaan pupil lalu lakukan CT scan.

• Cedera kepala berat (GCS 3-8)

Biasanya disertai cederaa multiple, di samping kelainan selebral juga ada


kelainan sistematik
TUMOR OTAK

A. Definisi
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang
baik jinak maupun ganas yang tumbuh diotak, meningen dan tengkorak (Kusuma,
2015). Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif. Gangguan
neurologis ini disebabkan oleh adanya gangguan fokal oleh tumor dan peningkatan
TIK.Tumor otak adalah tumbuhnya sel abnormal pada otak.
B. Klasifikasi tumor otak
a. Tumor otak jinak
➢ Chordoma adalah tumor jinak yang tumbuh lambat dan paling umum
terjadi pada orang berusia 50 hingga 60 tahun. Lokasi paling umum
adalah di dasar tengkorak dan bagian bawah tulang belakang.
➢ Kraniofaringioma biasanya jinak, namun merupakan tumor yang sulit
diangkat karena lokasinya dekat dengan struktur penting jauh di dalam
otak.
➢ Gangliocytomas , ganglioma, dan ganglioglioma anaplastik adalah
tumor langka yang mencakup sel saraf neoplastik yang berdiferensiasi
relatif baik, terutama terjadi pada orang dewasa muda.
➢ Tumor glomus jugulare paling sering bersifat jinak dan biasanya terletak
tepat di bawah dasar tengkorak, di bagian atas vena jugularis.
➢ Meningioma adalah tumor jinak intrakranial yang paling umum,
mencakup 10 hingga 15 persen dari seluruh neoplasma otak, meskipun
persentasenya sangat kecil yang bersifat ganas.
➢ Pineositoma umumnya merupakan lesi jinak yang muncul dari sel
pineal, terutama terjadi pada orang dewasa. Umumnya berbatas tegas,
tidak invasif, homogen, dan tumbuh lambat.
➢ Pineositoma umumnya merupakan lesi jinak yang muncul dari sel
pineal, erutama terjadi pada orang dewasa. Umumnya berbatas tegas,
tidak invasif, homogen, dan tumbuh lambat.
➢ Schwannoma adalah tumor otak jinak yang umum terjadi pada orang
dewasa. Mereka muncul di sepanjang saraf, terdiri dari sel-sel yang
biasanya menyediakan "isolasi listrik" untuk sel-sel saraf.
b. Tumor otak ganas
➢ Astrositoma adalah glioma yang paling umum, terhitung sekitar
setengah dari seluruh tumor otak primer dan sumsum tulang belakang.
Astrositoma berkembang dari sel glial berbentuk bintang yang disebut
astrosit, bagian dari jaringan pendukung otak. Hal ini mungkin terjadi di
banyak bagian otak, tetapi paling sering terjadi di otak besar. lebih
umum terjadi pada orang dewasa – khususnya pria paruh baya.
➢ Ependikoma berasal dari transformasi neoplastik sel ependim yang
melapisi sistem ventrikel dan merupakan penyebab dua hingga tiga
persen dari seluruh tumor otak.
➢ Glioblastoma multiforme (GBM) adalah jenis tumor glial yang paling
invasif. Tumor ini cenderung tumbuh dengan cepat, menyebar ke
jaringan lain dan mempunyai prognosis yang buruk.
➢ Medulloblastoma biasanya muncul di otak kecil , paling sering pada
anak-anak. Tumor ini merupakan tumor tingkat tinggi, namun
biasanya responsif terhadap radiasi dan kemoterapi.
c. Jenis tumor otak lainnya
➢ Hemangioblastoma adalah tumor yang tumbuh lambat, umumnya
terletak di otak kecil. Berasal dari pembuluh darah, ukurannya bisa
besar dan sering kali disertai kista. Tumor ini paling sering terjadi pada
orang berusia 40 hingga 60 tahun dan lebih banyak terjadi pada pria
dibandingkan wanita.
➢ Tumor rhabdoid jarang terjadi, tumor sangat agresif yang cenderung
menyebar ke seluruh sistem saraf pusat. Mereka sering muncul di
berbagai tempat di tubuh, terutama di ginjal. Penyakit ini lebih umum
terjadi pada anak kecil, namun juga dapat terjadi pada orang dewasa.
d. Etiologi
1. Faktor genetik
2. Radiofrekwensi elektromagnetik
3. Raddiasi pengion dosis tinggi
4. Agen infeksi
5. Paparan zat kimia
e. Manifestasi klinis
1. Manifestasi klinis tumor otak meliputi peninggian tekanan intra
kranialdan manifestasi fokal yang diakibatkan oleh tekanan terhadap
jaringan disekitar tumor.
2. Gejala peninggian tekanan intrakranial lebih cepat timbul pada tumor
infratentorial dibandingkan tumor supratentiorial.karena ruang yang
lebih terbatas pada fossa posterior Gejala nya berupa sakit kepala baru
atau semakin bertambah, penglihatan kabur, hilang keseimbangan,
kebingungan, dan kejang. Pada beberapa kasus, tidak ada gejala Pederita
umumnya mengalami

Anda mungkin juga menyukai