Anda di halaman 1dari 21

Askep rematik pada lansia

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan
makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga
usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak
pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya
dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan
penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan
muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan
makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia.
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat
menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan
fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih
dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita reumatik.
Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya
dapat dimengerti.
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom
dan.golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup
banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan
para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai keluhan
dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada
sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta
adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi, kelemahan otot, dan
gangguan gerak. (Soenarto, 1982)
Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak – kanak sampai usia
lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik
akan meningkat dengan meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo,
1994)

1.2  Tujuan penulisan


Pembaca akan memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien lansia dengan
rematik

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar
2.1.1        Proses Menua
Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi
tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Constantindes, 1994)
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau
tahap hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia.
Orang mati bukan karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga
suatu kecacatan. Akan tetapi proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya
tahan tubuh dalam nenghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun
demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering
menghinggapi kaum lanjut usia.
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa.
Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan
jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada
batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada
setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal
pencapain puncak maupun menurunnya

Perubahan Fisiologis pada Proses Menua


Pada perubahan fisiologis pada proses menjadi tua, ada jangka periode
waktu tertentu dimana individu paling mudah mengalami perubahan
musculoskeletal. Perubahan ini terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja
karena pertumbuhan atau perkembangan yang cepat atau timbulnya terjadi pada
usia tua. Perubahan struktur system muskuloskeletal dan fungsinya sangat
bervariasi diantara individu selama proses menjadi tua. Perubahan yang terjadi
pada proses menjadi tua merupakan suatu kelanjutan dari kemunduran yang
dimulai dari usia pertengahan. Jumlah total dari sel-sel bertumbuh berkurang
akibat perubahan jaringan prnyambung, penurunan pada jumlah dan elasitas dari
jaringan subkutan dan hilangnya serat otot, tonus dan kekuatan.
Perubahan fisiologis yang umum adalah:
ü  Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm pada maturasi usia
tua.
ü  Lebar bahu menurun.
ü  Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha

2.1.2        Sistem Muskuloskeletal


a        Anatomi dan Fisiologi
Muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligament, tendon, fasia,
bursae dan persendian.
v  Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler. Tulang
berasal dari embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses
“osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut
Osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat menimbunya garam kalsium.
Fungsi tulang adalah sebagai berikut:
ü  Mendukung jaringan tubuh dan menbuntuk tubuh.
ü  Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru) dan jaringan lunak.
ü  Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan)
ü  Membuat sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hema topoiesis).
ü  Menyimpan garam-garam mineral, Misalnya kalsium, fosfor.

Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya


ü  Tulang panjang (femur, humerus ) terdiri dari satu batang dan dua epifisis.
Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.epifisis dibentuk oleh spongi
bone (Cacellous atau trabecular )
ü  Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous (spongy) dengan
suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
ü  Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat dengan
lapisan luar adalah tulang cancellous.
ü  Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.
ü  Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang
berdekatan dengan persendian dan didukung oleh tendon danjaringan
fasial,missal patella (kap lutut)
v  Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan untuk
menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh.

 Kelompok otot terdiri dari:


ü  Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan berfungsi untuk
memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan sikap dan menghasilkan
panas
ü  Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan, saluran
perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sisten saraf otonom dan
kontraksinya tidak dibawah control keinginan.
ü  Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak dibawah
control keinginan.
v  Kartilago
Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat.
Kartilago sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervascular. Nutrisi mencapai
kesel-sel kartilago
dengan proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di
perichondrium (fibros yang menutupi kartilago) atau sejumlah serat-serat
kolagen didapatkan pada kartilago.
v  Ligament
Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana merupakan
akhir dari suatu otot dan dan berfungsi mengikat suatu tulang.
v  Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang membungkus
setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang
mengelilingi tendon tertentu, khususnya pada pergelangan tangan dan tumit.
Pembungkus ini dibatasi oleh membrane synofial yang memberikan lumbrikasi
untuk memudahkan pergerakan tendon.
v  Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan
langsung dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai pembungkus
tebal, jaringan penyambung yang membungkus fibrous yang membungkus otot, saraf
dan pembuluh darah.bagian ahair diketahui sebagai fasia dalam.
v  Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu tempat,
dimana digunakan diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi pada kulit dan
tulang, antara tendon dan tulang antara otot. Bursae bertindak sebagai
penampang antara bagian yang bergerak sepaerti pada olecranon bursae, terletak
antara presesus dan kulit.
v  Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang
tidak ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian, tatu letah dimana
tulang berada bersama-sama. Bentuk dari persendian akan ditetapkan berdasarkan
jumlah dan tipe pergerakan yang memungkinkan dan klasifikasi didasarkan pada
jumlah pergerakan yang dilakukan.

Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3 kelas utama persendian yaitu:


o   Sendi synarthroses (sendi yang tidak bergerak
o   Sendi amphiartroses (sendi yang sedikit pergerakannya)
o   Sendi diarthoses (sendi yang banyak pergerakannya)

b       Masalah Muskulskeletal pada Lansia


Masalah pada musculoskeletal lebih banyak dialami oleh lanjut usia, sekitar
40% lansia menderita arthritis  dan 17% dilaporkan menderita penyakit kronis
lainnya yang terkait dengan system musculoskeletal. Penyakit pada system
musculoskeletal biasanya tidak berakibat fatal tetapi dapat menyebabkan
penyakit kronis. (Calkins, 1992).
Kondisi kronis pada sistem musculoskeletal dapat berdampak pada gangguan
fungsi dan ketidakmampuan lansia dalam merawat diri dan mobilisasi. Kemampuan
dalam melakukan aktifitas sehari-hari seperti: mandi, berpakaian, makan akan
terganggu. Tidak hanya itu, kemampuan lansia dalam mempersiapkan segala
kebutuhan dan peralatan yang dibutuhkannya terkait dengan kebutuhan sehari-
hari seperti menyiapkan makanan, mengatur keuangan, transportasi dan merawat
rumah juga akan terganggu. Gangguan fungsional yang dapat menghancurkan orang
dewasa yang lebih tua yang ingin mempertahankan kemandiriannya, dan ketika
ketergantungan terjadi maka akan mengakibatkan hilangnya harga diri, persepsi
penurunan kualitas hidup dan depresi

2.1.3 Rematik
a. Definisi
Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos yang berarti
mucus, suatu cairan yang dianggap jahat mengalir dari otak ke sendi dan
struktur lain tubuh sehingga menimbulkan rasa nyeri atau dengan kata lain,
setiap kondisi yang disertai kondisi nyeri dan kaku pada sistem
muskuloskeletal disebut reumatik termasuk penyakit jaringan ikat.
Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan struktur jaringan
sekitarnya (tendon ligament, sinovia, otot sendi, dan tulang). Penyakit ini
tidak terbatas menyerang sendi bisa juga mengenai organ lain.
b. Klasifikasi
Reumatik dapat dikelompokkan atas beberapa golongan, yaitu :
1. Osteoartritis.
Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai
dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi –
sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban.
2. Artritis Rematoid.
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.
Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat
juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.

OSTEOARTHRITIS

a.       Defenisi
Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia
lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai
pada usia diatas 60 tahun.
b.      Etiologi
Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa
faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
1. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah
yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada
umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada
laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi osteoartritis lebih banyak
pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
patogenesis osteoartritis.
3. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu
dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal
terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan
anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada
ibu dananak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
4. Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat
perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha
lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia.
Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang – orang Amerika asli dari pada
orang kulit putih.
Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada
frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
5. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata
tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban,
tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).

c.       Patofisiologi
Pada OA terdapat proses degenerasi, reparasi dan inflamasi yang terjadi
dalam jaringan ikat, lapisan rawan, sinovium dan tulang subkondral. Pada saat
penyakit aktif, salah satu proses dapat dominan atau beberapa proses terjadi
bersama dalam tingkat intensitas yang berbeda. OA lutut berhubungan dengan
berbagai defisit patofisiologi seperti instabilitas sendi lutut, menurunnya
lingkup gerak sendi (LGS) lutut, nyeri lutut sangat kuat berhubungan dengan
penurunan kekuatan otot quadriceps yang merupakan stabilisator utama sendi
lutut dan sekaligus berfungsi untuk melindungi struktur sendi lutut. Pada
penderita usia lanjut kekuatan quadriceps bisa menurun 1/3 nya dibandingkan
dengan kekuatan quadriceps pada kelompok usia yang sama yang tidak menderita
OA lutut. Penurunan kekuatan terutama disebabkan oleh atrofi otot tipe II B
yang bertanggungjawab untuk menghasilkan tenaga secara cepat.
d.      Manifestasi klinis
Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama
waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku,
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan
pada pergerakan sendi, kaku pagi , krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan
gaya berjalan.
e.       Penatalaksanaan

Obat obatan

Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk
osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan
mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja
sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat
memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.

Perlindungan sendi

Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang


kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga
perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk
(pronatio).

Diet

Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan
seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.

Dukungan psikososial

Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena


sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak
pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang
lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan
untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.

Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada
tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai
dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.

Fisioterapi

Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang


meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian
panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan
kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat
gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai
seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi
paraffin dan mandi dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot
yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric
lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi
rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena
berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot.

Operasi

Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan


sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang
dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau
ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan
sendi, pebersihan osteofit.

REUMATHOID ARTHRITIS
a        Defenisi
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit
ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan,
sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan
kerusakan bagian dalam sendi.
b  Etiologi
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
·         Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor
Rematoid
·         Gangguan Metabolisme
·         Genetik
·         Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)

c   Patofisiologi
Cidera mikro vascular dan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium merupakan
lesi paling dini pada sinovisis remotoid. Sifat trauma yang menimbulkan respon
ini masih belum diketahui. Kemudian, tampak peningkatan jumlah sel yang
membatasi dinding sinovium bersama sel mononukleus privaskular. Seiring dengan
perkembangan proses sinovium edematosa dan menonjol kedalam rongga sendi
sebagai tonjolan-tonjolon vilosa.
Pada penyakit Rematoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu :
ü  Stadium Sinovisis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat
bergerak, bengkak dan kekakuan.

ü  Stadium Destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga
pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
ü  Stadium Deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.
d  Tanda dan Gejala
Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti
ü   Nyeri persendian
ü   Bengkak (Rheumatoid nodule)
ü   Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
ü   Terbatasnya pergerakan
ü   Sendi-sendi terasa panas
ü   Demam (pireksia)
ü   Anemia
ü   Berat badan menurun
ü   Kekuatan berkurang
ü   Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
ü   Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
ü   Pasien tampak anemik
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
ü   Gerakan menjadi terbatas
ü   Adanya nyeri tekan
ü   Deformitas bertambah pembengkakan
ü   Kelemahan
ü   Depresi

e   Pemeriksaan Diagnostik


·               Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus.
-       Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.
-       Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
-       LED : Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali normal sewaktu
gejala-gejala meningkat
-       Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
-       SDP: Meningkat pada waktu timbul prosaes inflamasi.
JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang.
-       Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai
penyebab AR.
-       Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal )
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
-       Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium
-       Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
-       Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-
produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas
dan komplemen ( C3 dan C4 ).
-       Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang
simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta
menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan
atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen.

Kriteria Artritis rematoid menurut American Reumatism Association ( ARA )


adalah:
-          Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari ( Morning Stiffness ).
-          Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu
sendi.
-          Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan ) pada
salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
-          Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
-          Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.
-          Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
-          Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
-          Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
-          Pengendapan cairan musin yang jelek
-          Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
-          gambaran histologik yang khas pada nodul.
Berdasarkan kriteria ini maka disebut :
-          Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6
minggu
-          Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya
selama 6 minggu.
-          Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-
kurangnya selama 4 minggu.
f   Penatalaksanaan
-          Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan
prognosis penyakit ini
-          Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
-          Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini
bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien
-          Termoterapi
-          Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat
-          Pemberian Obat-obatan :
g  Komplikasi
-          Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses
granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule
-          Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot
-          Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli
-          Terjadi splenomegali

2.2 Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dalam proses keperawatan yang harus
dilakukan secara sistematis agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang
tepat untuk klien. Adapun beberapa hal yang perlu dikaji adalah sebagai
berikut:
Ø   Identitas Umum
Yang perlu diketahui disini meliputi; nama,alamat, umur, jenis kelamin,
agama/suku, warga Negara, bahasa yang digunakan, penanggung jawab/orang yang
bisa dihubungi (nama, alamat, hubungan dengan klien), cara masuk, alasan
masuk, tanggal masuk, diagnosa medic, dan lain sebagainya.
Ø  PENGKAJIAN FUNGSIONAL GORDON
·         Persepsi dan Penanganan Kesehatan
ü  Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi
ü  Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya
ü  Riwayat keluarga dengan RA
ü  Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
ü  Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
·                    Nutrisi – Metabolic
ü  Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak
mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
ü  Riwayat gangguan metabolic

·        Eliminasi
ü  Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
·        Aktivitas dan Latihan
ü  Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
ü  Jenis aktivitas yang dilakukan
ü  Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
ü  Tidak mampu melakukan aktifitas berat
·        Tidur – Istirahat
ü  Apakah ada gangguan tidur?
ü  Kebiasaan tidur sehari
ü  Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
ü  Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
·        Kognitif-persepsi
ü  Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
·        Persepsi diri – Konsep diri
ü  Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
ü  Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya
·        Peran – Hubungan
ü  Bagaimana hubungan dengan keluarga?
ü  Apakah ada perubahan peran pada klien?
·        Seksualitas dan Reproduksi
ü  Adakah gangguan seksualitas?
·        Koping - Toleransi Stress
ü  Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
·        Nilai Kepercayaan
ü  Agama yang dianut?
ü  Adakah gangguan beribadah?
ü  Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan

2.2.1 Diagnosa Keperawatan


Kemungkinan masalah keperawatan yang akan muncul pada penyakit rematik yang
dialami lansia adalah:
·        Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
·        Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan pada sendi dan penurunan
integritas tulang
·        Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
·        Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.

Diagnosa I: Nyeri kronik


Definisi  :  Definisi: serangan mendadak atau pelan intensitsnya  dari 
ringan  sampai  berat, konstan atau berulang  tanpa akhir yang dapat 
diantisipasi/siprediksi  dan  durasi waktunya lebih dari 6 bulan.
Batasan karakteristik:
-        Perubahan berat badan
-        Laporan  secara  verbal  dan  nonverbal  atau  fakta  dari  observasi atas 
tingkah  laku  melindungi, iritabilitas,  fokus  pada diri sendiri, gelisah,
depresi
-        Atropi yang melibatkan beberapa otot
-        Ketidakmampuan  untuk melanjutkan  aktivitas sebelumnya
NOC
Kontrol nyeri
-        Mengenali faktor penyebab
-        Mengenali onset (lamanya sakit)
-        Menggunakan metode pencegahan
-        Menggunakan  metode  nonanalgetik untuk mengurangi nyeri
-        Menggunakan  analgetik  sesuai kebutuhan  
-        Mengenali gejala-gejala nyeri
-        Mencatat  pengalaman  nyeri sebelumnya
-        Melaporkan nyeri sudah terkontrol
Tingkatan nyeri
-        Melaporkan adanya nyeri
-        frekuensi nyeri dan panjangnya episode nyeri
-        ekspresi nyeri  pada wajah
-        kurangnya istirahat
-        ketegangan otot
NIC:
Pain Management

 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,


karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
 Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Gunakan teknik
komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
 Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non farmakologi
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil

Analgesic Administration
 Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
 Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
 Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
 Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

Dignosa 2: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuataan pada sendi


dan penurunan intergritas tulang
Defenisi : keadaan ketika seorang individu mengalami atau beresiko mengalami
keterbatasan gerak fisik, tetapi bukan immobile.
Batasan Karakteristik
·         Kesulitan berpidah
·         Keterbatasan kemampuan untuk gerak
·         Keterbatasan rentang gerak
·         Pergerakan yang lambat
·         Tidak terkoordinasinya gerakan
NOC:
Ambulasi : berjalan (0200)
Defenisi : kemampuan berjalan dari tempat ke tempat
-        Pertahanan berat
-        Berjalan dengan langkah efektif
-        Berjalan dengan langkah lambat
-        Berjalan dengan langkah sedang
-        Berjalan dengan cepat
-        Berjalan dengan langkah naik
-        Berjalan dengan langkah turun
-        Berjalan dengan miring ke atas
-        Berjalan dengan miring ke bawah
-        Berjalan dengan jarak jauh
Posisi badan : inisiatif sendiri (0203)
Defenisi : kemampuan merubah posisi sendiri
-        Telentang ke duduk
-        Duduk ke telentang
-        Duduk ke berdiri
-        Berdiri ke duduk
-        Berdiri ke berlutut
-        Berlutut ke berdiri
-        Berdiri ke jongkok
-        Jongkok ke berdiri
-        Melengkungkan punggung
Perpindahan sendi : aktif (0206)
Defenisi : Rentang gerak dari sendi dengan perpindahan sendi dengan inisiatif
sendiri
-        Jari kanan dan kiri
-        Ibu jari kanan dan kiri
-        Pergelangan kanan dan kiri
-        Siku kanan dan kiri
-        Bahu kanan dan kiri
-        Lutut kanan dan kiri
-        Pinggang kanan dan kiri
Tingkat mobilitas (0208)
Defenisi : kemampuan untuk berpindah
-        Keseimbangan penampilan
-        Posisi tubuh
-        Perpindahan otot dan sendi
-        Ambulansi : berjalan
-        Ambulansi dengan kursi roda
NIC
Hambatan mobilitas fisik
Defenisi : keadaan dimana individu mengalami keterbatasan kemampuan fisik
dalam berpindah yang mandiri
·         Peningkatan latihan
·         Terapi latihan : ambulansi
·         Pengajaran : aktifitas/latihan yang ditentukan
·         Terapi latihan : keseimbangan
·         Terapi latihan : mobilitas sendi
Tirah baring
Defenisi: peningkatan kenyamanan dan keamanan serta pencegahan komplikasi dari
pasien yang mengalami keterbatasan kemampuan untuk tidur
-        Penyediaan tempat tidur yang terapeutik
-        Pencegahan terjadinya footdroop/kaki jatuh
-        Mengontrol kondisi kulit
-        Aktifitas pasif/aktif sebagai peningkatan dari latihan

Pengaturan Energi
Defenisi : pengaturan energi yang digunakan untuk mencegah kelelahan dan untuk
fungsi optimis
-        Tentukan batasan fisik pasien
-        Tentukan apa dan berapa banyak aktifitas yang dibutuhkan untuk membangun
kesabaran
-        Amati pemberian nutrisi untuk membuktikan sumber energi yang adekuat
-        Amati lokasi dan tempat ketidaknyamanan/nyeri selama beraktifitas
-        Kurangi ketidaknyaman fisik yang bisa dikaitkan dengan fungsi kognitif dan
pengamatan dalam/pengaturan aktifitas
Peningkatan latihan
Defenisi : memfasilitasi latihan fisik secara berkala untuk memelihara, atau
meningkatkan tingkat yang lebih tinggi melalui latihan kebugaran dan kesehatan
-        Meyakinkan kesehatan pasien mengenai latihan fisik
-        Menganjurkan perasaan verbal tentang latihan atau kebutuhan untuk latihan
-        Melibatkan keluarga pasien dalam perencanaan dan perawatan program latihan
-        Mengajarkan pasien mengenai jenis latihan yang tepat untuk tingkat kesehatan,
dalam berkolaborasi dengan dokter dan atau latihan psikologis
-        Memberitahukan pasien tentang frekuensi keinginan, lama, dan intensitas
program latihan

Diagnosa 3: Resiko Jatuh Berhubungan Dengan Arthritis,Kesulitan Berjalan Dan


Masalah Pada Kaki
Definisi  : Meningkatnya kelemahan terjatuh dikarenakan kerusakan fisik
NOC
Level Mobilitas
Definisi: Kemampuan untuk berpindah
-        Keseimbangan
-        Posisi badan
-        Pergerakan Otot
-        Keseimbangan antar tulang
-        Ambulasi: Berjalan
-        Ambulasi : Kursi roda
Status Penuaan Fisik (0113)
Definisi: Perubahan fisik yang biasanya terjadi pada usia lanjut.
o   Densitas tulang
o   Kapasitas Vital
o   Tekanan darah
o   Elastisitas kulit
o   Kekuatan otot
o   BMR
o   Pola distribusi lemak
o   Fungsi seksual
Status Keamanan (Mencegah Jatuh) (1909)
Definisi: tindakan individu atau penolong untuk mengurangi faktor resiko yang
mungkin muncul
-     Penempatan pelindung untuk mencegah jatuh
-     Gunakan secara tepat bangku yang bersandar dan tangga
-     Gunakan sepatu yang pas
-     Penyesuaian tinggi toilet jika diperlukan
-     Penyesuaian tinggi tempat duduk jika diperlukan
-     Penyesuaian tinggi tempat tidur jika dibutuhkan
-     Gunakan pencegahan ketika pengobatan dapat menyebabkan resiko jatu
-     Gunakan prosedur pemindahan yang aman
-     Kompensasi untuk keterbatasan fisik
NIC
Alat bantu
·         Penempatan pelindung untuk mencegah jatuh
·         Gunakan alat bantu penglihatan
·         Kompensasi untuk keterbatasan fisik
BAB III
PENUTUP
1.1  Kesimpulan
Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan struktur jaringan
sekitarnya (tendon ligament, sinovia, otot sendi, dan tulang). Penyakit ini
tidak terbatas menyerang sendi bisa juga mengenai organ lain.
Reumatik dapat dikelompokkan atas beberapa golongan, yaitu :
1. Osteoartritis.
2. Artritis rematoid.
Kemungkinan masalah keperawatan yang akan muncul pada penyakit rematik yang
dialami lansia adalah:
·        Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
·        Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan pada sendi dan penurunan
integritas tulang
·        Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi
1.2  Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan agar tenaga kesehatan akan lebih
dapat memahami tentang konsep dasar dan pemberikan asuhan keperawatan pada
pasien lansia dengan rematik
DAFTAR PUSTAKA

Gloria, M.B. (2004). Nursing Intervention Classification. America: Mosby Elsevier.


Herdman, T.H. (2009). NANDA International Nursing Diagnoses: Defenitions and
Classification edition 2009-2011. United Kingdom: Willey Blackwell.
http://ajunkdoank.wordpress.com/2008/12/25/definisi-dan-patologi-osteoarthritis-
oa/, diakses 17 Oktober 2011
http://www.slideshare.net/sibermedik/osteoartritis-2809824, diakses 17 Oktober
2011
http://mukipartono.com/osteoartritis/ diakses 17 Oktober 2011
Lueckenotte, A.G. (1996). Gerontologic Nursing. America: Mosby.
Masjoer, A, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran (edisi ketiga). Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Media Aesculapius.
Moorhead. (2004). Nursing Outcomes Classification (fourth edition). America: Mosby
Elsevier
Purwoastuti, E. (2009). Waspadai Gangguan Rematik. Yogyakarta: Kanisius.
Wiyayakusuma, H. (2007). Atasi Rematik dan Asam Urat Ala Hembing. Jakarta: Puspa
Swara.

Anda mungkin juga menyukai