Anda di halaman 1dari 9

Laporan Pendahuluan

Asuhan Keperawatan Edema Paru

Disusun Oleh :

Nama : Meisye Novarista Parinding


NIM : P07220117024
Ruang : Flamboyan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN


TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan Edema Paru

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Edema paru adalah akumulasi cairan di paru-paru secara tiba-tiba akibat
peningkatan tekanan intravaskular (Mark Scott Noah MD, 2008). Edema paru
adalah penumpukan cairan di dalam paru-paru baik dalam spasium interstisial
atau dalam alveoli (Brunner and Suddarth, 2002). Edema paru adalah suatu
kondisi yang ditandai dengan gejala sulit bernapas akibat terjadinya penumpukan
cairan di dalam kantong paru-paru (alveoli). Kondisi ini dapat terjadi tiba-tiba
maupun berkembang dalam jangka waktu lama.

2. Etiologi
Penyebab terjadinya edema paru dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Kardiogenik
1) Penyakit pada arteri koronaria
Arteri yang menyuplai darah untuk jantung dapat menyempit karena adanya
deposit lemak. Serangan jantung terjadi jika terbentuk gumpalan darah pada
arteri dan menghambat aliran darah serta merusak otot jantung yang disuplai
oleh arteri tersebut. Akibatnya otot jantung yang mengalami gangguan tidak
mampu memompa darah lagi seperti biasa
2) Gangguan Katup Jantung
Pada kasus gangguan katup mitral atau aorta, katup yang berfungsi untuk
mengatur aliran darah tidak mamu membuka secara adekuat (stenosis) atau
tidak mampu menutup dengan sempurna (insufisiensi). Hal ini
menyebabkan darah mengalir kembali melalui katup menuju paru-paru
3) Hipertensi
Hipertensi tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya penebalan pada
otot ventrikel kiri dan dapat disertai dengan penyakit arteri koronaria
b. Non Kardiogenik
Pada non-kardiogenik, edema paru dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
1) Infeksi pada paru
2) Lung inury seperti emboli paru
3) Paparan toxic
4) Reaksi alergi

3. Pathway (Terlampir)

4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala edema paru dibagi menurut stadiumnya yaitu :
a. Stadium 1
Adanya distensi pada pembuluh darah kecil paru yang prominen akan
mengganggu pertukaran gas di paru dan sedikit meningkatkan kapasitas difusi
CO. Keluhan pada stadium ini biasanya hanya berupa sesak napas saat
melakukan aktivitas
b. Stadium 2
Pada stadium ini terjadi edema paru interstisial. Batas pembuluh darah paru
menjadi kabur. Adanya penumpukan cairan di jaringan kendor interstisial akan
lebih mempersempit sauran napas kecil, terutama di daerah basal karena
pengaruh gravitas. Dan dapa terjadi bronkokonstriksi yang dapat
meneyebabkan sesak napas ataupun napas menjadi berat dan tersengal
c. Stadium 3
Pada stadium ini terjadi edema alveolar. Pertukaran gas mengalami gangguan
secra berarti, terjadi hiposemia dan hipokapni. Penedrita tampak mengalami
esak napas yag berat disertai batuk berbuih kemerahan (pink froty). Kapasitas
vital dan volume paru yang lain turun dengan nyata.
Tanda gejala lainnya yaitu :
a. Serangan khas terjadi malam hari setelah berbaring selma beberapa jam dan
biasanya didahului dengan rasa geisah, ansietas, dan tidak dapat tidur
b. Nadi cepat dan lemah
c. Napas menjadi bising dan basah dapat mengalami asfiksia oleh cairan bersemu
darah dan berbusa (dapat tenggelam oleh cairan sendiri)
d. Suara paru yang abnormal seperti rales atau crackles

5. Komplikasi
a. ARDS (Accute Respiratory Distress Syndrme)
Karena adanya timbunan cairan, paru menjadi kaku dan tidak dapat
mengembang dan udara tidak dapat masuk akibatnya adalah hoksia berat
b. Gagal Napas Akut
Tidak berfungsinya pernapasan dengan derajat dimana pertukaran gas tidak
adekuat untuk mepertahankan gas darah arteri (GDA)

6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1) Pemberian oksigen untuk mengatasi sesak napas dan harus dilakukan
sesegera mungkin.
2) Pemberian obat untuk memperkuat jantung jika edema paru disebabkan
karena kegagalan jantung memompa darah.
3) Pemberian obat vasodilator, seperti nitrat dan diuretik, untuk mengurangi
cairan yang menumpuk pada paru-paru.
4) Pemasangan alat bantu napas yang didukung oleh mesin ventilator untuk
penderita dengan gagal napas.

b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Berikan dukungan psikologis
- Menemani klien
- Berikan informasi yang sering, jelas tentang apa yang sednag
dilakukan untuk mengatasi kondisi dan apa makna respons terhadap
pengboatan
2) Atur posisi klien
Pasien diposisikan dalam posisi tegak dengan tungkai dan kaki dibawah
sebaiknya kaki menggantung disisi tempat tidur untuk membantu arus
balik vena ke jantung
3) Auskultasi paru
4) Obsevasi tanda-tanda vital
5) Pembatasan asupan cairan pada klien
6) Monitor intake dan output cairan tubuh klien

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Pemeriksaan darah, untuk mengukur kadar oksigen dan karbon
dioksida di dalam darah, mengukur kadar hormon B-type natriuretic
peptide (BNP) yang meningkat pada gagal jantung, serta melihat fungsi tiroid
dan ginjal.
b. Foto rontgen dada, untuk memastikan penderita benar-benar mengalami edema
paru, serta melihat kemungkinan lain penyebab sesak napas.
c. Pemeriksaan EKG dapat menerangkan secara akurat adanya takikardia supra
ventrikular atau arterial. EKG juga dapat memprediksi adanya iskemia, infark
miokard
d. Kateterisasi jantung, yang dilakukan jika edema paru disertai nyeri dada.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Riwayat Masuk RS
Klien biasanya ke RS setelah mengalami sesak napas, sianosis atau batul-batuk
disertai kemungkinan adanya demam tinggi ataupun tidak. Kesadaran kadang
sudah menurun dan dapat terjadi dengan tiba-tiba pada kasus trauma
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Sepsis, penyakit paru, jantung serta kelainan prgan vital bawaan serta penyakit
ginjal mungkin ditemui pada klien
d. Pemeriksaan Fisik
1) Integumen
Pucat, sianosis, turgor kulit menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak
keringat, suhu meningkat, kemerahan
2) Sistem Pulmonal
Sesah nafas, dada tertekan, pernapasan cuping hidung, batuk, sputum
banyak, penggunaan otot bantu pernapasan, terdengar stridor, ronchi pada
lapang paru
3) Kardiovaskuler
Sakit dada, nadi meningkat, kualitas darah menurun, denyut jantung tidak
berarturan, suara jantung tambahan
4) Sistem Neorosensoro
Gelisah, penurunan kesadaran, kejang, GCS menurun, refleks
menurun/normla
5) Sitem Muskuloskeletal
Lemah, cepat lelah, tonus otot menurun, nyeri otot/normal
6) Sistem Genitourinaria
Produksi urin menurun
7) Sistem Degstif
Mual, kadang muntah, konsistensi feses normal
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Hb : Menurun/normal
2) Analisa Gas Darah : Asidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola Napas Tidak Efektih berhubungan dengan kelelahan dan pemasangan alat
bantu nafas
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan distensi kapiler pulmonar
c. Resiko infeksi berhubungan dengan area invasi mikroorganisme sekunder
terhadap pemasangan selang endokatrial

3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan 1. Berikan
berhubungan dengan kelelahan tindakan informasi pada
dan pemasangan alat bantu nafas keperawatan klien tentang
diharapkan klien penyakitnya
tidak sesak dan 2. Atur posisi
tidak terjadi semi fowler
hipoksia dengan 3. Observasi tanda
kriteria hasil : sianosis
a. Tidak terjadi 4. Berikan terapi
hipoksia atau oksigen
hipoksemia 5. Kolaborasi
b. Tidak sesak dengan tim
c. Pernapasan medis
dalam batas
normal (16-20
x/mnt)
d. Tidak terdapat
kontraksi otot
bantu
pernapasan
e. Tidak terdapat
sianosis
2. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan 1. Observasi
berhubungan dengan distensi tindakan tanda-tanda
kapiler pulmonar keperawatan vital
diharapkan klien 2. Bantu pasien
tidak sesak dan untuk
tidak sianosis melakukan
dengan kriteria resiko
hasil : perlukaan
a. Tidak ada akibat
sianosis imobilisasi
b. Pernapasan 3. Atur posisi
dalam batas klien dengan
normal (16-20 semi fowler
x/mnt) 4. Berikan terpai
c. Tidak sesak oksigenasi
5. Kolaborasi
dengan tim
medias
3. Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan 1. Observasi
dengan area invasi tindakan tanda-tanda
mikroorganisme sekunder keperawatan vital
terhadap pemasangan selang diharapkan infeksi 2. Lakukan teknik
endokatrial tidak terjadi perawatan
dengan kriteria secara aseptik
hasil : 3. Observasi pada
a. Klien mampu darah
mengurangi pemasangan
kontak dengan selang
area endokatrial
pemasangan 4. Kolaborasi
endotraktial dengan tim
b. Suhu dalam medis dalam
batas normal pemberian obat
Pathway

Akumulasi cairan berlebih


Pemasangan alat bantu nafas
(Ventilator)

Alveoli terisi cairan Cardiac output

Gangguan Bed rest Area


O2 jaringan Pemasangan selang
Pertukaran Gas fisik invasi
endotrakheal
M.O

Gangguan Risiko
Defisit
Perawatan Diri Komunikasi Verbal Infeksi

B1 Breath B2 Blood B1 Brain B1 Bladder B1 Bowel B1 Bone

Pengambilan Perfusi Penurunan Perfusi Iskemia saluran Kelelahan


O2 Jaringan kesadaran ginjal pencernaan

Intoleransi
Takipnea, Hipoksia, Risiko Retensi natrium Mual, Aktivitas
dipsnea, pusing, Cedera dan air muntah
ronchi pucat
Gangguan Gangguan

Pola Napas Hipertrovi eliminasi urin pemenuhan

tidak Efektif ventrikel kebutuhan


nutrisi
Perfusi
Perifer
Tidak
Efektif

Anda mungkin juga menyukai