Anda di halaman 1dari 27

RHINITIS ALERGI

Disusun oleh:

Ana Nawa Cholifah


Eka Nur Sulistianingsih
Lisnandar Wahyu Wijaya
Marti Chandra Sari
Nurkanah Mufidah
Tsani Imadahidayah
DEFINISI
Rhinitis alergi adalah peradangan dari selaput lendir
hidung yang disebabkan oleh paparan bahan alergi yang
dihirup dan mendapatkan respon imunologi spesifik yang
dimediasi oleh imunoglobulin E (IgE).
Ada dua jenis rhinitis alergi, yaitu :
1. Musiman (hay fever)
2. Abadi (intermiten atau persisten)
PATOFISIOLOGI
 Reaksi awal terjadi ketika alergen udara masuk kedalam
hidung selama inhalasi dan diproses oleh limfosit, yang
menghasilkan antigen IgE spesifik.
 Reaksi langsung terjadi dalam hitungan detik ke menit,
sehingga dalam rilis cepat dilakukan mediator, mediator
baru yang dihasilkan berasal dari asam arakidonat
 4-8 jam setelah paparan awal pada alergen, reaksi akhir-
fase mungkin terjadi, yang diduga disebabkan oleh
sitokin dilepaskan terutama oleh sel mast dan timus -
limfosit
DIAGNOSA
 Pada anak-anak, pemeriksaan fisik dapat menimbulkan lingkaran
hitam di bawah mata (shiners alergi), lipatan hidung melintang
yang disebabkan oleh menggosok hidung yang berulang – ulang,
pernapasan adenoidal, turbinat hidung edema dilapisi dengan
sekresi yang jelas, merobek, injeksi konjungtiva dan edema, dan
pembengkakan periorbital
 Pemeriksaan mikroskopis dari kerokan hidung biasanya
menimbulkan banyak eosinofil
 Tes alergi dapat membantu menentukan apakah rinitis disebabkan
oleh respon imun terhadap alergen langsung. Jenis tes kulit yang
umum digunakan adalah hipesensiivitas
STUDY KASUS
Resep Asli Resep yang seharusnya

dtd
DIAGNOSA
Berdasarkan resep diatas, pasien mengalami rhinitis
alergi disertai dengan batuk berdahak.
URAIAN OBAT
1. Mucopect

Komposisi : Ambroxol HCl


Mekanisme Kerja : Ambroxol bekerja dengan cara memecah serat asam mukopolisakarida yang
membuat dahak lebih encer dan mengurangi adhesi lendir pada dinding tenggorokan sehingga
mempermudah pengeluaran lendir pada saat batuk.
Indikasi : Terapi sekretolitik pada penyakit bronkopumonal akut dan kronik yang berhubungan
dengan sekresi mukus abnormal dan gangguan transportasi mukus
Interaksi Obat : Jika diberikan bersamaan dengan antibiotik seperti amoxixilin
cefuroxim, eryhromycin dan doxycycline, konsentrasi antiobiotik-antibiotik tersebut di dalam
jaringan paru meningkat. Obat ini juga sering dikombinasikan dengan obat-obat standar untuk
pengobatan bronkitis seperti glikosida jantung, kortikosteroid dan bronkospasmolitik.
Dosis : Anak 6 – 12 tahun ½ tab diberikan 2 – 3 x/hari, sirup 30 mg/5 mL. Anak 6 – 12 tahun
2,5 mL diberikan 2 – 3 x/hari
Pemakaian : Kaps Retard. Ditelan utuh jangan dikunyah / dihancurkan
Perhatian khusus: Disfungsi hati dan ginjal, kehamilan, laktasi
Efek samping : Reaksi alergi efek GI ringan
Interaksi : Amoksisilin, eritromisin, doksisiklin, sefuroksim
Kemasan: Sirup 15 mg/5 mL x 60 mL x 1 (Rp 36.740)
2. Nalgestan
Komposisi : Phenilpropanolamine HCl 15 mg, CTM 2 mg
Mekanisme Kerja: - Fenilpropanolamin bekerja dengan cara mengecilkan pembuluh darah disekitar
hidung sehingga hidung yang semula tersumbat dapat lega kembali . Hanya saja , efek
fenilpropanolamin lebih luas sehinga efek samping berupa kenaikan tekanan darah apabila
digunakan tidak hati-hati lebih besar.
- CTM Kompetisi dengan reseptor H1 pada sel efektor di saluran pencernaan, pembuluh
darah dan saluran pernapasan: MemBlok H1-reseptor dan mencegah aksi histamin pada cell, Menekan
suar dan pruritus yang menyertai rilis histamine endogen, Berperan pada beberapa kegiatan umum
antikolinergik, ganglionic dan agen adrenergik blocking, anestesi lokal, dan antispasmodics,
Menyebabkan efek mengantuk yang kurang dan lebih SSP stimulasi dari beberapa antihistamin
lainnya yang merupakan generasi lebih dulu dan Antihistamin tidak memblokir efek rangsangan
histamin pada sekresi asam lambung, yang dimediasi oleh reseptor H2-dari cells parietal.
Indikasi : Vasokonstriktor dan antihistamin pada hidung tersumbat, salesma, bersin – bersin,
masuk angin, sinusitus, rhinitis alergi, rhinitis vasomotor
Interaksi obat : Bila obat ini digunakan bersamaan dengan antidepresan tipe penghambat MAO, maka
dapat menyebabkan tekanan darah meningkat secara mendadak (krisis hipertensi).
Dosis : 1 tab 3 – 4 x/hari
Pemakaian : Dengan atau tanpa makanan
Kontra Indikasi : Hipertiroidisme, hipertensi, penyakit jantung, feokromositoma, glaukoma sudut
tertutup, mendapai terapi dengan MAOI, penyakit saluran nafas bawah, bayi baru lahir atau
prematur, laktasi
Perhatian khusus : Jangan mengendarai kendaraan bermotor atau mengoperasikan mesin, penderita
hipertensi, penyakit jantung, tirotoksikosis atau diabetes millitus
3. Cortidex
Komposisi : Dexamethasone
Mekanisme kerja : Dexamethasone bekerja dengan cara menembus membran sel sehingga akan terbentuk
suatu kompleks steroid-protein reseptor. Di dalam inti sel, kompleks steroid-protein reseptor
ini akan berikatan dengan kromatin DNA dan menstimulasi transkripsi mRNA yang merupakan
bagian dari proses sintesa protein. Sebagai anti inflamasi, obat ini menekan migrasi neutrofil,
mengurangi produksi prostaglandin (senyawa yang berfungsi sebagai mediator inflamasi), dan
menyebabkan dilatasi kapiler. Hal ini akan mengurangi repon tubuh terhadap kondisi peradangan
(inflamasi).
Indikasi : Alergi penyakit kolagen reumatik, leukimia dan limfoma, syok, penyakit pernafasan,
gangguan hematologik, edematus
Interaksi obat : aminoglutethimide : menurunkan kadar dexamethasone, melalui induksi enzim
mikrosomal sehingga mengurangi efek farmakologisnya.
Agen kalium-depleting : jika diberikan bersamaan dengan obat-obatan kalium depleting
agen (misalnya : amfoterisin B, diuretik) pengamatan ketat harus dilakukan terhadap kemungkinan
terjadinya hipokalemia.
Antibiotika makrolida: menurunkan klirens dexamethasone sehingga meningkatkan
kadar/ efek farmakologisnya.
Antidiabetik : kortikosteroid dapat meningkatkan konsentrasi glukosa darah oleh karena itu
penyesuaian dosis obat antidiabetes mungkin diperlukan.
Isoniazid : konsentrasi serum isoniazid mungkin akan menurun jika diberikan
bersamaan dengan cortidex (dexamethasone).
Cholestyramine dan efedrin: cholestyramine meningkatkan klirens kortikosteroid
sehingga menurunkan kadar/efek farmakologisnya.
NSAID:aspirin atau NSAID lainnya meningkatkan resiko efek samping perdarahan
pada saluran pencernaan.
LANJUTT..
Dosis : Anak 1 – 5 thn 0,25 – 1 mg diberikan 2 x/hari
Pemakaian: Bersama makanan
Kontra Indikasi : Tukak peptik, osteoporosis, psikosis atau
psikoneurosis berat, TB aktif atau statis, infeksi akut, vaksin hidup
Perhatian khusus : Hipertensi, gagal jantung kongestif, DM, penyakit
infeksi, gagal ginjal kronis, uremia, usia lanjut, hamil
Efek Samping : Retensi air dan garam, edema, hipertensi, amenore,
hiperhidrosis, gangguan mental, pangkreatitis akut, osteonekrosis,
lemah otot, sindrom chusing, peningkatan TIO, gangguan penglihatan,
atrofi lokal, nafsu makan meningkat, pertumbuhan terlambat
Interaksi : Efektivitas berkurang dengan phenytoin, phenobarbital,
rifampisin, Vit A, tetrasiklin dan antibiotik lain, tiazid, antikoagulan
oral, obat hipoglikemik oral dan salisilat
Kemasan : Tab 0,5 mg x 10 x 10 (Rp 20.500
4. HBr Dextromethorpan
Komposisi : Dextrometorfan 15mg
Indikasi : Meringankan batuk tidak berdahak atau
menimbulkan rasa sakit
Dosis : Tablet dewasa dan anak > 12thn 3x 1 tablet
sehari, Anak 6 – 12 thn 3x ½ tab sehari
Efek Samping : Rasa kantuk, mual, pusing dan konstipasi
Kemasan : Botol 1000 tab Rp 122.418
5. Telfast
Komposisi : Fexofenadine HCl
Indikasi : Meredakan gejala – gejala yang
berhubungan dengan rhinitis alergi
Dosis : Anak 6 – 12 thn 30mg 2x/hari
Pemakaian : Dengan atau tanpa makanan. Berikan
sebelum makan, jangan diberikan bersama jus buah
Perhatian khusus : Gangguan ginjal atau hati, lanjut usia,
anak >6 thn, hamil dan laktasi
Efek samping : Sakit kepala, mengantuk, mual, pusing,
lelah
Interaksi : Eritromisin, ketokonaozol, antasida yang
mengandung Al dan Mg(OH2)
Kemasan : Tab salut selaput 30mg x 5 x 10 (Rp
171.875)
PENGATASAN
1. Administratif
 Bertanya pada pasien yang bersangkutan mengenai
kelengkapan resep pasien (alamat pasen, jenis kelamin)
 Konfirmasi kepada dokter yang bersangkutan mengenai
Penulisan Obat yang diresepkan pada pasien tersebut.
2. Farmasetis
 Tidak ada
3. Klinis
a. Usul kepada dokter telfast tidak digunakan karena tidak
boleh di resepkan untuk anak kurang dari 6 tahun.
b. Mucolitik yang digunakan pada resep ini yaitu
Mucopect (Ambroxol HCl)
c. Dekongestan dan antihistamin yang digunakan di resep
ini yaitu nalgestan (penilpropanolamine HCl, dan
CTM)
d. Kortikosteroid yang digunakan pada resep ini yaitu
cortidex (dexamethason)
e. Usul kepada dokter untuk obat dextromethorpan tidak
digunakan, karena indikasinya untuk obat kering.
Sedangkan, pasien yang bersangkutan mengalami
batuk berdahak.
f. Usul kepada dokter untuk penambahan dtd.
PERHITUNGAN DOSIS
1. Mucopect
DL1x anak = 2,5 mL 2x/hr (1x)
= 2,5 mL x 2 = 5mL (1hr)
Menurut R/ = 3 x ½ (2,5 mL)
= 7,5 mL
=1 <2
= 1,5 <2
DP < DL
2. Nalgestan
DL1x = 1 tab 3 – 4x/hr
= 1 x (3 – 4) = 3 – 4 tab/hari
Menurut R/ = x 1 tab = 0,16 tab (1x)
= 3 x 0,16 tab = 0,48 tab (1hr)
= 0,16 <2
= 0,16 – 0,12 < 2
DP < DL
3. Cortidex
DL1x 1x = 0,25 – 1mg 2x/hr
= 2 x (0,25 – 1mg)
= 0,5 – 2 mg (1 hr)
Menurut R/ 1x = x (0,25 – 1 mg)
= 0,04 – 0,16mg
1hr = 3 x (0,04 – 0,16)
= 0,12 – 0,48 mg
= (0,16 – 0,64) – (0,04 – 0,16) <2
= (0,24 – 0,96) – (0,06 – 0,24) <2
DP < DL
PENIMBANGAN
No Nama Bahan Obat Perhitungan Yang
Ditimbang

1. Nalgestan 1/6 1/6 = 2,5 tab 2,5 tab

2. Cortidex 1/6 1/6 15 = 2,5 tab 2,5 tab

4. SL qs   qs

5. Mucopect - 60 mL
PERHITUNGAN HARGA
1. Mucopect  Rp 36.740
2. Nalgestan Rp 83.500 (100 tab) @ Rp 835 x 2,5 tab = Rp 2.100
3. Cortidex Rp 20.500 (100 tab)  @ Rp 205 x 2,5 tab = Rp 550
4. Harga R/  Rp 2.000
Jumlah yang harus dibayarkan  Rp 41.390 ~ Rp 42.000
PENATALAKSANAAN TERAPI
Terapi non farmakologi
 Hindari faktor pencetus (allergen) 
 Amati benda-benda apa yang menjadi pencetus (debu,
serbuk sari, bulu binatang, dll) 
 Jika perlu, pastikan dengan skin test 

 Jaga kebersihan rumah, jendela ditutup, hindari kegiatan


berkebun. Jika harus berkebun, gunakan masker wajah
Terapi Farmakologi
 Sirup mucopect diminum 3 kali sehari ½ sendok
teh (2,5 mL)
 Pulvis diminum 3 kali sehari 1 bungkus
ETIKET COPY RESEP
APOTEK APOTEK
STIKES KENDAL STIKES KENDAL
Jl. Laut No.31 Kendal Telp (0294) 5790321 Jl. Laut No.31 Kendal Telp (0294) 5790321
Apoteker : Tsani SIK : 516.017B Apoteker : Tsani SIK : 516.017B
No. 1BA tgl : 14 maret 2017  
APOGRAPH
Raihan
Resep dari dr. : Surtini
3 × sehari ½ sendok teh (2,5 mL)
  Tertulis tgl : 14 Maret 2017 No : 3
Sebelum/sesudah makan Untuk : Raihan Usia : 16 bulan
DIULANG DENGAN/TANPA RESEP DOKTER  
 
R/ Mucopect fl I
s. 3. dd. ½ cth
APOTEK
 
STIKES KENDAL
Jl. Laut No.31 Kendal Telp (0294) 5790321 R/ Teflasi 1/6 tab
Nalgestan 1/6 tab
Apoteker : Tsani SIK : 516.017B
Cortidex 1/6 tab
No. 1B tgl : 14 maret 2017 DMP 1/6 tab
Raihan m.f. la. pulv. no XV
3 × sehari 1 bungkus s. 3. dd. I pulv
   
Sebelum/sesudah makan
 
DIULANG DENGAN/TANPA RESEP DOKTER
 
Pcc : Kendal, 14 Maret 2017
 
 
PEMBAHASAN
Berdasarkan resep yang diterima, pasien diindikasikan
menderita penyakit rhinitis alergi. Sehingga terapi yang
diberikan antara lain mukolitik, antihistamin, kortikosteroid dan
dekongestan.
Antihistamin dan dekongestan yang digunakan sebagai
rhinitis alergi adalah Nalgestan (phenilpropanolamine 15 mg
dan CTM 2 mg) . Kortikosteroid yang digunakan pada resep ini
yaitu Cortidex (dexamethason). Dextrometorpan tidak
digunakan karena indikasinya tidak sesuai dengan penyakit
pasien (ada obat tidak ada indikasi).
Mukolitik yang digunakan pada resep ini adalah mucopect (ambroxol
HCl). Ambroksol merupakan agen sekretolitik untuk mengatasi gangguan
pernafasan yang berhubungan dengan mukosa berlebih. Ambroksol
merupakan metabolit dari bromeksin (bromexine). Terapi pada penyakit
saluran pernafasan akut dan kronik yang disertai dengan sekresi bronkus
yang abnormal, terutama pada bronkitis kronik eksaserbasi, asthmatic
bronchitis dan bronchial asthma. Ambroxol digunakan sebagai "terapi
sekretolitik pada penyakit bronkopulmonal berhubungan dengan sekresi
lendir yang abnormal dan gangguan transportasi lendir. Mendorong Klirens
lendir, mempermudah pengeluaran dahak dan batuk produktif, yang
memungkinkan pasien untuk bernapas secara bebas dan dalam.
Antihistamin yang digunakan adalah telfast (Fexofenadine HCl).
Fexofenadine HCl adalah kelompok obat antihistamin yang tidak
menyebabkan kantuk. Obat ini berfungsi meredakan inflamasi yang muncul
akibat reaksi rhinitis alergi dan urtikaria (biduran) kronis. Obat ini
dihilangkan karena tidak boleh digunakan untuk anak < 6 thn. Dalam resep
sudah ada antihistamin (CTM) ,untuk menghindari dosis ganda.
Dekongestan yang digunakan pada resep ini adalah nalgestan
(Phenilpropanolamine HCl dan CTM ). Phenilpropanolamine HCl
adalah sebuah dekongestan. Obat ini bekerja dengan menyusutkan
pembuluh darah (vena dan arteri) dalam tubuh. Pengerutan pembuluh
darah di sinus, hidung dan dada membuat area tersebut kekeringan,
sehingga menurunkan nafsu makan.
Mekanisme kerja klorfeniramin maleat adalah sebagai antagonis
reseptor H1, klorfeniramin maleat akan menghambat efek histamin pada
pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos; selain itu
klorfeniramin maleat dapat merangsang maupun menghambat susunan
saraf pusat. Klorfeniramin maleat memberikan efek samping walaupun
juga bersifat serius dan kadang-kadang hilang bila pengobatan
diteruskan. Efek samping yang sering terjadi adalah sedatif, gangguan
saluran cerna, mulut kering, kesukaran miksi. Kontraindikasi dari
klorfeniramin maleat ini menimbulkan aktivitas antikolinergik yang
dapat memperburuk asma bronkial, retensi urin, glaukoma.
Klorfeniramin memiliki interaksi dengan alkohol, depresan syaraf pusat,
anti kolinergik (IONI, 2001; Tjay, 2002).
Cortidex (dexamethason) bekerja dengan cara menembus
membran sel sehingga akan terbentuk suatu kompleks steroid-
protein reseptor. Di dalam inti sel, kompleks steroid-protein
reseptor ini akan berikatan dengan kromatin DNA dan
menstimulasi transkripsi mRNA yang merupakan bagian dari
proses sintesa protein. Sebagai anti inflamasi, obat ini menekan
migrasi neutrofil, mengurangi produksi prostaglandin (senyawa
yang berfungsi sebagai mediator inflamasi), dan menyebabkan
dilatasi kapiler. Hal ini akan mengurangi repon tubuh terhadap
kondisi peradangan (inflamasi). Akan tetapi cortidex memiliki
efek samping imunosupresan pada anak sehingga diusulkan
pemberian biostrum 1x sehari untuk mengatasi efek
sampingnya.
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa :
 Pasien menderita penyakit rhinitis alergi. Sehingga diperlukan terapi
antara lain mukolitik, antihistamin, kortikosteroid dan dekongestan
 Adanya obat tanpa indikasi sehingga dextrometorpan tidak
digunakan
 Mukolitik yang digunakan adalah mucopect (ambroxol HCl)

 Antihistamin dan dekongestan yang digunakan adalah Nalgestan


(phenilpropanolamine 15 mg dan CTM 2 mg)
 Kortikosteroid yang digunakan adalah cortidex (dexamethasone)

 Perlu penambahan multivitamin (biostrum) untuk menanggulangi


efek samping imunosupresan dari cortidex

Anda mungkin juga menyukai