Aspirin termasuk dalam kategori obat non-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID). NSAID memiliki efek anti-inflamasi, analgesik, dan antipiretik, serta dapat menghambat agregasi trombosit. Mekanisme kerja dari obat ini adalah terkait dengan penghambatan aktivitas COX-1, yang berperan untuk metabolisme enzim utama dari asam arakidonat yang merupakan prekursor prostaglandin yang memainkan peran utama dalam patogenesis peradangan, nyeri dan demam. Pengurangan prostaglandin (terutama E1) di pusat termoregulasi menyebabkan penurunan suhu tubuh akibat perluasan pembuluh darah pada kulit dan sekresi keringat meningkat. Efek analgesik yang baik karena memiliki efek sentral (pusat) dan perifer (tepi). Mengurangi agregasi trombosit, adhesi platelet dan pembentukan trombus melalui penekanan sintesis tromboksan A2 dalam trombosit. Mengurangi risiko infark miokard pada stenocardia yang tidak stabil. Obat ini efektif untuk pencegahan primer penyakit kardiovaskular dan pencegahan sekunder infark miokard. Obat ini dapat meningkatkan aktivitas fibrinolitik dan mengurangi plasma konsentrasi vitamin K dalam faktor-faktor koagulasi (II, VII, IX, X). Meningkatkan tingkat komplikasi perdarahan dalam pelaksanaan prosedur bedah. Blokade COX-1 dalam mukosa lambung dapat menyebabkan penghambatan prostaglandin gastroprotektif, yang dapat menyebabkan ulserasi pada membran mukosa. Komposisi Mengandung acetylsalicylic acid Indikasi 1. Rheumatoid arthritis 2. Demam selama penyakit menular dan inflamasi 3. Untuk mengatasi nyeri 4. Neuralgia 5. Mialgia 6. Sakit kepala 7. Pencegahan penyakit berbasis trombosis dan emboli 8. Pencegahan primer dan sekunder infark miokard Kontraindikasi 1. Pasien yang sensitif dengan aspirin 2. Asma 3. Tukak lambung 4. Perdarahan subkutan 5. Hemofilia 6. Trombositopenia 7. Pasien dengan terapi antikoagulan
Dosis Untuk dosis melalui mulut (per oral) tergantung dari indikasi penggunaannya, misalnya: 1. Untuk antipiretik (penurun demam) dan analgesik (pereda nyeri) Dewasa: 3 x 500-1000 mg/hari 2. Pencegahan primer dan sekunder infark miokard 1 x 40-325 mg/hari (biasanya 160 mg) 3. Sebagai inhibitor agregasi trombosit 300-325 mg/hari Efek samping 1. Sistem pencernaan: Mual, muntah, anoreksia, nyeri epigastrium, diare, luka erosif dan ulseratif. 2. Sistem saraf pusat: Penggunaan jangka panjang mungkin dapat menyebabkan pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan reversibel, tinnitus, meningitis aseptik. 3. Sistem Hemopoietik: Trombositopenia dan anemia, namun jarang terjadi. 4. Sistem pembekuan darah: Perpanjangan waktu perdarahan. 5. Sistem urine: Dalam penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan disfungsi ginjal, gagal ginjal akut, sindrom nefrotik, namun jarang terjadi. 6. Reaksi alergi: Ruam kulit, edema, bronkospasme, "aspirin triad" (kombinasi dari asma bronkial, poliposis hidung kambuhan, sinus paranasal, intoleransi asam asetilsalisilat, dan obat-obatan seri pirazolonic). 7. Efek samping lain: Dalam beberapa kasus dapat menyebabkan sindrom Reye dan pada penggunaan jangka panjang dapat meningkatkan gejala gagal jantung kronis. Sumber: Drugs-About.com, Drugs.com(ir/ir)
Indikasi:
Fenitoin diindikasikan untuk mengontrol keadaan kejang tonik-klonik (grand mal) dan serangan psikomotor temporal lobe.
Kontraindikasi:
Pasien dengan sejarah hipersensitif terhadap fenitoin atau produk hidantoin lain.
Posologi:
Kemungkinan diperlukan penyesuaian dosis dan monitoring level serum bila terjadi perubahan dari pemakaian bentuk free acid menjadi bentuk garam natriumnya dan sebaliknya karena fenitoin bentuk free acid mengandung kadar fenitoin 8% lebih tinggi dibanding bentuk sediaan garam natriumnya. Dosis harus disesuaikan dengan keadaan penderita dan konsentrasi plasma harus dimonitor. Dewasa: Dosis awal: 300 mg sehari dibagi dalam 2-3 dosis. Dosis pemeliharaan: 300-400 mg atau 3-5 mg/kg BB sehari (maksimal 600 mg sehari). Anak-anak: Dosis awal 5 mg/kg BB sehari dibagi dalam 2-3 dosis dan tidak lebih dari 300 mg sehari. Dosis pemeliharaan awal yang dianjurkan: 4-7 mg/kg BB sehari. Anak usia lebih dari 6 tahun dapat diberikan dosis minimal dewasa (300 mg sehari).
Efek samping:
Susunan Saraf pusat: manifestasi paling sering yang berhubungan dengan terapi fenitoin dengan SSP biasanya tergantung dosis. Efek samping ini berupa nistagmus, ataksia, banyak bicara, koordinasi menurun dan konfusi mental, pusing, susah tidur, gelisah, kejang motorik dan sakit kepala. Saluran cerna: mual, muntah dan konstipasi. Kulit: kelainan dermatologik berupa ruam kulit skarlatimiform atau morbiliform kadang-kadang disrtai dengan demam. Bentuk lebih serius dapat berupa dermatitis eksfoliativ, lupus eritematosus, sindroma Stevens-Johnson dan nekrolisis epidermal toksik. Sistem hemopoetik: efek samping yang dapat bersifat fatal ini kadang-kadang dilaporkan terjadi. Hal ini dapat berupa trombositopenia leukopenia, granulositopenia, agranulositosis, pansitopenia dengan atau tanpa supresi sumsum tulang. Jaringan penunjang: muka menjadi kasar, bibir melebar, hiperplasia gusi, hipertrikosis dan penyakit peyroni. Kardiovaskular: periarterisis nodosa. Imunologik: sindroma sensitifitas, lupus eritromatosus sistemik dan kelainan immunoglobulin.
Interaksi obat:
Obat-obat yang dapat meningkatkan kadar fenitoin yaitu: asupan alkohol akut, amiodaron, kloramfenikol, klordiazepoksid, diazepam, dikumarol, disulfiram, estrogen, H2-antagonis, halotan, isoniazid, metilfenidat, fenotiazin, fenilbutazon, salisilat, suksinimid, sulfonamid, tolbutamid, trazodan. Obat-obat yang dapat menurunkan kadar fenitoin yaitu: karbamazepin, penggunaan alkohol kronis, reserpin dan sukralfat.
Obat-obat yang dapat meningkatkan atau menurunkan kadar fenitoin yaitu: Fenobarbital, natrium valproat dan asam valproat. Meskipun bukan interaksi obat yang sebenarnya, antidepressam trisiklik dapat menyebabkab kejang pada pasien yang peka, karena itu dosis fenitoin perlu disesuaikan. Obat-obat yang khasiatnya terganggu oleh fenitoin yaitu: kortikosteroid, antikoagulan, kumarin, digitoksin, estrogen, furosemid, kontrasepsi oral, kuinidin, rifampisin, teofilin, vitamin D.
Overdosis:
Dosis letal pada orang dewasa diperkirakan 2 sampai 5 gram. Gejala awal yang terjadi: nistagmus, ataksia dan disartria. Tanda-tanda lain adalah: tremor, hiperfleksia, letargi, banyak bicara, mual, muntah. Kemudian menjadi koma, pupil tidak beraksi dan tekanan darah menurun. Kematian terjadi akibat depresi pernafasan dan depresi sirkulatori. Penatalaksanaannya bersifat non-spesifik yaitu dengan bantuan pernafasan atau hemodialisis. Lethal dose pada anak-anak tidak diketahui.
HARUS DENGAN RESEP DOKTER, Simpan dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya.
Dibuat oleh: PT DEXA MEDICA Jl. Bambang Utoyo 138 Palembang - Indonesia