Anda di halaman 1dari 8

LABORATORIUM ILMU FARMASI DAN FARMAKOLOGI KLINIK

LAPORAN FIELD STUDY


KLINIK RAWAT INAP MUSLIMAT SINGOSARI (KRIMS)
1. RESEP
Jihan Muhana Alya, S.Ked
SP/SIP 209.121.0066
Jl. Merdeka jaya no.26 Dinoyo-Malang
Praktek : Senin-Sabtu Pkl. 18.00-21.00
Malang, 10 Juni 2015
R / Falergi
Medixone
Ranitidine
m.f.l.a pulv dtd
S 3 dd pulv I

0,4 mg
1/6 tab
7 mg
q.s
No.XV

R / Xephagel cream No.I


S ue (dioles 3-4x/hari)

Pro
: An.Pragastyryo BB: 7,5 kg
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 2
bulan
BB
: 5,7 kg

2. EFEK SAMPING OBAT DAN SOLUSINYA


FALERGI (CETIRIZIN)
Sediaan:
Cetirizine HCl tablet 10 mg
Farmakodinamika
Cetirizine adalah antihistamin dengan efek sedative yang rendah pada dosis aktif
farmakologi dan mempunyai sifat tambahan sebagai anti alergi. Merupakan antagonis
selektif reseptor H1, efeknya terhadap reseptor lain dapat diabaikan sehingga cetirizine
hampir bebas dari efek anti kolinergik dan anti serotonin. Cetirizine menghambat
Page 1 of 8

pelepasan histamin pada fase awal dari reaksi alergi, mengurangi migrasi dari sel
inflamasi dan melepaskan mediator yang berhubungan dengan late allergic response.
Farmakokinetika
Absorpsi : cetirizine diabsorpsi dengan cepat dengan waktu mencapai konsentrasi
maksimum dalam plasma (Tmaks) rata-rata 1 jam. Konsentrasi puncak plasma rata-rata
(Cmaks) adalah 311 ng/ml.
Distribusi : Ikatan protein plasma rata-rata dari cetirizine adalah 93%.
Metabolisme : 70% ekskresi melalui urin (50% bentuk utuh) dan 10% melalui feses.
Cetirizine mengalami metabolism lintas pertama (first-pass metabolism) yang rendah.
Eliminasi : Waktu paruh eliminasi adalah 8.3 jam dan bersihan tubuh total dari
cetirizine adalah kira-kira 53 ml/menit.
Indikasi
Indikasi Cetirizine adalah penyakit alergi, rhinitis alergi, dan urtikaria idiopatik kronis.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap cetirzine
Wanita hamil dan menyusui
Tidak dianjurkan untuk bayi atau anak-anak < 2 tahun.
Dosis
Dewasa dan anak usia > 12 tahun: sehari 1x10 mg.
Pasien dengan insufisiensi ginjal: sehari tab
Efek Samping
Sakit kepala, pusing, mengantuk, mulut kering, gangguang saluran pencernaan, reaksi
hipersensitivitas, reaksi kulit, dan angiodema.

Interaksi Obat
Interaksi Cetirizine dengan obat-obat lain belum diketahui. Pada percobaan
memperlihatkan peningkatan potensi/efek Cetirizine terhadap alkohol (level alkohol 0,8
%) oleh karena itu sebaiknya jangan diberikan bersamaan. Konsentrasi Cetirizine
plasma tidak terpengaruh pada pemberian bersama simetidin.
MEDIXONE (METHYLPREDNISOLONE)
Sediaan
Sediaan peroraltablet 4 mg, 8 mg, 16 mg, parenteral 40mg/mL.
Farmakologi
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang termasuk
kategori adrenokortikoid, antiinflamasi dan imunosupresan.
Adrenokortikoid:
Sebagai adrenokortikoid, metilprednisolon berdifusi melewati

membran

dan

membentuk komplek dengan reseptor sitoplasmik spesifik. Komplek tersebut kemudian


memasuki inti sel, berikatan dengan DNA, dan menstimulasi rekaman messenger RNA
(mRNA) dan selanjutnya sintesis protein dari berbagai enzim akan bertanggung jawab

Page 2 of 8

pada efek sistemik adrenokortikoid. Obat ini dapat menekan perekaman mRNA di
beberapa sel (contohnya: limfosit).
Efek Glukokortikoid:
Anti-inflamasi (steroidal)
Glukokortikoid menurunkan atau mencegah respon jaringan terhadap proses inflamasi,
karena itu menurunkan gejala inflamasi tanpa dipengaruhi penyebabnya.Glukokortikoid
menghambat akumulasi sel inflamasi, termasuk makrofag dan leukosit pada lokasi
inflamasi. Metilprednisolon juga menghambat fagositosis, pelepasan enzim lisosomal,
sintesis dan atau pelepasan beberapa mediator kimia inflamasi. Meskipun mekanisme
yang pasti belum diketahui secara lengkap, kemungkinan efeknya melalui blokade
faktor penghambat makrofag (MIF), menghambat lokalisasi makrofag: reduksi atau
dilatasi permeabilitas kapiler yang terinflamasi dan mengurangi lekatan leukosit pada
endotelium kapiler, menghambat pembentukan edema dan migrasi leukosit; dan
meningkatkan sintesis lipomodulin (macrocortin), suatu inhibitor fosfolipase A2mediasi pelepasan asam arakhidonat dari membran fosfolipid, dan hambatan
selanjutnya

terhadap

sintesis

asam

arakhidonat-mediator

inflamasi

derivat

(prostaglandin, tromboksan dan leukotrien). Kerja immunosupresan juga dapat


mempengaruhi efek antiinflamasi.
Immunosupresan
Mekanisme kerja immunosupresan

belum

dimengerti

secara

lengkap

tetapi

kemungkinan dengan pencegahan atau penekanan sel mediasi (hipersensitivitas


tertunda) reaksi imun seperti halnya tindakan yang lebih spesifik yang mempengaruhi
respon imun, Glukokortikoid mengurangi konsentrasi limfosit timus (T-limfosit),
monosit, dan eosinofil. Metilprednisolon juga menurunkan ikatan immunoglobulin ke
reseptor permukaan sel dan menghambat sintesis dan atau pelepasan interleukin,
sehingga T-limfosit blastogenesis menurun dan mengurangi perluasan respon immun
primer. Glukokortikoid juga dapat menurunkan lintasan kompleks immun melalui dasar
membran, konsentrasi komponen pelengkap dan immunoglobulin.
Indikasi
Gangguan reumatik, inflamasi non reumatik, syok, tiroiditis, supuratif, trikonosis, polip
nasal, penyakit kolagen, sindroma nefrotik.
Kontraindikasi
Infeksi jamur atau parasit sistemik dan hipersensitivitas terhadap prednison atau
komponen obat yang lain, pasien denga ulkus duodenum, osteoporosis, dan pada wanita
menyusui.
Dosis
Dewasa:
Dosis awal : 5 mg 7.5 mg per hari PO
Page 3 of 8

Multiple sklerosis: 160 mg sehari PO selama 1 minggu, kemudian 64 mg setiap 2 hari


sekali dalam 1 bulan.
Anak-anak:
Inflamasi : 0.1-2 mg/kgBB/hari PO single dose atau terbagi dalam 2-4 kali per hari
Asma akut : 1-2 mg/kgBB/hari PO single dose atau terbagi dalam 2 kali perhari
Insufisiensi-adrenokortikal: 0,117 mg/kg bobot tubuh PO atau 3,33 mg per m2 luas
permukaan tubuh sehari dalam dosis terbagi tiga.
Efek samping
- Efek pada saluran cerna:
Mual, muntah, anoreksia yang berakibat turunnya berat badan, peningkatan selera
makan yang berakibat naiknya berat badan, diare atau konstipasi, distensi
abdominal, pankreatitis, iritasi lambung, ulceratif esofagitis. Juga menimbulkan
reaktivasi, perforasi, perdarahan dan penyembuhan peptik ulcer yang tertunda.

- Gangguan cairan dan elektrolit:


Retensi sodium yang menimbulkan edema, kekurangan kalium, hipokalemik
alkalosis, hipertensi, serangan jantung kongestif.
- Efek muskuloskeletal:
Nyeri atau lemah otot, penyembuhan luka yang tertunda, dan atropi matriks protein
tulang yang menyebabkan osteoporosis, retak tulang belakang karena tekanan,
nekrosis aseptik pangkal humerat atau femorat, atau retak patologi tulang panjang.
- Insufisiensi adrenokortikal:
Dosis tinggi untuk periode lama dapat terjadi penurunan sekresi endogeneous
kortikosteroid dengan menekan pelepasan kortikotropin pituitary insufisiensi
adrenokortikal sekunder.
- Efek pada mata:
Katarak subkapsular posterior, peningkatan tekanan intra okular, glaukoma,
eksoftalmus.
- Efek endokrin:
Menstruasi yang

tidak

teratur, timbulnya

keadaan

cushingoid,

hambatan

pertumbuhan pada anak, toleransi glukosa menurun, hiperglikemia, bahaya diabetes


mellitus.
- Efek sistem syaraf:
Sakit kepala, vertigo, insomnia, peningkatan aktivitas motor, iskemik neuropati,
abnormalitas EEG, konvulsi.
- Efek dermatologi:
Page 4 of 8

Atropi kulit, jerawat, peningkatan keringat, hirsutisme, eritema fasial, striae, alergi
dermatitis, urtikaria, angiodema.
- Efek samping lain:
Penghentian pemakaian glukokortikoid secara tiba-tiba akan menimbulkan efek
mual, muntah, kehilangan nafsu makan, letargi, sakit kepala, demam, nyeri sendi,
deskuamasi, mialgia, kehilangan berat badan, dan atau hipotensi.
Interaksi Obat

Pemberian

methylprednisolone

bersama

siklosporin

meningkatkan

efek

penghambatan metabolisme dan terjadinya konvulsi pernah dilaporkan.

Obat-obat yang menginduksi enzim hepatik seperti phenobarbital, phenytoin,


rifampicin, rifabutin, Karbamazepin, Pirimidon, dan aminogluthetimid dapat
meningkatkan klirens methylprednisolone sehingga untuk mendapatkan respon obat
yang diharapkan diperlukan peningkatan dosis.

Trolendomycin dan ketokonazole menghambat metabolisme methylprednisolone,


sekaligus menghambat klirensnya, akan tetapi pengukuran terhadap dosis harus
dilakukan untuk menghindari toksisitas steroid.

Methylprednisolone dapat meningkatkan klirens kronik aspirin dosis tinggi,


sehingga menurunkan kadar serum salisat.

Pemberian

aspirin

bersama

kortikosteroid

harus

diawasi

pada

pasien

hipoprothrombin.

Efek methylprednisolone terhadap antikoagulan bervariasi, umumya dapat


menurunkan efek dari antikoagulan.

Pernah dilaporkan steroid berinteraksi dengan bloking agen neuromuskular seperti


pankuronium dengan reversi parsial dari blok neuromuskular.

Steroid dapat mengurangi efek antikolinesterase pada myasthenia gravis. Efek yang
diharapkan dari senyawa hipoglikemik (termasuk insulin), anti hipertensi dan
diuretik antagonis dengan kortikosteroid dan efek hipokalemia dari acetazolamide,
loop diuretic, thiazide diuretic dan carbenoxolone menjadi meningkat.

Penggunaan bersama-sama dengan antiinflamasi non-steroid atau antirematik lain


dapat mengakibatkan risiko gastrointestinal, perdarahan gastrointestinal.

RANITIDINE
Sediaan:
Tablet 75 mg, 150 mg; Kaplet 300 mg; Sirup 75 mg/5ml (60 ml, 100 ml, 150 ml);
Ampul 25 mg/ml (2 ml)
Dosis :
Page 5 of 8

Dosis terapi dewasa : 150 mg, 2 kali sehari


Dosis maintenance dewasa : 150 mg pada malam hari
Dosis terapi anak : 2-4 mg/kg/hari tiap 12 jam
Dosis maintenance anak : 2-4 mg/kb/hr single dose
Farmakologi :
Farmakodinamik: Menghambat secara kompetitif histamin pada reseptor H2 sel-sel
parietal lambung, yang menghambat sekresi asam lambung; volume lambung dan
konsentrasi ion hidrogen berkurang. ;Tidak mempengaruhi sekresi pepsin, sekresi
faktor intrinsik yang distimulasi oleh penta-gastrin, atau serum gastrin.
Farmakokinetik:
Absorpsi oral : 50%
Distribusi : volume distribusi untuk fungsi ginjal normal : 1,7 L/kg; Clcr 25-35
ml/menit:1,76 L/kg; penetrasi melalui sawar darah otak minimal; berdistribusi ke dalam
ASI; ikatan dengan protein 15%;
Metabolisme di hati menjadi metabolit N-oksida, S-oksida, dan N-desmetil.
Bioavailabilitas oral : 48%.
Waktu paruh eliminasi oral : untuk fungsi ginjal normal : 2,5-3 jam; Clcr 25-35
ml/menit:4-8 jam; waktu paruh eliminasi IV untuk fungsi ginjal normal : 2-2,5 jam.
Waktu untuk mencapai kadar puncak dalam serum : oral : 2-3 jam, IM : <=15 menit.
Ekskresi : di dalam urin : oral = 30%, IV = 70% (dalam bentuk tak berubah), feses
(sebagai metabolit).
Indikasi :
* Tukak lambung dan usus 12 jari
* Hipersekresi patologik sehubungan dengan sindrom Zollonger-Ellison
Kontraindikasi :
* Penderita gangguan fungsi ginjal
* Wanita hamil atau menyusui
Efek Samping :
Diare, nyeri otot, pusing dan timbul ruam kulit, malaise, nausea, konstipasi.
Penurunan jumlah sel darah putih dan platelet (pada beberapa penderita).
Sedikit peningkatan kadar serum kreatinin (pada beberapa penderita).
Beberapa kasus (jarang) reaksi hipersensitivitas (bronkospasme, demam, ruam,
urtikaria, eosinofilia).
Perhatian:
Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi hati; dibutuhkan
penyesuaian dosis pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal; hindari penggunaan
pada pasien dengan sejarah porfiria akut (dapat memicu serangan) ;terapi jangka
panjang mungkin berhubungan dengan defisiensi vitamin B12; keamanan dan efikasi
belum ditetapkan untuk pasien anak-anak usia<1 bulan.
Interaksi Obat :
- Makanan tidak mengganggu absorpsi ranitidin
- Meningkatkan efek/toksisitas siklosporin (meningkatkan
gentamisin

(blokade

neuromuskuler),

glipizid,

serum

glibenklamid,

kreatinin),
midazolam

(meningkatkan konsentrasi), metoprolol, pentoksifilin, fenitoin, kuinidin, triazolam


Page 6 of 8

Mempunyai efek bervariasi terhadap warfarin


Antasida dapat mengurangi absorpsi ranitidin.
Absorpsi ketokonazol dan itrakonazol berkurang
Dapat mengubah kadar prokainamid dan ferro sulfat dalam serum, mengurangi efek

nondepolarisasi relaksan otot.


Penggunaan etanol dihindari karena dapat menyebabkan iritasi mukosa lambung.

XEPHAGEL CREAM
Deskripsi :
Kandungan : olive oile, PEG-8,ceramide, PGE-7 ester, polyacrylamide, isoparafin,
Laurent 7, cetearyl olivate, titanium dioxide, triethanolamine, vitamin B5, benzyl
alcohol, methylchloroisothiazolinone, methylisothyazolinone, carbomer
Kemasan :
Krim (tube) 75g
Dosis :
Oleskan secara merata diarea yang membutuhkan 1-2x/hari
Indikasi dan Mekanisme Kerja:
Meredakan iritasi , gatal atau kulit kemerahan.
Melindungi kulit dari efek radikal bebas dan polusi yang dapat merusak hilangannya
kelembaban kulit, kulit menjadi kusam, kemerahan, kulit rapuh dan sensitive.
Meredakan gatal dan kemerahan pada kulit. Eksim ringan pada balita: kasus eksema
sedang hingga berat.
Efek Samping:
Interaksi :
Pada peresepan diatas, tidak ditemukan peningkatan efek samping obat dari
kombinasi keempat obat tersebut. Namun kami kurang setuju pemberian Antihistamin
yaitu (falergi/cetirizine) karena cetirizin kontraindikasi untuk anak berusia kurang dari 2
tahun.
Methilprednisolone memiliki efek samping gangguan pada saluran cerna, untuk
mengatasi efeksamping yang mungkin terjadi maka pada peresepan ini ranitidine
diberikan untuk meminimalkan efek samping dari medixon/methylprednisolone

3. INTERAKSI OBAT DAN SOLUSINYA


Pada kombinasi obat pada resep diatas, interaksi yang terjadi tercantum pada tabel
berikut :
NAMA OBAT
Falergi dengan Medixone

INTERAKSI OBAT
Farmakokinetik: Page 7 of 8

Falergi dengan Ranitidin

Farmakodinamik:
Farmakokinetik: -

Falergi dengan Xepagel

Farmakodinamik:
Farmakokinetik: -

Medixone dengan Ranitidin

Farmakodinamik: Farmakokinetik: Farmakodinamik:ranitidin mengurangi


atau menghilangkan efek samping

Medixone dengan Xepagel

methylprednisolon.
Farmakokinetik: -

Ranitidin dengan Xepagel

Farmakodinamik:Farmakokinetik: Farmakodinamik: -

Interaksi antara obat Methylprednisolone dengan Ranitidine adalah interaksi yang


menguntungkan secara farmakodinamik yakni dengan pemberian Ranitidine dapat
menurunkan resiko efek samping methylprednisolone pada saluran pencernaan.
Solusinya : obat golongan steroid memiliki banyak efek samping apabila dosis
pemberiannya terlalu besar atau terlalu lama terutama pada bayi dan anak-anak, tetapi
pada kondisi yang berat dan

membahayakan jiwa obat ini dapat diberikan dengan

pengawasan pada kondisi pasien dan

meminimalkan efek samping. Untuk

meminimalkan efek samping pemberiannya harus sesuai dosis aman terapeutik dan tidak
digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Untuk meminimalkan efek samping pada
saluran pencernaan dapat diberikan bersama makanan atau pada kasus ini diberikan
Ranitidin sebagai antagonis reseptor H2 pada sel parietal gaster (menghambat sekresi
asam lambung dan mencegah iritasi saluran cerna)

Page 8 of 8

Anda mungkin juga menyukai