Anda di halaman 1dari 13

JURNAL PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI
INTERAKSI OBAT
(BLOK KARDIOVASKULAR)

DISUSUN OLEH:

ESANIKARUPPIAH

: 080100413

NAANTHINI DILLY KANAN

: 080100

FRANKLIN OSWALD

: 080100

PERDANA SIDAURUK

: 080100

SULOCHANA MOHAN

: 080100

KELOMPOK

: A1

MEJA

10

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS


SUMATERA UTARA 2010

PENDAHULUAN
Salah satu faktor yang dapat mengubah respon terhadap obat adalah pemberian
bersamaan dengan obat-obat lain . Ada beberapa mekanisme di mana obat dapat berinteraksi ,
tetapi kebanyakan dapat dikatergorikan secara farmakokinetik , farmakodinamik , toksisitas
kombinasi.
Absorpsi obat disaluran pencernaan dapat dipengaruhi oleh penggunaan bersamaaan
dengan obat-obat lain yang : ( 1 ) mempunyai daerah permukaan yang luas dari obat yang dapat
diabsorpsi , ( 2 ) mengikat atau kelasi , ( 3 ) mengubah pH lambung , ( 4 ) mengubah motilitas
saluran pencernaan .
Mekanisme dimana interaksi obat mengubah distribusi obat termasuk : ( 1 ) kompetisi
terhadap pengikatan protein plasma dan ( 2 ) pemindahan dari tempat pengikatan jaringan .
Meskipun kompetisis untuk pengikatan plasma protein dapat meningkatkan konsentrasi bebas
dari obat yang dipindahkan dalam plasma , peningkatan tersebut cenderung sementara akibat
peningkatan penyusunan obat sebagai pengganti . Pemindahan dari tempat pengikatan jaringan
akan cenderung meningkatkan konsentrasi obat yang dipindahkan dalam darah . Mekanisme
tersebut menyokong peningkatan konsentrassi digoksin serum bila digunakan bersama terapi
kuinidin .
Eksresi obat melalui ginjal dapat juga dipengaruhi oleh terapi obat bersamaan . Eksresi
obat-obat tertentu di ginjal yang bersifat asam lemah atau basa lemah dapat dipengaruhi oleh
obat-obat lain yang mempengaruhi pH urine . Hal tersebut disebabkan perubahan ionisasi obat ,
sehingga mengubah kelarutannya dalam lipid dan kemampuannya untuk diabsorpsi kembali ke
dalam darah melalui tubulus ginjal .
Bila obat-obat dengan efek farmakologik yang mirip diberikan secara bersamaan , respon
aditiv atau sinergitik biasanya terjadi . Kedua obat tersebut dapat atau tidak dapat bekerja pada
reseptor yang sama untuk menimbulkan efek tersebut . Sebaliknya , obat yang dengan efek
farmakologi yang berlawanan dapat menurunkan respon terhadap satu atau kedua obat .
Pada kombinasi penggunaan dua macam obat atau lebih , setiap obat yang mempunyai efek
toksik pada orfgan yang sama , dpat meningkatkan kemungkinan kerusakan organ tersebut .
Beberapa obat yang dapat meningkatkan toksisitas obat lain terhadap suatu organ meskipun obat
yang meningkaatkan efek tersebut pada hakekatnya tidak mempunyai efek toksik terhadap organ
tersebut .

PEMBAHASAN INTERAKSI OBAT


OBAT 1

Norvasc
GENERIK
Amilodipina,sebagai garam amlodipin besilat atau amlodipin asetat.

INDIKASI
Hipertensi terapi tunggal atau ganda,terapi tunggal untuk kontrol tekanan darah,terapi ganda
dapat dikombinasikan dengan beta adrenoseptor, atau inhibitor enzim pengubah angiotesin,juga
dapat digunakan untuk terapi iskemia miokardia,termasuk angina dan atau
vasospasmus/vasokonstriksi vascular koroner.
KONTRA INDIKASI
Hipersensitivitas terhadap dihidropiridina
PERHATIAN
Hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi hepar,gagal ginjal,gagal hati kongestif, dan pasien
usia lanjut.
EFEK SAMPING
Efek samping pada kardiovaskular: Palpitasi; peripheral edema; syncope; takikardi, bradikardi,
dan aritmia. Pada SSP: sakit kepala, pusing, dan kelelahan. Pada kulit: dermatitis, rash, pruritus,

dan urtikaria. Efek pada Saluran pencernaan: mual, nyeri perut, kram, dan tidak nafsu makan.
Efek pada saluran pernafasan: nafas menjadi pendek-pendek, dyspnea, dan wheezing. Efek
samping lain: Flushing, nyeri otot, dan nyeri atau inflamasi. Pada penelitian klinis dengan
kontrol plasebo yang mencakup penderita hipertensi dan angina, efek samping yang umum
terjadi adalah sakit kepala, edema, lelah, flushing, dan pusing.
KEMASAN
Dosis 3x10 tablet 5mg Rp.165000, 3x10 tablet 10 mg Rp.295.705, botol 30 tablet 5 mg

DOSIS
Hipertensi.Dosis awal 1xsehari 5mg,dapat dinaikkan hingga dosis maksimum 10 mg.
FABRIK
Pfizer
FARMAKOKINETIK
Absorpsi:
Absorpsi meningkat setelah dosis memproduksi konsentrasi puncak plasma antara 6 dan 12jam
setelah administrasi oral oleh dosis therapeutic dari Norvasc. Bioavailabilitas absolute
diestimasi diantara 64 dan 90% . Tidak dipengaruhi oleh konsumsi makanan.
Distribusi:
EX Vivo riset menunjukkan sebanyak 93% sirkulasi obat dalam darah berikatan dengan plasma
protein pada pasien yang hipertensi.
Metabolisme:
Amlodipin lebih kurang 90% ditukarkan kepada metobolit yang inaktif melalui metabolisme
hepar dengan 10% daripada dosis induk dan 60% metobolit diekskresi dalam urin.

Ekskresi :
Eliminasi dari plasma adalah biphasic dengan terminasi eliminasi waktu paruh 30-50jam.
Steady-state plasma amlodipin akan mencapai setelah 7 sampai 8 hari dengan dosis berterusan.
Tidak dipengaruhi oleh disfungsi renal. Pasien dengan gagal ginjal bisa meneruskan dosis yang
pertama.Pasien lansia dan pasien yang hepatik insuffisiensi menunjukkan penurunan clearance
oleh amilodipin dengan keputusan peningkatan dalam AUC rata-rata 40 -60% dan nilai terbawah
dosis pertama diperlukan. Nilai peningkatan AUC dapat ditinjau pada pasien yang gagal jantung
dari sedang ke kronik.

FARMAKODINAMIK:
Apabila diberi pada pasien hipertensi,obat ini menyebabkan vasodilatasi dimana terjadi penurunan supine
dan tekanan darah.Penurunan tekana darah tidak menyebabkan perubahan dalan denyut nadi ataupun
dalam tingkat plasma katekolamin.Administrasi norvasc secara intravena menurunkan tekanan darah
arteri dan meningkatkan denyut jantung.

Obat 2:
TENORMIN (Atenolol)
Kelas obat dan mekanisme kerja:
Atenolol merupakan sejenis obat dari golongan penghambat adrenoseptor beta (beta-blocker).
Obat ini bersifat selektif terhadap reseptor beta 1. Dari berbagai beta blocker, atenolol merupakan obat
yang sering dipilih kerana penetrasinya ke sistem saraf pusat minimal, sehingga kurang menimbulkan
efek samping sentral dan cukup diberikan sekali sehari sehingga diharapkan akan meningkatkan
kepatuhan pasien.
Mekanisme kerja:
Berbagai mekanisme penurunan tekanan darah akibat pemberian beta blocker dapat dikaitkan
dengan hambatan reseptor beta1, antara lain:
1. Penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan curah
jantung
2. Hambatan sekresi renin di sel-sel jukstagromerular ginjal dengan akibat penurunan produksi
angiotensin II
3. Efek sentral yang mempengaruhi aktifitas saraf simpatis, perubahan pada sensitifitas
baroreseptor, perubahan aktivitas neuron adrenergik perifer dan peningkatan biosintesis
prostasiklin
Penurunan tekanan darah oleh beta blocker yang diberikan peroral berlangsung lambat. Efek ini mulai
terlihat dalam 24 jam sampai 1 minggu setelah terapi dimulai dan tidak diperoleh penurunan tekanan
darah lebih lanjut setelah 2 minggu bila dosisnya tetap. Obat ini tidak menimbulkan hipotensi ortostatik
dan tidak menimbulkan retensi air dan garam.
Sediaan
Tablet: 50mg, 100mg
Dosis
Dosis awal: 25mg/ hari
Dosis maksimal: 100mg/ hari
Indikasi
Atenolol digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, salah satunya hipertensi. Pemberian
secara kronik pada pasien hipertensi menurunkan tekanan darah secara perlahan-lahan. Obat ini pada
umumnya dikombinasi dengan diuretik. Atenolol terutama berguna jika diberikan dengan kombinasi
dengan vasodilator kerana obat ini dapat memblok refleks takikardi dan peningkatan curah jantung akibat
vasodilator. Selain itu, obat ini terbukti efektif untuk pencegahan sekunder setelah infark miokard ertinya
untuk mengurangi insidens infark ulang dan kematian pada pasien yang selamat dari serangan akut infark

miokard. Obat ini diberikan secepatnya setelah terjadi serangan infark (dalam waktu beberapa jam), mulamula intravenous dan kemudian disambung oral. Atenolol diberi selama 7 hari (mula-mula 5-10mg IV
lalu 100mgt sehari oral) mengurangi kematian dini dengan 14%. Obat ini diindikasi berdasarkan kerjanya
menghambat reseptor beta 1 di jantung sehingga melindungi jantung terhadap perangsangan simpatis
yang meningkat secara berlebihan pada saat infark miokard baru terjadi maupun akan terjadi. Jika terapi
ini hendak dihentikan, harus secara bertahap. Selain itu, digunakan juga untuk mengobati angina pektoris,
arritmia, gagal jantung sistolik, kardiomiopati obstruktif hipertrofik, feokromositoma, tirotoksikosis,
migren, glaukoma, sirosis dengan varises.
Efek Samping
Kebanyakan efek samping beta blocker adalah akibat hambatan reseptor beta. Antara efek
samping yang dapat ditimbulkan adalah gagal jantung pada pasien dengan gangguan fungsi miokard,
bradiarritmia, bronkospasme walaupun obat ini kurang menimbulkan bronkospasme tetapi dapat terjadi
pada pasien yang peka. Selain itu efek samping lain ialah gamgguan sirkulasi perifer yang menyebabkan
ekstremitas dingin, pada beberapa pasien, gangguan vaskular ini dapat sedemikian hebat sampai
menimbulakn sianosis dan ganggren. Penggunaan kronik obat ini juga dapat menimbulkan
supersensitivitas kerana diperkirakan terjadi peningkatan jumlah reseptor beta sebagai mekanisme
adaptasi. Oleh itu, bila dihentikan secara mendadak, akn terjadi efek beta blocker yang berlebihan
(rebound phenomenon). Efek lain adalah seperti hipoglikemi, efek sentral berupa rasa lelah, gangguan
tidur dan depresi serta dapat menyebabkan gangguan saluran cerna dan gangguan fungsi seksual.
Farmakokinetik
1) Absorpsi
Atenolol mudah larut dalam air. Absorpsinya dari saluran cerna kurang baik sehingga
bioavailabilitas oralnya rendah lebih kurang 50%. Obat ini paling sukar larut dalam lemak dan oleh
karena itu, sukar untuk menembus sawar darah otak.
2) Distribusi
Berikatan dengan protein plasma kira-kira 6 hingga 16%.
3) Metabolisme
Obat ini tidak mengalami metabolisme lintas pertama.
4) Ekskresi
Hampir seluruhnya diekskresi utuh melalui ginjal. Waktu paruh eliminasi adalah selama 6 hingga
7 jam.

Farmadinamik
Atenolol menghambat secara kompetitif efek obat adrenergik, baik NE dan Epi endogen maupun
obat adrenergik eksogen, pada adrenoseptor beta. Potensi hambatan dilihat dari kemampuan obat ini
dalam menghambat takikardia yang ditimbulkn oleh isoprotereno atau oleh olahraga. Kerana hambatan
ini bersifat kompetitif reversibel, maka dapat diatasi dengan meningkatkan kadar obat adrenergik. Sifat
kardioselektif ertinya mempunyai afinitas yang lebih tinggi terhadap reseptor beta 1 daripada reseptor
beta 2. Tetapi sifat kardioselektivitas ini relatif ertinya pada dosis yang lebih tinggi beta blocker yang
kardioselektif juga memblok reseptor beta 2. Efek terhadap sistem kardiovaskular merupakan efek beta
blocker yang terpenting. Beta blocker mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas miokard. Pemberian
jangka pendek mengurangi curah jantung, resistensi perifer meningkat akibat refleks simpatis yang
merangsang reseptor alfa pembuluh darah. Pada pemberian kronik, resistensi perifer kembali ke nilai awal
atau menurun pada pasien hipertensi.

Obat 3:
ESILGAN
Estazolam ialah obat derivate dari benzodiazepine. Ia mempunyai efek anxiolytic,
antikonvulsan, sedative dan sifat relaksan otot skelet. Ia telah menunjukkan pada sesetengah
kasus yang ia lebih poten dari diazepam atau nitrozepam. Merek nama lain bagi yang
mengandundi estazolam ialah Cannoc, D 40TA, esligan, eurodin,julodin, Nemurel, Nuctalon,
ProSom dna Somnatrol. Esilgal diberi dlam bentuk tablet oral. Nama kimiawi IUPAC ialah 8kloro-6-phenyl-4H-[1,2,4]triazolo[4,3-a][1,4]benzodiazepine dan formula kimiawi ialah
C16H11CIN4. Dosis estazolam bagi neurosis ialah 1-2mg pada waktu tidur, psikosis ialah 2-4mg
pada waktu tidur dan malam sebelum operasi 1-2mg pada waktu tidur. Estazolam bisa diambil
bersama makanan ataupun tidak.

Indikasi
Estazolam adalah obat yang diindikasikan untuk perawatan sementara bagi sesetengah kelainan
tidur. Ia adalah obat hipnotik yang menunjukkan efikasi pada peningkatan masa tidur dan
mengurangkan tersadar pada waktu malam. Kombinasi denang pilihan nonfarmaka untuk
pengurusan tidur mengakibatkan perbaikan jangka panjangdlam kualitas tidur. Estazolam juga
mempunyai sifat anxiolytic dan kerana jangka hayatnya yang pendek,ia boleh digunakan untuk
perawatan insomnia yang berassoiasi dengan anxiety
Farmakodinamik
Estazolam dikelaskan kepada obat benzodiazepine triazolo. Estazolam mengeluarkan efek
terapeutik melalui sifat reseptor agonis benzodiazepine. Estazolam pada dosis tinggi
mengurangkan turnover histamine melalui aksinya pada kompleks reseptor benzodiazepineGABA.

Farmakokinetik
Absorpsi : Melalui oral, puncak level plasma dicapai di antara 1-6 jam. Jangka hayat eliminasi
estazolam mempunyai purata 19 jam, dengan rata-rata 8-31 jam. Metabolit mayor estazolam
termasuk 4-hidroksiestazolam. Obat ini 93% bergabung dengan protein
Distribusi : estazolam mempunyai solubilitas protein yang tinggi dan menyebabkan efek pada
sistem saraf sentral meningkat Distribusi transplasental mengakibatkan depresi sistem saraf pusat
dan juga efek withdrawal akibat dari penggunaan obat hipnotik benzodiazepin pada mingguminggu terakhir kehamilan.
Biotransformasi : dimetabolit di hepar dan dibantu oleh sitokrom P45OA 3A (CYP3A)
Eliminasi : setelah dimetabolism direk ke inaktif glucuronid,estazolam diekskresi melalui urin
Efek samping: Pening kepala, mamai, koordiansi abnormal, berkurangnya performans mental
dan fisikal dan hipokinesia
Toksisitas: konfusi, depresi pernafasan, drowsiness , kurangnya koordinasi dan percakapan yang
tidak teratur
Interaksi
Alcohol menigkatkan sifat hipnotik sedative estazolam. Efek benzodiazepine mungkin
dipontesiasi oleh antikonvulsan, antihistamin, alcohol,barbiturate, inhibitor monoamine oksidase,
narkotik, phenothiazin, obat psikotropik atau obat lain yang menekan sistem saraf pusat. Perokok
mempunyai clearance yang tinggi dibandingkan orang biasa.
Sebatian poten yang mempengaruhi CYP3A (carbamazepine, phenytoin, rifampin, dan
barbiturate) dijangka boleh menurunkan konsentrasi estazolam. Metabolism estazolam yang
mempunyai metabolit mayor 4-hidroksiestazolam dan triazolobezodiazepin dikatalase oleh
CYP3A. Obat yang menginhibisi CYP3A seperti ketokonazol dan itrakonazol harus dielakkan
digunakan bersama dengan estazolam.
Contoh obat lain yang menginhibisi metabolism benzodiazepine ialah :
-clozapin meningkatkan risiko toksisitas
-Ethotoin meningkatkan tingkat hidotoin dan menurunkan tingkat benzodiazepine
-fosphenytoin meningkatkan tingkat hydantoin,dan menurunkan tingkat benzodiazepine
-indinavir, nelfinavir, ritonavir, saquinavir adlah inhibitor protease yang meningkatkan efek
benzodiazepine
-itrakonazol, kotokonazol dan vorokonazol meningkatkan efek benzodiazepin
Kontraindikasi
Benzodiazepine mungkin menyebabkan gangguan pada fetal jika dimakan sewaktu mengandung.
Distribusi transplasental mengakibatkan depresi sistem sraf pusat dan juga efek withdrawal
akibat dari penggunaan obat hipnotik benzodiazepin pada minggu-minggu terakhir kehamilan.
.

PENDEKATAN ANALISA INTERAKSI OBAT


Obat 1: Norvask (Amilodipina)
Obat 2: Tenormin (Atenolol)
Obat 3: Esilgan (Benzodiazepin)
Farmaseutik
Reaksi
Fisik
Kimia
Terjadi perubahan
warna
Terjadi endapan
Terjadi keruhan

Obat 1 + Obat 2
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada

Obat 1 + Obat 3
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada

Obat 2 + Obat 3
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada

Tidak Ada
Tidak Ada

Tidak Ada
Tidak Ada

Tidak Ada
Tidak Ada

Farmakokinetik
ABSORPSI

Obat 1 + Obat 2

Obat 1 + Obat
3
Norvask

Obat 2 + Obat
3
Tenormin:bioavailabilitas
oralnya rendah lebih
kurang 50%

oralnya rendah lebih kurang


50%

:Bioavailabilitas
absolute diestimasi
diantara 64 dan
90%
Esilgan :
puncak level
plasma
dicapaidiantara 1-6
jam

Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada

Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada

Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada

Interaksi langsung saluran Norvask :Bioavailabilitas


absolute diestimasi diantara 64
cerna

dan
90%Tenormin:bioavailabilitas

Perubahan
pH
dalam
saluran cerna
Waktu transit dalam usus
Perubahan flora usus
Efek toksis pada saluran
cerna
DISTRIBUSI

Obat 1 + Obat 2

Ikatan obat dengan protein


Ada
plasma
Norvask:
~93%
Tenormin:
~6-16%
Daya ikatan terhadap jaringan Ada
tubuh
Tenormin: berikatan
dengan reseptor beta

Esilgan :
puncak level plasma
dicapaidiantara 1-6 jam

Obat 1 + Obat Obat 2 + Obat 3


3
Ada
Ada
Norvask:
Tenormin:
~93%
~6-16%
Esilgan:
Esilgan:
~93%
~93%
Tidak ada

Ada
Tenormin: berikatan
dengan reseptor beta 1

1 adrenergik (terdapat
pada pada jantung)
METABOLISME
Meransang enzim
hati obat lain

mikrosom

Obat 1 + Obat 2
Tidak Ada

adrenergik (terdapat pada


pada jantung)
Obat 1 + Obat
3
Tidak Ada

Obat 2 + Obat 3
Esilgan:
dibantu oleh sitokrom P45OA 3A
(CYP3A)

Menghambat enzim mikrosom


Tidak Ada
hati obat lain
Perubahan aliran darah ke Norvask :
90% ditukarkan kepada
hepar
metobolit yang
inaktifmelalui
metabolismehepar

Tenormin :
tidak mengalami
metabolisme lintas
pertama

Tidak Ada

Esilgan:
inhibitor monoamine oksidase

Norvask :

Tenormin :

90% ditukarkan
kepada metobolit
yang inaktif melalui
metabolisme hepar
dimetabolit di hepar

tidak mengalami
metabolisme lintas pertama

Esilgan:

Esilgan: dimetabolit di hepar

dimetabolit di hepar

EKSKRESI
Obat 1 + Obat 2
Obat yang dikeluarkan melalui
hempedu:
Tidak Ada
Hambatan dalam sekresi obat
ke dalam hempedu
Tidak Ada
Gangguan reuptake obat dari
saluran cerna ke siklus hepatik
(siklus enterohepatik)
Obat yang dikeluarkan melalui
ginjal:
Norvask :
60% metobolit diekskresi
Filtrasi ginjal
Sekresi tubulus ginjal
dalam urin.
Perubahan pH urin
Tenormin:
diekskresikan secara utuh
melalui ginjal

Obat 1 + Obat 3

Obat 2 + Obat 3

Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

Norvask :
60% metobolit

Tenormin:
diekskresikan
secara utuh
melalui ginjal

diekskresi dalam
urin.

Esilgan:
Esilgan:
estazolam
estazolam
diekskresi
diekskresi melalui
melalui urin
urin

Analisa : Tiada reaksi antara obat Norvask (Amilodipina),Tenormin (Atenolol) maupun Esilgan
(Benzodiazepin).

Farmakodinamik
Interaksi

Obat 1 + Obat
2
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada

Obat 1 + Obat
3
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada

Obat 2 + Obat 3

Sistem reseptor yang sama


Sistem fisiologis yang sama
Perubahan dalam keseimbangan
cairan elektrolit
Gangguan mekanisme ambilan amine
Tidak Ada
Tidak Ada
di hujung saraf adrenergik
Interaksi dengan penghambat MAO
Tidak Ada
Tidak Ada
Kesimpulan : Tiada reaksi antara obat Norvask (Amilodipina),Tenormin (Atenolol)
Esilgan (Benzodiazepin).

Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
maupun

Daftar pustaka

1) Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI (mukasurat


94,99-100 dan 346)
2) www .Pubmed.com
3) www.druglib.com

Anda mungkin juga menyukai