Anda di halaman 1dari 34

Pelayanan Farmasi

Untuk Pasien
Geriatri
KELOMPOK 4
Outline
Pendahuluan

Terapi Obat

Ruang Lingkup

Contoh & Analisis Kasus


Pendahuluan
MUHAMAD FIKRI IHSAN (1206228506)
Pendahuluan
Usia Lanjut Seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun atau lebih
(UU No.13/1998 ttg Kesejahteraan)

Bertambahnya usia perubahan kondisi fisik cepat lelah & kecepatan reaksi
pergerakannya lamban

Penyakitnya tidak hanya satu macam tapi multiple perlu bantuan, perawatan dan obat-obatan
u/ proses penyembuhan/mempertahankan penyakitnya tidak bertambah parah

Keputusan terapi untuk pasien usia lanjut harus didasarkan pada hasil uji klinik yang secara khusus
didesain untuk pasien usia lanjut.
Pendahuluan (contd)

Terapi pengobatan pasien usia lanjut pasien muda

Penyakit yg beragam & kerumitan pengobatan hal yg sering terjadi pada pasien usia
lanjut

Faktor tsb lah yg menyebabkan pasien mengalami kesulitan mematuhi proses pengobatan.
Contoh: menggunakan obat dengan indikasi yg salah, dosis tidak tepat/menghentikan
penggunaan obat.
Terapi Obat
MUHAMAD FIKRI IHSAN (1206228506)
Karakteristik Pasien Geriatri
Berkaitan dengan Terapi Obat
Farmakokinetik dan farmakodinamik pasien geriatrik
pasien muda
Karena Perubahan komposisi tubuh

Perubahaan faal hati terkait metabolisme obat

Perubahan faal ginjal terkait ekskresi obat serta kondisi multipatologi

Perubahan status dan mental dan faal kognitif


Perubahan Farmakokinetika (Oral
Bioavailability)
Vanzant (1932) melaporkan terjadinya aklorhirdria (berkurangnya produksi asam lambung)
seiring bertambahnya usia obat-obat yang diabsorbsi di lambung dipengaruhi oleh
keasaman lambung. (misal: ketokonazol, flukonazol, indometasin, tetrasiklin, dan
siprofloksasin)

Enzim gut-associated cytochrom p-450 mempengaruhi bioavailability obat yang masuk peroral.

Beberapa obat mengalami destruksi saat penyerapan dan first pass metabolism, obat-obat ini lebih sensitif terhadap
perubahan bioavailability akibat proses menua.
Akibat penurunan aktivitas enzim tersebut maka destruksi obat berkurang dan dosis yang masuk ke sirkulasi
meningkat dua kali lipat.
Contoh obat high first pass effect: nifedipin dan verapamil
Perubahan Farmakokinetika
(Metabolic Clearence)
Faal Hepar
Massa hepar berkurang setelah usia Reaksi oksidatif dipengaruhi oleh:
50 tahun, aliran darah ke hepar juga merokok, indeks ADLs Barthel serta
berkurang. berat ringannya penyakit yang diderita
pasien geriatri.
Reaksi fase 1/oksidatif (melalui Keadaan tersebut mengakibatkan
sitokrom P-450, tidak memerlukan kecepatan biotransformasi obat
energi) biasanya terganggu dengan berkurang - terjadinya peningkatan
bertambahnya umur seseorang. efek toksik obat.
Reaksi fase 2/konjugasi tidak
mengalami perubahan dengan
bertambahnya umur
Perubahan Farmakokinetika
(Metabolic Clearence)
Faal Ginjal
Fungsi ginjal akan mengalami Pemberian obat pada pasien
penurunan sejalan dengan geriatri tanpa memperhitungkan
pertambahan umur. faal ginjal sebagai organ ekskresi
sisa obat akan berdampak pada
Menurunnya GFR pada usia
akumulasi obat yang dapat
lanjut diperlukan
menimbulkan efek toksik
penyesuaian dosis obat
Penyesuaian dosis tak ada
patokannya yang sesuai dengan
usia tertentu
Perubahan Farmakodinamika

Perubahan
Sensitivitas jaringan farmakodinamik
Perubahan
terhadap obat dipengaruhi
farmakodinamik
mengalami perubahan degenrasi reseptor
karena perubahan sel
seiring bertambahnya obat di jaringan
target/reseptor.
umur seseorang kualitas reseptor
berubah/jumlah
Perubahan Farmakodinamika
(Contoh)
Sensitivitas yang meningkat adalah akibat berkurangnya sintesis faktor-faktor pembekuan pada
Warfarin usia lanjut.

Sensitivitas terhadap nitrazepam meningkat. pemberian diazepam intravena pada pasien usia
Nitrazepam lanjut memerlukan dosis yang lebih kecil, selain itu efek sedasi yang diperoleh memang lebih
kuat dibandingkan pada usia dewasa muda.

Dapat mengakibatkan postural sway-nya bertambah besar secara signifikan dibandingkan


Triazolam dewasa muda.

Sensitivitas obat yang berkurang. Penurunan frekuensi denyut nadi setelah pemberian propranolol pada
Propanolol usia 50-65 tahun lebih rendah dibandingkan yang berusia 25-30 tahun. Efek tersebut adalah pada reseptor
1; efek pada reseptor 2 yakni pelepasan insulin dan vasodilatasi akibat pemberian isoprenalin tidak
terlihat. Perubahan sensitivitas menunjukkan bahwa terdapat perubahan pada pasca-reseptor intraselular.
Ruang Lingkup
MAYA SITTA DEVI (1606965991)
ANISS A FLORENSIA (1606965770)
1. Pembentukan Tim Terpadu
Geriatri
Tahap pembentukan:
Tahap 1 (Forming)
Tahap 2 (Norming)
Tahap 3 (Performing)
Aspek yang berperan pada pembentukan /berlangsungnya kinerja Tim Terpadu Geriatri:
Aspek profesional/personal
Aspek intra-tim
Aspek organisasi/institusional
Mempertahankan tim (team maintenance)
2. Peresepan
Langkah-langkah
Langkah-langkah (contd)
3. Telaah Ulang Rejimen Obat
Kriteria pasien yang mendapat prioritas untuk dilakukan
telaah ulang rejimen obat
Tatalaksana
4. Penyiapan dan Pemberian
Obat
Tatalaksana
Tatalaksana (contd)
5. Pemberian Informasi dan
Edukasi
Tatalaksana
Tatalaksana (contd)
Tatalaksana (contd)
6. Pemantauan Penggunaan
Obat
Tatalaksana
Tatalaksana (contd)
Contoh & Analisis
Kasus
OKA BOLTON (1606966136)
SARAH NURLAILAH (1606966211)
Kasus 1
Ny. S.E., seorang wanita berusia 85 tahun, 157 cm dan 46,3 kg, dengan SrCr 1,6 mg / dL,
dirawat karena nyeri dada, SOB atau sesak napas, dan untuk mengatasi infark miokard
(MI).
Dokter yang menangani mengkhawatirkan efek oversedasi dari narkotika sehingga
pasien diberikan ketorolac (Toradol) 30 mg Q 6 h IV.
Ny. S.E. memiliki riwayat HF berat dan angina yang diterapi menggunakan lisinopril 10
mg QD, furosemid 40 mg QD, aspirin 81 mg QD, dan nitrogliserin SR 6 mg BID.
Oleh dokter Dosis lisinopril ditingkatkan menjadi 20 mg QD, dan dosis furosemid juga
ditingkatkan menjadi 40 mg BID.
Sehingga tekanan darah pasien menjadi 110/66 mmHg, dan output urinnya 20 - 30
mL/jam selama 4 jam setelah ketorolac mulai diberikan.
Ny. S.E. memiliki sejumlah faktor risiko gagal ginjal akut (ARF) akibat obat yaitu
diuretik dosis tinggi, HF berat, terapi ACE inhibitor jangka panjang, dan
penggunaan NSAID merupakan faktor risiko ARF diinduksi obat.
Pasien dengan faktor risiko tersebut harus dipantau dengan ketat saat dosis
ACE inhibitor ditingkatkan.
Prostaglandin ginjal (PGE2, PGI2) membantu mempertahankan aliran darah
ginjal saat fungsi ginjal terganggu oleh penyakit ginjal intrinsik seperti HF,
penyakit hati dengan asites, atau hipertensi. Oleh karena itu, penggunaan
inhibitor prostaglandin seperti ketorolac pada pasien S.E. dapat
meningkatkan risiko ARF.
Selanjutnya, dosis ketorolac yang diberikan kepada pasien S.E. melebihi dosis
maksimum untuk pasien geriatri (15 mg setiap 6 jam).
ACE inhibitor (lisinopril) diindikasikan untuk manajemen HF dan memperbaiki
fungsi ginjal dengan meningkatkan curah jantung. Namun, ACE inhibitor dapat
mengurangi tekanan filtrasi kapiler arteriol eferen glomerular sehingga
mempercepat terjadinya ARF pada pasieng yang memiliki kecenderungan.
Kasus 2
Seorang wanita berusia 84 tahun dengan riwayat kesehatan diabetes mellitus tipe 2
(DM), hipertensi, penyakit Alzheimer, dan insomnia pergi ke klinik untuk melakukan
pemeriksaan rutin DM-nya. DM pasien telah terkontrol dengan baik, tingkat hemoblobin
A1c terakhirnya adalah 6,1%. Tekanan darah saat dilakukan pemeriksaan di klinik adalah
128/62 mg/dL , dengan denyut nadi 84 denyut per menit. Pemeriksaan metabolik dasar
terakhir pasien berada dalam batas normal, kecuali kadar kreatinin serum 1,2 mg/dL
(kisaran normal, 0,6-1,1 mg/dL).
Obatnya saat ini meliputi glyburide 20 mg QD; Lisinopril 10 mg QD; Hidroklorotiazida 25
mg Qd; Donepezil 10 mg QD; dan aspirin 81 mg QD. Pada kunjungan terakhir, terapi
dengan diazepam, 5 mg QD p saat akan tidur, untuk mengatasi insomnia dan kegelisahan
pasien. Putrinya juga membelikan obat OTC untuk mengatasi insomnianya. Putri pasien
menyatakan bahwa pasien mengalami kebingungan yang memburuk dan pasien juga
jatuh sebanyak dua kali dalam 2 minggu terakhir.
Pasien baru saja memulai terapi diazepam untuk mengatasi insomnia. Pada pasien geriatri
kepekaan terhadap benzodiazepin meningkat dan metabolisme yang lebih lambat sehingga
meningkatkan resiko efek samping benzodiazepin, terutama agen kerja lama seperti
diazepam, seperti resiko jatuh pada pasien yang lebih tua, kebingungan, dan efek samping SSP
lainnya.
Pasien juga mulai obat OTC untuk insomnia yang kemungkinan besar mengandung antihistamin
generasi pertama, seperti diphenhydramine. Antihistamin generasi pertama jika digunakan
secara berlebihan atau kombinasi pada populasi geriatri dapat meningkatkan efek samping
SSP, seperti kebingungan dan demensia, serta efek samping lainnya, seperti terjatuh, mulut
kering, dan konstipasi.
Pasien memakai glyburide (glibenklamid) untuk terapi DM. Glyburide dikaitkan dengan risiko
hipoglikemia yang lebih tinggi dan berkepanjangan pada pasien geriatri, kemungkinan besar
akibat penurunan eliminasi metabolit aktif dan kepekaan yang meningkat terhadap efek obat
tersebut. Hipoglikemia mungkin sangat bermasalah pada pasien geriatri dan dapat
menyebabkan efek samping SSP serta peningkatan risiko terjatuh. Oleh karena itu, glyburide
harus dihindari pada pasien geriatri, terutama pada mereka yang memiliki klirens kreatinin
kurang dari 50 mL/menit.
Berdasarkan kasus diatas seharusnya apoteker mempertimbangkan alternatif pengobatan
berdasarkan resiko yang ditimbulkan yaitu dengan pemberian terapi zolpidem untuk
mengatasi insomnia pasien tersebut.

Anda mungkin juga menyukai