Tepat obat
2.
Tepat Dosis
3.
Tepat Waktu
4.
Tepat cara
5.
Tepat penderita
6.
Tepat Dokumentasi
Pada pasien dengan critical Ill, bentuk penting dari penunjang kehidupan lanjut
diantaranya adalah pemberian obat. Karena obat yang dimaksud beresiko tinggi, kemampuan
dalam pemberian maupun kemampuan pemantauan apakah obat yang diberikan mencapai
efek teraphy atau sebaliknya harus dimiliki seorang perawat. Dibeberapa rumah sakit
pemberian obat ini (missal: Dopamin, Dobutamin, dll) dibatasi di ruangan tertentu ((seperti:
ICU, ICCU, HCU) seandainya terpaksa harus dilakukan di bangsal lain, hanya perawat yang
memiliki sertifikasi yang boleh melakukannya.
Pada pasien dengan Critical Ill sejumlah besar obat yang diberikan lebih bayak
menggunakan jalur Intra Vena, dengan berbagai alas an :
1. Jaminan bahwa konsentrasi obat lebih efektif dicapai dengan cepat
2. Mengontrol permulaan konsentrasi puncak obat dalam serum
3. Obat tidak dapat diabsorpsi melalui rute oral
4. Pasien tidak dapat meminum obat
Karena obat dengan pemberian per IV disuntikkan secara langsung ke dalam system vaskuler,
dosis IV sering lebih rendah dari pemberian melalui rute lain. Dosis obat yang diberikan
secara IV dihitung berdasar berat badan, dosis juga ditentukan menurut distribusi obat dan
kemampuan absorbs pasien, metabolism, ekskresi, dan tanda/gejala yang diamati.
Kadar albumin serum berpengaruh dalam distribusi obat, karena obat berikatan dengan
reseptor pada protein plasma (khususnya albumin) dan jaringan. Pengikatan obat
mempengauhi keefektifan dan lamanya efek obat.
Metabolisme dan ekskresi obat merupakan 2 komponen yang terlibat dalam eleminasi
obat dari tubuh. Metabolisme berarti transformasi obat ke bentuk yang dapat larut dalam air
yang memungkinkan terjadinya ekstradisi. Metabolisme terutama terjadi di hati dan
kebanyakan obat diekstradisi oleh ginjal. Umur pasien dan penyakit yang mendasari
mempengauhi eleminasi.
1
PasieN tua biasanya mempunyai fungsi ginjal maupun hai yang menurun juga memiliki masa
otot yag lebih sedikit daipada orang muda. Proses penyakit yang mengubah fungsi hati atau
ginjal dapat juga menyebabkan efek teraphy obat yang lebih lama dan meningkatkan efek
yang merugikan.
Waktu paruh obat didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan kadar plasma obat
menjadi setengah dari kadar asal Waktu pauh obat dipengaruhi oleh kecepatan metabolism
dan ekskresi. Waktu paruh obat menentukan frekwensi dosis obat yang haus diberikan untuk
mempertahankan secara continue dalam mempetahankan kadar obat dalam darah secara
efektif. Bagaimanapun anti biotic dan berbagai obat lainnya dapat diberikan secara
intermitten. Kadang untuk mencapai konsentrasi plasma terapiutik dipengaruhi oleh
peningkatan atau penuruna dosis obat, atau oleh perubahan jumlah waktu diantara dosis.
KEWASPADAAN KLINIK : Ginjal dan hati merupakan organ utama yang terlibat dalam
ekskresi obat, waktu pauh obat akan memanjang pada pasien-pasien dengan penyakit ginjal,
hati, dan orang tua
Pemantauan obat terapiutik meliputi :
1. Mengurang efek samping maupun toksisitas obat
2. Meningkatkan keefektifan terapi
3. Menurunkan insiden kegagalan terapiutik
4. Mendokumentasikan penggunaan obat yang memungkinkan beresiko toksik pada hati
Setiap teraphy IV line sering kita jumpai beberapa masalah, diantaranya : infiltrasi,
phlebitis, kemungkinan embolus, bahkan kadang infeksi. Beberapa obat dapat merusak
jaringan sekitar jika terjadi infiltrasi/ekstravasasi (missal : NaBic/Mylon)
Pada pasien dengan critical Ill sering digunakan obat kombinai, diharapkan
penggunaan obat kombinasi ini menggunakan efek teaphy yang diinginkan (sinergis),
contohnya: Meperidine (Demerol) dan Promethazine (Phenergan) sering diberikan besamasam untuk mempetinggi sedasi dan pengendalian nyeri setelah operasi. Tetapi perlu kita
waspadai efek samping obat akan sering kita jumpai bahkan tidak menutup kemungkinan
terjai efek meugika yag serius (toksisitas). Hampir semua obat dapat menyebabka reaksi
hipesensitivitas (alegi), dan reaksi hipersensitivitas sering tejadi lebih cepat bila obat dibeikan
secara IV daipada diberikan secara oral. Reaksi hipersensitivitas dapat berkisar dari ruam kulit
yang ringan sampai Anapilatik. Biasanya lebih cepat reaksi sensitivitas maka lebih berat
dampak yang terjadi. Hampir semua obat menyebabkan reaksi hipersensitivitas, tetapi yang
tesering adalah Anti Mikroba terutama Penicillin. Luasnya reaksi berhubungan dengan jumlah
obat yang diberikan dan tingkat hipersensitivitas pasien. Reaksi kulit yang ringan bias
dibeikan antihistamin dan simtomatis. Tetapi reaksi yang berat, seperti terdapat adanya tanda
dan gejala Anapilaktik: reaksi kulit yang lebih berat seperti gatal dan bentol-bentol besar, ada
merah di kulit, tanda-tanda syok dan adanya distress pernafasan haus mendapat penanganan
yang tepat karena henti nafas akibat edema laring meupakan penyebab kematian yang paling
sering terjadi pada reaksi anapilaktik. (WAJIB BACA PENANGANAN ANAPHILATIK
SYOK)
Apabila IV line digunakan untuk lebih satu tujuan contohnya pemberian cairan, nutrisi
parenteral, dan obat, inteaksi dan inkompatibilitas lebih sering terjadi. Kompatibilitas sangat
dipengaruhi oleh pH. Obat-obat dengan pH yag sama adalah compatible. Perubahan fisik,
kimiawi, dan perubahan terapiutik pada obat megaibatkan inkompatibilitas. Perubahan ini
disamping menurunkan efektifitas obat juga bias menyebabkan efek yang merugikan sepeti
Anaphilatik an agregai trombosit, dll
Perubahan fisik pada obat dapat diamati secara visua, perubahan fisik ini dapat berupa
perubahan warna, pembentukan presipitat. Pembentukan presipita ditentukan konsentrasi
obat, pH larutan, zat aditif, dan jumlah standing time sejak pencampuran. Presipitat dapat
tejadi segera, beberapa jam setelah dalam selang, sehingga kemudian bias menyebabkan
oklusi. Inspeksi visual tidak dapat mendeteksi presipitat yang lebih kecil
Perubahan kimiawi mengakibatkan degradasi obat yang irreversible. Produk yang
dihasilkan dari perubahan kimiawi kurang aktif dari yang diperkirakan, sehingga efek
terapiutiknya berubah. Fek kimiawi ini seing tidak tedeteksi dengan inspeksi visua.
Perubahan-peubahan terapiutik tejadi bila dua obat atau lebih bergabung untuk
menghasilkan efek yang secara farmakologi merupakan sinergis/antagonis. Ntagonis adalah
efek yang merugikan
Stabilitas obat biasanya juga dipengaruhi oleh suhu, suhu yang dingin lebih bias
mempertahankan stabilitas obat. Selalu ikuti rekomendasi pabrik untuk obat yang diencerkan
untuk memastikan tercapainya stailitas obat
Petunjuk :
Kecepatan pemberian obat Iv ditentukan oleh jumlah obat yang diberikan selama 1 menit.
Bila kecepatan pemberian obat tidak diketahui, obat-obat IV harus diberikan dangan
kecepatan 1 mgmenit
Kewaspadaan Klinik :
Lihatlah selalu label obat atau teks referensi bila memberikan obat yang belum dikenal.
Titrasi : Penentuan kandungan suatu komponen tetentu dalam bentujk larutan, dengan
menambahkan bahan reaksi cair standart hingga terjadi reaksi yang diinginkan.
Jenis-jenis obat Titrasi :
1. Pemberian Adrenalin
2. Pemberian Nor Adrenalin (jarang digunakan)
3. Pemberian Dopamin
4. Pemberian Dobutamin
5. Pemberian Calsium Glukonas
6. Koreksi kalium
7. Koreksi NaBic
1.
Adrenalin
Meningkatkan resistensi vascular dan meningkatkan kontraktilitas jantung
Dosis : 0,1 1 cg/KgBB/mnt
2.
Nor Adrenalin
Menaikkan resistensi vascular, sediaan Levophed 4 mg/ampul
Dosis : 0,1 1 cg/KgBB/mnt
3.
Dopamin
Merupakan inotropik kuat dengan efek bervariasi, sediaan : Qiulimi 200 mg/10 cc dan
Doperga 200 mg/5 cc
a. Dosis : 1,5 5 cg/KgBB/mnt
Menaikkan aliran darah splanicus (khususnya renal) melalui reseptor dopaminerik
(Renal Doses)
b. Dosis : 5 10 cg/KgBB/mnt
Meningkatkan kekuatan dan kecepatan kontraktilitas jantung melalui reseptor
system syaraf simpatis jantung
c. Dosis : > 10 cg/KgBB/mnt
Vasokonstriksi dan penurunan aliran darah renal melalui stimulasi reseptor yang
dominant
4.
Dobutamin
Digunakan untuk normotensive cardiogenik shock (mempertahankan pembuluh darah
tetap terbuka), diberikan bila resusitasi cairan telah cukup/denyut nadi sudah teraba.
Sediaan: Dobutamin (Qiulini/Cardiject 250 mg/10 cc), Dobuject 250 mg/5 cc.
Ca Glukonas
Diberikan pada hipocalsemia, hiperkalemia dan hipermagnesia. Merupakan kasus
kegawatan yang perlu dikoreksi bila hasil laborat Ca < 1,5 mEq/L. Pada Hipokalsemia
akan terjadi akan terjadi peningkatan neurotransmitter berupa timbulnya tetani dan
gangguan pada otot jantung. Efek samping yang perlu diamati pada pemberian Ca
Glukonas adalah Bradicardi.
Dosis: 60 200 mg/Kg BB
Dari dosis yang dipehitungkan, bila 10 ml dapat diberikan secara bolus ditambahkan
dengan Dextrose 5 % sama banyak dengan kecepatan 15 30 menit. Bila 60 ml
diberikan secara drip/syringe dengan kecepatan 0,5 2 mg/KgBB/jam
6.
Koreksi kalium
Gambaran klinis pasien hipokalemia adalah adanya kelemahan otot, distensi abdomen,
illius Paralitik, atau gejala yang lain : letargi, irritable, hiporefleksi, tetani, mual dan
muntah. Pada elektrokardiogram diperoleh gelombang T inverted dan adanya gelombang
U, dapat pula terjadi aritmia pada anak dengan hipokalemia yang mendapat preparat
digitalis.
Dosis :
a. Untuk hasil Laborat Kalium < 2,5 mEq/L
Koreksi Cepat
(K X Kg BB X 0,4) +
2 XKgBB
(diberikan secara drip dalam waktu 4 jam)
6
Koreksi Lambat
2 mEq X 5/6 X Kg BB (diberikan secara drip dalam waktu 20 jam)
b. Untuk hasil Laborat Kalium > 2,5 mEq/L
Diberikan Solutio Kcl 3 % oral dosis : 75 mg/BB/hari
Catatan : 1 cc Kcl Inj = 1 mEq dan 1 cc Sol. Kcl % = 30 mg
7.
8.
Contoh-contoh soal :
1. Persiapkan pemberian obat dopamine dan buat labeling dosis dopamine dari: 110
cg/KgBB/mnt pada pasien dengan BB 10 Kg dengan titrasi obat dopamine 200 mg
dalam larutan Dex 5 % 50 CC
Persiapan :
Obat dopamin
Spuit 50 cc
Extention tube/perfusor 1 buah
Pelarut obat yang dipilih (bisa juga dengan RL, PZ, Aquabidest)
Syringe pump
Cara Kerja :
Cek instruksi dokter dan buat pengenceran atau titrasi konfersikan kebutuhan
dalam hitungan ml/jam
Sambungkan selang perfusor pada spuit dan jalur IV line
Buat labeling (jalankan syringe pump sesuai dosis anjuran)
Monitor status haemodinamik pasien
Labeling :
Titrasi 200 mg Dopamin : 50 cc D 5 %
1 Mcg
0.15 cc/jam
2 Mcg
0.3 cc/jam
3 Mcg
0.45 cc/jam
4 Mcg
0.6 cc/jam
5 Mcg
0.75 cc/jam
6 Mcg
0.9 cc/jam
7 Mcg
1.05 cc/jam
8 Mcg
1.2 cc/jam
9 Mcg
1.35 cc/jam
10 Mcg
1,5 cc/jam
2. Persiapkan pemberian obat Diazepam dan buat labeling dosis diazepam dari dosis:1 10
Mg /BB/hari pada pasien dengan BB 8 Kg dengan titrasi obat Diazepam 3 ampul (10
mg/ampul) dalam larutan Dex 5 % 20 CC
Rumus Untuk Labeling Diazepam :
DosisXBB : 24
=
Pengenceran
cc/jam
8
Example dosis : 1 mg/bb/hari
Labeling :
Titrasi 30 mg Diazepam : 20 cc D 5 %
3.
1 mg
0.22 cc/jam
2 mg
0.44 cc/jam
3 mg
0.66 cc/jam
4 mg
0.88 cc/jam
5 mg
1.1 cc/jam
Persiapkan pemberian obat Insulin dan buat labeling dosis Insulin dari dosis: 0,1 0,5 U /BB/jam
pada pasien dengan BB 12 Kg dengan titrasi obat Insulin 100 U (1 cc Atrapic) dalam larutan
NaCl 30 CC
Rumus Untuk Labeling Insulin :
DosisXBB
=
Pengenceran
cc/jam
Example dosis : 0,1U/bb/jam
0,1ux12
0,1x12 x30
=
= 0,36 cc/jam
100u : 30cc
100
Labeling :
Titrasi 100 IU Insulin : 30 cc NaCl
0.1
IU
0.36 cc/jam
0.15 IU
0.54 cc/jam
0.2
IU
0.72 cc/jam
0.25 IU
0.9 cc/jam
0.3
IU
1.08 cc/jam
0.35 IU
1.26 cc/jam
0.4
1.44 cc/jam
IU
9
0.45 IU
1.62 cc/jam
0.5
1.8 cc/jam
IU
1 cc = 15 Drops
cc
1cc = 20 Drops
cc
1cc = 60 Drops
cc
TPM = 4 Xjam
TPM = 3 Xjam
TPM = 1Xjam
CC = Jam x 4 x TPM
CC = Jam x 3 x TPM
CC = Jam x 1 x TPM
cc
Jam = 4 Xtpm
cc
Jam = 3 Xtpm
cc
Jam = 1Xtpm