Anda di halaman 1dari 33

PENGGUNAAN OBAT PADA

GERIATRI

ASRIANTI, S.Si, M.Clin.Pharm, Apt


 Populasi geriatric semakin meningkat junlahnya, salah satunya oleh karena kemajuan dalam terapi obat
yang berhasil meningkatkan usia harapan hidup.
 Populasi geriatric memiliki kekhususan karena penurunan fungsi organ akibat penuaan akan
berdampak pada farmakokinetika dan farmakodinamika obat. Bahkan bagi obat-obat tertentu akan
berdampak pada penyesuaian dosis.
 Populasi geriatri rentan sekali mengalami DRP oleh karena itu perlu dilakukan Careful, comprehensive
drug regimen review/assessment. Selanjutnya monitoring obat secara ketat, penyesuaian dosis dan
menerapkan BEERS Criteria.
Karakteristik Pasien Geriatri

 Multipatologi
 Cadangan faali menurun
 Berubahnya gejala dan tanda penyakit dari yang klasik
 Gangguan status fungsional
 Gangguan nutrisi , gizi kurang atau gizi buruk
Masalah Pasien Geriatri
 Inkontinensia urin
 Imobilisasi dan ulkus dekubitus
 Instabilitas, jatuh dan patah tulang
 Perubahan status mental
 Gangguan tidur
 Gangguan keseimbangan cairan & elektrolit
 Gangguan regulasi suhu
 Infeksi
 Malnutrisi
 Konstipasi
 Frailty and failure to thrive
MASALAH PASIEN GERIATRI TERKAIT DENGAN OBAT

 Farmakokinetik
 Farmakodinamik
 Ketidakpatuhan (non adherence)
 Reaksi obat tidak diharapkan (ADR)
 Overuse
 Underuse
 Penggunaan OTC dan obat alternatif
Konsumsi obat pasien geriatri

 Mengonsumsi 30% dari total konsumsi obat padahal populasinya hanya 13%
 Jumlah obat yang digunakan tiap pasien rata-rata: 6 macam
 OTC rata-rata tiap pasien: 3
 Overuse laxan dan NSAID
Farmakokinetik
 Absorbsi
pH lambung meningkat seiring dengan penambahan usia, sehingga penyerapan obat-
obat yang memerlukan pH asam seperti kalsium karbonat menurun. Selain itu luas
permukaan yang mampu mengabsorbsi juga menurun karena berkurangnya aliran
darah ke saluran cerna (usus). Dampaknya adalah laju absorbsi diperlambat. Selain itu
motilitas dan waktu pengosongan lambung juga menurun, sehingga NSAID mudah
sekali memicu gastritis pada manula karena tinggal di lambung lebih lama
dibandingkan populasi pasien lain.
Farmakokinetik…(lanjutan)
 Distribusi
Usia tua meningkatkan rasio jaringan lemak lebih besar daripada jaringan otot sehingga
memperlama waktu paruh obat-obat yang terlarut dalam lemak seperti golongan
benzodiazepin, teofilin. Total body water  (krn massa otot ) dan lemak tubuh  shg
tjd perubahan volume distribusi. Kadar obat dalam darah  krn Vd . Serum albumin
menurun seiring usia, perlu waspada terhadap toksisitas obat highly protein bound seperti
fenitoin, warfarin, ceftriaxone, furosemide, ARB, nifedipin, propranolol, hormone, NSAID,
risperidon, β2-agonis.
Farmakokinetik…(lanjutan)
 Metabolisme
Perubahan minor terhadap fungsi liver terjadi pada manula yang disebabkan oleh
penurunan liver blood flow disertai penurunan aktivitas enzimatik fase I (hidroksilasi,
demetilasi). Hal ini berdampak pada menurunnya klirens obat-obat yang
metabolismenya di liver seperti beta blockers, teofilin dan analgesic opioid,
barbiturate, nitrat, lidokain, sehingga meningkatkan toksisitas.
Farmakokinetik…(lanjutan)
 Eliminasi
Fungsi ginjal dipengaruhi penuaan yang disebabkan oleh menurunnya laju filtrasi
glomerulus sehingga meningkatkan potensi ADR. Estimasi klirens kreatinin
menggunakan metode urin tampung sebaiknya dilakukan untuk menetapkan dosis
yang optimum bagi obat yang eliminasinya melalui ginjal. Dampak penuaan terhadap
ginjal antara lain adalah berkurangnya ukuran ginjal, menurunnya renal blood flow
karena cardiac output menurun, menurunnya jumlah nefron yang berfungsi,
menurunnya sekresi tubuler. Semua hal tersebut berdampak memperpanjang waktu
paruh.
Farmakodinamik
Secara umum manula lebih sensitive terhadap efek obat. Perubahan farmakodinamik
terkait usia antara lain meningkatnya sensitivitas terhadap sedasi dan kegagalan
psikomotor dengan benzodiazepine. Selain itu kadar dan durasi pain relief akan
meningkat dengan narkotika. Perubahan yang lain adalah meningkatkan kantuk, nadi
turun jauh akibat beta blockers, peningkatan sensitivitas kardiak terhadap digoksin,
serta peningkatan sensitivitas terhadap antikolinergik.
Ketidakpatuhan (Nonadherence)

 Tidak mengerti aturan pakai

risiko tinggi: saat akan pulang dari RS, mendapat


obat baru, rejimen obat kompleks
 Tidak mampu menggunakan
 Ketidakpatuhan disadari

 ADR
 Tidak paham manfaat obat
 masalah keuangan
Adverse Drug Reactions

 15% hospitalization akibat ADR


 Jumlah obat , risiko ADR dan I/O 
Waspadai ESO
 Narkotik
 Berikan laxative
 Steroids
 osteoporosis
 steroid induced diabetes
 Levothyroxine
 Calcium mengganggu absorpsi of levothyroxine
Interaksi Obat
 Penyebab tersering ADR
 Sangat banyak, kontribusi farmasis klinik sangat diharapkan!
 Contoh:
 Quinolon dengan Sukralfat
 Warfarin dengan banyak obat
 ACE inhibitors meningkatkan efek hipoglikemia dari sulfonilurea.
Interaksi obat vs penyakit

 Pasien dengan parkinson lebih tinggi risikonya untuk mengalami drug induced
confusion
 NSAID memperburuk CHF
 Retensi urin pada pasien BPH yang menggunakan dekongestan, antikolinergik
 Konstipasi diperburuk oleh kalsium, antikolinergik, CCB
Underuse

 CAD (Coronary Artery Disease)


 Beta blockers
 Aspirin
 Antikoagulan pada AF (Atrial Fibrilasi)
 HT, terutama HT sistolik
 Nyeri
 Kodein
The “Prescribing Cascade”

 Peresepan yang terjadi ketika suatu reaksi tidak diharapkan dari suatu obat
ditafsirkan sebagi kondisi medis baru yang memerlukan terapi obat berikutnya.
 Penyebab polifarmasi
 Contoh:
 NSAID ->HT-> obat anti HT
 Metoklopramid ->Parkinsonism -> L-dopa
 Nifedipin -> edema ->furosemid
 NSAID ->H2 blocker ->delirium ->haloperidol
 HCT ->gout->NSAID ->2nd antihypertensive
 Dekongestan ->retensi urin ->alpha blocker
Obat vs  fungsi kognitif

 Pasien demensia rentan mengalami delirium akibat obat


 Penyebab : antikolinergik (ex: TCAs, antihistamin), cimetidin, steroid, NSAID
Obat vs Jatuh

 Obat berisiko tinggi-sedang: benzodiazepin long acting, SSRI, TCA


 Obat berisiko ringan: diuretik, antiaritmia tipe 1A, digoxin
Interaksi Obat vs makanan

 Interaksi obat vs makanan


 warfarin vs makanan mengandung banyak Vitamin K
 Phenytoin vs metabolisme vitamin D
 Methotrexate vs metabolisme folat
 Obat mempengaruhi nafsu makan
 Digoxin menyebabkan anorexia
 ACE inhibitors, metronidazol menyebabkan perubahan rasa kecap
Obat herbal / suplemen

 “Anti-aging”  antioksidan
 Dementia  Gingko biloba
 BPH  Saw palmetto
 OA  Chondroiton sulfate, glucosamine
 Depression St. John’s wort
Prinsip terapi obat untuk pasien geriatri
 Review riwayat penggunaan obat (termasuk jamu, OTC)
 Minimalkan penggunaan obat
 Kenali dengan baik sifat obat (farmakodinamik, farmakokinetik, ESO)
 Pertimbangkan kendala biaya
 Start low, go slow (biasanya mulai dengan ½ dosis dewasa muda)
 Sederhanakan rejimen
 Berikan instruksi penggunaan dengan jelas
CONTOH KASUS
SUBJEKTIF

Nama : Tn. DS
Umur : 67 th
TB/BB : 165 cm/ 70 kg
MRS/KRS : 28/7/2015 s/d 5/8/2015
Riwayat Penyakit : Hipertensi, CKD stage V
Diagnosis : Hipertensi, Hiperkalemi, anemia
Objektif

Tek. Darah : 150/80 mmHg


BUN : 91,2 mg/dL
SCr : 10,25 mg/dL
K : 6,4 mg/dL
Hb : 7,8 mg/dL
Terapi

 28/7/2015 : Hemodialisis
 29/7/2015 : Transfusi PRC
Candesartan

ARB merupakan pilihan pertama untuk Hipertensi pada CKD


Dosis : 4-32 mg sekali sehari. Dosis yang lebih besar tidak
menunjukkan efek yang lebih baik. Dibutuhkan penyesuaian
dosis pada hepatic impairment
Ikatan Protein : 99 %
Half Life : 5-9 jam (dose dependent)
Pemberian bersama makanan dapat mengurangi waktu untuk
tercapainya Cmax dan meningkatkan Cmax.
Kontraindikasi : Severe hepatic impairment, kolestasis, kehamilan, menyusui
Efek samping : hipotensi (19%), hiperkalemi (6%)
Monitoring :
Tanggal
28 29 30 31 1 2 3 4 5
Tekanan
150/80 140/65 130/70 130/70 140/80 100/70 110/70 120/80 120/80
darah

Kesimpulan : Terapi sesuai

(Dipiro, 2015; Lacy, 2009; medscape.com)


Amlodipin

Merupakan terapi tambahan untuk hipertensi pada CKD


Dosis : 2,5-10 mg sekali sehari (JNC 7).
Ikatan Protein : 93-98%
Half Life : 30-50 jam
Penyerapan tidak terpengaruh oleh ada tidaknya makanan.
Efek samping : udem perifer (2-15%)
Monitoring : Tidak terjadi udem
Tanggal
Tanda –
tanda
28 29 30 31 1 2 3 4 5
vital

Tekanan
150/80 140/65 130/70 130/70 140/80 100/70 110/70 120/80 120/80
darah

Kesimpulan : Terapi sesuai

(Dipiro, 2015; Lacy, 2009; medscape.com)


CaCO3
Merupakan first line agent untuk terapi hiperphospatemi pada CKD
Dosis : 500 mg – 2 g terbagi dalam 2-4 kali sehari. Dosis pada pasien
dengan CrCl<25 mL/mnt sebaiknya disesuaikan dengan kadar
kalsium
Ikatan Protein : 45%
Half Life : -
Pemberian bersama makanan dapat meningkatkan absorbsi 10-30% Kontraindikasi : Pasien yang
menggunakan ceftriaxon, hiperkalsemia, susp.
Toksisitas digoxin
Efek samping : Anorexia, konstipasi, nausea, vomiting
Kesimpulan : Terapi sesuai

(Dipiro, 2015; Lacy, 2009; medscape.com)


Asam Folat

Dosis : minimal 400 mcg/hari


Half Life : -
Kontraindikasi: -
Efek samping : erythema
Kesimpulan : Terapi sesuai

(Lacy, 2009; medscape.com)


Interaksi Obat :
Tidak ditemukan adanya interaksi

Konseling :
1. Kepatuhan terhadap terapi
2. Tidak menggunakan obat selain yang diberikan oleh dokter termasuk suplemen dan obat bebas

(Tatro, 2009; www.medscape.com)


Contoh Kasus

Pria 82 tahun mengeluh rasa kantuk dan pusing


yang berkepanjangan gemetar dan badan terasa
kaku. Riwayat penyakitnya adalah hipertrofi
prostat dan diberi resep oleh dokter : Doxazosin 4
mg sehari. Dua bulan yang lalu ia diberi resep :
Proklorperazin (stemetil) 5 mg 3 x sehari untuk
mengatasi pusing/vertigo yang berkepanjangan
Pembahasan

 Pria 82 tahun hipertrofi prostat diterapi dengan doxazosin ( bloker) 


hipotensi postural  pusing/vertigo.
 Diterapi dengan proklorperazin  ESO badan kaku, remor, hipotensi
 Saran farmasis : Ganti  bloker dengan finasterid

Anda mungkin juga menyukai