Anda di halaman 1dari 27

DISPENSING

INDRI SUSTIA RAHMI


2016.01.00.02.027

UNIVERSITAS MOHAMMAD
NATSIR
BUKITTINGGI
2019
OUTLINE
1. Skrining Administrasi
2. Skrining farmakologi/klinis
3. Interaksi obat
4. Penyediaan
5. Posologi
6. Efek samping
7. KIE ( Komunikasi, informasi dan Edukasi)
R/ Digoxin
Furosemid
Aspar K
Acepress
Zypraz

Nama pasien : Tn Y
Umur : 60 tahun
Nama dokter : dr. Khairullah
Alamat : Lintau
SKRINING ADMINISTRASI
No Identitas Dokter ada Tidak ada
1. Nama dokter v
2. Sip dokter v
3. Alamat dokter v
4. No telepon v
5. Tempat dan tanggal penulisan resep v

No signatura ada Tidak ada


1. Nama pasien v
2. Jenis kelamin v
3. Umur pasien v
4. Berat badan v
5. Alamat pasien v
6. Aturan pakai v
No inovacatio ada Tidak
ada
1. Tanda resep diawal penulisan resep v
Prescriptio
1. Nama obat v
2. Kekuatan obat v
3. Jumlah obat v

Subscriptio

1. Ttd atau paraf dokter v


SKRINING FARMAKOLOGI
1. Digoksin
 Farmakologi digoxin sebagai antiaritmia yang bekerja
melalui tiga proses: peningkatan kadar kalsium
intraselular, reduksi reuptake katekolamin di ujung
terminal saraf, serta mempengaruhi aktivitas listrik
jantung.
 Farmakodinamik

 Digoxin adalah glikosida jantung yang digunakan untuk


tata laksana gagal jantung, aritmia supraventrikuler dan
mengontrol laju ventrikel pada fibrilasi atrial kronis
 Farmakokinetik
 Farmakokinetik digoxin berupa aspek absorbsi, distribusi,
metabolisme, dan eliminasinya.
 Absorbsi

Onset awal digoxin dicapai dalam 0,5-2 jam untuk sediaan oral dan 5-30
menit untuk sediaan intravena. Efek maksimal tercapai dalam 2-6 jam
untuk sediaan oral dan 1,5-4 jam untuk sediaan intravena.

 Distribusi
Bioavailabilitas digoxin tablet sebesar 60-80%. 20-25% digoxin akan
terikat oleh protein. Waktu paruh digoxin selama 3,5-5 hari.

 Metabolisme
 Metabolisme digoxin terjadi di hepar yang menghasilkan metabolit
akhir 3 b-digoxigenin dan 3-keto-digoxigenin.

 Eliminasi
 Sekitar 50-70% dosis digoxin akan diekskresikan melalui urin.
2. Furosemid
 Aspek farmakologi furosemide utamanya adalah sebagai diuretik
kuat dengan menghambat cotransporter Na+/K+/Cl2- pada
membran luminal tubulus dalam mereabsorpsi elektrolit natrium,
kalium, dan klorida.
 Farmakodinamik

Mekanisme Kerja
 Furosemide bekerja pada bagian segmen tebal lengkung henle
dengan menghambat kotransporter Na+/K+/Cl- (disebut NKCC2)
pada membran luminal tubulus. Kerja NKCC2 mereabsorpsi
ketiga elektrolit natrium, kalium, dan klorida. Paska reabsorpsi
via NKCC2, kadar ion  K+ berlebihan di dalam sel sehingga ion
kalium berdifusi kembali ke lumen tubular. Hal ini memicu
reabsorpsi kation (Mg2+, Ca2+) ke dalam cairan interstisial via
jalur paraselular. Akibatnya pemberian furosemide akan
menghambat reabsorpsi natrium, kalium, dan klorida.
 Farmakokinetik
 Absorbsi

 Bioavailabilitas furosemide pada saluran cerna 50%, dengan rentang 10-100%.


Onset diuresis terjadi sekitar 5 menit apabila diberikan secara intravena, 30
menit apabila diberikan secara intramuskular, dan 30-60 menit apabila diberikan
per oral.
 Efek puncak furosemide yang diberikan per oral terjadi setelah 1-2 jam. Durasi
kerja furosemide adalah 2 jam apabila diberikan intravena, dan 6-8 jam pada
pemberian per oral
 Distribusi

 Furosemide berikatan dengan protein 99% (albumin). Kemudian menuju tubulus


proksimal dan disekresikan melalui organic transporter lalu bekerja pada
kotransporter Na+/K+/Cl- .
 Metabolisme

 Metabolisme di hepar minimal, kurang lebih 10%. Metabolit berupa glucuronide

 Eliminasi

 Furosemide diekskresikan di urin dalam 24 jam, 50% dalam bentuk furosemide


dan sisanya diubah menjadi glucoronide. Sebagian kecil juga diekskresikan di
feses.
3. Aspar K
Aspar-K merupakan obat yang berisi kalium L-aspartate,
berbahan dasar berbentuk bubuk tanpa bau, mudah larut
dalam air, dan tidak larut dalam alkohol atau aseton yang
kemudian dibuat dalam bentuk tablet.
Obat ini umumnya digunakan untuk membantu meningkatkan
kadar ion kalium dalam darah yang kurang / hipokalemia.
Seperti yang diketahui, kalium merupakan mineral yang
memiliki peran penting dalam tubuh. Ion ini bekerja pada
beberapa fungsi tubuh seperti transmisi saraf, keseimbangan
cairan, pergerakan otot – otot, dan berbagai reaksi kimia
dalam tubuh lainnya.
Akan tetapi, selain itu, obat ini juga dapat digunakan sebagai
terapi tambahan pada penyakit jantung; penyakit hati;
hipokalemia karena obat – obatan golongan diuretik, insulin ;
dan kelainan lain pada metabolisme kalium (diarea, muntah).
4. Acepress
 Acepress bekerja dengan menghambat kerja enzim
pengubah angiostensin dan menurunkan senyawa-
senyawa tertentu angiotensin II yang dapat memperkuat
pembuluh darah, sehingga aliran darah menjadi lebih
lancar dan jantung dapat memompa darah dengan lebih
efisien.
 Artinya, Acepress bekerja dengan membuka pembuluh
darah. Sehingga darah menjadi mengalir lebih mudah
dan mengurangi kerasnya jantung memompa. Efek ini
menurunkan tingkat tekanan darah tinggi, dan
meningkatkan alirah darah di dalam ginjal.
5. Zypraz
Zypraz adalah obat yang mengandung alprazolam. Zypraz
sendiri merupakan obat golongan benzodiazepine yang
biasa digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan,
gangguan panik, dan kecemasan yang disebabkan oleh
depresi.
Alprazolam merupakan anti ansietas dan anti panik yang
efektif. Melalui ikatan alprazolam dengan reseptor-
reseptor spesifik pada susunan saraf pusat, bekerja
dengan meningkatkan aktivitas zat kimia alami dalam
tubuh yang disebut asam gamma-aminobutirat (GABA)
INTERAKSI OBAT
1. Furosemid dengan alprazolam
Dapat menurunkan tekanan darah.
Efek samping : sakit kepala, pusing, perubahan denyut jantung
Efek samping akan terlihat ketika pengobatan awal, peningkatan
dosis dan penghentian pengobatan
2. Furosemid dan digoxin
perlu penyesuaian dosis atau tes khusus untuk
mengambil kedua obat secara aman. Furosemide dan
digoxin sering digunakan bersama tetapi memerlukan
evaluasi kadar digoxin, kalium, dan magnesium.
Risiko kardiotoksik (kerusakan jantung) dapat
meningkat ketika furosemid dan digoksin
dikombinasikan.
3. Furosemid dan alprazolam dapat meningkatkan kadar
dan efek digoxin dalam darah. Dan memerlukan
penyesuaian dosis atau pemantauan yang lebih sering
oleh dokter untuk menggunakan kedua obat dengan
aman.
EFEK SAMPING OBAT
1. Efek Samping Digoxin
 Pusing

 Sakit kepala.

 Diare.

 Mual dan muntah.

 Ruam kulit.

 Anoreksia.

 Aritmia pada anak-anak.


2 Efek Samping Furosemid
 Pusing.

 Vertigo.

 Mual dan muntah.

 Penglihatan buram.

 Diare.

 Konstipasi.
3. Efek Samping Aspar K
 Mual-mual

 Nafsu makan menurun

 Diare

 Rasa tidak nyaman pada daerah dada sebelah kiri (daerah


jantung)
 Gejala-gejala kelebihan kalium (hiperkalemia)

 Ruam kemerahan pada kulit
4. Efek Samping Zypraz
 Efek samping yang umum adalah mengantuk, kesulitan
koordinasi, kelelahan, kelemahan otot, ataksia, dan
kepala terasa ringan.
 Efek samping yang lebih jarang misalnya nyeri kepala,
vertigo, perubahan salivasi, gangguan saluran cerna,
ruam kulit, dan gangguan penglihatan.
 Efek samping yang lebih serius, tetapi kejadiannya
relatif jarang  misalnya depresi pernapasan,
ketergantungan, gangguan mental, amnesia,
kebingungan, kelainan darah dan sakit kuning, retensi
urin, dan hipotensi.
5. Efek Samping Aceprass ( Captopril)
Efek samping yang paling umum adalah batuk tidak
berdahak yang teratasi bila pemakaian dihentikan Efek
samping lainnya adalah hipotensi dan gagal ginjal akut.
Obat ini juga bisa menyebabkan hiperkalemia
(peningkatan kalium) yang terjadi terjadi karena
penurunan kadar aldosteron,  hormon steroid yang
berfungsi menahan natrium dan mengekskresi kalium.
POSOLOGI
1. DOSIS DIGOKSIN
 oral, untuk digitalisasi cepat: 1-1,5 mg/24 jam dalam dosis terbagi;
bila tidak diperlukan cepat: 250 - 500 mcg sehari (dosis lebih tinggi
harus dibagi).
 Dosis penunjang, 62,5–500 mcg sehari tergantung pada fungsi ginjal,
dan pada fibrilasi atrial, pada respon denyut jantung. Dosis penunjang
biasanya berkisar 125–250 mcg/hari (pada usia lanjut 125 mcg/hari).
 Pada keadaan gawat darurat/akut, dosis muatan diberikan secara infus
intravena, 250–500 mcg dalam 15–20 menit, diikuti dengan sisanya
dalam dosis terbagi tiap 4-8 jam (tergantung dari respon jantung)
sampai total dosis muatan 0,5–1 mg tercapai.
 Bila memungkinkan dilakukan monitoring kadar plasma digoksin,
sampel darah diambil paling sedikit 6 jam setelah suatu dosis
diberikan.
2. Dosis furosemid yang umumnya diresepkan dokter bagi
penderita edema, khususnya yang berkaitan dengan
gagal jantung adalah 20-40mg/hari. Dosis ini dapat
diturunkan per 20 mg secara berkala, atau justru
dinaikkan ke 80mg jika kondisi kesehatan memburuk.
 Bagi penderita hipertensi, dosis yang biasa disarankan
adalah 40-80mg/hari yang dikonsumsi secara tunggal
atau dikombinasikan dengan obat antihipertensi lainnya.
3. Dosis aspar-K
Dosis harian Aspar-K yang direkomendasikan untuk
orang dewasa adalah 1-3 tablet 3 kali sehari. Dosis dapat
ditingkatkan sesuai dengan tingkat keparahan gejala dan
kondisi pasien.
4. Dosis aceprass.
Dosis awal: captopril 25 mg oral 3 kali sehari (6.25-12.5 mg oral,
3 kali sehari apabila volume berkurang atau hipotensif). Dosis
lanjutan: setelah dosis captopril 50 mg tiga kali sehari tercapai,
penambahan dosis lanjutan harus ditunda setidaknya 2 minggu
untuk melihat apakah respon yang memuaskan terjadi.
5. Dosis zypraz
Dosis awal: 0,25-0,5 mg secara oral 3 kali sehari. Dosis ini
mungkin meningkat secara bertahap setiap 3-4 hari jika diperlukan
dan ditoleransi.
DAFTAR MEREK OBAT YANG BEREDAR
DI INDONESIA
1. Digoksin
Fargoxin, Digoxin Indo Farma, Digoxin Sandoz, Digoxin NI,
Lanoxin
2. Furosemid
Classic, Diurefo, Diuresix, Diuvar, Edemin, Farsix, Farsiretik,
Frusid
3. Kalium
Aspar-K, Kalipar, Ksr-600, Otsu KCL 7,46
4. Captopril
Farmoten, Tensicap, Tensobon, Acendril, Acepress, Captensin
5. Alprazolam
Xanax XR, Zypraz, Atarax, Opizolam, Zolastin
KOMUNIKASI INFORMASI DAN
EDUKASI
 Kenali Gejala
Ketika anda mendapatkan serangan jantung/sesak dirumah nilai hal
berikut :
1.Frekuensi (seberapa sering)
2.Intensitas
3.Kejadian serangan (berapa kali?)
4.Durasi (seberapa lama?)
5.Pola serangan (setelah aktivitas?pagi hari? Malam hari?)
Saat terjadi gejala dicatatlah dengan baik lalu laporkan ke petugas
kesehatan
2. Manajemen Cairan dan Garam
Batasi minum 4 gelas per hari
Monitor berat badan setiap hari (jika berat bertambah >2kg/3 hari segera
lapor ke petugas medis)
Kurangi komsumsi garam
REFERENSI
 Alwi, Idrus., 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi
Keempat Jilid III,Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta.
 Anief, M., 1997, Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat,
Edisi ke 3, hal 148, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
 Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia,
2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, hal 1, 6,
 Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia,
Jakarta. Bresler, Michael Jay, and Sternbach, George L.,
2007, Manual Kedokteran Darurat Edisi 6, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai