Anda di halaman 1dari 48

Presentasi Kasus Farmakoterapi

Ilmu Penyakit Dalam


oleh : Kelompok I
Kepaniteraan Ilmu Farmasi & Farmakologi Terapan
Periode 24 Febuari 2017 1 April 2017
Anggota Kelompok
Alvina Cita Indriani 09-194
Yudo Christo 10-161
Lidya Elim 11-059
Ranggahesa Wibawa 11-191
Sella Bonita 11-258
Tiffani Ratu 11-260
Adipta Kurniawan 11-262
Eva Naomi Oretla 12-020
Mika Windani 12-057
Bella Alfianty 12-095
Agata Ciona Sirait 12-164
Fath Dizzi 12-204
Cindy Mediana 12-255
Identitas Pasien

Nama Tn. A
Usia 62 tahun 10 bulan
Jenis Kelamin Pria
Datang ke IGD RS UKI 15 Maret 2017
Status IGD

Kesadaran : Composmentis
Tanda tanda vital :
- TD : 180/110 mmHg
- Denyut nadi : 98x/menit
-RR :21 x /menit
- Suhu : 36,3 C
Keluhan Utama & Riwayat Penyakit
Sekarang

Keluhan utama : Nyeri ulu hati


RPS :
Nyeri ulu hati dirasakan sejak 1 minggu SMRS. Nyeri
dirasakan hilang timbul. Nyeri ulu hati dirasakan
sangat perih dan disertai dengan rasa mual. Pasien
juga mengeluhkan BAB cair dan berwarna
kehitaman. Keluhan tambahan : batuk tidak
berdahak, pusing disertai nyeri kepala.
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Penyakit Dalam


Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes
melitus tipe 2.

Kebiasaan Pribadi Pasien


Pasien sering mengkonsumsi obat anti nyeri.
Pemeriksaan Fisik

Kepala : Normocephali
Mata : Sklera ikterik -/-, Conjungtiva anemis -/-
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks :
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : Vokal fremitus simetris
Perkusi : Sonor sonor
Auskultasi : Bunyi nafas dasar (Vesikuler), Rh -/-
Wh -/-, Bunyi Jantung I & II normal
Gallop (-), Murmur (-)
Pemeriksaan Fisik

Abdomen :
Inspeksi : Perut tampak datar
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : Timfani , Nyeri ketok (+) pada regio epigastrium
Palpasi : Perabaan supel (+), nyeri tekan (+) pada regio
epigastrium
Palpasi hepar (tidak dilakukan)
Palpasi Lien (tidak dilakukan)
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
(15 Maret 2017)

Pemeriksaan Normal Hasil


H2TL
Hb 14-16 g/dl 14,6 g / dl
Leukosit 5 ribu 10 ribu / uL 8,8 ribu
Hematokrit 40 % - 48% 44,8%
Trombosit 150ribu - 400 ribu /uL 304 rb / uL
Kimia Klinik
Gula Darah Sewaktu <200 mg/dl 293 mg/dl
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
(15 Maret 2017)

Pemeriksaan Normal Hasil


Elektrolit ( Na, K, Cl)
Natrium 136-145 mmol/L 133 mmol/L
Kalium 3,5 5,1 mmol/L 3,3 mmol/L
Clorida 99-111 mmol/L 103 mmol/L
Pemeriksaan Penunjang
USG Abdomen

Kesimpulan :
Ukuran hepar normal, tepi
tumpul rata.
Limpa normal, asites (-)
Ginjal normal
Vesika urinaria dan prostat
normal.
Diagnosis Pasien

Melena et causa Gastritis


GERD
Hipertensi
Diabetes Melitus Tipe II
Tatalaksana Farmakoterapi

Pasien diberikan obat-obatan oral seperti :


Sucralfate Suspensi 500 mg (3x1) PO
Glibenclamide 5 mg (3x1) PO
Codipront (Codeine pheyltoxolamine) 2x1 PO
Amlodipine 5 g (1x1) PO
Farmakokinetik &
Farmakodinamik
Sulcrafate Suspensi

Indikasi : Tukak duodenum, tukak peptikum, gastritis.


Efek samping : Konstipasi, mulut kering. Diare, mual,
muntah, ruam kulit, mengantuk, dan pruritus.
Kontraindikasi : Pemberian pada penderita hipersensitive
sulcrafate dan pasien gagal ginjal kronik.
Interaksi Obat : Pemberian bersamaan dengan obat ini
akan menganggu absorbsi warfarin,
tetrasiklin.
Dosis Terapi : dewasa 2 sdt (10 ml) 4 kali sehari 1 jam sebelum
makan.
Farmakokinetik

Absorpsi : setelah pemberian oral, sukralfat diabsorpsi


dalam jumlah kecil dari saluran cerna, kemungkinan
disebabkan karena polaritas yang tinggi dan kelarutan yang
rendah dari Sukralfat pada saluran cerna.

Bioavailabilitas oral (lokal) : komponen disakarida 5%,


aluminium < 0.02%
Farmakokinetik

Distribusi : distribusi ke dalam jaringan dan cairan tubuh


setelah absorpsi sistemik belum ditentukan. Studi pada hewan,
volume distribusi kurang lebih 20% dari berat badan.

Metabolisme : Mengalami metabolisme di hepar.

Ekskresi : Sukralfat bereaksi dengan asam klorida dalam saluran


cerna, membentuk sukrosa sulfat yang tidak dimetabolisme.
Farmakodinamik
Senyawa alumunium sukrosa sulfat

Membentuk
kompleksi kimiawi
yang menutupi
ulkus.
Menghambat aksi
asam dan pepsin.
Menghambat difusi
asam lambung
pada lapisan
sucralfat.
Glibenclamide

Indikasi : NIDDM
Efek samping : Ggn. GI, intoleransi alkohol, ikterik,
leukopenia
Kontraindikasi : IDDM, Koma diabetikum, gagal ginjal berat
Interaksi Obat : Alkohol mempotensiasi efek hipoglikemia.
Golongan obat Beta blocker & propanolol.
Dosis Terapi : Awal 5 mg/hr. Peningkatan secara bertahap 2,5
mg dengan interval 1 minggu. Maks 15 mg/hari.
Farmakokinetik

Absorbsi & Distribusi :


Metabolisme :
Di usus. Distribusi terikat
Hepar
protein 90% - 100%
Rute eliminasi / eksresi
Onset kerja Glibenclamide :
3 jam Melalui Feses dan sebagian
Waktu paruh / half time / dieksresikan melalui urin.
t1/2 Glibenclamide :
1.5 4 Jam
Farmakodinamik

Glibenclamide Berinteraksi Depolarisasi


(OAD gol. dengan ATP membran
Sulfonilurea senstive K kanal Ca
generasi II) Channel terbuka

Ion Ca++
Sekresi Insulin
masuk
= jumlah
merangsang
Peptida C
granula
Codipront

Indikasi : Pengobatan simtomatik batuk kering (non


produktif) yang disertai dengan keadaan alergi.
Efek samping : mual, muntah, pruritus, reaksi kulit,
konstipasi.
Kontraindikasi : Insufisiensi pernapasan akut, gangguan GI.
Interaksi Obat : Obat penekanan SSP, Alkohol, analgesik,
anti histamin.
Dosis Terapi : Dewasa 15 ml diberikan 2 x sehari (m et v)
Interaksi Obat

- Alkohol : meningkatkan efek sedatif dan hipotensi


jika diberikan bersamaan
- Antiaritmia : memperlambat absorpsi meksiletin
- Trisiklik : efek sedatif meningkat jika diberikan
bersamaan
- Antipsikotik : meningkatkan efek hipotensi dan
sedatif
- Antitukak : simetidin menghambat metabolisme
kodein
Farmakokinetik

Absorbsi :
Diabsorspsi dengan baik dan cepat setelah pemberian or
al(50%).
Onset kerja oral 30-60 menit, melalui intramuskular 10-30
menit. Untuk kadar puncak oral mencapai 60-90
menit,dan kadar puncak obat kodein melalui
intramuskular selama30-60 menit
Durasi obat kodein mencapai 4-6 jam, memanjang pada
geriatri
Farmakokinetik

Distribusi :
Dalam darah kodein berikatan dengan protein plasma
sebesar 7%.

Metabolisme : terjadi di hepar.

Ekskresi :
80% melalui urin dengan bentuk tidak diubah,norkodein dan
bentuk bebas serta morfin terkonjugasi.

T1/2 2,5-3,5 jam


Farmakodinamik

Alkaloida ini memiliki sifat menyerupai morfin, tetapi


efek analgetik dan meredakan batuknya jauh lebih
lemah, begitu pula efek depresinya terhadap
pernapasan. Obat ini banyak digunakan sebagai pereda
batuk dan penghilang rasa sakit. Sama dengan morfin
kodein juga membebaskan histamin
Farmakodinamik

Merangsang reseptor susunan saraf pusat (SSP) di


medula oblongata Penekanan refleks batuk
Menurunkan refleks batuk Supresi Refleks Batuk

*pada dosis yang kecil 20-60mg/x atau 40-160mg/hari


Amlodipine

Indikasi : Hipertensi, Angina Pektoris


Efek samping : Pusing sakit kepala, nyeri abdomen, mual,
kelelahan otot
Kontraindikasi : Pasien dengan hipertensi berat, hamil, dan
hipersentivitas terhadap dihidropiridin.
Interaksi Obat : Amlodipine dapat meningkatkan konsentrasi
simvastatin dalam plasma bila diberikan
bersamaan.
Dosis Terapi : Awal 5 mg / 1 x per hari dapat ditingkatkan
hingga 10 mg/hari
Farmakokinetik

Absorbsi : Per Oral Metabolisme : Hepar secara


Distribusi : Konsentrasi luas (sekitar 90%) dan
puncak dalam plasma dicapai diubah menjadi metabolit
dalam waktu 6-12 jam. inaktif, dengan 10% bentuk
Bioavaibilitas amlodipine awal.
sekitar 64-90%. Eksresi : 60% metabolit
diekskresikan melalui urin
Farmakodinamik

Amlodipine (OAH Hambat


gol. Antagonis Relaksasi
kalsium generasi influks Ca pada
arteriol
II) otot vaskuler

Penurunan
Penurunan
resistensi
tekanan darah
perifer
Opini Farmakoterapi
Diagnosis

Dalam kasus ini menurut hasil diskusi kami, diagnosis yang


tepat adalah :
Melena et causa suspek ulkus peptikum
Melena et causa gastritis erosi
DM nyebabkan gastropati diabetes
Peradangan yang kronik pada permukaan lambung akan
menyebabkan ulserasi atau ulkus terjadi perdarahan di
atas ligamentum treitz menyebabkan terbentuknya
melena.
GERD tidak terdapat gejala yang menonjol yang sesuai.
Pembahasan

Diagnosis klinis mual muntah klinis jelas terhadap gastritis


krn dari riwayat.
Gastritis stress ulcer ningkatin as. Lambung mual&
muntah, sendawa.
Bedain gastritis akut & kronik
Sudah pernah alami keluhan mual & muntah di rentang waktu 6
bulan kronis
Akut serangan dia pertama kali
Gastritis erosif / ulkus peptikum, obatnya:
Ulkus o/ H.pillory regiment 1: PPI (ex: omeprazole)
PPI injeksi omeprazole,
PPI Ion H di blok (hambat pompa H) tidak hasilin asam lambung
Saluran cerna atas mulut s/d lig. Treitz kl tjd perdarahan MELENA
(krn darah sbg benda asing as.lambung meningkat)

SEMUA PERDARAHAN sal cerna atas/bawah tdk boleh ORAL, kecuali


SUCRALFAT.
PPI menghambat pengeluaran as.lambung
Sucralfat efektif bila ada ulkusnya menutupi mukosanya
Antasida netralisir as.lambung
Melena peradarahan efek hipotensik meningkat
GERD
GERD Fak.risk: obes, rokok, alkohol
Pengobatan PPI kombinasi domperidon
Gerd gg di sfingter esofagus
DM
Prinsip pengobatan: edukasi, gizi, olahraga, obat
Edukasi untuk yg blm DM
Kl sudah DM : gizi, olahraga, terapi (oral dulu, selama tidak ada
komplikasi).
Ketoasidosis diabetikum sesak, gula darah tinggi indikasi
insulin
Glibenklamid HATI-HATI pada usia 62th efek hipoglikemi
tinggi tidak dianjurkan. Anjurkan metformin, glimepirid (selain
glikuidon)
GDP DM >126
DM
Dengan GDP > 300,
Insulin hati2 efek hipoglikemik
Rapid insulin hati2
Long acting insulin gradually increas dari yg rendah baru
dinaikin perlahan
Hati2 somogi efek pasien udh diksh long acting pagi2
periksa guladarah tinggi (500). terjadi hipoglikemi saat tidur
sehingga tubuh kompensasi bentuk glukosa
(glukoneogenesis) sehingga bangun2 tinggi guladarahnya
Guide to good prescribing
1. Tentukan Masalah Pasien

RPS RPD

Melena, Nyeri
Perut (gastritis Hipertensi
kronik)

Diebetes
Batuk
Melitus Tipe II
Guide to good prescribing
2. Tujuan Terapi

Melena
Mengatasi dan gejala
gastritis yang
kronik menyertai
teratasi

Pemberian OAH
dan OAD
Terkontrol
Guide to good prescribing
3. Kecocokan Pengobatan

Sucralfate Suspensi 500 mg (3x1) PO Indikasi yang


tepat untuk kasus ini. Mengobati dan ulkus peptikum atau
gastritis kronik sehingga melena, perut kembung hilang.

Pemberian glibenclamide dan Amlodipine memiliki efek


samping gangguan gastrointestinal. Untuk itu diberikan
glicazide (golongan sulfonil urea) dengan efek samping
gangg. GIT yang ringan dan minimal.
Guide to good prescribing
3. Kecocokan Pengobatan

Gol. Sulfonil urea generasi II (glicazide) memiliki potensi


hipoglikemik yang cukup besar oleh karena itu
sesuaikan kombinasi dengan pemberian OAH yang benar.

Pemilihan OAH yang tepat dalam kasus ini adalah golongan


antagonis kalsium karena tidak menghambat reaksi
takikardi dan tremor pada hipoglikemia, dibandingkan
propanolol dan adrenoreseptor beta.
pembahasan

Ca antagonis:
Bradikardi non dihidropiridin (ex: verapamil)
Dihidropiridin (amlodipine buat penurunan resistensi perifer;
nicardipine) buat edema perifer tp tidak buat bradikardi
Hipertensi dg aritmia diberikan ca antagonis yang non
dihidropiridin
Guide to good prescribing
3. Kecocokan Pengobatan

Codipront mengatasi keluhan batuk non produktif,


tetapi kontraindikasi pada penderita gangguan
gastrointestinal. Dalam kasus ini (penderita gastritis atau
ulkus peptikum) pemberian codipront tidak tepat,

Pilihan yang sesuai untuk obat batuk Levopront


(indikasi untuk batuk tidak berdahak, tidak ada efek
samping pada gastrointestinal).
Levopront

Content : Levodropropizine
Indikasi : Terapi simptomatik untuk batuk non produktif
Efek samping : Sedasi, pusing
Kontraindikasi : Pemberian pada penderita batuk berdahak,
gangguan hepar, kehamilan dan laktasi.
Interaksi obat : Penggunaan bersamaan dengan obat sedatif,
antihistamin, dan hipnotik dapat meningkatkan
efek sedasi.
Farmakodinamik

Levodropropizine merupakan obat antitusif non-opioid


yang efek periferalnya kemungkinan karena modulasi pada
sensory neuropeptides dalam saluran pernafasan .

Levodropopizine pada penelitian klinis dinyatakan memiliki


efek antitusif yang dapat diperbandingkan dengan
dekstrometorfan dan dihidrokodein.
Daftar Pustaka

Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. 2012.


Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Badan Penerbit FK UI.

MIMS. 2016. MIMS Petunjuk Konsultasi. Jakarta: BIP


Gramedia.

Ikatan Apoteker Indonesia. 2016. ISO Volume 50. Jakarta:


IAI.

Farmakologi At Glance.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai