Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN UKP

HIPOGLIKEMIA BERAT

Disusun oleh :
dr. Bella Corita Septiani

Pendamping :
dr. Anton Pahrudin

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PERIODE IV TAHUN 2022
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAMIS
KABUPATEN CIAMIS
A. Identitas Pasien

 Nama Pasien : Nn. U


 Jenis Kelamin : Perempuan
 Tanggal Lahir / Usia : 61 tahun
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Alamat : Paninengan, Ciamis
 Status Pernikahan : Menikah
 Suku : Sunda
 Agama : Islam
 Pendidikan Terakhir : SMA
 Tanggal Masuk Perawatan : 16 Juni 2023

B. Anamnesis
A. Keluhan Utama
Penurunan kesadaran
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang ke IGD RSUD Ciamis dibawa oleh keluarganya dengan keluhan
penurunan kesadaran sejak 1 jam SMRS. Menurut keluarganya awalnya os mengeluh
pusing dan mual namun lama kelamaan os mengalami lemas dan berkeringat dingin.
Setelah itu pasien tiba-tiga gelisah dan os seperti tertidur. Keluarga os sudah berusaha
membangunkan os namun tidak kunjung bangun. Keluhan lain seperti muntah (-),
kejang (-), BAB t.a.k. Menurut keluarga sudah sejak 1 minggu terakhir os mengalami
penurunan nafsu makan dikarenakan nyeri perut dan mual. Sehingga hanya makan
sedikit dalam sehari namun os tetap mengonsumsi obat rutin os.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Diabetes melitus : Os merupakan penderita DM sejak 15 tahun yang lalu
dan rutin meminum obat.
b. Hipertensi : Disangkal
c. Penyakit Jantung : Disangkal
d. Asma : Disangkal
e. Riwayat Alergi : Tidak ada
f. Riwayat Operasi : Tidak ada
g. Riwayat Pengobatan : Glibenclamid 1x5 mg
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada.
E. Riwayat Sosial
Pasien merupakan penerita DM sejak 15 tahun yang lalu dan rutin berobat
kepuskesmas.
C. Pemeriksaan Fisik:
KU : tampak sakit Berat ,
Kesadaran : somnolen (E3M5V4) TB :
150cm, BB : 40 kg, BMI : 17,8
Tanda vital:
TD : 140/90 mmHg
N : 61x/menit regular, equal, isi, cukup
R : 20x/menit
S : 35.5 oC
SpO2 : 100% dengan O2
Status Generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, refleks pupil +/+
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-), JVP (-)
Thoraks : VBS kanan = kiri, Rh -/-, Wh -/-, S1 S2 murni regular, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen :

- Inspeksi : Datar
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
- Palpasi : Nyeri tekan epigastric +
- Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen

Ekstremitas : Akral dingin, edema -/-, CRT < 2 detik

D. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Jenis Pemeriksaan Hasil (16 Juni 2023) Nilai Rujukan

HEMATOLOGI

Hemoglobin 12.6 12-16 g/dl

Hematokrit 30,6 35-45 %

Eritrosit 4 4.0 – 5.5 juta/μL

Leukosit 9,5 5-10 10^2 /μL

Trombosit 285 150-450 10^6 /μL

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil 79 50-70%

Limfosit 10 25-40%

Monosit 10 3-7%

Eosinophil 1 2-6%

Basophil 0 0-1%

Glukosa Darah Sewaktu 25 70-200 /dl


E. Diagnosis:

Hipoglicemi Berat

F. Clinical Reasoning:

Diagnosis pada pasien ini ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis, didapatkan keluhan penurunan kesadaran
sejak 1 jam SMRS. Yang diawali oleh gejala pusing dan mual namun lama kelamaan
os mengalami lemas dan berkeringat dingin. Setelah itu pasien tiba-tiga gelisah dan os
seperti tertidur. Os juga merupakan penderita DM yang rutin meminum Glibenclamid
serta adanya penurunan intake makanan dikarenakan os yang sedang kurang nafsu
makan .
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran : somnolen (E3M5V4) serta akral
yang sudah dingin. :. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan GDS sebesar 25mg/dL
yang diinterpretasikan dengan kemungkinan sangat besar apendisitis.

G. Tatalaksana
Farmakologis
- Infus D10% 10 tpm

- O2 2 lpm/NK

- Bolus D40% 3 flacon

- Inj. Ranitidin 2x1 amp


Non farmakologis
 Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit pasien dan rencana tatalaksana.
H. Abstrak

I. Abstrak
Hipoglikemia merupakan suatu keadaan penurunan konsentrasi glukosa serum
dengan atau tanpa adanya gejala sistem autonom dan neuroglikopenia. Hipoglikemia
ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah Penyebab dari apendisitis adalah
adanya obstruksi pada lamen apendikeal oleh apendikolit, tumor apendiks, hiperplasia
folikel limfoid submukosa, fekalit (material garam kalsium, debris fekal), atau parasit
E.Histolytica. Selain itu apendisitis juga bisa disebabkan oleh kebiasaan makan
makanan yang rendah serat yang dapat menimbulkan konstipasi. Kondisi obstruktif
akan meningkatkan tekanan intraluminal. dan peningkatan perkembangan bakteri.
Hal ini akan mengakibatkan peningkatan kongesti dan penurunan perfusi pada
dinding apendiks yang berlanjut pada nekrosis dan inflamasi apendiks.
Hipoglikemia merupakan efek samping yang paling umum dari penggunaan
insulin dan sulfonilurea pada terapi DM, terkait mekanisme aksi dari obat tersebut,
yaitu mencegah kenaikan glukosa darah daripada menurunkan konsentrasi glukosa.
Metformin, pioglitazone, inhibitor DPP- 4, acarbose, inhibitor SLGT-2 and analog
GLP-1 yang diresepkan tanpa insulin atau insulin sekretagog (sulfonylurea/ glinide)
jarang menyebabkan hipoglikemia. Kurangnya asupan makanan diketahui merupakan
salah satu faktor risiko terjadinya hipoglikemia.
Keparahan Hipoglikemia Menurut Yale et al dan Paluchamy, tingkat keparahan
hipoglikemia pada pasien DM dikategorikan sebagai berikut :

Manajemen Hipoglikemia
Tujuan terapi hipoglikemia adalah mengembalikan dengan cepat level glukosa
darah ke rentang normal, mengurangi atau meniadakan risiko injuri dan gejala.
Namun, terapi hipoglikemia harus memperhatikan dan menghindari overtreatment
yang bisa menjadikan pasien hiperglikemia dan peningkatan berat badan.
Terapi Hipoglikemia Ringan – Sedang
Terapi yang bisa diberikan pada hipoglikemia ringan- sedang adalah
1. Pemberian makanan tinggi glukosa (karbohidrat)
2. Ketika terapi hipoglikemia, pilihan karbohidrat menjadi penting.
3. Karbohidrat kompleks atau makanan yang mengandung lemak bersamaan
dengan karbohidrat (seperti coklat) dapat memperlambat absorbsi glukosa dan
tidak boleh digunakan pada kasus hipoglikemia yang darurat
4. Glukosa 15 g (2 – 3 sendok makan) yang dilarutkan dalam air adalah terapi
pilihan pada pasien dengan hipoglikemia yang masih sadar.
 15 g glukosa (monosakarida) diperlukan dalam peningkatan glukosa darah
sekitar 2,1 mmol/L dalam 20 menit dan dapat meredakan gejala bagi
kebanyakan pasien
 20 g glukosa diperlukan dalam peningkatan glukosa darah sekitar 3,6
mmol/L dalam 45 menit
 Susu dan jus jeruk lambat dalam menaikkan glukosa darah, namun dapat
menghilangkan gejala
5. Pasien dengan kontrol glikemik yang buruk dapat merasakan gejala hipoglikemia
walaupun dengan kadar glukosa lebih 4,0 mmol/L. Tidak ada bukti yang
menyatakan terjadi disfungsi kognitif. Maka dari itu, terapi hipoglikemia yang
direkomendasikan adalah untuk meredakan gejala. Jadi, pasien yang mengalami
hipoglikemia dengan kadar glukosa darah 4,0 mmol/ L dapat diterapi dengan
snack karbohidrat, misalnya 1 buah pisang, atau 1 potong roti
6. Anak - anak seringkali membutuhkan lebih sedikit 15 g karbohidrat untuk
mengkoreksi kadar glukosa darah; bayi: 6 membutuhkan g; balita membutuhkan
8 g; dan anak kecil kemungkinan membutuhkan 10 g
7. Pemeriksaan glukosa darah harus dilakukan setelah 15 menit setelah pemberian
terapi. Ulangi langkah terapi hingga glukosa darah mencapai setidaknya 70
mg/dl
8. Setelah kadar glukosa darah kembali normal, pasien diminta untuk makan atau
mengkonsumsi snack untuk mencegah berulangnya hipoglikemia
Terapi Hipoglikemia Berat
1. Glukagon merupakan hormon yang disekresi pankreas untuk menstimulasi hepar
agar mengeluarkan glukosa yang tersimpan ke aliran darah. Injeksi glukagon
dapat diberikan pada pasien DM dengan kadar glukosa darah yang terlalu rendah
untuk diterapi dengan intake glukosa
2. Jika didapat gejala neuroglikopenia, berikan dekstrosa 20% sebanyak 50 cc (jika
kadar glukosa belum naik signifikan, diberikan dekstrosa 40% sebanyak 25 cc),
diikuti dengan infus D5% atau 10%
3. Periksa glukosa darah 15 menit setelah pemberian parenteral. Bila kadar glukosa
darah belum mencapai target, dapat diberikan ulang dekstrosa 20%
4. Selanjutnya lakukan monitoring glukosa darah setiap 1 – 2 jam kalau masih
terjadi hipoglikemia berulang. Pemberian dekstrosa 20% dapat diulang.
Pencegahan Hipoglikemia
Hipoglikemia pada pasien DM dapat dicegah, apabila pasien sadar terhadap kemungkinan
terjadinya hipoglikemia. Pencegahan Hipoglikemia membutuhkan pendekatan yang
terintegrasi langkah – langkah yang bisa dilakukan agar terhindar dari kejadian hipoglikemia
adalah, sebagai berikut:
1. Lakukan edukasi mengenai tanda dan gejala hipoglikemia
2. Hindari farmakoterapi yang bisa meningkatkan risiko kambuh atau hipoglikemia berat
3. Tingkatkan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM), khususnya bagi pengguna
insulin atau obat oral golongan sekretagog; termasuk pada jam tidur
4. Lakukan edukasi tentang obat – obat atau insu

Anda mungkin juga menyukai