Anda di halaman 1dari 23

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Uraian Teori

Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang

saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai

fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan

hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. 14

Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran

teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa

variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.

Dari bukunya Pak Erwan dan Dyah (2007) teori menurut definisinya

adalah serangkaian konsep yang memiliki hubungan sistematis untuk menjelaskan

suatu fenomena sosial tertentu. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa teori

merupakan salah satu hal yang paling fundamental yang harus dipahami seorang

peneliti ketika ia melakukan penelitian karena dari teori-teori yang ada peneliti

dapat menemukan dan merumuskan permasalahan sosial yang diamatinya secara

sistematis untuk selanjutnya dikembangkan dalam bentuk hipotesis-hipotesis

penelitian.

Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang

pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi.

Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan

fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta. Selain itu, berbeda dengan teorema,

pernyataan teori umumnya hanya diterima secara “sementara” dan bukan

14
https://id.wikipedia.org/wiki/Teori

22

UNIVERSITAS MEDAN AREA


merupakan pernyataan akhir yang konklusif. Hal ini mengindikasikan bahwa teori

berasal dari penarikan kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan, berbeda

dengan penarikan kesimpulan pada pembuktian matematika. Sedangkan secara

lebih spesifik di dalam ilmu sosial, terdapat pula teori sosial. Neuman

mendefenisikan teori sosial adalah sebagai sebuah sistem dari keterkaitan

abstraksi atau ide-ide yang meringkas dan mengorganisasikan pengetahuan

tentang dunia sosial. Teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka

pikiran yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu. Teori

dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah. Teori juga

merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya.

Dalam istilah ilmiah, teori itu benar-benar sebuah hipotesis yang telah

terbukti sesuai dengan fakta-fakta dan yang memiliki kualitas prediktif. Dengan

definisi tersebut, dan tanpa mendevaluasi keyakinan, tidak semua keyakinan akan

dianggap sebagai teori. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, karena jika

tidak, maka dia bukanlah suatu teori. Suatu Teori pada hakekatnya merupakan

hubungan antara dua fakta atau lebih, atau pengaturan fakta menurut cara-cara

tertentu. Fakta tersebut merupakan sesuatu yang dapat diamati dan pada umumnya

dapat diuji secara empiris. Teori merupakan hubungan dua variabel atau lebih,

yang telah diuji kebenarannya. Variabel merupakan karakteristik dari orang -

orang, benda-benda atau keadaan yang mempunyai nilai-nilai yang berbeda,

misalnya usia, jenis kelamin, dsb.15

15
Bagong Suyanto dan Sutinah : Metode Penelitian Sosial. Berbagai Pendekatan
Alternatif. Jakarta : Kencana. 2005.

23

UNIVERSITAS MEDAN AREA


Dalam banyak literatur dijelaskan bahwa teori (yang berasal dari kata:

thea) selalu menggunakan bangunan berfikir yang tersusun sistematis, logis

(rasional), empiris (kenyataan), juga simbolis dalam menjelaskan suatu fenomena.

Teori sebagai buah pikir manusia tentu tidak datang begitu saja, penemuan atas

sebuah teori disandarkan pada suatu hasil penelitian dan pengujian secara

berulang-ulang hingga menghasilkan sebuah hipotesis dan beranak menjadi

sebuah teori. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai teori yang

dikontraskan dengan praktik yang ada, atau teori dengan fakta. Teori tidak

selamanya selalu sama dengan fakta yang terjadi pada kenyataannya, atau das

sollen dengan das seinnya tidak sama, bertentangan, teori seolah menjadi entitas

yang berbeda dengan faktanya. Maka tidak heran jika kini banyak penelitian-

penelitian hukum khususnya yang mencoba untuk menguji kebenaran teori

dengan fakta.

Dalam lapangan ilmu sosial yang sangat dinamis pengujian atas sebuah

teori adalah keniscayaan. Teori-teori yang sudah ada sebelumnya belum tentu

dapat diterapkan kembali dalam perkembangan interaksi antar manusia yang

semakin komleks, dan untuk itu kemudian munculah teori-teori baru yang

mementahkan teori-teori lama. Dan disinilah pengunaan dan pemilihan teori

dalam sebuah penelitian menjadi sangat penting.

Secara umum istilah teori dalam ilmu sosial mengandung beberapa pengertian

sebagai berikut:

24

UNIVERSITAS MEDAN AREA


1. Teori adalah abstraksi dari realitas.

2. Teori terdiri dari sekumpulan prinsip-prinsip dan definisi-definisi yang

secara konseptual mengorganisasikan aspek-aspek dunia empiris secara

sistematis.

3. Teori terdiri dari teorema-teorema yakni generalisasi yang

diterima/terbukti secara empiris.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa teori pada

dasarnya merupakan “konseptualisasi atau penjelasan logis dan empiris tentang

suatu fenomena”.

Teori memiliki dua ciri umum:

1. Semua teori adalah “abstraksi” tentang suatu hal. Dengan demikian teori

sifatnya terbatas.

2. Semua teori adalah konstruksi ciptaan individual manusia. Oleh sebab itu

sifatnya relatif dalam arti tergantung pada cara pandang si pencipta teori,

sifat dan aspek hal yang diamati, serta kondisi-kondisi lain yang mengikat

seperti waktu, tempat dan lingkungan sekitarnya16.

Setiap penelitian selalu menggunakan teori. Teori berfungsi untuk

memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar merumuskan hipotesis, dan

sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian. Semua peneliti harus

berbekal teori agar wawasannya menjadi lebih luas dan dapat menyusun

instrumen penelitian yang baik. Pentingnya teori adalah sebagai kerangka kerja

penelitian. Teori sangat berguna untuk kerangka kerja penelitian, terutama untuk

mencegah praktek-praktek pengumpulan data yang tidak memberikan sumbangan

16
Sulistyo-Basuki. Metode Penelitian. Jakarta: Penaku 2010. Hlm 11

25

UNIVERSITAS MEDAN AREA


bagi pemahaman peristiwa. Empirisme (kenyataan) yang polos, menurut Suppes

(dalam Bell, 1986) merupakan bentuk coretan mental dan ketelanjangan tubuh

yang jauh lebih menarik daripada ketelanjangan fikiran.

Menurut Suppes (dalam Bell, 1986) ada empat fungsi umum teori. Fungsi ini juga

berlaku bagi teori belajar, yakni:


1. Berguna sebagi kerangka kerja untuk melakukan penelitian.

2. Memberikan suatu kerangka kerja bagi pengorganisasian butir-butir

informasi tertentu.

3. Identifikasi kejadian yang komplek.

4. Reorganisasi pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Menurut Littlejohn (1996) fungsi teori ada 9 (sembilan) yaitu:

1. Mengorganisasikan dan menyimpulkan

Kita tidak melihat dunia dalam kepingan-kepingan data. Sehingga dalam

mengamati realitas kita tidak boleh melakukannya setengah-setengah. Kita

perlu mengorganisasikan dan mensintesiskan hal-hal yang terjadi dalam

kehidupan. Pola-pola dan hubungan-hubungan harus dapat dicari dan

ditemukan. Kemudian diorganisasikan dan disimpulkan. Hasilnya berupa

teori dapat dipakai sebagai rujukan atau dasar bagi upaya-upaya studi

berikutnya.

2. Memfokuskan

Teori pada dasarnya hanya menjelaskan tentang suatu hal bukan banyak hal.

Untuk itu aspek-aspek dari suatu objek harus jelas fokusnya.

26

UNIVERSITAS MEDAN AREA


3. Menjelaskan

Teori harus mampu membuat suatu penjelasan tentang hal yang

diamatinya. Penjelasan ini berguna untuk memahami pola-pola, hubungan-

hubungan dan juga menginterpretasikan fenomena-fenomena tertentu.

Atau dengan kata lain teori-teori menyediakan tonggak-tonggak penunjuk

jalan untuk menafsirkan, menerangkan dan memahami kompleksitas dari

hubungan-hubungan manusia.

4. Mengamati

Teori tidak hanya menjelaskan tentang apa yang sebaiknya diamati tetapi

juga memberikan petunjuk bagaimana cara mengamatinya. Terutama bagi

teori-teori yang memberikan definisi-definisi operasional, teoretikus

bersangkutan memberikan kemungkinan indikasi yang paling tepat

mengenai apa yang diartikan oleh suatu konsep tertentu. Jadi dengan

mengikuti petunjuk-petunjuk kita dibimbing untuk mengamati seluk beluk

yang diuraikan oleh teori itu.

5. Membuat prediksi

Fungsi prediksi ini dengan berdasarkan data dan hasil pengamatan maka

harus dapat dibuat suatu perkiraan tentang keadaan yang bakal terjadi

apabila hal-hal yang digambarkan oleh teori juga tercermin dalam

kehidupan di masa sekarang.

6. Heuristik (membantu proses penemuan)

Suatu teori yang baik melahirkan penelitian. Teori yang diciptakan harus

dapat merangsang timbulnya upaya penelitian selanjutnya

27

UNIVERSITAS MEDAN AREA


7. Mengkomunikasikan pengetahuan

Teori harus dipublikasikan, didiskusikan, dan terbuka terhadap kritikan-

kritikan. Sehingga penyempurnaan teori akan dapat dilakukan.

8. Kontrol/mengawasi

Fungsi ini timbul dari persoalan-persoalan nilai, di dalam mana teoretikus

berusaha untuk menilai keefektifan dan kepatutan perilaku tertentu. Teori

dapat berfungsi sebagai sarana pengendali atau pengontrol tingkah laku

kehidupan manusia.

9. Generatif

Fungsi ini terutama sekali menonjol dikalangan pendukung aliran

interpretif dan teori kritis. Menurut mereka, teori juga berfungsi sebagai

sarana perubahan sosial dan kultural, serta sarana untuk menciptakan pola

dan cara kehidupan yang baru.

Manfaat Teori adalah :

1. Menjelaskan, memahami, memprediksi dan perubahan sosial.

2. Membantu kita menemukan jawaban pertanyaan mengapa dan bagaimana

mengenai pengalaman-pengalaman komunikasi kita.

3. Suatu teori atau beberapa teori merupakan ikhtisar daripada hal-hal yang

telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang

dipelajari sosiologi.

4. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan

pada seseorang yang memperdalam pengetahuannya di bidang sosiologi. 5.

Teori berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta

yang dipelajari oleh sosiologi. Bahan Ajar Pengantar Sosiologi.

28

UNIVERSITAS MEDAN AREA


6. Suatu teori akan sangat berguna dalam mengembangkan sistem klasifikasi

fakta, membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan

definisi-definisi yang penting untuk penelitian.

7. Pengetahuan teoritis memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk

mengadakan proyeksi sosial, yaitu usaha untuk dapat mengetahui kearah

mana masyarakat akan berkembang atas dasar fakta yang diketahui pada

masa lampau dan pada dewasa ini.17

Dilihat dari judul penulisan, yang dimana berkaitan dengan izin, sementara

izin itu melekat dengan kewenangan seseorang, misalnya kalau seseorang dapat

izin mendirikan bangunan, maka ia berwenang mendirikan bangunan, demikian

pula sebaliknya, kalau seseorang tidak memiliki izin mendirikan bangunan, maka

ia tidak berwenang mendirikan bangunan, jadi teori yang akan penulisi gunakan

dalam penelitian ini adalah TEORI KEWENANGAN.

2.1.1 TEORI KEWENANGAN

Pengertian Teori Kewenangan

Masalah kewenangan merupakan masalah yang banyak didiskusikan,

bahkan menjadi objek sengketa yang diajukan ke Mahkamah Konstitusi. Salah

satu lembaga yang pernah mengajukan sengketa ke Mahkamah Konstitusi adalah

Pemerintah. Pemerintah mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi karena

dihalangi oleh DPR untuk membeli saham yang didivestasikan oleh PT Newmont

Nusa Tenggara. Timbulnya sengketa ini adalah disebabkan karena masing -

masing lembaga Negara menganggap dirinya mempunnyai kewenangan yang

diberikan Undang - Undang kepadanya, sementara lembaga yang lainnya juga

17
Ibrahim Johnny. Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang : Bayu
Media Publishing 2008. Hlm 23

29

UNIVERSITAS MEDAN AREA


menganggap dirinya mempunyai kewenangan untuk itu. Masing - masing

lembaga Negara tidak ada yang mau mengalah antara satu dengan lainnya. Teori

yang mengkaji tentang hal itu, yaitu teori kewenangan.

Istilah teori kewenangan berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu

authority of theory, istilah yang digunakan dalam bahasa Belanda, yaitu Theorie

van het gezag, sedangkan dalam bahasa Jermannnya, yaitu theorie der autorität.

Teori kewenangan berasal dari dua suku kata, yaitu teori dan kewenangan.

Sebelum dijelaskan pengertian teori kewenangan, berikut ini disajikan konsep

teoritis tentang kewenangan. H.D. Stoud, seperti dikutip Ridwan HB, menyajikan

pengertian tentang kewenangan. Kewenangan adalah : “Keseluruhan aturan -

aturan yang berkenan dengan perolehan dan penggunaan wewenang pemerintah

oleh subjek hukum publik di dalam hubungan hukum publik”.18

Ada dua unsur yang terkandung dalam pengertian konsep kewenangan

yang disajikan oleh H.D. Stoud, yaitu :


1. Adanya aturan - aturan hukum

2. Sifat hubungan hukum.

Sebelum kewenangan itu dilimpahkan kepada institusi yang

melaksanakannya, maka terlebih dahulu harus ditentukan dalam peraturan

perundangan - undangan, apakah dalam bentuk undang - undang, peraturan

pemerintah, maupun aturan yang lebih rendah tingkatnya. Sifat hubungan hukum

adalah sifat yang berkaitan dan mempunyai sangkut paut atau ikatan atau pertalian

atau berkaitan dengan hukum. Hubungan hukumnya ada yang bersifat publik dan

privat.

18
Ridwan HR. Hukum Administrasi Negara. Jakarta. RajaGrafindo Persada, 2008. Hlm
110.

30

UNIVERSITAS MEDAN AREA


Ateng Syafrudin menyajikan pengertian kewenangan, ia mengemukakan bahwa :

“Ada perbedaan antara pengertian kewenangan dan wewenang.

Kewenangan adalah apa yang disebut dengan kekuasaan formal, kekuasaan yang

diberikan dari Undang - Undang, sedangkan wewenang hanya mengenai suatu

bagian tertentu saja kewenangan. Didalam kewenangan terdapat wewenang -

wewenang (rechtsbe voegdheden). Wewenang merupakan lingkup tindakan

hukum publik, lingkup wewenang pemerintah, tidak hanya meliputi wewenang

membuat keputusan pemerintah (bestuur), tetapi meliputi wewenang dalam

rangka pelaksanaan tugas, dan memberikan wewenang serta distribusi wewenang

utamanya diterapkan dalam peraturan perundang - undangan”. 19

Ateng Syafrudin, tidak hanya menyajikan konsep tentang kewenangan,

tetapi juga konsep tentang wewenang. Unsur - unsur yang tercantum dalam

kewenangan, meliputi :
1. Adanya kekuasaan formal

2. Kekuasaan diberikan Undang - Undang

Dalam konstruksi ini, kewenangan tidak hanya diartikan sebagai hak untuk

melakukan praktik kekuasaan, namun kewenangan juga diartikan :

1. Untuk menerapkan dan menegakkan hukum.

2. Ketataan yang pasti.

3. Perintah.

4. Memutuskan.

5. Pengawasan.

6. Yurisdiksi.

19
Ateng Syafrudin. Menuju Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang bersih dan
Bertanggung Jawab, Jurnal Pro Justisia Edisi IV, Bandung. Universitas Parahyangan, 2000. Hlm
22

31

UNIVERSITAS MEDAN AREA


7. Kekuasaan.

Pada umumnya, kewenangan diartikan sebagai kekuasaan, Kekuasaan

adalah : “Kemampuan dari orang atau golongan untuk menguasai orang lain atau

golongan lain berdasarkan kewibawaan, kewenangan, kharisma, atau kekuatan

fisik”.

Konstruksi kekuasaan dalam definisi ini, yaitu adanya kemampuan untuk

menguasai orang lain. Kemampuan untuk menguasai orang lain, yaitu didasarkan

pada :

1. Kewibawaan.

2. Kewenangan.

3. Kharisma.

4. Kekuatan fisik.

Pada hakikatnya kewenangan merupakan kekuasaan yang diberikan

kepada alat - alat perlengkapan Negara untuk menjalankan roda pemerintahan.

Dalam definisi diatas, tidak tampak pengertian teori Kewenangan. Menurut hemat

Penulis, teori kewenangan (authorty theory) merupakan teori yang mengkaji dan

menganalisis tentang “Kekuasaan dari organ pemerintahan untuk melakukan

kewenangannya, baik dalam lapangan hukum publik maupun hukum privat20”

2.1.2. Jenis - Jenis Kewenangan

Kewenangan dapat dibedakan menurut sumbernya, kepentingannya,

teritoria, ruang lingkupnya, dan menurut urusan Pemerintah. Kewenangan

menurut sumbernya dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

Indrati, Maria Farida, Ilmu Perundang-undangan: Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan,
20

Yogyakarta. Kanisius. 2007 Hlm 67

32

UNIVERSITAS MEDAN AREA


1. Wewenang personal.

2. Wewenang ofisial. 21

Wewenang personal, yaitu wewenang yang bersumber pada inteligensi,

pengalaman, nilai, atau norma, dan kesanggupan untuk memimpin. Sedangkan

wewenang ofisial merupakan wewenang resmi yang diterima dari wewenang yang

berada diatasnya.

Max Weber membagi kewenangan menjadi empat macam, yang meliputi:

1. Wewenang kharismatik, tradisional, dan rasional (legal).

2. Wewenang resmi dan tidak resmi.

3. Wewenang pribadi dan teritorial.

4. Wewenang terbatas dan menyeluruh. 22

Wewenang kharismatik merupakan wewenang yang didasarkan pada

kharisma yang merupakan suatu kemampuan khusus yang melekat pada diri

seseorang, kemampuan mana yang diyakini sebagai pembawaan seseorang sejak

lahir. Wewenang tradisional merupakan wewenang yang dapat dipunyai oleh

seseorang atau sekelompok orang. Ciri - ciri wewenang tradisional yaitu :

1. Adanya ketentuan tradisional yang mengikat penguasa yang

mempunyai wewenang, serta orang - orang lain dalam masyarakat.

2. Adanya wewenang yang lebih tinggi daripada kedudukan

seseorang diri hadir secara pribadi.

3. Selama tidak ada pertentangan dengan ketentuan - ketentuan

tradisional, orang - orang dapat bertindak secara bebas.

21
http://restuningmaharani.blogspot.com/2009/10/teori-kewenangan.html,diakses tanggal
20 Oktober 2015, Pukul 15.30 Wib
22
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2005.
Hlm 280 - 288

33

UNIVERSITAS MEDAN AREA


Wewenang rasional atau legal, yaitu wewenang yang disandarkan pada

sisitem hukum yang berlaku dalam masyarakat. Sistem hukum mana dipahamkan

sebagai kaidah - kaidah yang telah diakui serta ditaati oleh masyarakat, dan

bahkan yang telah diperkuat oleh negara.

Wewenang tidak resmi merupakan hubungan - hubungan yang timbul

antara pribadi yang sifatnya situasional, dan sifatnya sangat ditentukan pihak -

pihak yang saling berhubungan tadi.Wewenang resmi sifatnya sistematis, dapat

diperhitungkan dan rasional. Biasanya wewenang ini dapat dijumpai pada

kolompok - kelompok besar yang memerlukan aturan tata tertib yang tegas dan

bersifat tetap. Wewenang pribadi lebih didasarkan pada tradisi, dan / atau

kharisma. Wewenang teritorial merupakan wewenang dilihat dari wilayah tempat

tinggal.

Wewenang terbatas adalah wewenang yang sifatnya terbatas, dalam arti

tidak mencakup semua sektor atau bidang kehidupan, akan tetapi hanya terbatas

pada salah satu sektor atau bidang saja. Misalnya, seorang jaksa di Indonesia

mempunyai wewenang atas nama Negara menuntut seorang warga Negara yang

melakukan tindak pidana, akan tetapi jaksa tersebut tidak berwenang

mengadilinya. Wewenang menyeluruh merupakan wewenang yang tidak dibatasi

oleh bidang - bidang kehiduan tertentu. Misalnya, bahwa setiap Negara

mempunyai kewenangan yang menyeluruh atau mutlak untuk mempertahankan

kedaulatannya. Disamping pembagian diatas, kewenangan juga dibagi

berdasarkan urusan pemerintah. Urusan pemerintah adalah :

“Fungsi - fungsi pemerintah yang menjadi hak dan kewajiban setiap

tingkatan atau susunan pemerintah untuk mengatur dan mengurus fungsi -

34

UNIVERSITAS MEDAN AREA


fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka melindungi,

melayani, dan mensejahterahkan masyarakat”.23

Ada tiga tingkatan pemerintah didalam menjalankan urusan pemerintah,

Ketiga tingkatan itu, meliputi :


1. Pemerintah.

2. Pemerintahan provinsi,

3. Pemerintah kabupaten.

Urusan pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintah meliputi :

1. Politik luar negeri.

2. Pertanahan.

3. Yustisi.

4. Moneter dan fiskal nasional.

5. Keamanan.

6. Agama.

Disamping keenam kewenangan itu, pemerintah juga mempunyai

kewenangan bersama antara tingkatan atau susunan pemerintah. Kewenangan itu

meliputi :

1. Pendidikan.

2. Kesehatan.

3. Perumahan.

4. Penataan ruang.

5. Perencanaan pembangunan.

6. Pekerjaan umum.

23
Pasal 1 angka 5 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintah.

35

UNIVERSITAS MEDAN AREA


7. Perhubungan.

8. Lingkungan hidup.

9. Pertanahan.

10. Dll

Kewenangan pemerintah provinsi terdiri atas dua macam kewenangan,

yang meliputi :

1. Kewenangan wajib.

2. Kewenangan pilihan

Kewenangan wajib merupakan kewenangan oleh pemerintah daerah

provinsi daerah, berkaitan dengan pelayanan dasar. Ada 26 jenis kewenangan

wajib pemerintah provinsi, yang meliputi :

1. Pendidikan.

2. Kesehatan.

3. Lingkungan.

4. Pekerjaan umum.

5. Penataan ruang.

6. Perencanaan pembangunan.

7. Perumahan.

8. Olahraga.

9. Penanaman modal.

10. Koperasi dan usaha kecil dan menengah.

11. Kependudukan dan cacatan sipil.

12. Ketenagakerjaan.

13. Ketahanan pangan.

36

UNIVERSITAS MEDAN AREA


14. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

15. Keluarga berencana dan keluarga sejahtera.

16. Perhubungan.

17. Komunikasi dan informatika.

18. Pertanahan.

19. Kesatuan bangsa dan politik dalam negeri.

20. Otonomi daerah, pemerintah umum, administrasi keuangan daerah,

perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian.

21. Pemberdayaan masyarakat dan desa.

22. Sosial.

23. Kebudayaan.

24. Statistik.

25. Kearsipan.

26. Perpustakaan.

Urusan pilihan merupakan urusan pemerintah yang secara nyata ada dan

berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi,

kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Ada delapan jenis

kewenangan pilihan dari pemerintah provinsi, yang meliputi :

1. Kelautan dan perikanan.

2. Pertanian.

3. Kehutanan.

4. Energi dan sumber daya mineral.

5. Parawisata.

6. Industri.

37

UNIVERSITAS MEDAN AREA


7. Perdagangan.

8. Ketransmigrasian.

Kewenangan pemerintah kabupaten / kota terdiri atas dua kewenangan,

yang meliputi :

1. Kewenangan wajib.

2. Kewenangan pilihan.

Ada 26 jenis kewenangan wajib pemerintah kabupaten / kota, yang

meliputi :

1. Pendidikan.

2. Kesehatan.

3. Lingkungan.

4. Pekerjaan umum.

5. Penataan ruang.

6. Perencanaan pembangunan.

7. Perumahan.

8. Olahraga.

9. Penanaman modal.

10. Koperasi dan usaha kecil dan menengah.

11. Kependudukan dan cacatan sipil.

12. Ketenagakerjaan.

13. Ketahanan pangan.

14. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

15. Keluarga berencana dan keluarga sejahtera.

16. Perhubungan.

38

UNIVERSITAS MEDAN AREA


17. Komunikasi dan informatika.

18. Pertanahan.

19. Kesatuan bangsa dan politik dalam negeri.

20. Otonomi daerah, pemerintah umum, administrasi keuangan daerah,

perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian.

21. Pemberdayaan masyarakat dan desa.

22. Sosial.

23. Kebudayaan.

24. Statistik.

25. Kearsipan.

26. Perpustakaan.

Ada delapan jenis kewenangan pilihan dari pemerintah kabupaten / kota,

yang meliputi :

1. Kelautan dan perikanan.

2. Pertanian.

3. Kehutanan.

4. Energi dan sumber daya mineral.

5. Parawisata.

6. Industri.

7. Perdagangan.

8. Ketransmigrasian24

24
Pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan

39

UNIVERSITAS MEDAN AREA


2.1.3. Fokus Kajian Teori Kewenangan

Fokus kajian teori kewenangan adalah berkaitan dengan sumber

kewenangan dari pemerintah dalam melakukan perbuatan hukum, baik dalam

hubungannya dengan hukum publik maupun dalam hubungan privat.

Indroharto, mengemukakan tiga macam kewenangan yang bersumber dari

peraturan undan - undang. Kewenangan itu meliputi :

1. Atribusi.

2. Deligasi.

3. Mandat.25

Atribusi adalah pemberian kewenangan oleh pembuat undang - undang

sendiri kepada suatu organ pemerintahan. Baik yang sudah ada maupun yang baru

sama sekali. Legislator yang kompeten untuk memberikan atribusi wewenang itu,

dibedakan antara :

1. Yang berkedudukan sebagai original legislator ditingkat pusat

adalah MPR sebagai pembentuk konstitusi ( Konstituante) dan

DPR bersama - sama pemerintah sebagai yang melahirkan suatu

undang - undang, dan di tingkat daerah adalah DPRD dan

pemerintah daerah yang melahirkan peraturan daerah.

2. Yang bertindak sebagai delegated legislator, seperti presiden yang

berdasarkan pada suatu ketentuan undang - undang mengeluarkan

peraturan pemerintah dimana diciptakan wewenang - wewenang

pemerintah kepada Bahan atau Jabatan TUN tertentu.

25
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta. RajaGrafindo Persada. 2008,
Hlm.104

40

UNIVERSITAS MEDAN AREA


Deligasi adalah penyerahan wewenang yang dipunyai organ pemerintah

kepada orang yang lain. Dalam delegasi mengandung suatu penyerahan, yaitu apa

yang semula kewenangan si A, untuk selanjutnya menjadi kewenangan si B.

Kewenangan yang telah diberikan oleh pemberi delegasi selanjutnya menjadi

tanggung jawab penerima wewenang. Mandat, disitu tidak terjadi suatu pemberian

suatu wewenang baru maupun pelimpahan wewenang dari badan atau Pejabat

TUN yang satu kepada yang lain. Tanggung jawab kewenangan atas dasar mandat

masih tetap pada pemberi mandat, tidak beralih kepada menerima mandat.

Kedua cara organ pemerintah dalam memperoleh kewenangan itu,

dijadikan dasar atau teori untuk menganalisis kewenangan dari aparatu Negara

didalam menjalankan kewenangannya.

Philipus M. Hadjon mengartikan atribusi, delegasi, mandat sebagai

berikut:

Atribusi merupakan wewenang untuk membuat kepususan (besluit) yang

langsung bersumber dari undang - undang dalam arti materil. Sehingga tampak

jelas bahwa kewenangan yang didapat melalui atribusi oleh organ pemerintah

adalah kewenangan asli, karena kewenangan itu langsung dari Perundang -

Undangan (UUD 1945). Dengan kata lain, atribusi berarti timbulnya kewenangan

baru yang sebelumnya kewenangan itu tidak dimiliki oleh organ pemerintah yang

bersangkutan.

Delegasi diarttikan sebagai penyerahan wewenang untuk membuat

keputusan oleh pejabat pemerintahan ( pejabat Tata Usaha Negara ) kepada pihak

lain tersebut. Dengan kata penyerahan, ini berarti adanya perpindahan

tanggungjawab dari yang memberi deligasi (delegans) kepada yang menerima

41

UNIVERSITAS MEDAN AREA


delegasi (delegetaris). Suatu delegasi harus memenuhi syarat - syarat tertentu,

antara lain :
1. Delegans tidak dapat lagi menggunakan wewenang yang telah

dilimpahkan itu.

2. Delegasi harus berdasarkan ketentuan Undang - Undang

3. Delegasi tidak kepada bawahan.

4. Kewajiban memberikan keterangan, artinya delegasi berwenang

untuk meminta penjelasan tentang pelaksanaan delegasi tersebut.

5. Delegasi memberikan instruksi tentang penggunaan wewenang

tersebut.

Mandat diartikan suatu pelimpahan wewenang kepada bawahan.

Pelimpahan ini bermaksud memberi wewenang kepada bawahan untuk membuat

keputusan atas nama pejabat tata usaha negara yang memberi mandat.

Tanggungjawab tidak berpindah ke mandataris, melainkan tanggungjawab tetap

berada ditangan pemberi mandat, hal ini dapat dilihat dari kata atas nama. Dengan

demikian, semua akibat hukum yang ditimbulkan oleh adanya keputusan yang

dikeluarkan oleh mandataris adalah tanggung jawab si pemberi mandat26.

2.2. Kerangka Pemikiran

Senjata api merupakan salah satu jenis peralatan standar kepolisian yang

dapat digunakan oleh petugas Polri untuk melaksanakan tugasnya guna

melakukan upaya paksa melalui tindakan melumpuhan, menghentikan,

menghambat tindakan seseorang atau sekelompok orang. Senjata api diperlukan

oleh anggota Polri dalam pelaksanaan tugas khususnya anggota yang mengemban

26
DR.H. SALIM HS, SH, M.S dan ERLIES SEPTIANA NURBANI, SH, LLM.
Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan Disertasi. Jakarta, PT RajaGrafindo Persada.
Hlm 196

42

UNIVERSITAS MEDAN AREA


fungsi penegakan hukum dalam rangka upaya paksa. Namun dalam penggunaan

senjata api yang dilakukan oleh anggota Polri, masih banyak penyalahgunaan

yang dilakukan. Penyalahgunaan senjata api ini ada yang dilakukan dalam rangka

melaksanakan tugas dan ada yang dilakukan diluar konteks pelaksanaan tugas.

Beberapa fakta tentang penyalahgunaan senjata api yang dilakukan oleh

anggota yang mencuat ke media dan menjadi sorotan masyarakat antara lain

kejadian yang paling menghebohkan dimana seorang anggota provost di

Polrestabes Semarang Briptu Hance Chrystiato menembak Wakapolwil

Polrestabes Semarang AKBP Drs. Lilik Purwanto sampai meninggal dunia karena

permasalahan mutasi. Kemudian tentu kita masih ingat kejadian seorang perwira

yang sedang menempuh pendidikan di PTIK yang menembak mantan anggotanya

di Papua karena masalah pribadi. Maraknya penyalahgunaan wewenang pinjam

pakai senjata api, membua penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai

pemberian izin pinjam pakai senjata api bagi Kepolisian, apakah hal ini, sudah

memenuhi persyaratan. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk

melakukan peneltian terhadap prosedur pemberian izin pinjam pakai senjata api

bagi Anggota Kepolisian.


2.3. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang

dikemukakan. Kebenaran hipotesa masih memerlukan pengujian atau pembuktian

dalam suatu penelitian yang dilakukan untuk itu, karena inti dari hipotesa suatu

dalil yang dianggap belum menjadi dalil yang sesungguhnya, sebab masih

memerlukan pembuktikan dan pengujian.

43

UNIVERSITAS MEDAN AREA


Adapun hipotesis yang diajukan sehubungan dengan permasalahan diatas

adalah :
1. Persyaratan Polisi yang ingin mendapatkan izin pinjam pakai

senjata api sudah sesuai dengan ketentuan undang - undang yang

berlaku.

2. Penggunaan senjata api pada Anggota Kepolisian belun sesuai

dengan ketentuan Undang - Undang karena Kurangnya

kedisiplinan bagi anggota polri dalam hal penggunaan senjata api.

3. Penyalahgunaan senjata api yang dilakukan oleh Polri masih

banyak yang penyelesaiannya tumpul atau jalan ditempat,

dikarnakan ditutup - tutupi oleh instansi Polri itu sendiri.

44

UNIVERSITAS MEDAN AREA

Anda mungkin juga menyukai