Oleh:
Wafiq Mahmudi
NIM. 22161051
PROGRAM PASCASARJANA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Teori merupakan bentuk tertinggi dari pengetahuan. Karena tidak semua para
ahli pandai membuat dan mengahasilkan teori-teori baru. Disinilah mengapa orang
yang berhasil membuat teori sangat dihargai, karena teori merupakan tujuan utama
dari ilmu pengetahuan pada umumnya.
Hal yang paling penting yang sama-sama dimiliki oleh teoritikus adalah
bahwa mereka tidak semata-mata melukiskan kehidupan sosial atau mencerikatakan
sejarah perkembangan ilmu sosial demi kehidupan sosial, atau menceritakan sejarah
perkembangan ilmu sosial itu sendiri. Mereka lebih berusaha membantu kita untuk
melihat masayarakat manusia dengan cara tertentu sehhingga apa yang kita peroleh
dengan membaca karya-karya mereka tidak hanya lebih banyak informasi mengenai
kehidupan sosial, melainkan sesuatu yang lebih jauh penting lagi, yaitu sebuah
pemahaman yang lebih baik mengenai hakekat hubungan-hubungan sosial manusia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan Pengertian Dan Peranan Teori.?
2. Jelaskan Tentang Teori Fungsionalisme.?
3. Jelaskan Tentang Teori Struktural.?
4. Jelaskan Tentang Teori Konflik.?
5. Jelaskan Tentang Teori Pertukaran.?
6. Jelaskan Tentang Teori Interaksionisme Simbolik.?
C. TUJUAN
1. Untuk Menjelaskan Pengertian Dan Peranan Teori.
2. Untuk Menjelaskan Tentang Teori Fungsionalisme.
3. Untuk Menjelaskan Tentang Teori Struktural.
4. Untuk Menjelaskan Tentang Teori Konflik.
5. Untuk Menjelaskan Tentang Teori Pertukaran
6. Untuk Menjelaskan Tentang Teori Interaksionisme Simbolik.
BAB II
PEMBAHASAN
Dan dapat disimpulkan bahwa teori di satu pihak adalah rangkaian fakta –
fakta dan konsep – konsep serta generalisasi – generalisasi, dipihak lain
merupakan perkiraan tentang implikasi (akibat) dari rangakaian fakta – fakta,
konsep – konsep, dan generalisasi – generalisasi tersebut, yang satu sama lainnya
sangat berhubungan.
1. Teori Sebagai Kerangka Kerja Untuk Melakukan Penelitian
Dalam hal ini fakta – fakta, proposisi, dan kaidah – kaidah itu dapat diturunkan
dari teori tersebut dan disusun secara sistematik, yang dilengkapi dengan ciri – ciri
pokok selanjutnya, yaitu keumuman (generality), rasionalis, objektivitas,
kemampuan diperiksa kebenarannya dan kemampuan menjadi milik umum. Hal ini
dapat dipahami karena semua teori pada hakekatnya berusaha untuk memenuhi
fungsi itu. Dalam analogi ini dapat dimisalkan tentang teori belajar Robert Gagne.
Menurut pandangannya, belajar itu merupakan faktor yang luas yang dibentuk oleh
pertumbuhan. Pandangan teoritik yang dirumuskan Robert Gagne memberikan
sintesis dari penemuan – penemuan yang sangat kompleks dan beragam,
menurutnya terdapat lima jenis belajar, yaitu belajar informasi verbal, kemahiran
intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan motorik , dan belajar sikap.
Secara umum, fungsi ketiga dari suatu teori adalah bahwa teori sering
mengungkapkan seluk beluk dan kompleksitas peristiwa – peristiwa yang
tampaknya sederhana. Suatu contoh khusus adalah hakekat dan jenis – jenis belajar
faktor – faktor yang berpengaruh terhadap belajar dari model Bandura (1971)
(Jones, 2009). Untuk sebagian besar kejadian, penjelasan yang dahulu diberikan
terbatas pada segi peniruannya saja. Artinya, pelajaran menirukan model dan
mendapat reward atau hadiah. Karena melakukan aktivitas yang diharapkan.
Namun, teori belajar sosial dari Bandura ternyata menunjukkan hal yang kompleks
sebab mengenai situasi waktu, pengamatan penunjukan tingkah laku hasil model
berhari – hari dan berminggu – minggu, mengenali kondisi belajar untuk gejala
yang rumit penerapannya. Dengan demikian, kejadian yang relatif sederhana yaitu
tentang proses imitasi modeling (peniruan model) ternyata kompleks karena
memiliki implikasi yang luas bagi teori belajar dan pembelajarannya.
B. TEORI FUNGSIONALISME
1. Pengertian Toeri Fungsionalisme
Selain dari Durkheim, teori struktural fungsional ini juga dipengaruhi oleh
pemikiran Max Weber. Secara umum, dua aspek dari studi Weber yang
mempunyai pengaruh kuat adalah:
C. TEORI STRUKTURAL.
1. Pengertian Teori Struktural
1) Order berarti urutan dan aturan. Urutan aksi harus teratur dan logis.
2) Unity berarti bahwa semua unsur dalam plot harus ada, dan tidak bisa
bertukar tempat tanpa mengacaukan keseluruhannya.
3) Complexity berarti bahwa luasnya ruang lingkup dan kekomplekan
karya harus cukup untuk memungkinkan perkembangan peristiwa yang
logis untuk menghasilkan peredaran dari nasib baik ke nasib buruk
ataupun sebaliknya.
4) Coherence berarti bahwa sastrawan tidak bertugas untuk menyebutkan
hal-hal yang benar terjadi, tetapi hal-hal yang mungkin atau harus
terjadi dalam rangka keseluruhan plot.
b. Ferdinand De Saussure
Dengan demikian yang dimaksud dengan teori konflik adalah any theory or
collection of theories that emphasizes the role of conflict, especially between
groups and classes, in human societies (beberapa teori atau sekumpulan teori yang
menjelaskan tentang peranan konflik, terutama antara kelompok-kelompok dan
kelas-kelas dalam kehidupan sosial masyarakat.
Ada beberapa asumsi dasar dari teori konflik ini. Teori konflik merupakan
antitesis dari teori struktural fungsional, dimana teori struktural fungsional sangat
mengedepankan keteraturan dalam masyarakat. Teori konflik melihat pertikaian
dan konflik dalam sistem sosial. Teori konflik melihat bahwa di dalam masyarakat
tidak akan selamanya berada pada keteraturan. Buktinya dalam masyarakat
manapun pasti pernah mengalami konflik-konflik atau ketegangan-ketegangan.
Kemudian teori konflik juga melihat adanya dominasi, koersi, dan kekuasaan
dalam masyarakat. Teori konflik juga membicarakan mengenai otoritas yang
berbeda-beda. Otoritas yang berbeda-beda ini menghasilkan superordinasi dan
subordinasi. Perbedaan antara superordinasi dan subordinasi dapat menimbulkan
konflik karena adanya perbedaan kepentingan (Jhonson, 1986).
Teori konflik juga mengatakan bahwa konflik itu perlu agar terciptanya
perubahan sosial. Ketika struktural fungsional mengatakan bahwa perubahan
sosial dalam masyarakat itu selalu terjadi pada titik ekulibrium, teori konflik
melihat perubahan sosial disebabkan karena adanya konflik-konflik kepentingan.
Namun pada suatu titik tertentu, masyarakat mampu mencapai sebuah
kesepakatan bersama. Di dalam konflik, selalu ada negosiasi-negosiasi yang
dilakukan sehingga terciptalah suatu konsensus.
a. Polybus
b. Ibnu Khaldun
c. Nicolo Machiavelli
d. Jean Bodin
Inti pemikiran Jean Bodin pada konsepsi titah kedaulatan sebagai esensi
dari masyarakat sipil. Namun demikian, kedaulatan tidak pernah bisa
dipisahkan dari prerogative formal. Hukum diperlakukan sebagai titah
kedaulatan. Hukum adat dipandang sah apabila didukung oleh kedaulatan,
karena kedaulatan memiliki wewenang tak terhingga untuk membuat
hukum.
e. Thomas Hobbes
f. Karl Marx
D. TEORI PERTUKARAN
1. Pengertian Teori Pertukaran
Teori pertukaran sosial adalah teori dalam ilmu sosial yang menyatakan bahwa
dalam hubungan sosial terdapat unsur ganjaran, pengorbanan, dan keuntungan
yang saling memengaruhi. Teori ini menjelaskan bagaimana manusia memandang
tentang hubungan kita dengan orang lain sesuai dengan anggapan diri manusia
tersebut terhadap: 1. Keseimbangan antara apa yang di berikan ke dalam
hubungan dan apa yang dikeluarkan dari hubungan itu. 2. Jenis hubungan yang
dilakukan. 3. Kesempatan memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain.
Teori Pertukaran Sosial dikembangkan oleh Thibault dan Kelley (1952) ini
menganggap bahwa bentuk dasar dari hubungan sosial adalah sebagai suatu
transaksi dagang, dimana orang berhubungan dengan orang lain karena
mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya (Jones, 2009).
Dengan kata lain hubungan pertukaran dengan orang lain akan menghasilkan
suatu imbalan bagi kita. Teori pertukaran sosial pun melihat antara perilaku
dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal).
Karena lingkungan kita umumnya terdiri atas orang-orang lain, maka kita dan
orang-orang lain tersebut dipandang mempunyai perilaku yang saling
mempengaruhi Dalam hubungan tersebut terdapat unsur imbalan (reward),
pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit). Imbalan merupakan segala hal yang
diperloleh melalui adanya pengorbanan, pengorbanan merupakan semua hal yang
dihindarkan, dan keuntungan adalah imbalan dikurangi oleh pengorbanan. Jadi
perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit antar dua orang berdasarkan
perhitungan untung-rugi. Misalnya, pola-pola perilaku di tempat kerja, percintaan,
perkawinan, persahabatan hanya akan langgeng manakala kalau semua pihak yang
terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku seseorang dimunculkan karena
berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan bagi dirinya, demikian pula
sebaliknya jika merugikan maka perilaku tersebut tidak ditampilkan (Urry, 2012).
Teori Pertukaran Sosial dari Thibault dan Kelley ini menganggap bahwa
bentuk dasar dari hubungan sosial adalah sebagai suatu transaksi dagang,
dimana orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu
untuk memenuhi kebutuhannya. Pada perkembangan selanjutnya, berbagai
pendekatan dalam teori pertukaran sosial semakin fokus pada bagaimana
kekuatan hubungan antar pribadi mampu membentuk suatu hubungan interaksi
dan menghasilkan suatu usaha, untuk mencapai keseimbangan dalam
hubungan tersebut.
Didalam struktur sosial yang sedia ada, seseorang itu tidak dapat
mengambarkan sesuatu kejadian itu dapat mempengaruhi perilaku atau
tindakan orang lain dari segi tindak balas dan sebagainya. Jika pernyataan
tersebut dikatakan oleh Homan terlalu bersifat struktur, maka ia dapat
mengambarkan ciri-ciri atau sifat bagi seluruh kaum fungsionalisme. Misalnya
Malinowski mengambarkan bahawa sesuatu benda yang berlaku itu bukan
hanya menghubungkan antara satu dengan yang lain, tetapi juga memerlukan
hubungan individu dengan anggota masyarakat tersebut. Selain itu, Homan
juga menyatakan bahawa sesuatu ganjaran itu datangnya daripada linkungan
masyarakat yang bersifat fungsionalisme iaitu masyarakat yang bersikap
positif dalam memberi sumbangan samada dalam bentuk kelestarian, integrasi
dan juga teladan yang boleh dijadikan panduan umum masyarakat. Disamping
itu, Homan juga menyatakan bahawa ada suatu hubungan yang positif di
antara ganjaran atau sumbangan yang diperolehi dengan pengekalan struktur
masyarakat. Ini kerana sumbangan dan juga ganjaran merupakan sebahagian
daripada keperluan dalam mengekalkan kesejahteraan masyarakat sejagat
dimana ia penting untuk menilai perubahan masyarakat.
c. Peter M. Blau
E. INTERAKSIONISME SIMBOLIK
1. Pengertian Teori Interaksionisme Simbolik.
a. Pengertian interaksi simbolik secara etimologi
Gambaran mead yang terkenal dalam hal ini adalah mengenai anjing yang
berkelahi. Setiap isyarat seekor anjing merupakan stimulasi bagi munculnya respon
anjing lainnya. Demikian pula sebaliknya, sehingga akan terjadi saling memberi
dan menerima. Anjing-anjing itu menyatu dalam “perbincangan isyarat”. Meski
isyarat-isyarat itu sendiri bukan merupakan suatu yang berarti , sebab isyarat itu tak
membawa makna. Anjing-anjing tiu bersiap dan mengantisipasi posisi yang lain
secara spontan.
3. John Dewey
Teori pengenalan ini menghasilkan suatu citra manusia yang dinamis, anti
deterministik dan dengan optimisme. Manusia tidak secara pasif menerima begitu
saja pengetahuannya dari luar, tapi sebaliknya secara aktif dan dinamis membentuk
sendiri pengetahuan dan tindakannya. Lingkungan soial dan situasi tertentu di
mana seseorang hidup tidak sampai pada tingkat yang mendeterminasi dirinya, tapi
merupakan kondisi-kondisi terhadap bagaimana dia menentukan sikapnya.
Gambaran manusia yang demikian ini mengendalikan kepercayaan akan
kemampuan manusia, yang mendasari optimisme.
4. Herbert Blumer
Dalam konteks itu, menurut Blumer, aktor akan memilih, memeriksa, berpikir,
mengelompokkan dan mentransformasikan makna dalam kaitannya dengan situasi
dimana dan kemana arah tindakannya. Sebenarnya, interpretasi harus tidak di
anggap hanya sebagai penerapan makna-makna yang dipakai dan disempurnakan
sebagai instrumen bagi pengarahan dan pembentukan tindakan. Blumer
mengatakan bahwa individu bukan di kelilingi oleh lingkungan obyek-obyek
potensial yang mempermainkannya dan memebentuk perilakunya. Gambaran yang
benar ialah ia membentuk obyek-obyek itu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan strukturalis terhadap sastra dan karya sastra harus di tempatkan dalam
seluruh model semiotic : penulis,membaca ,kenyataan,tetapi pula system sastra dan
sejarah sastra semuanya harus dimainkan peranya dalam interprestasi karya sastra
yang mnyeluruh. Tapi sekaligus harus dikatakan bahwa dalam rangka semiotic
analisis struktur tetap penting dan perlu
Teori Konflik telah dikemukakan oleh para sosiolog baik oleh sosiolog klasik
maupun sosiolog modern. Teori konflik klasik cenderung memandang konflik ditinjau
dari segi sifat alami manusia yang cederung saling memusuhi dan saling menguasai
terutama dalam hal kekuasaan. Adapun teori konflik modern lebih bersifat kompleks
dan muncul sebagai kritikan atas teori fungsionalisme structural. Tokoh yang sangat
terkenal dengan teori konflik modern adalah Ralf Dahrendorf.
Teori pertukaran sosial adalah teori dalam ilmu sosial yang menyatakan bahwa
dalam hubungan sosial terdapat unsur ganjaran, pengorbanan, dan keuntungan yang
saling memengaruhi. Teori ini menjelaskan bagaimana manusia memandang tentang
hubungan kita dengan orang lain sesuai dengan anggapan diri manusia tersebut.
Daftar Pustaka
Jarry, D., & Jary, J. (2008). Sociology Dictionary. New York: Herper Collins.
Jhonson, P. D. (1986). Teori Sosiologi Klasik Dan Modern Jilid II Terjemahan Robert M.Z. Lawang.
Jakarta: PT Gramedia.
Jones, P. (2009). Pengantar Teori-Teori Sosial: Dari Fungsionalisme hingga Post-modernisme. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Riyadi, S. (2001). Interaksionisme Simbolik (Perspektif Sosiologi Modern). Malang: Averroes Press.
Supardan, H. D. (2008). Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumi
Aksara.
Urry, J. (2012). Sociology Beyond Societies: Mobilities For The Twenty-Frist Century. London:
Routlege.
Wardi, B. (2006). Sosiologi Klasik dari Comte Hingga Parsons. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.