Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TEORI SOSIAL DAN KONSEP

INFORMED CHOISE
Dosen Pengampua: Deny Eka W, SST., M.Kes., M.Keb
Dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebijakan dalam Kebidanan
Prodi Kebidanan Program Sarjana Alih Kredit

Disusun oleh kelompok 3:

1. Sri ayu wulandari (AB191030)


2. Suparni (AB191034)
3. Susilowati (AB191035)

PRODI STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA DAN PRODI


PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA

TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang berkat
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Teori Sosial dan Konsep Informed Choise” ini.

Kami juga menyadari bahwa dalam pembuatan maklah ini terdapat banyak
kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun guna perbaikan yang akan datang. Semoga makalah yang
telah di buat ini mendatangkan manfaat bagi semua.

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Informed Choice merupakan suatu pilihan yang di berikan pada pasien


setelah mendapat penjelasan tentang alternative asuhan yang dialami. Pilihan
atau choice lebih penting dari sudut pandang wanita yang memberi gambaran
pemahaman masalah yang berhubungan dengan aspek etika dalam otonomi
pribadi. Ini sejalan dengan Kode Etik Internasional Bidan bahwa : Bidan
harus menghormati hak wanita setelah mendapatkan penjelasan dan
mendorong wanita untuk menerima tanggung jawabdari pilihannya.

Di negara manapun ada hambatan dalam memberdayakan wanita


mengenai pelaksanaan informed choice ini, misalnya sangat kurang informasi
yang diperoleh ketika wanita mulai hamil dan ada prasangka bahwa wanita
sendiri enggan menggambil tanggung jawab untuk membuat keputusan yang
sulit dalam kehamilan maupun persalinan. Dari hasil penelitian yang pernah
dilakukan menunjukan bahwa wanita ingin membuat pilihan kalau diberikan
informasi yang cukup dan justru para bidan yang enggan memberikan
informasi yang lengkap agar wanita dapat membuat keputusan. Wanita
dengan pendidikan tinggi dapat membuat pilihan karena banyak membaca
atau mempunyai bekal untuk membuat keputusan, tetapi untuk sebagian besar
masih sulit karena berbagai alasan, misalnya alasan sosial ekonomi,
kurangnya pendidikan dan pemahaman masalah kesehatan, kesulitan bahasa
dan pemahaman sistem kesehatan yang tersedia.

3
B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian teori sosial dan konsep informed choice ?


2. Apa peranan dan manfaat teori?
3. Apa macam-macam teori sosial?
4. Apa perbedaan informed choice dengan informed consent ?
5. Bentuk pilihan apa saja yang ada dalam asuhan kebidanan ?

C. Tujuan

1. Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai teori sosial


dan konsep informed choice.
2. Untuk mengetahui dan memahami pentingnya informed choice dalam
memberikan asuhan kebidanan kepada klien.

4
BAB II
PEMBAHASAN
1. TEORI SOSIAL

A. PENGERTIAN TEORI

Teori merupakan bentuk tertinggi dari pengetahuan. Karena tidak


semua para ahli para ahli pandai membuat dan menghasilkan teori – teori
baru. Di sinilah mengapa orang yang berhasil membuat teori sangat dihargai,
karena teori merupakan tujuan utama dari ilmu pengetahuan pada umumnya.
Hal yang paling penting yang sama – sama dimiliki oleh para teoritikus adalah
bahwa mereka tidak semata – mata melukiskan kehidupan sosial atau
menceritakan sejarah perkembangan sosial demi kehidupan sosial, atau
menceritakan sejarah perkembangan sosial itu sendriri. Mereka lebih berusaha
membantu kita untuk melihat masyarakat manusia dengan cara tertentu
sehingga apa yang kita peroleh dengan membaca karya – karya mereka tidak
hanya lebih banyak informasi mengenai kehidupan sosial, melainkan sesuatu
yang jauh lebih penting lagi, yaitu sebuah pemahaman yang lebih baik
mengenai hakekat hubungan – hubungan sosial manusia.
Berikut ini adalah pengertian teori menurut para ahli :
1. Jonathan H.Turner
Teori adalah sebuah proses mengembangkan ide-ide yang membantu kita
menjelaskan bagaimana dan mengapa suatu peristiwa terjadi
2. Littlejohn&Karenfoss
Teori merupakan sebuah sistem konsep yang abstrak dan hubungan-
hubungan konsep tersebut yang membantu kita untuk memahami sebuah
fenomena

5
3. Nazir
Teori adalah pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai
suatu peristiwa atau kejadian.
Jadi bisa kita tarik kesimpulan bahwa “Teori merupakan pemikiran dan ide-
ide mengenai sesuatu hal dimana kita bisa mengetahui bagaimana dan
mengapa suatu fenomena dapat terjadi.” Sedangkan istilah sosial berasal
dari bahasa latin “socius” yang artinya teman/masyarakat. Artinya :
Teori sosial merupakan gabungan atau kumpulan dari konsep-konsep sosial
yang telah diuji kebenarannya secara umum (obyektif, metodologis) dan
memiliki sifat generalisasi

Unsur – unsur utama sebuah teori menurut Campbell (1994 : 15)


adalah definisi, deskripsi, dan penjelasan.
a. Definisi, memberitahu kita bagaimana penulis akan memakai istilah –
istilah kuncinya, setiap teoritikus tentang masyarakat misalnya, harus
menjelaskan apa yang ia maksud dengan kata masyarakat, dan
menawarkan pandangan tertentu mengenai peristilahan pokok, seperti
interaksi, kontrak,maupun solidaritas.
b. Deskripsi, merupakan sebuah kegiatan yang tanpa akhir dan selalu
belum selesai serta tanpa batas. Jadi, tidak terhingga banyaknya fakta
yang harus ditemukan, diselidiki, dibuktikan, atau diperdebatkan.
c. Penjelasan, harus melampaui makna deskripsi dengan mengatakan hal –
hal apakah yang dapat memberikan pada kita suatu tertentu mengenai
mengapa suatu kenyataan seperti itu ?.

B.     PERANAN DAN MANFAAT TEORI


1. Teori Sebagai Kerangka Kerja Untuk Melakukan Penelitian.

6
Mengenai pentingnya teori sebagai kerangka kerja untuk penelitian,
dimaksudkan untuk mencegah praktek – praktek pengumpulan data
yang tidak memberikan sumbangan bagi pemahaman peristiwa.

2. Teori Memberikan Suatu Kerangka Kerja Bagi Pengorganisasian Butir


– Butir Informasi Tertentu
Dalam hal ini fakta – fakta, proposisi, dan kaidah – kaidah itu dapat
diturunkan dari sebuah teori dan disusun secara sistematik, yang
dilengkapi dengan ciri – ciri pokok selanjutnya, yaitu keumuman
(generality), rasionalis, objektivitas, kemampuan diperiksa
kebenarannya dan kemampuan menjadi milik umum.
3. Teori Berguna Untuk Mengungkapkan Kompleksitas Peristiwa Yang
Kelihatannya Sederhana
Secara umum, fungsi ketiga dari suatu teori adalah bahwa teori sering
mengungkapkan seluk beluk dan kompleksitas peristiwa – peristiwa
yang tampaknya sederhana.
4. Teori Berfungsi Untuk Mengorganisasi kembali Pengalaman –
Pengalaman Sebelumnya
Di dalam ilmu pengetahuan, keberadaan teori – teori lama mutlak
diadakan peninjauan kembali untuk dikaji dan diuji validitasnya dan
relevansinya secara mendalam.
5. Teori Berfungsi Untuk Prediksi Dan Kontrol
Hal ini dikemukakan oleh Kerlinger (2000 : 16) bahwa di samping
ilmuwan mempersoalkan penjelasan dan pemahaman tentang ilmu, juga
tidak kalah pentingnya adalah melakukan prediksi dan kontrol .
             

7
C.    MACAM-MACAM TEORI SOSIAL
Pada abad-19 sejumlah ilmuwan menyadari perlunya secara khusus
mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu berupaya
membangun suatu teori sosial baerdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada
tiap tahap peradaban manusia. Macam – macam teori sosial :
1. Toeri Fungsionalisme
Tokoh-tokoh yang pertama kali mencetuskan fungsional yaitu August
Comte, Emile Durkheim dan Herbet Spencer. Pemikiran structural
fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikiran biologis yaitu menganggap
masyarakat sebagai organisme biologis yaitu terdiri dari organ-organ yang
saling ketergantungan, ketergantungan tersebut merupakan hasil atau
konsekuensi agar organisme tersebut tetap dapat bertahan hidup.
2. Teori Struktural
Yang menjadi objek kajiannya adalah sistem sastra, yaitu seperangkat
konvensi yang abstrak dan umum yang mengatur hubungan berbagai
unsur dalam teks sastra sehingga unsur-unsur tersebut berkaitan satu sama
lain dalam keseluruhan yang utuh. Pendekatan struktural berangkat dari
pandangan kaum strukturalisme, antara lain :
a. Aristoteles, ada 4 konsep dasar yang ditemukan oleh Aristoteles yaitu:
1) Order berarti urutan dan aturan. Urutan aksi harus teratur dan logis.
2) Unity berarti bahwa semua unsur dalam plot harus ada, dan tidak
bisa bertukar tempat tanpa mengacaukan keseluruhannya.
3) Complexity berarti bahwa luasnya ruang lingkup dan kekomplekan
karyaharus cukup untuk memungkinkan perkembangan peristiwa

8
yang logisuntuk menghasilkan peredaran dari nasib baik ke nasib
buruk ataupun sebaliknya.
4) Coherence berarti bahwa sastrawan tidak bertugas untuk
menyebutkan hal-halyang benar terjadi, tetapi hal-hal yang
mungkin atau harus terjadidalam rangka keseluruhan plot.
b. Ferdinand De Saussure
Secara garis besar, konsep Saussure menganggap linguistik
merupakan ilmu yang otonom.Jika ditarik dalam ilmu sastra, maka
karya sastra juga memiliki sifat keotonomian sehingga pembicaraan
mengenai karya sastra tidak perlu dikaitkan dengan ilmu-ilmu yang
lainnya.
3.      Teori Konflik.
Konflik secara etimologis adalah pertengkaran, perkelahian,
perselisihan tentang pendapat atau keinginan; atau perbedaan;
pertentangan berlawanan dengan; atau berselisih dengan. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konflik mempunyai arti percekcokan;
perselisiah; dan pertentangan. Sedangkan menurut kamus sosiologi
konflik bermakna pertentangan secara terbuka antara individu-individu
atau kelompok-kelompok di dalam masyarakat atau antara bangsa-bangsa.
Dengan demikian yang dimaksud dengan teori konflik adalah beberapa
teori atau sekumpulan teori yang menjelaskan tentang peranan konflik,
terutama antara kelompok-kelompok dan kelas-kelas dalam kehidupan
sosial masyarakat.
Tokoh-tokoh teori konflik terbagi ke dalam dua fase yakni tokoh
sosiologi klasik dan tokoh sosiologi modern. Adapun tokoh-tokoh teori
konflik sosiologi klasik adalah sebagai berikut:
a. Polybus, Teori konflik yang dikemukakan oleh Polybus bertolak dari
keinginan manusia membentuk suatu komunitas sehingga teori konflik
yang dikemukakan polybus diformulasikan sebagai berikut:

9
b. Ibnu Khaldun adalah Sosiolog sejati. Hal ini didasarkan pada
pernyataannyatentang beberapa prinsip pokok untuk menafsirkan
peristiwa-peristiwa sosial dan peristiwa-peristiwa sejarah.
c. Nicolo Machiavelli, Menurut Machiavelli pada awalnya manusia hidup
liar bagaikan binatang buas, ketika ras manusia semakin meningkat
jumlahnya mulai dirasakan kebutuhan akan adanya hubungan dan
kebutuhan pertahananan untuk menentang satu dengan yang lainnya
dan memilih seseorang yang sangat kuat dan berani untuk dijadikan
sebagai pemimpin mereka yang harus dipatuhinya. Kemudian mereka
mengenal baik dan buruk dan dapat membedakan mana yang baik dan
yang jahat.
d. Jean Bodin, Inti pemikirannya pada konsepsi titah kedaulatan sebagai
esensi dari masyarakat sipil. Hukum diperlakukan sebagai titah
kedaulatan. Hukum adat dipandang sah apabila didukung oleh
kedaulatan, karena kedaulatan memiliki wewenang tak terhingga
untuk membuat hukum.
e. Thomas Hobbes, mengemukakan bahwa pada dasarnya dorongan
utama dari tindakan manusia diformulasikan pada tingkatan pertama
manusia dengan keinginannya terus-menerus dan kegelisahannya akan
kekuasaan setelah berkuasa, artinya rasa ingin berkuasa akan berhenti
bilamana sudah masuk liang kubur.
4.      Teori Pertukaran
Teori pertukaran sosial adalah teori dalam ilmu sosial yang
menyatakan bahwa dalam hubungan sosial terdapat unsur ganjaran,
pengorbanan, dan keuntungan yang saling memengaruhi. Teori Pertukaran
Sosial dikembangkan oleh :
a. Thibault dan Kelly, menganggap bahwa bentuk dasar dari hubungan
sosial adalah sebagai suatu transaksi dagang, dimana orang

10
berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk
memenuhi kebutuhannya.
b. George C. Homans (1974 ), Beliau percaya bahwa struktur manusia
tidak berlaku secara semula jadi atau di luar jangkaan pemikiran
manusia seperti mesin. Sesuatu yang berlaku itu merupakan perilaku
ataupun tindakan manusia itu sendiri dimana ia dipengaruhi tindakan
serta pemikiran seseorang. Menurutnya, “semua tindakan yang
dilakukan oleh seseorang, makin sering satu betuk tindakan tertentu
memperoleh imbalan, makin cenderung orang tersebut menampilkan
tindakan tertentu tadi”, Makin tinggi nilai hasil suatu perbuatan bagi
seseorang maka makin besar pula kemungkinan perbuatan tersebut di
ulangnya kembali.
c. Peter M. Blau mengatakan tidak semua perilaku manusia dibimbing
oleh pertukaran sosial, tetapi dia berpendapat kebanyakan memang
demikian. Social Exchange yang dimaksudkan dalam teori Blau ialah
terbatas pada tindakan-tindakan yang tergantung pada reaksi-reaksi
penghargaan dari orang lain dan berhenti apabila reaksi-reaksi yang
diharapkan itu tidak kunjung munncul.
               5.    Interaksionisme Simbolik
Pengertian interaksi dalam kamus bahasa Indonesia adalah saling
mempengaruhi , saling menarik, saling meminta dan memberi. Dalam
bahasa inggris disebut interaction yang dalam kamus ilmiah berarti pengaruh
timbal balik, saling mempengaruhi satu sama lain. Sedangkan simbolik
dalam kamus bahasa indonesia berarti perlambangan, dan dalam bahasa
inggris disebut symbolic yang dalam kamus ilmiah berarti perlambangan,
gaya bahasa yang melukiskan suatu benda dengan mempergunakan benda-
benda lain sebagai simbol atau pelambang. Tokoh-tokoh Teori
Interaksionisme Simbolik antara lain :

11
1. Chales Horton Cooley, Dalam pandangannya individu ada berkat proses
berlanjut hidup secara biologis dan sosial. Sebaliknya, masyarakat sangat
terkantung dari individu, karena individu itulah yang menyumbangkan
sesuatu pada kehidupan bersama. Kehidupan manusia merupakan satu
kesatuan. Individu dan masyarakat bukanlah relitas-realitas yang terpisah,
melainkan merupakan aspek-aspek distributif dan kolektif dari gejala yang
sama. Dengan demikian, antara individu dan masyarakat merupakan dua
sisi dari realitas yang sama. Keduannya ibarat dua sisi dari satu mata
uang.

2. George Herbert Mead, baginya tertib masyarakat akanterjadi manakala


ada komunikasi yang dipraktikkan melalui simbol-simbol. Untuk
menjelaskan sifat spesifik komunikasi ini, maka komunikasi antar
manusia harus di bandingkan dengan komunikasi antar hewan.

3.John Dewey, teori pengenalan ini menghasilkan suatu citra manusia yang
dinamis, anti deterministik dan dengan optimisme. Manusia tidak secara
pasif menerima begitu saja pengetahuannya dari luar, tapi sebaliknya
secara aktif dan dinamis membentuk sendiri pengetahuan dan
tindakannya.

4.Herbert Blumer, menurutnya aktor akan memilih, memeriksa, berpikir,


mengelompokkan dan mentransformasikan makna dalam kaitannya
dengan situasi dimana dan kemana arah tindakannya. Sebenarnya,
interpretasi harus tidak di anggap hanya sebagai penerapan makna-makna
yang dipakai dan disempurnakan sebagai instrumen bagi pengarahan dan
pembentukan tindakan.

     

12
2. INFORMED CHOICE

A. Pengertian Informed Choice

Pengertian informed choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan


penjelasan tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya. Menurut kode etik
internasional bidan yang dinyatakan oleh ICM tahun 1993 bahwa bidan harus
menghormati hak wanita setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong
wanita untuk menerima tanggung jawab terhadap hasil dari pilihannya.
Definisi informasi dalam konteks ini adalah meliputi: informasi yang lengkap
sudah diberikan dan dipahami ibu, tentang pemahaman resiko, manfaat,
keuntungan, dan kemungkinan hasil dari tiap pilihannya. Hak dan keinginan
wanita harus dihormati, tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih
asuhannya.
Setelah klien menentukan pilihan, bidan berperan dalam proses
pembuatan informed concent. Dari riwayat yang sudah lama berlangsung,
petugas kesehatan termasuk bidan sungkan baik untuk membagikan informasi
maupun membuat keputusan bersama dengan klien. Ini bertentangan dengan
aspek hukum dan untuk sikap profesionalisme yang wajib dan bersusah payah
untuk menjelaskan kepada klien semua kemungkinan pilihan tindakan dan
hasil yang diharapkan dari setiap pilihannya.

Sebagai seorang bidan dalam memberikan inform choise kepada klien


harus:

 Memperlakukan klien dengan baik.


 Berinteraksi dengan nyaman
 Memberikan informasi obyektif, mudah dimengerti dan diingat serta tidak
berlebihan.

13
 Membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang sesuai
dengan kondisinya.

B. Perbedaan Pilihan (choice) dengan Persetujuan (consent)


a) Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan, karena
berkaitan Bidan harus terus meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya dalam berbagai aspek agar dapat membuat keputusan
klinis dan secara teoritis agar dapat memberikan pelayanan yang aman
dan memuaskan kliennya.
b) Bidan wajib memberikan informasi secara rinci dan jujur dalam bentuk
yang dapat dimengerti oleh si wanita dengan menggunakan media
alternatif dan penterjemah kalau perlu, begitu juga tatap muka langsung.
c) Bidan dan petugas kesehatan lain perlu belajar untuk membantu wanita
melatih diri dalam menggunakan haknya dan menerima tanggung jawab
untuk keputusan yang mereka ambil sendiri. Ini tidak hanya dapat
diterima secara etika tetapi juga melegakan para profesional kesehatan.
Memberikan jaminan bahwa para petugas kesehatan sudah memberikan
asuhan yang terbaik dan memastikan bahwa wanita itu sudah diberikan
informasi yang lengkap tentang implikasi dari keputusan mereka dan
mereka telah memenuhi tanggung jawab moral mereka.
d) Dengan memfokuskan asuhan yang berpusat pada wanita dan berdasarkan
fakta, diharapkan bahwa konflik dapat ditekan serendah mungkin.
e) Tidak perlu takut akan konflik tetapi menganggapnya sebagai suatu
kesempatan untuk saling memberi dan mungkin suatu penilaian ulang
yang objektif, bermitra dengan wanita dari system asuhan dan suatu
tekanan positif terhadap perubahan.dengan aspek hukum yang
memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan dilakukan
bidan.Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai
penerima jasa asuhan kebidanan, yang memberikan gambaran pemahaman

14
masalah yang sesungguhnya dan merupakan aspek otonomi pribadi
menentukan pilihannya sendiri.
Choice berarti ada alternatif lain, ada lebih dari satu pilihan dan klien
mengerti perbedaannya sehinggga dia dapat menentukan mana yang
disukai atau sesuai dengan kebutuhannya.

C. Bentuk Pilihan yang Ada dalam Asuhan Kebidanan

Ada beberapa jenis pelayanan kebidanan yang dapat dipilih oleh pasien, antara
lain:

1. Gaya bentuk pemeriksaan ANC dan pemeriksaan laboratorium atau


screening antenatal.
2. Tempat melahirkan
3. Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan
4. Pendampingan waktu melahirkan
5. Metoda monitor denyut jantung janin
6. Makanan yang sesuai dengan kondisi pasien saat proses bersalin
7. Mobilisasi selama proses persalinan
8. Posisi ketika melahirkan
9. Penolong persalinan
10. Keterlibatan suami waktu bersalin / kelahiran
11. Pemotongan tali pusat
12. Metode kontrasepsi

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Informed choice merupakan bentuk persetujuan pilihan, misalnya tentang


metode kontrasepsi yang dipilih oleh klien setelah memahami kebutuhan
reproduksi yang paling sesuai dengan dirinya / keluarganya. Pilihan tersebut
merupakan hasil bimbingan dan pemberian informasi yang obyektif, akurat dan
mudah dimengerti oleh klien. Pilihan yang diambil merupakan yang terbaik dari
berbagai alternatif yang tersedia.
Bidan harus memberikan pilihan kepada klien tanpa bersifat otoriter, karena
klien mempunyai hak untuk menentukan pilihannya dari informasi yang telah
diperoleh dari bidan tentang segi positif dan negatif pilihannya yang sesuai
dengan kondisinya dan tindakan apa yang akan dilaksanakan. Pemberian
informasi yang jelas akan membantu klien membuat pilihan sendiri yang sesuai
dan memahami tujuan dan risiko prosedur klinik terpilih.
Proses pertukaran informasi dan interaksi positif antara klien dan petugas
untuk membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan
membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi.

B. SARAN

Demi memajukan keterampilan dan pengetahuan seorang bidan, harus terus


meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam berbagai aspek agar dapat
membuat keputusan klinisdan secara teoritis agar dapat memberikan pelayanan
yang aman dan memuaskan kliennya. Maka informed choiceharus di berikan
kepada klien sebagai suatu pilihan untuk klien

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardan, Suryani. 2008. Konsep Kebidanan. EGC : Jakarta


2. Sofyan, Mustika dkk. 2003. Bidan Menyongsong Masa Depan. PP IBI :
Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai