Dalam pembahasan materi kuliah ini kita akan melihat 3 (tiga) hal pokok yaitu : tentang
Teori itu sendiri, Administrasi dan negara, dan selanjutnya apa yang dimaksud dengan Teori-teori
Administrasi Negara.
A. BATASAN KONSEP.
Apakah sesungguhnya yang disebut Teori Administrasi Publik? Jika ada, kapan suatu teori
disebut Administrasi Publik ?. Teori seperti apa yang berkembang dalam studi Administrasi
Publik ?. Untuk menjelaskan pertanyaan-pertanyaan diatas, perlu diperjelas dulu apa yang
dimaksud dengan teori dan apa pula yang dimaksud dengan administrasi publik. Dari pemahaman
tentang kedua konsep tersebut, pengertian Teori Administrasi Publik dapat dikemukakan dengan
lebih jelas.
B. TEORI
Apakah itu Teori ? Arti yang diberikan untuk istilah ini berbeda antara orang awam dan
ilmuwan, dan para ilmuwan pun sering menggunakan konsep ini secara berbeda. Orang awam
sering mengartikan teori sebagai kesimpulan sementara atau hipotesis tentang realitas yang
belum dimengerti sepenuhnya. Misalnya seorang detektif yang belum sepenuhnya memperoleh
bukti tentang sebab dari suatu peristiwa kematian, berteori bahwa kematian tersebut terjadi bukan
karena bunuh diri tapi karena dibunuh.
Lebih jauh lagi orang awam sering mengartikan teori sebagai sesuatu yang berbeda dari realitas,
misalnya ketika banyak orang mengatakan ah itu sih teori, prakteknya berbeda. Pengertian teori
seperti tersebut diatas, tidak dipakai dalam pembahasan ini. Teori bukanlah dugaan sementara,
bukan juga sesuatu yang bertentangan dengan realitas. Teori muncul dari realitas dan
menjelaskannya secara abstrak sehingga mewakili semua realitas yang sejenis.
Schattshneider dan Charlesworth ( 1982 : 209 ) mendefinisikan teori sebagai the shortest way of
saying something important.
Contoh : Teori kemiskinan kultural ( Cultural poverty misalnya, merupakan suatu cara yang
terpendek untuk menjelaskan betapa fenomena banyaknya orang yang gagal mencari pekerjaan,
tidak mampu makan secara teratur dengan mutu gizi yang cukup, menempati rumah kumuh
dengan fasilitas pemukiman yang terbatas dan lain-lain tidak cukup dijelaskan dari kondisi
ekonominya belaka, misalnya pengahasilan yang tidak cukup, tapi juga latar belakang nilai yang
melekat pada diri mereka yang disebut sebagai si miskin tersebut.
2
Secara lebih tegas Simon dan Burstein ( 1985 ) menjelaskan bahwa elemen kunci dari teori adalah
bahwa : it abstracts a few characteristics of reality in an ettempt to isolate and describe its
central features. (hal.52).
Teori yang baik adalah teori yang mampu menjelaskan realitas dengan baik. Dalam hal ini
semestinya teori dan praktik tidak mempunyai jarak, atau menjadi satu (praxis).
Sayangnya persepsi sementara orang tentang hubungan antara teori dan praktik adalah
sebaliknya. Seperti diungkapkan oleh Harmon dan Mayer (1986:57), sementara orang
mendefinisikan teori secara sinis sebagai ........... Jargon and complex word to describe
what appear to be otherwise ralatively simple happenings.
Dan sementara lainnya juga secara sinis mendefinisikannya sebagai ..........something
separate and distinct from, perhaps even alien to, the real world of practical work.
Upaya menjembatani teori dan praktik dengan begitu merupakan tugas ilmu pengetahuan.
Lebih dari sekedar sesuai dengan realitas, teori haruslah memberi pencerahan kepada
pemakai ilmu yang berada di luar kesadaran sehingga dapat menuntun kepada tindakan
yang nyata. Setiap pemikir, teoritisi, atau penulis tidak bebas nilai, sebaliknya mereka
harus memiliki tanggung jawab moral terhadap praktisi di dalam menciptakan teori atau
buah pikirannya (Denhart, 1935 : ix). Sejalan dengan itu, Harmon dan Mayer (1986)
menyarankan agar teori (terutama dalam konteks administrasi publik) haruslah bersifat
praktis, dalam pengertian memiliki unsur-unsur diagnostik (Kenapa suatu problematis
tertentu terjadi?) dan instrumental (Bagaimana mencapai tujuan?)
Sebagai bahan pembanding tentang pengertian teori itu sendiri, kita coba petik
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, yang dimaksud dengan Teori adalah :
1. Pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, yang didukung oleh data dan
argumentasi;
2. Penyelidikan eksperimental yang mampu menghasilkan fakta berdasarkan ilmu pasti,
logika, metodologi, argumentasi, seperti teori tentang pembentukan negara;
3. Asas dan hukum umum yang menjadi dasar suatu kesenian dan atau ilmu pengetahuan;
4. Pendapat, cara, dan aturan untuk melakukan sesuatu.
Teori sering pula disebut sebagai konsepsi dasar yang pada hakekatnya dapat dijadikan
dasar didalam memecahkan sesuatu masalah yang dihadapi oleh seseorang atau
sekelompok orang dan atau dalam suatu organisasi.
C. ADMINISTRASI PUBLIK
Setiap masyarakat, bagaimanapun sederhanyanya, tentu memiliki masalah bersama
(masalah publik) tertentu yang menuntut pemecahan secara bersama melalui serangkaian
tindakan yang terorganisasi. Misalnya menghadapi ancaman musuh, menghadapi banjir atau
bencana alam lainnya, membangun saluran irigasi, jembatan, dan sebagainya. Masalah
publik berkembang biak baik jenis maupun kompleksitas permasalahannya seiring dengan
modernisasi yang berlangsung di masyarakat tersebut. Dalam kehidupan modern seperti
4
sekarang ini, banyak masalah yang semua dianggap sebagai masalah pribadi, berkembang
menjadi masalah publik karena implikasi sosial yang timbul dari perkembangan masalah
tersebut. Untuk menyebut sebagian adalah masalah pengangguran, ledakan penduduk,
kematian, perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan, peranan wanita, kepemudaan, dan
sebagainya.
Apa yang kemudian menjadi bidang studi administrasi publik adalah bagaimana orang-orang
mengorganisasikan diri mereka sebagai publik secara kolektif dan juga tugas dan kewajiban
masing-masing memecahkan masalah-masalah publik untuk mencapai tujuan-tujuan bersama
mereka (Caiden, 1982 : 3).
Negara adalah merupakan lembaga formal yang memiliki mandat (dengan asumsi bahwa
mekanisme demokratis berlangsung) dan rakyat melalui cara-cara tertentu yang dapat
dibenarkan oleh hukum yang berlaku untuk memenuhi kepentingan publik. Karena itu
administrasi publik secara lebih khusus dapat dijelaskan sebagai apa yang dilakukan oleh
pemerintah, terutama lembaga eksekutifnya, didalam memecahkan masalah-masalah
kemasyarakatan (Nigro & Nigro, 1984 : 3-4).
Pelaku utama dalam proses administrasi publik adalah mereka yang disebut sebagai
administraor negara atau pegawai negeri. Merekalah yang dibebani tanggungjawab untuk
mengerjakan tugas-tugas pemerintahan atau pelayanan publik. Tetapi proses administrasi
publik sesungguhnya melibatkan juga banyak pihak luar pegawai negeri, seperti pekerja-
pekerja sosial, lembaga sosial masyarakat, dan lain-lain. Terutama dalam iklim deregulasi
dan privatisasi, sektor swasta cenderung memainkan peranan yang sangat penting dalam
proses pelayanan publik. Sektor-sektor non pemerintah tersebut melakukan tindakannya
dengan mengatasnamakan kepentingan publik, dan tindakan-tindakan mereka dapat
menimbulkan akibat-akibat tertentu kepada masyarakat. Oleh karena itu perlu juga menjadi
pusat perhatian dalam studi administrasi publik (Harmon & Mayer, 1986 :6).
pemerintah. Walaupun proses administrasi publik meletakkan pemerintah sebagai aktor atau
lembaga utamanya, proses tersebut juga melibatkan unsur-unsur lain dalam masyarakat
seperti perusahaan bisnis, LSM, organisasi sosial dan lain-lain. Setair : itu publik atau
masyarakat luas merupakan sumber legitimasi dan tujuan dan mana dan kepada siapa proses
administrasi diselenggarakan. Dalam negara yang demokratis, proses administrasi publik
dilakukan atas mandat yang diberikan publik, melalui proses yang melibatkan publik, dan
untuk sebesar-besar manfaat yang dapat diterima publik. Selain itu pembaca perlu
menagkap istilah Teori Administrasi Publik secara hatihati, Karena literatur
Administrasi Publik sejauh ini belum membuahkan teori yang secara kuat dapat disebut
sebagai teori administrasi publik, seperti jika literatur Psychologi memberikan klaim teori
motivasi sebagai teorinya. Atau literatur ilmu politik menyatakan secara sama terhadap teori
partisipasi politik, dan ilmu ekonomi menyatakan serupa terhadap konsep efisiensi.
Motivasi, partisipasi politik, dan efisiensi adalah dua dan banyak teori yang dkembangkan
diluar disiplin administrasi publik, tetapi banyak dipakai dalam literatur administrasi
administrasi publik untuk menjelaskan fenomena administrasi publik. Sulit, jikapun ada
kita menemukan teori yang secara orisinil merupakan teori administrasi publik. Konsep
efisiensi datang dan ilmu ekonomi atau manajemen, konsep perataan (equility) muncul dan
ilmu politik, konsep kelompok formal dan informal adalah konsep sosiologi, dan konsep
motivasi, sikap dan prilaku adalah konsep psykologi. Karena itu dapat dipahami jika
Caiden (a982) menyatakan : Public administration has yet to develov a systematic body of
theory of its own. There are theories in public administration, but there are few general
theories of public administration. It evokes memories still of the simplistic normative
slogans of administrative proverbs of the scientific management approach to public
administration before World War II. The disillusionment Simon`s Administrative Behavior
and Woldo`s The Administrative State, the latter summarizing it as `crude, presumptuous,
incomplete-wrong in some of its conclusions, naive in its scientific methodology, parochial
in its outlock, has persisted (hal 205).
Menyadari kenyataan bahwa teori-teori yang dipakai dalam literatur administrasi publik
berasal dari luar disiplin ilmu tersebut, secara berhati-hati banyak teori administrasi publik
memberi judul Teori dalam Administrasi Publik dan pada Teori Administrasi Publik.
Satu contoh adalah buku Harmon & Mayor yang berjudul : Organization Theory for Public
Administration (1986) upaya untuk mendudukkan Ilmu Administrasi Publik sebagai Ilmu
yang berdiri sendiri telah lama dimulai, misalnya secara jelas diperlihatkan oleh para
penganut Administrasi Baru seperti Frederickson (1971 dan 1974) dan Marini (1971), yaitu
6
dengan memberikan batasan yang jelas mengenai foci dan loci ilmu administrasi publik,
sehingga ilmu administrasi publik secaram jelas dapat dibedakan dengan ilmu-ilmu lain
yang pernah menjadi ilmu induk dan administrasi publik yaitu ilmu politik dan ilmu
administrasi atau manajemen. Tetapi pembatasan demikian tidak menutup pengaruh kedua
ilmu tersebut, dan juga ilmu-ilmu lainnya, terhadap administrasi publik. Yang kemudian
terjadi justru berkembang suburnya pendekatan multidisipliner dalam ilmu yang ada, sosial
atau eksakta.
Dalam keadaan demikian batas antar ilmu menjadi tidak tegas lagi, atau menjadi kabur,
karena terjadi tumpang tindih yang tak terhindarkan baik dalam foci atau loci masing-
masing ilmu. Dalam iklim perkembangan ilmu yang cenderung bersifat lintas disiplin ini,
artikel Bailey (1986 : 64) Objektives of the Theory of Public Administration memberi
penjelasan yang tepat tentang teori administrasi publik, yaitu dengan menekankan tujuan
dan dibangunnya teori administrasi negara. Menurut dia tujuan akhir dari teori administrasi
publik adalah jelas yaitu :
............ to draw together the insights of humanities and the validated propositions of the
social and behavioral sciences and to apply these insights and propositions to the/task of
improving the processes of govermment aimed at achieving politically legitimated goals by
constitutionally mandeted means.
Dalam pandangan Bailey, semua teori (dari disiplin ilmu manapun datangnya) yang
berguna untuk memberikan gambaran teoritis baik dalam bentuk wawasan atau proposisi
dalam rangka meningkatkan kualitas proses pemerintahan adalah teori administrasi publik,
dan diterapkan dalam praktek administrasi publik, Bailey juga menekankan sifat praktis dan
ilmu administrasi publik yaitu dengan menjelaskan empat macam teori, yang secara
keseluruhan dapat memberikan kontribusi terhadap praktek administrasi publik, yaitu :
Teori Deskriptif ekplanatif, Teori Normatif, Teori Asumtif dan Teori Instrumental.
1. Teori Deskriptif Eksplnatif
Teori Deskriptif-Eskplanatif, memberikan penjelasan secara abstrak
realitas administrasi publik, baik dalam bentuk konsep, proposisi, atau
hukum. Salah satu contoh adalah konsep hirarki dan organisasi formal.
Konsep tersebut menjelaskan ciri umum dari organisasi formal, yaitu adanya
penjenjangan dalam struktur organisasi . Konsep yang sederhana seperti hirarki ini
bisa berkembang menjadi konsep yang lebih rumit, misalnya teori yang menjelaskan
deskriptif multihirarki dalam mekanisme kerja organisasi publik, dimana seorang manajer
organisasi publik kurang lengkap dijelaskan sebagai orang yang berada dipucuk hirarki
7
suatu organisasi dan secara eksklusif bekerja dalam struktur internal tersebut, karena di
samping organisasi yang dipimpinnya, ia jua harus berhubungan dengan organisasi atau
kelompok-kelompok sosial/politik lain yang juga memiliki hirarki sendiri. Dalam hal ini
manajer suatu organisasi lebih cocok dijelaskan sebagai broker yang senantiasa harus
bernegosiasi menjembatani antara kepentingan-kepentingan organisasinya dengan
kepentingan-kepentingan di luar organisasi yang ia pimpin.
-Para Pemilih
-Wakil- Wakil
Rakyat
-Pejabat-
pejabat
politik
Manajer Kelompok-kelompok
Lembaga- Kepentingan
Lembaga terkait Administratif
Hirarki
Administrasi
Tradisional
Pada dasarnya teori deskriptif-eksplanatif menjawab dua pertanyaan dasar, yaitu ada
dan mengapa atau apa berhubungan dengan apa. Pertanyaan pertama apa, menuntut
jawaban deskriptif mengenai suatu realitas tertentu yang dijelaskan secara abstrak ke
dalam satu konsep tertentu misalnya : hirarki organisasi formal, hirarki kebutuhan,
organisasi formal, konflik peranan, ketidak jelasan peranan, semangat kerja dan lain-lain.
Pertanyaan mengapa atau apa berhubungan dengan apa menuntut jawaban aksplanatif atau
diagnostik mengenai keterkaitan antara satu konsep abstrak tertentu dengan konsep abstrak
lainnya. Misalnya konflik peranan berhubungan dengan tipe kegiatan dalam organisasi,
apakah bersifat departemental atau koordinatif. Artinya kegiatan yang bersifat
departemental (dilaksanakan hanya oleh satu departemen) cenderung kurang menimbulkan
konflik peranan di antara para pengambil keputusan dan pelaksana, dibanding jika
kegiatan tersebut dilaksanakan secara koordinatif (melibatkan banyak departemen).
Hubungan kausal seperti diatas dapat sigambarkan sebagai berikut :
Gambar 2
Hubungan Kausal Tipe Kegiatan dan Konflik Peranan
8
Konflik
Tipe Kegiatan Peranan
Hubungan satu konsep dengan konsep lain dapat lebih kompleks dan sekedar
hubungan kausal antara dua variabel (variabel pengaruh dan variabel terpengaruh).
Hubungan antar banyak variabel dapat bersifat timbal balik atau sistematik. Model
Keterkaitan Ketidak mampuan Administrasi, yang menjelaskan secara abstrak lingkaran
setan dan sejumlah banyak variabel baik bersifat internal maupun eksternal yang secara
sistematik berhubungan dengan ketidakmampuan administratif. Model ini mengisyaratkan
bahwa upaya mengatasi ketidakmampuan administratif akan gagal jika hanya
memperhatikan satu faktor saja, dan mengabaikan pengaruh dan faktor-faktor lain.
FAKTOR FAKTOR
EKSTERNAL INTERNAL
Pengalaman
Kolonial
Elit
Hubungan
Dagang
Struktur Struktur
Ketidak Dan
Pasar Mampuan Lembaga-lembaga
Finansial Administrati
Sumber-Sumber
Kuasa dan
Wewenang
Bantuan
Militer Sumber-Sumber
Daya Fisik
Bantuan
Sumber : Bryant & White, Pembangunan
1982, hal.51
1. Teori Normatif
Teori Normatif bertujuan menjelaskan situasi administrasi masa mendatang
secara prospektif. Termasuk dalam teori normatif adalah utopi, misalnya
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila atau keluarga kecil yang
bahagia dan sejahtera. Teori normatif juga dapat dikembangkan dengan merumuskan
kriteria-kriteria normatif yang lebih spesifik, seperti efisiensi, efektifitas, responsibilitas,
9
3. Teori Instrumental
Pertanyaan pokok yang dijawab dalam jenis teori ini adalah Bagaimana
dan Kapan?. Misalnya jika sistem administrasi berlangsung secara begini dan
begitu karena ini dan itu, jika desentralisasi dapat meninghkatkan efektivitas
birokrasi, jika manusia dan institusinya sudah siap atau dapat disiapkan kepada
perubahan sistem administrasi ke arah desentralisasi yang besar, maka strategi,
teknik, dan alat-alat apa yang dikembangkan untuk menunjangnya ?
Analisis kebijakan banyak mengembangkan atau mengaplikasikan berbagai teknik
baik kuantitatif misalnya regresi atau riset operasi maupun kualitatif, baik rasional atau
intutif, untuk menjawab pertanyaan Bagaimana? dan Kapan? ini, jawaban mana
berguna sebagai rekomendasi kepada pengambil kebijakan dalam menentukan langkah-
langkah konkrit dalam proses kebijakan publik. Didalam literatur manajemen
berkembang apa yang disebut manajemen strategis, suatu teknik yang diorganisasi
untuk mencapai tujuan-tujuannya dan menghadapi tantangan internal dan eksternal
dengan melakukan pengenalan dan analisis terhadap kekuatan (strength),
kelemahan (weakness), kesempatan (opportunities), dan ancaman (threat). Teknik
ini dikenal dengan teknik SWOT.
E. . PENGERTIAN ADMINISTRASI
Pertama-tama marilah kita melihat pada pengertian Administrasi dan
Ilmu Administrasi itu sendiri, sebelum menguraikan berbagai unsur-unsur dan
fungsi dari sebagian unsur tersebut lebih jauh.
Beberapa Sarjana telah memberikan pengertian antara lain sebagai berikut :
1. Menurut Herbert A. Simon :
Administration can be defined as the activities of groups cooperating to
accomplish common goals. ( Jadi, baginya administrasi dapat dirumuskan sebagai
kegiatan-kegiatan kelompok kerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama).
2. Menurut Leonard B. White :
Administration can be defined as the activities of groups efforts, public or
private, civil or militery. ( Jadi, baginya adminitrasi adalah suatu proses yang umum
ada pada setiap usaha kelompok-kelompok, baik pemerintah maupun swasta, baik
sipil maupun militer, baik dalam ukuran besar maupun kecil).
3. Menurut Prajudi Atmosudirjo :
Administrasi merupakan fenomena sosial, yaitu perwujudan tertentu di
dalam masyarakat modern. Eksistensi administrasi itu berkaitan dengan organisasi.
Jadi, barang siapa hendak mengetahui adanya administrasi dalam masyarakat ia
12
harus mencari terlebih dahulu suatu organisasi yang masih hidup, di situ terdapat
administrasi.
4. Menurut Luther Gulick :
Administration has to do with getting things done, with the
accomplishment of difined objectives. ( Jadi, menurut Gulick Administrasi
berkenaan dengan penyelesaian hal apa yang hendak dikerjakan, dengan
tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan).
Sedangkan Ilmu Administrasi didefinisikan Gulick sebagai berikut :
The science of administration in thus the system of knowledge where by men may
understand relationship, predict result, and influence outcomes in any situation where
men are organized at work together for a common purpose. ( Jadi, menurut Gulick,
Ilmu Administrasi adalah suatu sistem pengetahuan dimana olehnya manusia dapat
mengerti hubungan-hubungan meramalkan akibat-akibat dan mempengaruhi hasil-
hasil pada suatu keadaan di mana orang-orang secara teratur bekerja sama untuk
tujuan bersama).
5. Menurut The Liang Gie :
Administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap
pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam kerja sama
mencapai tujuan tertentu.
6. Menurut Sondang P. Siagian :
Administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan dari keputusan-
keputusan yang telah diambil dan pelaksanaan itu pada umumnya dilakukan oleh
dua orang manusia atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
7. Menurut Hadari Nawawi :
Administrasi adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan sebagai proses
pengendalian usaha kerja sama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan
bersama yang telah ditetapkan sebelumnya.
Definisi para ahli tentang Administrasi ini sangat banyak, sehingga tidak
perlu lagi disajikan satu per satu, karena pada prinsipnya mempunyai pengertian
yang sama, yaitu antara lain :
a. Kerja sama,
b. Banyak orang,
c. Peralatan dan perlengkapan,
d. Untuk mencapai tujuan bersama.
Pengertian diatas dimaksudkan sebagai administrasi dalam arti luas, sedangkan
pengertian dalam arti sempit adalah administrasi sebagaimana yang sering kita
dengar sehari-hari, yaitu Tata Usaha. Memang tata usaha merupakan unsur
13
2. Suatu proses yang lazim terdapat dalam segenap usaha bersama, baik usaha
pemerintah maupun usaha swasta, baik sipil maupun militer, baik usaha berskala
besar maupun usaha kecil-kecilan.
3. Suatu pengorganisasian dan bimbingan orang-orang agar dapat melaksanakan
suatu tujuan khusus.
4. Suatu proses penyelenggaraan dalam setiap usaha kerja sama sekelompok manusia
untuk mencapai tujuan tertentu.
Administrasi disebut sebagai Ilmu bahkan kini menjadi suatu disiplin Ilmu
pengetahuan yang berdiri sendiri karena memenuhi syarat yang diminta oleh suatu
disiplin ilmu sebagai Ilmu Pengetahuan Yang Mandiri.
Pertama, sebagai disiplin ilmu, administrasi memiliki objek materia yaitu manusia,
artinya melihat dari pokok masalah yang dibahas maka manusialah sosok yang
dibahas. Namun demikian, yang namanya objek materia sudah barang tentu akan
bertumpang tindih ( convergency) dengan objek materia ilmu lain yang sama-sama
membahas manusia sebagai sosok yang dikaji, yaitu seperti ilmu jiwa, ilmu
pendidikan, ilmu hukum, ilmu ekonomi, dan lain-lain.
K e d u a, administrasi sebagai disiplin ilmu yang mandiri memiliki objek forma,
dalam arti sudut pandangnya adalah penyelenggaraan. Baik penyelenggaraan yang
bermula dari perencanaan, maupun penyelenggaraan yang berakhir dengan evaluasi
untuk memulai kembali pekerjaan terencana tersebut. Dalam rangkaian
penyelenggaraan inilah diperlukan pengendalian berbagai kerja sama manusia
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama sejak semula.
Ketiga, sebagai ilmu, administrasi diterima secara universal di seluruh
dunia. Walaupun kemudian dilihat dari corak berpikir ( paradigma) terdapat
berbagai kutub yang saling bertolak belakang.
Keempat, sebagai ilmu, administrasi juga dapat dipelajari dan diajarkan,
sehingga berbagai Perguruan Tinggi mendirikan jurusan dan kajian administrasi
pada berbagai strata. Bahkan pada beberapa Perguruan Tinggi didirikan Sekolah
Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) sebelum menjadi Universitas.
Kelima, ilmu administrasi juga mempunyai sistematika yang khas. Bahkan
Sistem Administrasi suatu negara tidak sama dengan Sistem Administrasi Negara
lain. Selain itu negara terkadang memiliki sistem administrasi yang berubah sesuai
ruang dan waktu.
Administrasi disebut sebagai seni adalah karena dalam administrasi juga
dikenal berbagai cipta, rasa, dan karsa seorang administrator. Hal tersebut
mempengaruhi rakyatnya, membuat perubahan administrasi secara baik, benar dan
indah penyelenggaraannya, rekayasa keadaan, yang mengikat tanpa paksaan.
16
Seni biasanya adalah bakat alamiah yang dibawa sejak seseorang itu lahir, dengan
begitu meripakan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa. Tetapi dapat pula seni
diperoleh dari lingkungan seperti pendidikan, agama, pergaulan, pengalaman dan
praktik kebiasaan sehari-hari suatu kelompok etnis.
Dalam ilmu administrasi, seni menyelenggarakan kegiatan secara baik,
benar, dan indah ada strateginya. Strateginya adalah bagaimana seorang
administrator dengan keahliannya mampu mengetahui, bagaimana caranya agar
mampu menyelenggarakan pekerjaannya, menjadikan pekerjaannya secara teater,
dan dirinya sendiri menjadi dalang. Kendati bawahannya menjadi wayang yang
dapat diatur, siapa yang akan kalah dan siapa yang akan menang dalam
pertempuran yang direkayasa sang dalang sendiri.
Menurut George Terry, Seni adalah kekuatan pribadi seseorang yang
kreatif ditambah dengan keahlian yang bersangkutan dalam menampilkan tugas
pekerjaannya ( art is personal creative power plus skill in performance).
Jadi, seni administrasi merupakan kemampuan dan kemahiran seseorang
untuk mewujudkan berbagai strategi pemecahan masalah, bagaimana
identifikasinya, solusinya, memikirkan pembiayaannya, pengkoordinasiannya, serta
evaluasinya.
Para Administrator haruslah mempunyai moral dalam penyelenggaraan
kegiatan administrasinya. Hendaknya disadari oleh para administrator bahwa
kegiatan apapun bertujuan untuk menegakkan kebenaran, kebaikan serta
keindahan. Walaupun dirinya semula hanya rakyat biasa ( Infrastruktur Politik )
kemudian menjadi pemerintah ( Suprastruktur Politik ) .
Selanjutnya, administrasi juga harus dipandang sebagai ETIKA dan MORAL.
Karena pemerintah harus mengajak kebenaran dan kebaikan, serta melarang
terjadinya dekadensi moral dalam lingkungan masyarakat yang dipimpinnya.
Khusus untuk mengantisipasi keburukan dekadensi moral maka memang hanya
pemerintahlah yang mampu melakukan. Karena yang bersangkutan memiliki
seperangkat kekuasaan militer, polisi, dan jaksa yang berada di bawah kekuasaan
aparat eksekutif.
Tetapi apabila pemerintah tidak memiliki hati nurani dan etika moral
sudah barang tentu yang bersangkutan akan mendiamkan terjadinya berbagai
tindakan kejahatan, kriminal, serta dekadensi moral lainnya. Bahkan tidak
17
F. PENGERTIAN NEGARA
Sebelum menjelaskan keberadaan administrasi negara, perlu kiranya
dibahas keberadaan negara itu sendiri. Negara sebagai objek materia administrasi
negara juga akan bertumpang tindih dengan ilmu politik dan ilmu pemerintahan,
yaitu sebagai berikut :
Menurut Aristoteles, Negara adalah persekutuan dari keluarga dan desa
guna memperoleh hidup yang sebaik-baiknya.
Menurut Jean Bodin, Negara adalah suatu persekutuan dari keluarga
dengan segala kepentingannya yang dipimpin oleh akal dari suatu kuasa yang
berdaulat.
Menurut Hugo de Groot, Negara adalah suatu persekutuan yang
sempurna dari orang-orang yang merdeka untuk memperoleh perlindungan hukum.
Menurut Bluntschli, Negara adalah suatu diri rakyat yang disusun dalam
suatu organisasi politik di suatu daerah tertentu.
Menurut Hans Kelsen, Negara adalah suatu susunan pergaulan hidup
bersama dengan tata paksa.
Menurut Leon Duguit, Negara adalah kekuasaan orang-orang kuat yang
memerintah orang-orang yang lemah dan kekuasaan orang-orang yang kuat
tersebut diperoleh karena faktor politik.
Menurut Herman Finer, Negara adalah organisasi kewilayahan yang
bergerak dibidang kemasyarakatan dan kepentingan perseroangan dari segenap
kehidupan yang multidimensional untuk pengawasan pemerintahan dengan legalitas
kekuasaan tertinggi.
Menurut Robert Mac Iver, Negara adalah gabungan antara suatu sistem
kelembagaan dengan organisasinya sendiri sehingga bila membahas tentang negara,
kita cenderung selalu mengartikan lembaga dari suatu organisasi penyelenggara.
18
SYARAT NEGARA
Ada empat syarat negara di dunia yang wajib dipenuhi, yaitu sebagai
berikut :
1. Adanya wilayah.
2. Adanya pengakuan.
3. Adanya pemerintahan.
4. Adanya rakyat.
Syarat lain yang tidak terlalu penting adalah konstitusi. Karena
Kerajaan Inggris Raya yang besar tidak memiliki Undang-Undang Dasar tertulis
( Konstitusi) tetapi tetap hidup sebagai negara yang makmur. Artinya mereka hanya
19
2. Adanya Pengakuan.
Adanya pengakuan dari dalam dan luar negeri tentang eksisnya suatu
negara adalah sangat penting, bagaimana jadinya suatu negara yang tidak diakui.
Ada dua jenis pengakuan, yaitu dari dalam negeri sendiri dan dari luar negeri.
* Pengakuan dari dalam negeri adalah kesediaan dan kerelaan warga negara
untuk diperintah oleh pemerintah yang sah. Karena mengharapkan pengakuan
dari warga negara sendiri itulah maka pemerintah mengadakan pemilihan umum
agar masyarakat yang menentukan sendiri pemerintah mana yang mereka sukai.
Karena banyaknya anggota masyarakat maka terlebih dulu mereka menetapkan
para wakil di parlemen. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan setelah
rakyat memilih sendiri wakilnya di parlemen mereka juga memilih kembali
pemerintah yang akan memimpin merekam dengan pemilihan presiden langsung,
atau pemilihan gubernur dan bupati langsung.
* Pengakuan dari luar negeri adalah dengan mengirim duta besar berkuasa
penuh yang mewakili negeri tersebut ke dalam negeri kita begitu negeri kita bari
merdeka. Sebaliknya, kita juga mengirimkan duta dan konsul kita ke negeri
tersebut mewakili pemerintahan kita untuk berbagai hal seperti politik dan ekonomi.
Itulah sebabnya, begitu seseorang memenangkan pemilihan presiden maka yang
bersangkutan akan berkeliling ke luar negeri untuk mendapat pengakuan.
21
3. Adanya Pemerintahan.
Syarat berikutnya yang menjadi syarat berdirinya negara adalah adanya
pemerintah. Apabila tidak dibentuk dalam suatu negara maka masyarakat akan
seenaknya bertindak tanpa hukum ( anarkhis). Dalam arti luas pemerintah adalah
eksekutif, legsilatif, yudikatif, dan lembaga tinggi lainnya, sedangkan dalam arti
sempit hanyalah lembaga eksekutif saja.
Pemerintah hanya sekelompok orang yang menjalankan aturan dengan
maksud menjaga ketertiban dan keamanan disatu pihak, sedangkan di lain pihak
dituntut pelayanannya terhadap berbagai persoalan masyarakat. Biaya hidup
pemerintah diperoleh dari pajak ( pungutan paksa sesuai peraturan), retribusi
(pungutan setelah memberikan jasa) yang dipungut dari rakyat banyak.
Agar pemerintah tidak semaunya menikmati hasil bumi bagi daerah kaya
dan menikmati pinjaman luar negeri bagi bagi daerah miskin maka rakyat
mempersiapkan lembaga wakil rakyat yang dipilih melalui pemilihan umum untuk
menyuarakan aspirasi. Lembaga itu disebut dengan parlemen atau badan legislatif.
Rakyat yang terlalu kuat dalam menjatuhkan pemerintah melalui wakil-
wakilnya di parlemen akan membuat pembangunan ekonomi tidak berjalan karena
berbagai proyek tersendat. Karena seringnya mosi tidak percaya dari parlemen
akibatnya eksekutif tidak bekerja. Oleh karena itu, pemerintah membuat undang-
undang yang memperkuat dirinya.
Pemerintah yang terlalu kuat akan membuat dikebirinya para wakil rakyat
dengan hanya datang pura-pura bersidang tanda ada protes kepada pemerintah.
Hal ini walaupun mempercepat pembangunan ekonomi tetapi hanya dinikmati oleh
segelintir aparat pemerintah saja. Itulah sebabnya, untuk meningkatkan
pembangunan politik maka wakil rakyat membuat undang-undang yang membuat
pemerintah eksekutif tidak semena-mena dalam menjalankan roda
pemerintahannya.
4. Adanya Rakyat.
Pertama-tama perlu dibedakan terlebih dahulu antara rakyat, warga
negara, masyarakat, dan penduduk yaitu sebagai berikut :
22
Dibidang hubungan, peristiwa dan gejala pemerintahan yang banyak ditulis para
pakar pemerintahan, meliputi :
1. Administrasi Pemerintahan Pusat,
2. Administrasi Pemerintahan Daerah,
3. Administrasi Pemerintahan Kecamatan,
4. Administrasi Pemerintahan Kelurahan,
5. Administrasi Pemerintahan Desa,
6. Administrasi Pemerintahan Kotamadya,
7. Administrasi Pemerintahan Kota Administratif,
8. Administrasi Departemen, dan
9. Administrasi Nondepartemen.
Di bidang kekuasaan yang banyak ditulis oleh pakar Ilmu Politik, meliputi :
1. Administrasi Politik Luar Negeri,
2. Administrasi Politik Dalam Negeri,
3. Administrasi Partai Politik, dan
4. Administrasi Kebijaksanaan Pemerintah.
Di bidang peraturan perundang-undangan yang banyak ditulis oleh hukum
Tata Negara, meliputi :
1. Landasan Idiil,
2. Landasan Konstitusional, dan
3. Landasan Operasional.
Di bidang kenegaraan yang banyak ditulis oleh pakar Ilmu Negara, meliputi :
1. Tugas dan wewenang negara,
2. Hak dan kewenangan negara,
3. Tipe dan bentuk negara,
4. Fungsi dan prinsip negara,
5. Unsur-unsur negara,
6. Tujuan negara dan tujuan nasional.
Di bidang pemikiran hakiki yang banyak ditulis oleh para pakar Ilmu Filsafat,
meluputi :
1. Etika Administrasi Negara,
2. Estetika Administrasi Negara,
3. Hakikat Administrasi Negara.
25
MATERI KULIAH
OLEH
Fillipe Da Costa Meneses, S.Pd, M.Si.
Dosen
STISIP MARGARANA TABANAN
26
Semester V
Tahun Akademik 2013/2014
DAFTAR PUSTAKA