Penjalasan, dan Prinsip Teori Komunikasi dalam Teori Nomotetik & Praktis)
I. LATAR BELAKANG
1. Semua teori adalah “abstraksi” mengenai suatu hal. Dengan demikian, teori
sifatnya terbatas. Teori tentang Mobil kemungkinan besar tidak dapat
dipergunakan untuk menjelaskan hal-hal yang menyangkut Sepeda Motor.
2. Semua teori adalah konstruksi pemikiran yang berisikan interpretasi mengenai
suatu fenomena ciptaan individual manusia. Oleh sebab itu sifatnya relatif
tergantung pada cara pandang si pencipta teori, sifat dan aspek hal yang diamati,
serta kondisi-kondisi lain yang mengikat seperti waktu, tempat, dan lingkungan di
sekitarnya.
3. Teori berisikan rekomendasi mengenai suatu tindakan yang dapat dilakukan.
Teori terikat dengan bagaimana kita bertindak, dan bagaimana kita berpikir.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, teori merupakan suatu pandangan
atau pendapat yang digunakan untuk menjelaskan suatu peristiwa, prinsip, atau hukum
umum yang menjadi dasar dalam seni, ilmu pengetahuan, atau berbagai bidang lainnya.
Ini juga bisa didefinisikan sebagai pandangan atau pendapat yang digunakan untuk
menjelaskan suatu peristiwa atau kejadian. Menurut Harold D. Lasswell dalam
(Kustiawan et al., 2022) komunikasi adalah proses yang menjelaskan "siapa" yang
mengatakan "apa" dengan menggunakan "saluran apa", kepada "siapa", dan dengan
"akibat apa" (who says what in which channel to whom and with what effect). Onong
Uchjana Efendi (2006) dalam (Hariyanto, 2021) menggambarkan komunikasi sebagai
proses penyampaian pesan kepada orang lain dengan tujuan membantu mengubah sikap
dan opini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara sederhana, komunikasi
adalah suatu proses di mana pesan disampaikan, diterima, dan diproses, entah itu dalam
diri individu atau antara dua orang atau lebih, dengan tujuan untuk memperoleh
informasi.
Cragan & Shields dalam (Kustiawan et al., 2022) mendefinisikan teori
komunikasi sebagai kumpulan konsep teoritis yang membantu memberikan penjelasan,
pemahaman, dan interpretasi tentang tindakan manusia dalam berkomunikasi (baik
berbicara, menulis, membaca, mendengarkan, menonton, dan sebagainya) melalui
media atau alat bantu komunikasi dalam jangka waktu tertentu. Dengan demikian, teori
komunikasi merupakan konseptualisasi atau penjelasan logis dan empiris tentang suatu
fenomena atau peristiwa komunikasi yang terjadi dalam kehidupan manusia. Peristiwa
komunikasi itu mencakup produksi, proses, dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan
lambang yang terjadi dalam proses interaksi manusia. Teori memiliki sifat terbatas,
karena teori pada dasarnya adalah konstruksi ciptaan individual manusia (Mukarom,
2020).
Dalam kata-kata yang lebih sederhana, teori komunikasi pada dasarnya adalah
cara konseptual atau penjelasan yang masuk akal tentang bagaimana komunikasi terjadi
dalam kehidupan manusia. Teori komunikasi pada dasarnya merupakan sebuah respon
terhadap aspek komunikasi yang ditemui dalam kehidupan sehari – hari yang
memfokuskan pada apa dan bagaimana. Teori komunikasi juga dapat dianggap sebagai
pendekatan untuk menggali berbagai perspektif dalam pemikiran dan studi tentang
komunikasi. Ini melibatkan pencarian dan pemahaman tentang berbagai teori yang
terkait dan saling memengaruhi satu sama lain, serta memperoleh pemahaman tentang
aspek-aspek tertentu dalam komunikasi yang ingin Anda teliti. Setiap teori memberikan
pandangan yang unik tentang proses komunikasi, didasarkan pada perspektif yang
mereka pilih. Tidak semua teori memiliki tingkat validitas dan manfaat yang sama.
Peneliti akan memilih teori-teori tertentu yang dianggap lebih bermanfaat daripada yang
lain untuk mendukung proyek penelitiannya.
Menurut (Littlejohn, 2014) dimensi dalam teori berasal dari cara individu
memandang proses pembentukan teori yang kemudian menjadi dasar untuk
membedakan sebuah studi secara konkret. Melihat sebuah teori sama artinya dengan
menggali teori tersebut hingga mencapai inti yang paling fundamental. Dimensi-
dimensi dalam suatu teori mampu menggambarkan teori sebagai suatu keseluruhan
yang terdiri dari empat aspek utama, yaitu :
1. Asumsi Filosofis
2. Konsep
3. Hubungan Dinamis
4. Prinsip
Pentingnya penelitian tentang suatu teori terletak pada aspek paling mendasarnya,
seperti konsep dan penjelasan, dan tentu saja prinsip yang akan selalu menjadi subjek
kontroversi jika dipertanyakan kebenarannya dalam sebuah teori.
Peranan suatu teori yang terlihat dari kebenarannya adalah aspek filosofis yang
sangat mendasari, peran asumsi filosofis ini digunakan oleh semua ahli teori sebagai
aspek untuk mempertanyakan bagaimana suatu teori tersebut dapat digunakan (Bertens,
2013).
Menurut (Kriyantono, 2019) dimensi suatu teori atau asumsi teoritis adalah
asumsi filosofis atau keyakinan dasar yang menjadi landasan teori: asumsi tentang
epistemologi (pengetahuan), asumsi tentang ontologi (hakikat keberadaan), asumsi
tentang aksiologi (nilai), konsep atau pembentuk, struktur, prinsip atau panduan)
tindakan.
1. Epistemologi adalah bagian filsafat yang membahas tentang pengetahuan atau apa
yang diketahui orang tentang dirinya. Asumsi-asumsi filosofis epistemologi ini dapat
dikelompokkan menjadi dua kategori utama:
a. Asumsi tentang sifat realitas: Asumsi-asumsi ini berkaitan dengan pertanyaan
apakah dunia ada secara independen dari pikiran manusia atau tidak.
Konsep membantu kita memahami apa yang diperhatikan oleh para ahli teori dan
faktor-faktor yang mereka anggap signifikan. Dalam mengembangkan konsep, para ahli
komunikasi secara rutin mengamati berbagai variabel dalam interaksi dengan orang
lain, kemudian menggabungkannya dan memberikan label berdasarkan pola yang
mereka temukan.
Penjelasan adalah dimensi teori berikutnya, dan ahli teori kemudian menentukan
pola hubungan untuk setiap variabel. Ada dua penafsiran yang dikenal, yaitu penafsiran
klausa dan penafsiran pragmatis. Klausul tersebut menjelaskan bahwa setiap kejadian
selalu dikaitkan dengan sebab akibat, yaitu variabel yang satu mempengaruhi dari
variabel yang lain. Sedangkan penjelasan pragmatis berupaya menjelaskan tindakan
yang disusun atau berkaitan dengan tindakan untuk mencapai tujuan.
II.1.4 Prinsip
Prinsip atau pedoman adalah referensi yang dapat digunakan untuk menjelaskan
peristiwa, menilai situasi, dan kemudian menentukan tindakan yang harus diambil
dalam situasi tersebut. Prinsip-prinsip ini terdiri dari tiga komponen utama yaitu;
1. Identifikasi,
2. Penerapan norma dan nilai,
3. Pemahaman hubungan antara rangkaian tindakan dan hasil yang mungkin terjadi.
Berbeda dengan penggunaan prinsip dalam kehidupan sehari-hari, dalam konteks
penelitian, prinsip-prinsip ini memungkinkan peneliti untuk merefleksikan kualitas
perilaku yang diamati dan memberikan pedoman untuk praktik yang relevan.
1. Perumusan Pertanyaan-Pertanyaan
2. Pembentukan Hipotesis
3. Pengujian Hipotesis
4. Pengembangan Teori
Pendekatan teori ini disebut tradisi analitik variabel, dan pendekatan ini sering
disebut hipotesis-deduktif. Pendekatan ini secara konseptual dan teoritis terstruktur
dengan baik, bahkan pendekatan yang sering digunakan adalah pendekatan metode
kuantitatif, atau sering terdengar dalam bahasanya yaitu hipotesis-deduktif. Dalam
asumsi filosofis teori ini, visi berkaitan dengan ontologis, epistemologis dan aksiologis
yaitu melihat realitas dalam bentuk objektivitas. Dalam bidang teori nomotetik sering
kali mencoba melihat dan menemukan sesuatu yang sering diterima sebagai bagian dari
objektivitas. Teori nomotetik berkaitan dengan aspek variabel, validitas, reliabilitas dan
objektivitas (Richard L. West, 2013).
a. Realisme: Dunia luar ada secara independen dari pikiran manusia. Pengetahuan
adalah representasi yang akurat dari dunia nyata.
c. Kritisisme: Pengetahuan harus diverifikasi dengan cara yang objektif dan bebas
nilai.
c. Kekurangan nilai: Teori nomotetik berusaha untuk menghindari bias nilai, dan
hanya berfokus pada penjelasan fenomena.
II.2.2Konsep
II.2.3Penjelasan
a. Realisme: Asumsi ini menyatakan bahwa dunia luar ada secara independen
dari pikiran manusia, tetapi realitas ini dapat dipahami dan dipengaruhi oleh
pikiran manusia. Asumsi ini berarti bahwa komunikasi adalah proses yang
kompleks yang melibatkan interaksi antara berbagai faktor, termasuk faktor-
faktor internal dan eksternal.
Berikut adalah beberapa contoh kaitan antara asumsi filosofis teori praktis dan
komunikasi:
a. Asumsi realisme: Asumsi ini berarti bahwa kita harus memahami konteks
sosial dan budaya di mana komunikasi terjadi. Misalnya, kita harus memahami
bagaimana budaya mempengaruhi gaya komunikasi, atau bagaimana konteks
politik mempengaruhi arus informasi.
b. Asumsi empirisme: Asumsi ini berarti bahwa kita harus menggunakan berbagai
metode penelitian untuk memahami komunikasi. Misalnya, kita dapat
menggunakan metode observasi untuk mempelajari bagaimana orang
berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari, atau menggunakan metode
eksperimen untuk mempelajari bagaimana komunikasi mempengaruhi perilaku
manusia.
c. Asumsi pragmatisme: Asumsi ini berarti bahwa kita harus menggunakan teori
komunikasi untuk memecahkan masalah-masalah komunikasi yang dihadapi
masyarakat. Misalnya, kita dapat menggunakan teori komunikasi untuk
meningkatkan efektivitas komunikasi antar budaya, atau untuk mengurangi
kekerasan dalam media massa.
II.3.2 Konsep
II.3.4 Prinsip
Prinsip-prinsip adalah petunjuk untuk berpikir dan tindakan yang akan diambil.
Suatu teori dianggap praktis jika itu memuat prinsip-prinsip yang memungkinkan
pembuat kebijakan untuk mengembangkan model normatif yang sifatnya sementara,
dapat diperbarui, tetapi masih logis dan relevan dengan beragam aspek yang dicakup
oleh teori praktis tersebut.
Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi teori secara sistematis,
dan penting untuk diingat bahwa setiap teori memiliki kekurangan, dan tidak ada teori
yang memenuhi semua kriteria dengan tingkat kepentingan yang sama.
Ruang lingkup suatu teori sangatlah penting. Stanly Deetz menulis: “Beberapa
teori gagal menjelaskan situasi tertentu, dan semua teori pada akhirnya akan gagal jika
penerapannya melampaui kondisi spesifik yang menjadi dasar rumusannya.” Oleh
karena itu, sebuah teori bisa gagal jika diterapkan dalam kondisi dan cakupan tertentu.
Jika suatu teori dapat mencakup rentang yang cukup luas, maka teori tersebut dapat
dikatakan baik. Sebuah teori yang teruji akan mampu menjelaskan berbagai perilaku
yang berhubungan dengan komunikasi. Misalnya saja pengertian komunikasi.
II.4.2 Ketepatan
II.4.4 Validitas
1. Nilai (Value): Ini lebih menekankan pada sejauh mana suatu teori dianggap
penting atau berharga. Stanley Deetz berpendapat bahwa kelemahan dalam suatu
teori bukanlah disebabkan oleh kesalahan atau kurangnya pengalaman yang
komprehensif, melainkan karena pengamatan atau pemahaman yang tidak tepat.
Artinya, teori gagal mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan penting.
II.4.5 Parsimony
Salah satu contoh teori nomotetik dalam komunikasi adalah Teori Pertukaran
Sosial (Social Exchange Theory). Teori ini dikembangkan oleh George Homans pada
tahun 1958 dan didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk ekonomi yang
termotivasi untuk memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan kerugian.
Asumsi Filosofis
Konsep
Konsep utama dalam teori pertukaran sosial adalah imbalan (reward) dan biaya
(cost). Imbalan adalah sesuatu yang diinginkan oleh individu, sedangkan biaya adalah
sesuatu yang tidak diinginkan oleh individu.
Penjelasan
Prinsip
Prinsip equifinality: Ada banyak cara untuk mencapai hasil yang sama.
Prinsip substitusi: Imbalan yang hilang dapat digantikan oleh imbalan lain.
Asumsi Filosofis
Konsep
Konsep utama dalam teori negosiasi adalah posisi (position) dan kepentingan
(interest). Posisi adalah apa yang diinginkan oleh pihak-pihak yang bernegosiasi,
sedangkan kepentingan adalah alasan mengapa pihak-pihak tersebut menginginkan
posisi tersebut.
Penjelasan
Prinsip
Teori negosiasi memiliki beberapa prinsip, yaitu:
IV. KESIMPULAN
Teori komunikasi, sebagai seperangkat konsep teoretis, memainkan peran penting
dalam memberikan penjelasan, pemahaman, dan interpretasi tentang bagaimana
manusia berinteraksi dan berkomunikasi. Konseptualisasi ini tidak hanya mencakup
penjelasan logis dan empiris tentang fenomena komunikasi, tetapi juga melibatkan
pemahaman mendalam tentang bagaimana proses komunikasi berlangsung, termasuk
produksi, pertukaran, dan dampak dari berbagai sistem simbol dan tanda dalam
interaksi sosial manusia. Dimensi teori ini, yang mencakup aspek-aspek seperti asumsi
filosofis, konsep, hubungan dinamis, dan prinsip-prinsip, secara kolektif membentuk
kerangka kerja yang menyeluruh untuk memahami komunikasi.
Dalam pendekatan teori nomotetik, teori komunikasi berfokus pada pencarian dan
identifikasi hukum-hukum universal atau prinsip-prinsip umum yang dapat diterapkan
secara luas. Pendekatan ini, yang berakar pada hipotesis-deduktif dan asumsi filosofis
positivisme, bertujuan untuk menjelaskan fenomena secara objektif, dengan generalisasi
yang luas dan tanpa bias nilai. Dalam konteks ini, konsep-konsep dalam teori nomotetik
harus diuji berdasarkan validitas dan reliabilitasnya, dengan penekanan pada hubungan
sebab-akibat untuk menjelaskan fenomena komunikasi.
Sebaliknya, teori praktis menitikberatkan pada aplikasi langsung dan relevansi
dalam konteks nyata. Pendekatan ini lebih menekankan aspek kontekstual dan interaktif
dari komunikasi, serta nilai-nilai yang mendasarinya. Dalam teori praktis, konsep-
konsep mungkin tidak bersifat universal, tetapi lebih fokus pada pemecahan masalah
spesifik dan tindakan praktis. Ini membantu dalam memahami bagaimana teori dapat
diterapkan dalam situasi kehidupan nyata, terutama dalam konteks komunikasi yang
kompleks dan beragam.
Penilaian terhadap teori komunikasi melibatkan kriteria tertentu, termasuk ruang
lingkup, ketepatan, nilai heuristik, validitas, dan parsimony. Ruang lingkup menyangkut
sejauh mana teori dapat menjelaskan berbagai situasi komunikasi, sedangkan ketepatan
berkaitan dengan konsistensi logis antara asumsi teori dan temuan empirisnya. Nilai
heuristik mencerminkan kemampuan teori untuk merangsang penemuan dan formulasi
konsep baru, sementara validitas menilai seberapa baik teori tersebut mencerminkan
realitas. Parsimony, di sisi lain, mengacu pada kesederhanaan dan keefisienan teori
dalam menjelaskan fenomena komunikasi tanpa berlebihan dalam kompleksitas.
Dengan demikian, teori komunikasi memainkan peran kunci dalam memahami
dan menjelaskan bagaimana manusia berinteraksi dan memproses informasi, serta
dalam mengidentifikasi prinsip-prinsip yang dapat membimbing praktik komunikasi
yang efektif dalam berbagai konteks sosial dan budaya.
DAFTAR PUSTAKA