Nim : 01689210025
A. Pengertian Filsafat
Konsep filsafat telah menerima pandangan yang beragam dari berbagai filosof dan
cendekiawan; ini disebabkan oleh fakta bahwa filsafat tidak memiliki definisi umum yang dapat
diterima. Upaya untuk mendefinisikan filsafat secara mencolok merupakan pertanyaan filosofis.
Artinya, upaya untuk mendefinisikan konsep filsafat itu sendiri telah menimbulkan masalah
filosofis itu sendiri. Di sisi lain untuk menghindari masalah ini, sebagian besar filsuf dan
cendekiawan menggunakan penelusuran asal usul konsep tersebut (Nweke & Uyanwune, 2020).
Untuk pemahaman yang tepat tentang istilah filsafat baik sebagai subjek atau bidang
akademik, perlu kembali ke etimologinya. Secara etimologis, filsafat berasal dari dua kata
Yunani, Philia dan Sophia yang masing-masing berarti Cinta dan Kebijaksanaan, sehingga secara
harfiah berarti filsafat, Cinta kebijaksanaan. Cinta dalam konteks ini berarti memiliki kasih sayang
yang kuat untuk sesuatu dan kebijaksanaan berarti kemampuan untuk menerapkan
pengetahuan yang relevan dengan cara yang berwawasan, terutama untuk situasi yang berbeda.
Oleh karena itu, filsafat sebagai cinta kebijaksanaan berarti keinginan yang kuat bagi manusia
untuk memiliki pengetahuan dan menerapkannya secara benar pada situasi yang berbeda
(Nweke & Uyanwune, 2020).
Secara tradisional, filsafat adalah studi ilmiah tentang makhluk dalam penyebab, alasan,
dan prinsip utama mereka melalui bantuan akal manusia. Dengan kata lain itu adalah studi
tentang semua hal yang ada, baik itu materi (batu, awan, kursi, orang, dll.) atau nonmateri
(Tuhan, jiwa, roh) dengan tujuan mempertanyakan dan memahami asal-usul dan alasan
keberadaannya. Filsafat adalah studi sistematis dan kritis tentang prinsip dasar keberadaan. Ini
mengajukan pertanyaan mendasar tentang realitas, keberadaan, nilai, pengetahuan, dll (Nweke
& Uyanwune, 2020).
Pada dasarnya, filsafat dimulai dari keingintahuan manusia dan rasa ingin tahu untuk
pemahaman umum tentang realitas dengan secara kritis menundukkan segala sesuatu dengan
pengawasan yang ketat. Filsafat dimulai ketika keingintahuan manusia menyebabkan mereka
mengajukan pertanyaan, "seperti apa sebenarnya?" dan “bagaimana kita bisa menjelaskan
proses perubahan?”. Oleh karena itu, filsafat dipahami sebagai ilmu yang mempelajari masalah
umum dan mendasar, seperti yang berhubungan dengan keberadaan, pengetahuan, nilai-nilai,
akal, pikiran dan bahasa (Nweke & Uyanwune, 2020).
B. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari kata Latin, (Communis), yang berarti “berbagi”. Akibatnya,
ini berarti berbagi akan memungkinkan seseorang untuk mengambil bagian dan bekerja sama
karena itu merupakan kegiatan sosial. Namun, jika tidak ada hasil pemahaman yang sama dari
transmisi simbol (verbal atau non-verbal), tidak ada komunikasi (Musheke & Phiri, 2021).
Komunikasi adalah proses pemindahan informasi, ide, dan pengertian dari satu orang ke orang
lain yang dapat diartikan sesuai dengan tujuan yang dimaksudkan. Komunikasi diharapkan
diperoleh pada titik kesetaraan, saling pengertian. Komunikasi mengandung makna yang lebih
luas dari sekedar mengatakan atau menulis sesuatu, tetapi juga mencakup pengertian (Ahmad
Soleh et al., 2020).
Dalam penjelasan lain, komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari satu individu
ke individu lainnya. Jika pengiriman pesan dari pengirim ke penerima diikuti oleh umpan balik
dari penerima, komunikasi akan efisien. Hal ini menunjukkan bahwa penerima memahami
maksud dari pesan yang dikirim. Maka dari itu, komunikasi adalah proses penyampaian
perasaan, keyakinan dan keadaan antara individu dan kelompok dalam rangka mencapai
keinginan baik secara verbal maupun non-verbal (R Yulida et al., 2019).
Karena komunikasi merupakan transmisi dan penerimaan pesan atau berita dari dua
orang atau lebih untuk membuatnya dapat dipahami, maka dapat dipahami unsur-unsur
komunikasi adalah sebagai berikut (R Yulida et al., 2019):
1. Komunikator
Komunikator atau sumber informasi adalah pihak sebagai pembuat atau pemberi informasi.
2. Pesan
Pesan dalam istilah ini berarti informasi dan pengetahuan bertani yang diberikan kepada
pekebun mandiri oleh komunikator.
3. Media
Media merupakan alat perantara yang dapat dimanfaatkan petani untuk memberikan
informasi dari komunikator.
4. Komunikan
Komunikan adalah orang yang menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator atau
pengirim pesan. Penerima pesan ini diharapkan mengubah perilaku atau pemikirannya
setelah pesan tersampaikan.
5. Efek
Efek adalah hasil komunikasi berupa perilaku atau sikap yang diinginkan seseorang. Jika
sikap dan perilaku orang lain sesuai, berarti komunikasi berhasil.
6. Umpan Balik
Umpan balik adalah tanggapan komunikan (penerima pesan) ketika komunikator (penyedia
pesan) mengirimkan pesan. Singkatnya, umpan balik berarti tanggapan terhadap pesan.
Umpan balik juga merupakan salah satu bentuk penilaian apakah komunikasi yang telah
berlangsung telah berhasil atau belum. Umpan balik dapat berupa tanggapan positif atau
tanggapan negatif.
7. Lingkungan
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi adalah lingkungan atau
situasi. Faktor ini dibagi menjadi empat jenis yang berbeda: dimensi fisik, sosial budaya,
psikologis dan waktu.
Ahmad Soleh, Noviantoro, R., & Putrafinaldo, D. (2020). The Effect of Locus of Control and
Communication Toward Employee Performance. Management and Sustainable Development
Journal, 2(2), 40–52. https://doi.org/10.46229/msdj.v2i2.184
Khatri, K. K. (2020). Research Paradigm: A Philosophy of Educational Research. International Journal
of English Literature and Social Sciences, 5(5), 1435–1440. https://doi.org/10.22161/ijels.55.15
Musheke, M. M., & Phiri, J. (2021). The Effects of Effective Communication on Organizational
Performance Based on the Systems Theory. Open Journal of Business and Management, 09(02),
659–671. https://doi.org/10.4236/ojbm.2021.92034
Nweke, C. C., & Uyanwune, V. A. (2020). Relevance of Philosophy to Any Discipline. IV(Viii), 784–788.
R Yulida, Rosnita, Y Andriani, & M Ikhwan. (2019). Analysis of Communication Effectiveness of
Rubber Farmers in Riau Province, Indonesia. 2(1), 23–36. https://doi.org/10.2991/iccelst-ss-
19.2019.15