Anda di halaman 1dari 23

Teori Hukum

Dr. Chairul Huda, SH., MH.


Arti Teori
Kata “teori” digunakan dalam banyak arti. Dalam kepustakaaan
pengertian teori seperti yang digunakan oleh bangsa Yunani,
sebagai pengertian yang tertua. Dalam hal ini teori diartikan
sebagai “suatu sikap dan pandangan terhadap kenyataan
dalam kehidupan sehari-hari, mencapai sesuatu yang bersifat
pengetahuan yang berada di atas dari kenyataan-kenyataan
praktis itu, dan lebih dalam lagi secara langsung dan lebih
dalam pula mendesak masuk ke dalam kenyataan-kenyataan
tersebut dengan memperhatikan hal-hal yang terlihat dan
telah ada”;

Teori adalah suatu karya kreatif, yang telah menciptakan


kembali kenyataan-kenyataan itu dalam keseluruhan yang
bersifat dimengerti, sehingga orang pun mendapat suatu
gambaran mengenai kenyataan-kenyataan pengalaman yang
bertebaran itu;
SYARAT TEORI
ala Malcolm Waters

1. Pernyataan itu harus abstrak


2. Pernyataan itu harus tematis
3. Pernyataan itu harus konsisten secara logika
4. Pernyataan itu harus dijelaskan
5. Pernyataan itu harus umum pada prinsipnya
6. Pernyataan itu harus independen
7. Pernyataan secara substantif harus valid
TIGA TIPE TEORI

1. Teori Formal. Mencoba menghasilkan suatu skema


konsep dan pernyataan dalam masyarakat atau
interaksi keseluruhan manusia yang dapat dijelaskan.
Berusaha menciptakan agenda keseluruhan untuk
praktek teoretis masa depan terhadap klaim
paradigma yg berlawanan. Atau juga berusaha
mempunyai karakter yang fondasional, yaitu
mencoba untuk mengidentifikasi seperangkat prinsip
tunggal yg merupakan landasan puncak untuk
kehidupan dan bagaimana semuanya dapat
diterangkan.
2. Teori Substantif. Teori ini mencoba untuk
tidak menjelaskan secara keseluruhan
tetapi lebih kepada menjelaskan hal-hal
khusus, misalnya: hak pekerja, dominasi
politik, perilaku menyimpang.
3. Teori Positivistik. Teori ini mencoba untuk
menjelaskan hubungan empiris antara
variabel dengan menunjukkan bahwa
variabel-variabel itu dpt disimpulkan dari
pernyataan2-pertanyaan teoritis yg lebih
abstrak.
Kegunaan Teori dalam Penelitian
1. Teori berguna untuk lebih mempertajam atau lebih
mengkhususkan fakta yg hendak diselidiki atau diuji
kebenarannya.
2. Teori berguna mengembangkan sistem klasifikasi fakta,
membina struktur konsep-konsep serta
memperkembangkan definisi-definisi.
3. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar hal-hal yang telah
diketahui serta diuji kebenarannya yg menyangkut obyek yg
diteliti.
4. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta
mendatang, oleh karena telah diketahui sebab-sebab
terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktor-faktor
tersebut akan timbul lagi pada masa-masa mendatang.
5. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap
kekurangan2 pada pengetahuan peneliti.
Ruang Lingkup Teori Hukum
Kata “Teori Hukum” kerapkali digunakan oleh berbagai
kalangan hukum, seolah-olah telah cukup jelas makna dan
batas-batasnya. Seringkali teori hukum dan filsafat hukum
dipakai untuk hal yang sama sebagai sinonim;

Sebenarnya teori hukum sangat dekat hubungan dengan


praktek hukum karena baik teoritikus maupun praktikus
berhadapan pada persoalan yang sama, yaitu hukum yang
berlaku dalam kehidupan masyarakat;

Teori hukum melihat hukum bukan dalam konsepsi falsafah


dan bukan sebagai sesuatu yang abstrak, melainkan hukum
dalam arti konkrit menurut waktu dan tempat, serta sistem
hukum tertentu, subyek-subyek tertentu dan lain sebagainya;
Ruang Lingkup….
Teori hukum mencari keterangan-keterangan untuk hukum
dilihat dari perspektif faktor-faktor non yuridis yang ada dalam
masyarakat tertentu, dan untuk itu digunakan metode multi
interdisipliner;

Teori hukum melihat hukum yang berlaku dari sudut pandang


dan situasi ahli hukum, yaitu mereka yang sehari-hari
berurusan dengan undang-undang, perikatan dan perjanjian-
perjanjian, kebiasaan-kebiasaan, serta aktivitas pengadilan.
Dengan demikian, teori hukum adalah pandangan “orang
dalam”, dan inilah yang membedakannya dengan filsafat
hukum, sosiologi hukum, ekonomi hukum, sejarah hukum,
psikologi hukum dan lain sebagainya;
KEGUNAAN TEORI HUKUM
• Menjelaskan (Teori hukum dilaksanakan dg
cara menafsirkan sesuatu arti/pengertian,
sesuatu syarat atau unsur sahnya suatu
peristiwa hukum, dan hirarkhi kekuatan
peraturan hukum)
• Menilai (TH digunakan untuk menilai suatu
peristiwa hukum)
• Memprediksi (TH digunakan untuk membuat
perkiraan tentang sesuatu yang akan terjadi)
Tujuan Teori Hukum
Teori hukum mempelajari hukum dengan maksud adanya
pandangan yang lebih baik dan terutama lagi lebih mendasar
mengenai hukum itu sendiri, untuk kepentingan hukum dan
bukan untuk kepentingan hubungan kemasyarakatan, atau
aturan-aturan praktis yang diikuti masyarakat, atau reaksi-reaksi
psikologis dari masyarakat terhadap hukum;

Teori hukum adalah cabang ilmu hukum dan bukan cabang ilmu
pembantu lainnya, seperti filsafat, sosiologi ekonomi, sejarah,
psikologi dan lain sebagainya;

Hasil kajian teoretis tentang hukum ini sangat penting bagi tata
hukum yang dijelaskannya dan mempunyai kontribusi bagi
pemecahan masalah-masalah yang ditimbulkan tata hukum
tersebut.
Sejarah Perkembangan
Teori Hukum
Pembentukan teori hukum berawal dari suatu disiplin yang dikenal
dengan dogmatik hukum. Hal ini dapat pula disebut sebagai daerah
kerja ajaran hukum. Pada abad kesembilan belas, lahir suatu disiplin
hukum yang bersifat positif-ilmiah, yang berbeda dengan filsafat
hukum yang abstrak, tetapi murni teknis. Dalam hal ini coba
dirumuskan penguraian ilmiah dari ciri-ciri hakekat hukum positif, dan
tertib hukum positif, sebagai suatu hal yang sama bagi setiap stelsel
hukum;

Dapat disaksikan dalam lintasan sejarah betapa berpengaruhnya


ajaran hukum umum (allgemeine rechtslehre atau general
jurisprudence atau theorie generale du droit). Dalam hal ini obyek
yang dikaji adalah asas-asas, pengertian-pengertian, perbedaan-
perbedaan, yang dianggap bersifat umum ada pada setiap tertib
hukum serta mutlak menjadi bagian setiap sistem hukum;

Peletak dasar dogmatik hukum adalah seperti John Austin (Inggris),


Adolf Merkel, Karl Bergbohm, Ernst Rudolf Bierling , dan Rudolf
Stammler (Jerman) dan Felix Somlo (Cechnya).
Sejarah…
Perkembangan dokmatika hukum yang mengarah pada pertumbuhan teori
hukum berpangkal tolak pada: Pertama, keinginan untuk membentuk suatu
disiplin keilmuan yang bersifat positif dan baru untuk dikembangkan, lebih
teoretis daripada sekedar dogmatik, tetapi lebih konkrit dan praktis daripada
falsafah;

Kedua, objek utamanya adalah meneliti struktur dasar, asas-asas dasar, dan
pengertian-pengertian dasar yang dapat ditemukan kembali dalam setiap
stelsel hukum, sehingga meneliti apa yang merupakan hal-hal yang bersifat
sama dari semua sistem hukum, dan bukanlah hal-hal yang seharusnya sama
pada semua sistem hukum;

Ketiga, ajaran hukum dipandang perlu dikembangkan sehingga secara


metodologis lebih dapat dipertanggungjawabkan tentang fenomena hukum
dan menganalisis hal itu dan dengan demikian didapat kesimpulan nyata yang
bersifat ilmu pengetahuan. Hasil kajian teori hukum harus terbebas dari
penilaian pribadi atau pangkal tolak normatif pengkajinya, sehingga
metodanya harus bersifat keilmuan positif, bebas nilai, serta harus
memberikan gambaran yang lebih baik mengenai hakekat dan gejala hukum.
Perkembangan…
Kesinambungan ajaran hukum dan teori hukum pada abad keduapuluh
ditandai oleh dua hal:

Pertama, teori hukum sebagai penerus ajaran hukum umum dengan


sempurna mendapatkan tempat sebagai disiplin yang berdiri sendiri diantara
dogmatika hukum dan filsafat hukum;

Kedua, teori hukum merupakan ilmu pengetahuan yang bebas nilai dan
tidak normatif;

Dengan demikian, penelitian isi dari aturan-aturan hukum dan pengertian-


pengertian hukum sebagai objek penelitian yang khas dari ajaran hukum
umum berevolusi kearah penelitian mengenai struktur dan fungsi norma
hukum dan sistem hukum sebagai tema utama yang terpenting dari teori
hukum;

Hans Kelsen (Jerman), Leon Duguit dan Francois Weyr (Perancis) sebagai
tokoh-tokoh peletak dasar Teori Hukum.
Teori Hukum Ekstern dan Intern
Ruang lingkup pengkajian teori hukum, dapat didekati dengan
dua cara, yaitu: secara ekstern dan intern;

Pembatasan ekstern dengan jalan menempatkan teori hukum


dalam keseluruhan disiplin yang mempunyai objeknya adalah
hukum, sedangkan pembatasan intern dengan menggambarkan
objek, metoda dan daerah penelitian dari teori hukum;

Pembatasan demikian, sangat diperlukan untuk memastikan


apakah sebenarnya yang dalam ilmu hukum itu dipandang
sebagai “teori”, dan kemudian mendudukan fungsinya dalam
kerangka ilmu pengetahuan pada umumnya, seperti layaknya
bidang ilmu eksakta ataupun ilmu sosial lainnya.
Ekstern
Cukup banyak disiplin ilmu yang objek kajiannya adalah hukum,
seperti filsafat hukum, sosiologi hukum, sejarah hukum,
informatika hukum, ekonomi hukum dan lain sebagainya. Pada
dasarnya disiplin-disiplin ini termasuk dalam bidang “filsafat”,
“sosiologi”, “sejarah”, “informatika” ataupun “ekonomi”, yang
dijuruskan kepada hukum;

Berbeda halnya dengan “teori hukum” dan “dogmatik hukum”,


keduanya adalah “ilmu hukum”. Keduanya tidak dapat
dikembalikan lagi sampai kepada suatu disiplin ilmu
pengetahuan yang lebih bersifat umum. Keduanya tidak
mempunyai “disiplin saudara”, seperti misalnya sejarah hukum
dengan sejarah kebudayaan, filsafat hukum dengan filsafat
moral, ekonomi hukum dengan ekonomi bahasa, dan lain
sebagainya;
Teori Hukum dan Dogmatika Hukum
Dogmatik hukum atau disebut juga ajaran hukum memperhatikan hukum positif dengan
menguraikan, mensistemkan, serta dalam arti tertentu juga menjelaskannya, bukan suatu
ilmu pengetahuan yang “netral” atau “bebas nilai”. Hal ini dikarenakan tidak dapat
dihindarkan hal yang bersifat subjektif dari dogmatikus hukum yang ada padanya, sehingga
mengambil posisi tertentu berhubungan hal yang dipermasalahkan;

Misalnya, dalam ajaran hukum para ahli bukan saja mengatakan bagaimana hukum itu
dapat ditafsirkan, tetapi juga bagaimana hukum itu harus ditafsirkan. Dogmatika hukum
mempunyai bagian terpenting yang bersifat deskriptif tetapi juga perspektif;

Penulisan hukum dan mengemukakan hukum positif dalam ajaran hukum terlihat bukan
suatu sikap yang pasif dari ahli hukum, tetapi sebagai besar merupakan sumbangan aktif
dari ahli hukum tersebut dan juga dengan suatu cara yang sangat terbuka;

Misalnya, dalam sistematisasi hukum para dogmatikus telah melukiskan struktur besar dari
hukum, struktur dasar lembaga-lembaga hukum, seperti lembaga perwakilan dan lembaga
badan hukum, dan karenanya pengertian yang dibangunnya didasarkan pada semangat
kreatif dengan daya imajinasinya;
Teori Hukum dan…
Dogmatik hukum mempunyai sudut pandang yang bersifat
normatif, yang bersifat intern yuridis atau ekstra yuridis, yang
dengannya dapat dipertahankan suatu pendirian tertentu atas
dasar argumen-argumen yuridis;

Misalnya: (1) suatu undang-undang secara diam-diam harus


dipandang tidak berlaku oleh karena bertentangan dengan
ketentuan dalam undang-undang yang lebih kemudian adanya,
atas dasar alasan teknis lex posterior derogat legi priori (intern
yuridis); (2) berkenaan dengan konstruksi
penyalahgunaan wewenang didalam hukum, yang boleh jadi
secara formal undang-undang dapat dibenarkan, tetapi
ditentang oleh ajaran hukum dengan dukungan pendapat
mengenai tindakan immoral (ekstra yuridis);
Teori dan Dogmatika…
Teori Hukum adalah teori meta dari dogmatika hukum, dengan demikian jika
dogmatika hukum melihat hukum dari sudut teknis, maka teori hukum
pertama-tama adalah suatu refleksi terhadap teknik hukum itu. Dengan kata
lain, dogmatikus berbicara tentang hukum maka teori hukum berbicara
mengenai cara bagaimana dogmatikus tersebut berbicara tentang hukum.

Misalnya, dalam penafsiran hukum teori hukum akan mempertanyakan


mengenai hal dapat digunakannya teknik-teknik penafsiran tertentu, dan hal
pemikiran mengenai penafsiran yang bersifat logis serta memaksa itu.

Ahli hukum teori tidak menghiraukan cara penyelesaian hukum manakah


yang paling diharapkan, bahkan mengenyampingkan mengenai penyelesaian
itu, tetapi lebih memperhatikan apakah menempatkan cara pemikiran
dogmatik hukum, dan instrumentarium mengenai pengertian hukum,
mengenai teknik penafsiran, mengenai ukuran berlakunya aturan-aturan
hukum yang digunakan untuk memecahkan masalah hukum tersebut.
Teori Hukum…
Teori Hukum bukan hanya menjadikan dogmatika hukum sebagai
sasaran kajiannya, tetapi juga tetapi juga bersifat teori murni,
karena mengkaji sifat dari norma hukum, definisi dari hukum,
mengenai hubungan antara hukum dan moral dan lain
sebagainya. Perbedaannya, dengan hal serupa dalam kajian
filsafat hukum adalah bahwa dalam teori hukum berkenaan
dengan hukum positif dan berhenti sampai mengkaji hukum
dengan “sifat-sifatnya yang umum” tersebut terlepas dari aturan
hukum yang konkrit dan sistem hukum yang konkrit pula;

Teori hukum dalam setiap penelitiannya mempunyai tujuan


mengadakan pengujian beberapa hipotesis tertentu yang
dijadikan pangkal pandang sampai pembentukan teori.
Teori Hukum dan
Filsafat Hukum
Fungsi filsafat hukum adalah ajaran nilai dari teori hukum.
Pemikiran filsafat hukum yang spekulatif, dijadikan pangkal
tolak dalam mengkaji suatu suatu sistem hukum yang
konkrit, sehingga diperoleh hasil yang lebih kuat karena
dengan menggunakan pendekatan yang bersifat positif
keilmuan;

Dengan demikian, teori hukum adalah pendekatan empiris


terhadap nilai, norma, ideologi, yang tidak dapat didekati
secara positif keilmuan oleh filsafat hukum;

Filsafat hukum adalah disiplin meta sedangkan teori hukum


disiplin objek dari hukum;
Metoda Teori Hukum
Teori hukum adalah ajaran keilmuan tentang hukum dan kritik
ideologi tentang hukum;

Teori hukum sebagai ajaran keilmuan tentang hukum mengkaji


pertanyaan tentang watak keilmuan dari dogmatika hukum. Teori
hukum menempatkan hukum sebagai ilmu pengetahuan,
sekalipun menurut pengertian yang berbada daripada
pengertian ilmu pengetahuan yang klasik (eksakta);

Teori hukum sebagai kritik ideologi tentang hukum membatasi


diri sampai kepada suatu analisis tentang hukum tentang
konstruksi dogmatik hukum, untuk menunjuk kepada unsur-
unsur yang berisikan nilai-nilai dan atau berisikan norma-norma,
dan dengan demikian menunjukkan suatu keterikatan ideologis.
Teori Hukum
Analitis dan Kritis
Teori analitis menolak pendekatan global tentang hukum, melainkan
menempatkannya sebagai teori empiris analitis, sehingga sebagian
besar terbatas hanya sampai kepada analisis struktur yang logis dari
hukum. Dengan demikian, analisis bersifat bahasa dan logika mengenai
pengertian-pengertian dan naskah naskah hukum;

Teori kritis menegaskan bahwa teori hukum dapat merupakan bentuk


dari suatu teori global mengenai hukum, dimana juga dogmatik
hukum, sosiologi hukum, dan filsafat hukum dimasukkan. Dengan
demikian, teori hukum dapat dan harus memenuhi fungsinya yang
kritis terhadap hukum positif, yang bersandar pada teori-teori yang
sebagian besar mengacu pada pengalaman-pengalaman dan
pandangan-pandangan yang tidak atau tidak dapat diverifikasi secara
empiris. Hukum positif harus ditempatkan dalam norma-norma atau
nilai-nilai lain sejauh nilai-nilai dan norma-norma ini dapat
ditempatkan dalam teori yang terbukti di banyak hal;
Teori Hukum
Normatif dan Empiris
Teori Hukum Empiris berfungsi melukiskan,
sehingga bersifat deskriptif atau eksplikatif dari
hukum, sedangkan Teori hukum normatif bersifat
perspektif atau bahkan lebih bersifat kritis;

Teori hukum seharusnya selalu metode kritis jika


ingin ditempatkan sebagai ilmu pengetahuan. Kritik
bukan saja dilakukan terhadap norma hukum,
tetapi sikap kritis juga ditujukan terhadap praktek
hukum (praktek kritis). Dengan demikian, teori
hukum lebih kepada pendekatan yang sifatnya
empiris.

Anda mungkin juga menyukai