Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang berkat
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Analisis pelayanan kebidanan terkait kepercayaan dan adat istiadat setempat
” ini.
Kami juga menyadari bahwa dalam pembuatan maklah ini terdapat banyak
kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun guna perbaikan yang akan datang. Semoga makalah yang
telah di buat ini mendatangkan manfaat bagi semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Di era globalisasi sekarang ini dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem
menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu
ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas dari
mereka berada.
Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah. Seorang bidan harus siap
fisik maupun mental, karena tugas seorang bidan sangatlah berat. Bidan yang
kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan
1.2 Tujuan Makalah
Untuk mengetahui aspek kepercayaan dan adat istiadat dalam sosial budaya
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana aspek kepercayaan dan adat istiadat dalam sosial budaya yang
2. Bagaimana aspek kepercayaan dan adat istiadat dalam sosial budaya yang
PEMBAHASAN
2.1 Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Pra Perkawinan dan Perkawinan
para calon ibu. Remaja wanita yang akan memasuki jenjang perkawinan perlu dijaga
seksual yang sehat, kesiapan mental dalam menghadapi kehamilan dan pengetahuan
tentang proses kehamilan dan persalinan, pemeliharaan kesehatan dalam masa pra
remaja wanita atau pada wanita yang akan menikah. Penyampaian nasehat tentang
kesehatan pada masa pranikah ini disesuaikan dengan tingkat intelektual para calon
ibu dan keadaan sosial budaya masyarakat. Nasehat yang di berikan menggunakan
bahasa yang mudah di mengerti karena informasi yang di berikan bersifat pribadi dan
sensitif. Remaja yang tumbuh kembang secara biologis diikuti oleh perkembangan
psikologis dan sosialnya. Alam dan pikiran remaja perlu diketahui. Remaja yang
berjiwa muda memiliki sifat menantang, sesuatu yang dianggap kaku dan kolot serta
ingin akan kebebasan dapat menimbulkan konflik di dalam diri mereka. Pendekatan
setempat.
dari pemeriksaan tersebut adalah untuk mengetahui secara dini tentang kondisi
kesehatan para remaja. Bila ditemukan penyakit atau kelainan di dalam diri remaja,
maka tindakan pengobatan dapat segera dilakukan. Bila penyakit atau kelainan
tersebut tidak diatasi maka diupayakan agar remaja tersebut berupaya untuk menjaga
agar masalahnya tidak bertambah berat atau menular kepada pasangannya. Misalnya
remaja yang menderita penyakit jantung, bila hamil secara teratur harus
menjaga pasanganya agar tidak terkena virus HIV. Caranya adalah agar
kesehatan bagi para calon ibu ini dapat dilakukan melalui kelompok atau kumpulan
para remaja seperti karang taruna, pramuka, organisaai wanita remaja dan sebagainya.
Bidan juga berperan dalam mencegah perkawinan dini pada pasangan pra
nikah yang masih menjadi masalah penting dalam kesehatan reproduksi perempuan di
Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) mencatat, anak perempuan yang
menikah pertama kali pada usia sangat muda, 10-14 tahun, cukup tinggi, jumlahnya
4,8 persen dari jumlah perempuan usia 10-59 tahun. Sedangkan yang menikah dalam
rentang usia 16-19 tahun berjumlah 41,9 persen. Dengan demikian, hampir 50 persen
perempuan Indonesia menikah pertama kali pada usia di bawah 20 tahun. Provinsi
Jawa Barat (7,5 persen), serta Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah masing-
masing 7 persen. Hal ini sangat berhubungan dengan sosial budaya pada daerah
menunjukkan posisi perempuan yang lebih lemah secara ekonomi maupun budaya.
sebagai individu utuh. Selain itu, segera menikahkan anak perempuan artinya
keluarga akan mendapat mas kawin yang berharga di masyarakat setempat, seperti
ekonomi termiskin, serta berasal dari kelompok buruh, petani, dan nelayan.
Sedangkan bagi perempuan, menikah artinya harus siap hamil pada usia
sangat muda. Bila disertai kekurangan energi dan protein, akan menimbulkan
masalah kesehatan yang dapat berakibat kematian bagi ibu saat melahirkan dan juga
dilahirkan juga adalah bayi yang sehat dan direncanakan. Kegiatan pembinaan
yang dilakukan oleh bidan sendiri antara lain mempromosikan kesehatan agar
peran serta ibu dalam upaya kesehatan ibu, anak dan keluarga meningkat.
Pelayanan kesehatan ibu dan anak yang meliputi pelayanan ibu hamil, ibu
bayi, anak balita dan anak prasekolah sehat. Peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan ibu dan anak tersebut diyakini memerlukan pengetahuan aspek sosial
tidak mendukung peningkatan kesehatan ibu dan anak. Misalnya pola makan,
pacta dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran
kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola
makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan
tertentu. Misalnya di Jawa Tengah adanya anggapan bahwa ibu hamil pantang
makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging
daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja
harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah
dilahirkan. Sikap seperti ini akan berakibat buruk bagi ibu hamil karena akan
ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati.
Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun
faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini baru
diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat
persalinan dipengaruhi juga oleh faktor nikah pada usia muda yang masih
waktu yang relatif pendek, menyebabkan ibu mempunyai resiko tinggi saat
melahirkan.
terdapat suatu tradisi upacara kehamilan yang dianggap sebagai suatu peristiwa
hingga bulan kedelapan. Namun pada usia saat kandungan telah mencapai
perempuan telah mencapai Sembilan bulan, maka pada diri perempuan yang
menimbulkan berbagai bahaya gaib. Dan tidak hanya dirinya sendiri juga anak
juga beranggapan bahwa pada kehidupan seorang anak manusia itu baru
tercipta atau baru dimulai sejak dalam kandungan yang telah berusia 9 bulan.
Jadi dalam hal ini ( masa kehamilan 1-8 bulan ) oleh mereka bukan dianggap
hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Tidak
heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di
daerah pedesaan.
Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur
karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan
Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi
masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan
kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Dan memang, selain
ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal
2.3 Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Kelahiran, Nifas dan Bayi
Baru Lahir
kematian ibu maternal berkisar 450 per 100.000 kelahiran hidup atau lebih dari
indikator kesehatan ibu yang meliputi ibu dalam masa kehamilan, persalinan, dan
nifas. Angka tersebut dikatakan tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara
merupakan penyebab utama kematian ibu maternal, yaitu sebesar 94,4% dengan
terjadinya kematian yaitu Anemia gizi pada ibu hamil, dengan Hb kurang dari
11gr%.
Angka kematian balita masih didapatkan sebesar 10,6 per 1000 anak
balita. Seperti halnya dengan bayi sekitar 31% penyebab kematian balita adalah
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, yaitu infeksi saluran pernafasan,
Masih tingginya angka kematian ibu dan anak di Indonesia berkaitan erat
khususnya wanita dewasa yang masih rendah, keadaan sosial ekonomi yang
dan petugas kesehatan yang masih rendah dan jauhnya lokasi tempat pelayanan
Berdasarkan survei rumah tangganya (SKRT) pada tahun 1985, tingkat buta
huruf pada wanita dewasa adalah sebesar 25,7%. Rendahnya tingkat pendidikan
dan buta huruf pada wanita menyebabkan ibu-ibu tidak mengetahui tentang
perawatan semasa hamil, kelahiran, perawatan bayi dan semasa nifas, tidak
sebagainya.
misalnya:
1. Ibu hamil dilarang tidur siang karena takut bayinya besar dan akan sulit
melahirkan
2. Ibu menyusui dilarang makan makanan yang asin, misalnya: ikan asin, telur
4. Bayi berusia 1 minggu sudah boleh diberikan nasi atau pisang agar
5. Ibu post partum harus tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk karena
dan persalinan yang dilakukan di lantai, diharapkan ibu dapat dengan mudah
melahirkan.
7. Bayi baru lahir yang sedang tidur harus ditemani dengan benda-benda tajam.
Tingkat kepercayaan masyarakat kepada petugas kesehatan, dibeberapa
Tangga tahun 1992 rnenunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun
ini biasanya berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada
ASI; ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat
membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses persalinan; atau
Ini adalah sedikit gambaran tentang aspek sosial budaya masyarakat yang
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan
kerjanya.
khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru
lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi
sebagai berikut:
kontrasepsi.
kesehatan setempat.
3. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi.
5. Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral, dan lembaga swadaya
masyarakat.
lainnya.
kemampuannya.
Melihat dari luasnya fungsi bidan tersebut, aspek sosial-budaya perlu
diperhatikan oleh bidan. Sesuai kewenangan tugas bidan yang berkaitan dengan
1. Menghubungi pamong desa untuk mendapatkan peta desa yang telah ada
lain.
a. Jenis kelamin
b. Umur
c. Mata pencaharian
d. Pendidikan
e. Agama
6. Mencatat jumlah KK, PUS, dan penduduk menurut jenis kelamin dan
golongan.
Agar seluruh tugas dan fungsi bidan dapat dilaksanakan secara efektif, bidan
yang pertama kali harus dilakukan bila datang ke suatu wilayah adalah
adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama,
bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.
pendekatan social dan budaya yang akurat. Manusia sebagai mahluk ciptaan
memerlukan prantara budaya untuk menyatakan rasa seninya, baik secara aktif
dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif. Dalam
kebudayaan seolah kita memasuki suatu alam rasa yang kasat mata. Maka itu
bersimpati terhadap kesenian itu, tetapi lebih dari itu yaitu secara empati. Melalui
akhir pertunjukan.
BAB III
3.1 Kesimpulan
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan
kerjanya.
khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru
lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki
jawabnya.
dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian,
tradisional tersebut.
3.2 Saran
Gunadarma.ac.id./library/articles/graduate/psychology/2006/artikel/pdf. Diakses 30
Cimura Irsal. 2012. Makalah Aspek Ssosial Budaya yang Berkaitan dengan Pra