Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN

TEORI-TEORI PENDIDIKAN DALAM ALIRAN KLASIK

Dosen

LAELA LUTFIANA RAHMAN, M.Pd

Disusun Oleh :

1. SILVIA DWI RAHAYU (2186236021)

2. LELY PUTRI RAHAYU (2186236020)

3. RINAWATI (2186236004)

4. SAYIDAH ALFINA AFIFATUL AISYAH (2186236012)

5. LINA SETIYOWATI (2186236024)

UNIVERSITAR NAHDATUL ULAMA BLITAR

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrahim puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan
hidayahnya kami selaku penyusun dapat menyelesaikan malakah Teori Pendidikan Klasik ini
Sholawat serta salam kami curahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, dan sahabatnya.

Selanjutnya kami selaku penyusun ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada semua
pihak yang membantu kelancaran pembuatan makalah ini. Terimakasih juga kepada Ibu
Laela Lutfiana Rahman, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan yang
telah membimbing kami. Semoga makalah ini dapat berguna dengan baik untuk diri kami,
teman-teman, dan semua pembaca makalah ini.

Kami selaku penyusun memohon maaf atas kekurangan dalam makalah ini. Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat dan dapat memenuhi tugas yang di berikan. Terima kasih.
DAFTAR ISI

Penulis…………………………………………………………………………………………

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………

Daftar Isi……………………………………………………………………………………….

Pendahuluan……………………………………………………………………………………

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………
B. Tujuan…………………………………………………………………………………..

Pembahasan Materi……………………………………………………………………………..

Bab 1 Pengertian Teori Dan Pendidikan Klasik……………………………………………….

A. Pengertian
Teori…………………………………………………………………………
B. Pengertian Pendidikan
Klasik……………………………………………………………

Bab 2 Pengertian Teori Pendidikan Klasik dan Macam-macam Teori Pendidikan Klasik……..

A. Pengertian Teori Pendidikan Klasik…………………………………………………….


B. Macam-Macam Teori Pendidikan Klasik……………………………………………….

Penutup………………………………………………………………………………………….
.

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………

B. Saran…………………………………………………………………………………….
.

Referensi………………………………………………………………………………………

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Pendidikan bukan hanya soal mengajari atau belajar bersama, pendidikan melalui
acuan dalam mendidik, serta teori-teori pendidikan yang diajari dalam mata kuliah
ilmu pendidikan. Selain itu kita dapat mempelajari ilmu pendidikan secara teoristis
melalui perenungan-perenungan yang mendalam yang mencoba melihat makna
pendidikan dalam suatu konteks yang lebih luas yang disebut teori pendidikan,
maupun dapat juga mempelajari pendidikan secara praktis melalui kegiatan akademis
da empirisyang bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikan yang disebut
praktik pendidikan.
Teori dan konflik pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, hal-
hal tersebut memiliki hubungan komplimenter yang saling mengisi satu sama lainnya.
Praktik pendidikan seperti pelaksanaan pendidikan dalam lingkungan keluarga,
pelaksanaan pendidikan di sekolah, pelaksanaan pendidikan di masyarakat, dapat
dijadikan dalam sumber penyusunansuatu teori pendidikan. Suatu teoeri pendidikan
dapat dijadikan sebagai suatu pedoman dalam melaksanakan praktik pendidikan.
Kenyataannya, banyak orang yang belum mengetahui dan mempelajari suatu teori
pendidikan, tapi ia juga dapat menjadi seorang pendidik yang baik, berhasil dalam
membimbing murid-muridnya. Sebaliknya juga dapat terjadi, seorang teori ahli
pendidikan, belum dapat dijamin bahwa ia akan menjadi seorang pendidik yang baik.

A. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud teori?
2. Apakah yang dimaksud dengan pendidikan klasik?
3. Apa yang dimaksud teori pendidikan klasik?
4. Apa saja macam-macam teori pendidikan klasik
B. Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud teori
2. Mengetahui yang dimaksud pendidikan klasik
3. Mengetahui yang dimaksud teori pendidikan klasik
4. Mengetahui macam-macam teori pendidikan klasik
Pembahasan Materi

Bab 1

Pengertian Teori dan Pendidikan Klasik

A. Pengertian Teori

Teori adalah serangkaian bagian atau definisi yang saling berhubungan secara
sistematis mengenai fenomena dengan maksud menjelaskan fenomena tersebut.
Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran
teoristi” yang
mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa variabel-variabel
dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.

Kata teori memiliki arti yang berbedaa-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang
berbeda pula tergantung metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori
merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dan fakta yang lain pada
sekumpulan fakta-fakta. Selain itu, berbeda dengan torama, pernyataan teori pada
umumnya hanya diterima secara “sementara”. Hal ini mengindikasikan bahwa teori
berasal dari penarikan kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan
penarikan kesimpulan pada pembuktian matematika.

Sedangkan secara lebih spesifik di dalam ilmu sosial, terdapat pula teori sosial.
Neuman mendefinisikasikan teori sosial adalah sebagai sistem dari keterkaitan
abstraksi atau ide-ide yang meringkas dan mengorganisasikan pengetahuan tentang
dunia sosial. Perlu diketahui bahwa teori berbeda dengan ideologi, seorang peneliti
kadang-kadang bisa dalam membedakan teori dan ideologi. Terdapat kesamaan
diantara keduanya, tetapi jelas mereka berbeda. Teori dapat merupakan bagian dari
ideologi, tetapi ideologi bukan teori. Contohnya adalah Aleniasi manusia adalah
sebuah teori yang diungkapkan oleh Karl Marx, tetapi Marxis atau Komunisme secara
keseluruhan adalah sebuah ideologi.

Dalam ilmu pengetahuan, teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau
kerangka fikiran yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu.
Teori dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah. Teori
merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya. Manusia membangun
teori untuk menjelaskan, meramalkan, dan menguasai fenomena tertentu misalnya,
benda-benda mati, kejadian-kejadian di alam, atau tingkah laku hewan. Sering kali,
teori dipandang sebagai satu model atau kenyataan misalnya, apabila kucing
mengeong berarti minta makan. Suatu teori membentuk generalisasi atas banyak
pengamatan dan terdiri atas kumpulan ide yang saling berkaitan.
Istilah teoristis dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang diramalkan oleh
suatu teori namun belum pernah terpengamatan. Sebagai contoh, sampai dengan
akhir-akhir ini, lubang hutam dikategorikan sebagai teoristis karena diramalkan
menurut teori umum tetapi belum pernah teramati di alam. Terdapat kesalah pahaman
yang menyatakan apabila sebuah teori ilmiah telah mendapatkan cukup bukti dan
teruji oleh para peneliti lain tingkatannya akan menjadi hukum ilmiah. Hal ini
tidaklah benar karena definisi hukum ilmiah dan teori ilmiah itu berbeda. Teori akan
tetap menjadi teori, dan hukum akan tetap menjadi hukum. (Wikipedia Indonesia)

Menurut Muhammad Surya, teori merupakan suatu perangkat prinsip-prinsip


terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan.

Karakteristik suatu teori ialah:

1. Memberikan kerangka kerja konseptual untuk suatu informasi, dan dapat


dijadikan sebagai dasar untuk peneliti.
2. Memiliki prinsip-prinsip yang dapat diuji.

Teori merupakan hubungan antara konsep-konsep. Sedangkan konsep-konsep itu


sendiri merupakan hubungan dari kata-kata yang menjelaskan suatu persoalan atau
kenyataan. Kata-kata merupakan simbol berupa bunyi dan aksara ketika kita merujuk
pada suatu benda atau realitas yang ada di dunia. Sedangkan konsep merupakan suatu
penjelasan yang lebih luas karena menghubungkan keterkaitan antara dua atau lebih
dari keberadaan benda atau gejala (peristiwa). Karenanya, teori merujuk pada suatu
hubungan antara konsep-konsep yang lebih bisamenjelaskan peristiwa atau suatu
proses tertentu dari kehidupan ini.

Jadi, teori sebenarnya adalah sebuah alat untuk membantu menjelaskan suatu. Ia
merupakan penyederhanaan dari gejala-gejala kehidupan supaya mudah kita pahami
dan kita jelaskan. Teori akan membantu kita memahami suatu gejala yang
membedakan diri dengan penjelasan yang lain. Meskipun demikian perbedaan antara
dua teori atau lebih yang berbeda tidak menutup kemungkinan ada suatu hal yang
berinsan. Dan suatu teori yang baik diharapkan menghilangkan irisan-irisan itu
sekecil mungkin, untuk memberikan pembedaan antara seperangkat penjelasan
dengan lainnya yang memiliki karakternya masing-masing.

B. Pengertian Pendidikan Klasik

Sebelum kita mengetahui tentang pendidikan klasik terlebih dahulu kita harus
mengetahui apa itu Pendidikan dan apa itu Klasik.
Pendidikan adalah usaha sadar yang disengaja, terencana terpola, dan dapat
dievaluasi, yang diberikan kepada peserta didik, oleh pendidik agar tercapai
kemampuan yang optimal dan hakikatnya pendidikan itu bukan membentuk manusia
tetapi untuk menumbuhkan dan pengembangkan potensi-potensi pembawaan jasmani
maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan
kebudayaan. Oleh karena itu pendidikan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang
dipenuhi sepanjang hayat. Karena tanpa pendidikan, mustahil manusia dapat hidup
berkembang sejalan dengan aspirasi untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut
konsep pandangan hidup masing-masing.

Klasik adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan tempo dulu (jadul) atau masa
yang telah dilewati dan belum berkembang di bidang ilmu pengetahuan teknologi atau
yang lainnya.

Jadi, pendidikan klasik adalah pendidikan yang telah ada di masa lampau dan di
pandang sebagai konsep pendidikan tertua. Pendidikan ini bermula dari asumsi bahwa
seluruh warisan budaya seperti pengetahuan, ide-ide, ataupun nilai-nilai telah
ditemukan oleh pemikir terdahulu dan pendidikan ini hanya berfungsi memelihara dan
meneruskannya dari generasi ke generasi. Jadi, guru tidak perlu susahp-susah
menciptakan pengetahuan, konsep atau nilai-nilai terbaru karena sudah tersedia,
tinggal bagaimana menguasai dan mengajarkannya kepada siswa.

Ada 2 model konsep dari pendidikan klasik yaitu penerialisme dan esensialisme

1. Filsafat Penerialisme memandang bahwa situasi di dunia dewasa penuh dengan


kekacauan dan ketidakpastian terutama pada hal moral intelektual dan kultural.
Untuk mengatasi kekacauan tersebut para kaum perenialis megatasinya dengan
berjalan mundur kebelakang dengan menggunakan kembali nilai-nilai atau
prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup masyarakat kuno.
Mereka lebih berorentiasi ke masa lampau dan kurang mementingkan tuntutan-
tuntutan masyarakat sekarang. Mereka percaya bahwa pandangan tersebut
memiliki kualitas yang dapat dijadikan tuntutan hidup. Didalam dunia yang tidak
menentu seperti sekarang ini tidak ada satupun yang lebih bermanfaat daripada
kepastian tujuan pendidikan, serta kestabilan perilaku pendidik. Dalam pendidikan
perenealisme ini lebih menekankan pada humanitas atau pembentukan pribadi dan
sifat-sifat mental.
2. Esensialisme

Pendidikan ini lebih mengutamakan sains daripada humantis. Mereka lebih


pragmatis, pendidikan diarahkan dalam mempersiapkan generasi muda untuk
terjun ke dunia kerja. Konsep ini lebih berorentiasi pada masa sekarang dan masa
yang akan datang. Isi pegajaran lebih di arahkan kepada pembentukan ketrampilan
dan pengembangan kemampuan. Tujuan utama pendidika, menurut para esensial
adalah pekerjaan yang lebih baik, dapat bekerja sama lebih baik dengan orang dari
berbagai tingkatan/lapisan masyarakat dan memperoleh penghasilan lebih banyak.
Mereka berpikiran praktis bahwa pendidikan adalah jalan untuk mencapai sukses
dalam kehidupan, terutama sukses secara ekonomi.
BAB 2

Pengertian Teori Pendidikan Klasik dan Macam-Macam Teori Pendidikan


Klasik

A. Pengertian Teori Pendidikan Klasik


Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik yang memandang bahwa
pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan
warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan
daripada prosesnya. Isi pendidikan atau bahan pengajaran diambil dari sari ilmu
pengetahuan yang telah ditemukan dan dikembangkan oleh para ahli di bidangnya dan
disusun secara logis dan sistematis. Misalnya teori fisika, biologi, matematika,
bahasa, sejarah dan sebagainya.

Perbedaan pandangan tentang faktor dominan dalam perkembangan manusia


tersebut menjadi dasar perbedaan pandangan tentang peran pendidikan terhadap
manusia, mulai dari yang paling pesimis sampai yang paling optimis. Aliran-aliran itu
pada umumnya mengemukakan satu faktor dominan tertentu saja dan dengan
demikian suatu aliran dalam pendidikan akan mengajukan gagasan untuk
mengoptimalkan faktor tersebut untuk mengembangkan manusia.

B. Macam-Macam Teori Pendidikan

1. Pendidikan Empirisme
Aliran Empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan
stimulasi ekternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa
perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak
dipentingkan. Pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari di
dapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal
dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program
pendidikan. Tokoh perintis pandangan ini adalah seprang filsuf inggris bernama
John Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabula Rasa”, yakni anak
lahir kedua bagaikan kertas putih bersih.

Aliran Empiris dipandang berat sebelah, sebab hanya mementingkan peranan


pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang
dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan. Padahal kenyataan dalam
kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena bakat, meskipun
lingkungan di sekitarnya tidak mendukung.

Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan yang berasal dari dalam
diri berupa kecerdasan ataupun kemampuan keras, anak berusaha mendapatkan
lingkungan yang dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang ada dalam
dirinya. Meskipun demikian, penganut aliran ini masih tampak pada pendapat-
pendapat yang memandang manusia sebagai makhluk pasif dan dapat di
manipulasi, contohnya melalui modifikasi tingkah laku. Hal ini tercermin dari
pandangan scientific psychology dari BF. Skinera ataupun pandangan
behavioralisme lainnya.

2. Pendidikan Nativisme
Aliran Nativisme bertolak dari Leibnitzian Tradition yang menekankan
kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan dan faktor pendidikan
kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan
ditentukan oleh pembawaan sejak lahir dan genetik dari kedua orang tua. Seorang
filsuf Jerman Schopenhauer (1788-1860) berpendapat bahwa bayi itu lahir sudah
lengkap dengan pembawaan baik ataupun buruk.

Berdasarkan pandangan ini, maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh


anak itu sendiri. Perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak
lahir. Faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan
perkembangan anak. Oleh karena itu, hasil pendidikan ditentukan oleh bakat yang
dibawa sejak lahir. Dengan demikian, menurut aliran ini, keberhasilan belajar
ditentukan oleh individu itu sendiri. Ditekankan bahwa “yang jahat menjadi jahat,
dan yang baik menjadi baik”. Artinya bahwa, jika anak memiliki bakat jahat sejak
lahir, ia akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang
dibawa tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri. Istilah navitisme
dari asal kata natie yang artinya adalah terlahir. Bagi navitisme, lingkungan
sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam
mempengaruhi perkembangan anak.

Pandangan itu tidak menyimpang dari kenyataan, anak mirip orang tuanya
secara fisik dan akan mewarisi sifat dan bakat orangtua. Prinsipnya, pandangan
navitisme adalah pengakuan tentang adanya daya asli yang terbentuk sejak
manusia lahir ke dunia, yaitu daya-daya psikologis dan fisiologis yang bersifat
herediter, serta kemampuan dasar lainnya yang kapasitasnya berbeda dalam diri
tiap manusia. Ada yang tumbuh dan berkembang sampai pada titik maksimal
kemampuan, dan ada pula yang hanya sampai pada titik tertentu. Misalnya,
seorang anak yang berasal dari orang tua yang ahli seni musik, akan
berkembang ,menjadi senimanmusik yang mungkin melebihi
kemampuamorangtuanya, mungkin juga hanya sampai pada setengah kemampuan
orang tuanya.

Meskipun dalam kenyataan sehari-hari sering, sering ditemukan anak mirip


orang tuanya (secara fisik) dan juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada
orangtuanya. Tetapi pembawaan itubukanlah merupakan satu-satunya faktor yang
dapat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan anak. Terdapat suatu
pendapat dari aliran navitismeyang berpengaruh luas yakni dalam diri individu
terdapat suatu “inti” pribadi yang mendorong manusia untuk mewujudkan diri,
mendorong manusia dalam menentukan pilihan dan kemauan sendiri, dan yang
menempatkan manusia sebagai makhluk yang mempunyai kemauan bebas.

3. Pendidikan Naturalisme
Pandangan ini ada persamaan pada navitisme. Aliran naturalisme dipelopori
oleh filsuf Perancis (JJ.Rouscau 1712-1778). Berbeda dengan Scphpenhauer,
Rouscau berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai
pembawaan buruk. Pembawaan baik anak akan menjadi rusak karena dipengaruhi
oleh lingkungan.
Rousceu juga berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan orang
dewasamalahan dapat merusak pembawaan anakyang baik itu. Aliran ini juga
disebut negativisme, karena berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan
pertumbuhan anak pada alam.
Jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. Karena yang perlu
dioerlukan adalah menyerahkan anak didik ke alam, agar pembawaan yang baik
itu tidak menjadi rusak oleh tangan manusia melalui proses dan kegiatan
pendidikan. Rousceu ingin menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat
yang serba di buat-buat (artificial) sehingga anak-anak yang diperoleh secara
alamiah seja saat kelahirannya itu dapat tampak secara spontan dan bebas.Ia
mengusulkan perlunya permainan bebas pada anak didik untuk mengembangkan
pembawaanya, kemampuan-kemampuan, dan kecenderungan-kecenderungan.
Pendidikan harus di jauhkan dari perkembangan anak karena hal itu berarti
dapat menjauhkan anak dari segala hal yang bersifat dibuat-buat dan dapat
membawa anak kembali ke alam yang mempertahankan segala yang baik.

4. Pendidikan Konvergensi
Perintis aliran ini adalah Willian Stern (1871-1939), seorang ahli pendidikan
bangsa jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan ke dunia ini
sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Penganut aliran ini
berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan
maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting.
Bakat yang dibawa waktu anak yang dilahirkan tidak akan berkembang dengan
baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang baik sesuai dalam perkembangan
bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan
perkembangan anak yang optimal kalau memang dalam diri anak tidak dapat
bakat yang diperlukan untuk mengembangkan itu.

Sebagai contoh, hakikat kemampuan anak berbahasa dengan kata-kata, adalah


juga hasil konvergensi. Pada manusia ada pembawaan untuk berbicara melalui
situasi lingkungan, anak berbicara dalam bahasa tertentu. Lingkungan pun
mempengaruhi anak didik dalam mengembangkan pembawaan bahasanya. Karena
itu setiap anak manusia mula-mula menggunakan bahasa lingkungannya.
Misalnya bahasa jawa, sunda, bahasa melayu, dan lain sebagainya.
Kemampuan dua orang anak (yang tinggal dalam lingkungan yang sama) untuk
mempelajari bahasa mungkin tidak sama. Itu disebabkan oleh faktor kualitas
pembawaan dan perbedaan situasi lingkungan walaupun kedua anak tersebut
menggunakan bahasa yang sama. William Stern berpendapat bahwa hasil
pendidikan itu tergantungg pada pembawaan dan lingkungan., seakan-akan dua
garis yang menuju kesatu titik pertemuan.

Oleh karena itu teori William Stern disebut teori konvergensi (konvergen
artinya memusat kesatu titik). Jadi menurut teori konvergensi pada umumnya
diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh
kembang manusia. Meskipun demikian terdapat variasi mengenai faktor-faktor
mana yang paling penting dalam menentukan tumbuh kembang itu.
PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling
berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena
dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena
alamiah. Intinya teori adalah keterkaitan antara konsep-konsep.

Pendidikan klasik adalah pendidikan yang konsep-konsep atau nilai-nilainya sudah


ada dimasa lampau dan digunakan untuk pembelajaran secara generasi ke generasi.

Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik seperti penerealisme dan
esensialisme yang memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya
memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya.

Macam-macam teori pendidikan klasik adalah :

1. Pendidikan Empirisme
2. Pendidikan Navitisme
3. Pendidikan Naturalisme
4. Pendidikan Konvergensi

B. Saran

Setelah membaca uraian di atas, hendaklah kita sebagai calon guru mempelajari
Ilmu Pendidikan khususnya teori-teori pendidikan karena akan bermanfaat bagi diri
sendiri dan peserta didik kita dalam kegiatan belajar mengajar.
REFERENSI

http://id.wikipedia.org

https://sinautp.weebly.com/teori-pendidikan.html

http://khairiilham.blogspot.com//2010/02/pendidikan-klasik.html

Anda mungkin juga menyukai