Anda di halaman 1dari 9

ASPEK ONTOLOGI ILMU PENGETAHUAN DALAM ISLAM

Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah ISLAM DAN SAINTS
Dosen Pengampu: Dr. Trisna Taufik Darmawansyah, M.E.

Disusun oleh : Kelompok 6

Ahmad Dedi Humaedi (231420173)

Zahrotunissa (231420185)

Ghaly Rifqi Savero (231420161)

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


TAHUN AJARAN 2023/2024
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN
BANTEN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah sehingga penyusunan makalh ini dapat terselesaikan. Makalah ini dapat terselesaikan
dengan judul “ASPEK ONTOLOGI ILMU PENGETAHUAN DALAM ISLAM”. Terima kasih
kami sampaikan kepada Bapak Dr. Trisna Taufik Darmawansyah, M.E. selaku dosen mata
kuliah Islam dan Saints yang telah membingbing dan memberikan kuliah demi lancarnya
terselesaikan tugas makalah ini. Demikianlah tugas ini kami susun semoga bermanfaat dan dapat
memenuhi tugas mata kuliah Pancasila dan kami kelompok 6 berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi diri kami dan khususnya teman – teman semuanya.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
Latar Belakang..............................................................................................................................1
Rumusan Masalah.........................................................................................................................1
Tujuan Penelitian..........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................2
Pengertian Ontologi......................................................................................................................2
Hubungan Ontologi dengan Filsafat Pendidikan..........................................................................2
Hakikat Ontologi...........................................................................................................................2
Karakteristik Ontologi Ilmu Pengetahuan.....................................................................................2
BAB III PENUTUP......................................................................................................................3
Kesimpulan ..................................................................................................................................3
Saran..............................................................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................4

iii
BAB I
PENDAHUUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan merupakan hasil dari proses keingintahuan manusia akan sesuatu. Setiap
jenis pengetahuan juga berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung pada bagaimana cara
mendapatkan dan apa yang dikaji dari pengetahuan tersebut. Manusia mengembangkan
pengetahuan karena dua sebab yaitu: Pertama, manusia memiliki bahasa yang mampu untuk
mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut.
Kedua, manusia memiliki cara berpikir yang sesuai alur yang kemudian disebut sebagai
penalaran.1 Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang diberikan
segala kemampuan jasmani, rohani dan kemampuan berpikir yang menjadikan manusia berbeda
dengan makhluk lainnya. Manusia juga makhluk yang sempurna dan yang pertama kali
menggunakan bahasa. Sebagai makhluk yang mulia, manusia memiliki tiga keistimewaan
dibandingkan dengan makhluk lainnya, keistimewaan tersebut diantaranya: memiliki penguasaan
bahasa, memiliki kemampuan berpikir, dan kesempurnaan bentuk ragawi. Dengan keistimewaan
tersebutlah manusia mendapatkan pengetahuan berdasarkan kemampuannya sebagai makhluk
yang berpikir, merasa, dan mengindra.2 Seperti dijelaskan di atas, bahwa pengetahuan itu banyak
jenisnya dan salah satunya adalah ilmu. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang objek
kajiannya adalah dunia empiris sebagai penentu kebenaran ilmu tersebut dan menggunakan
metode ilmiah untuk mendapatkan pengetahuan. Sumber ilmu itu sendiri merupakan
penggabungan antara logika deduktif dan logika induktif.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan filsafat pendidikan modern ditinjau dari ontologi?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan filsafat pendidikan modern ditinjau dari ontologi.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ontologi
Kata ontologi berasal dari perkataan yunani, yaitu Ontos: being, dan Logos:logic. Jadi,
ontologi adalah the theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan) atau
ilmu tentang yang ada. Ontologi diartikan sebagai suatu cabang metafisika yang berhubungan
dengan kajian mengenai eksistensi itu sendiri. Ontologi mengkaji sesuai yang ada, sepanjang
sesuatu itu ada.
Clauberg menyebut ontologi sebagai “ilmu pertama,” yaitu studi tentang yang ada sejauh
ada. Studi ini dianggap berlaku untuk semua entitas, termasuk Allah dan semua ciptaan, dan
mendasari teologi serta fisika. Pertanyaan yang berhubungan obyek apa yang dikaji oleh
pengetahuan itu (ontologi), bagaimana cara mengetahui pengetahuan tersebut (epistemologi),
dan apa fungsi pengetahuan tersebut (aksiologi).
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal dari Yunani.
Kajian tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh yunani yang
memiliki pandangan yang bersifat ontologis adalah Thales, Plato, dan Aristoteles. Thales,
misalnya, melalui perenungannya terhadap air yang ada di mana-mana, ia sampai pada
kesimpulan bahwa air merupakan “substansi terdalam” yang merupakan asal mula dari segala
sesuatu. Yang penting bagi kita sesungguhnya bukanlah ajarannya yang mengatakan air itulah
asal mula segala sesuatu, melainkan pendiriannya bahwa “mungkin sekali segala sesuatu berasal
dari satu substansi belaka.
Menurut The Liang Gie, ontologi adalah bagian dari filsafat dasar yang mengungkap
makna dari sebuah eksistensi yang pembahasannya meliputi persoalan-persoalan berikut:
a. apakah artinya ada, hal yang ada?
b. apakah golongan-golongan dari hal yang ada?
c. apakah sifat dasar kenyataan dan hal ada?
d. apakah cara-cara yang berbeda dalam entitas dari kategori-kategori logis yang berlainan
(misalnya objek-objek fisis, pengertian unuiversal, abstraksi dan bilangan) dapat
dikatakan ada?
Kemudian dalam Ensiklopedi Britannica dijelaskan bahwa ontologi adalah teori atau
studi tentang yang ada (being/wujud) seperti karakteristik dasar dari seluruh realitas. Ontologi

5
sinonim dengan metafisika, yaitu studi filosofis untuk menentukan sifat nyata yang asli (real
nature) dari suatu benda untuk menentukan arti, struktur, dan prinsip benda tersebut.
B. Hubungan Ontologi dengan Filsafat Pendidikan

Telah kita ketahui bersama bahwasanya ontologi ialah suatu kajian keilmuan yang
berpusat pada pembahasan tentang hakikat. Ketika ontologi dikaitkan dengan filsafat pendidikan,
maka akan munculah suatu hubungan mengenai ontologi filsafat pendidikan.

Pendidikan adalah suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. Disini bermakna bahwa adanya
pendidikan bermaksud untuk mencapai tujuan, maka dengan ini tujuan menjadi hal penting
dalam penyelenggaraan pendidikan. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan dapat
membawa anak menuju kepada kedewasaan, dewasa baik dari segi jasmani maupun rohani.
Dengan mengetahui makna pendidikan maka makna ontologi dalam pendidikan itu sendiri
merupakan analisis tentang objek materi dari ilmu pengetahuan. Berisi mengenai hal-hal yang
bersifat empiris serta mempelajari mengenai apa yang ingin diketahui manusia dan objek apa
yang diteliti ilmu. Dasar ontologi pendidikan adalah objek materi pendidikan dimana sisi yang
mengatur seluruh kegiatan kependidikan. Jadi hubungan ontologi dengan pendidikan menempati
posisi landasan yang terdasar dari fondasi ilmu dimana disitulah teletak undang-undang dasarnya
dunia ilmu.

Diatas telah disebutkan bahwa pendidikan ditinjau dari sisi ontologi berarti persoalan
tentang hakikat keberadaan pendidikan. Fakta menunjukkan bahwa pendidikan selalu berada
dalam hubungannya dengan eksistensi kehidupan manusia. Tanpa pendidikan, manusia tidak
mungkin bisa menjalankan tugas dan kewajibannya di dalam kehidupan, pendidikan secara
khusus difungsikan untuk menumbuh kembangkan segala potensi kodrat (bawaan) yang ada
dalam diri manusia. Oleh sebab itu, dapat dipahami bahwa ontologi pendidikan berarti
pendidikan dalam hubungannya dengan asal-mula, eksistensi, dan tujuan kehidupan manusia.

C. Hakikat Ontologi

Ontologi ketika melihat hakikat suatu kenyataan atau hakikat sesuatu yang ada melalui
dua macam sudut pandang yaitu: Pertama, kuantitatif yaitu dengan mempertanyakan apakah
kenyataan itu berbentuk tunggal atau jamak. Kedua, kualitatif yaitu dengan mempertanyakan
apakah kenyataan itu mempunyai kualitas tertentu. Sederhananya ontologi bisa dirumuskan

6
sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis. Aspek ontologi dari
ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan antara lain secara:
1. Metodis: menggunakan cara ilmiah.
2. Sistematis: saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan.
3. Koheren: unsur-unsur nya tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan.
4. Rasional: harus berdasar pada kaidah berpikir yang benar (logis).
5. Komprehensif: melihat objek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan secara
multidimensional atau secara keseluruhan (holistik).
6. Radikal: diuraikan sampai akar persoalannya, atau esensinya.
7. Universal: muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku di mana saja

D. Karakteristik Ontologi Ilmu Pengetahuan

Adapun karakteristik dari ontologi ilmu pengetahuan antara lain sebagai berikut:
Pertama, ilmu berasal dari suatu penelitian. Kedua, adanya konsep pengetahuan empiris dan
tidak ada konsep wahyu. Ketiga, pengetahuan bersifat rasional, objektif, sistematik, metodologis,
observatif, dan netral. Keempat, menghargai asas verifikasi (pembuktian), eksplanatif
(penjelasan), keterbukaan dan dapat diulang kembali, skeptisisme yang radikal, dan berbagai
metode eksperimen. Kelima, melakukan pembuktian bentuk kausalitas (causality) dan terapan
ilmu menjadi teknologi. Ketujuh, mengakui pengetahuan dan konsep yang relatif serta logika-
logika ilmiah. Kedelapan, memiliki berbagai hipotesis dan teori-teori ilmiah. Kesembilan,
memiliki konsep tentang hukum-hukum alam yang telah dibuktikan.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ontologi


mempelajari tentang objek apa yang ditelaah ilmu, perwujudannya dan hubungannya dengan
daya tangkap manusia, sehingga dapat menghasilkan ilmu pengetahuan. Pembahasan ontology
tidak mencakup pada proses, prosedur dan manfaat dari suatu objek yang ditelaah ilmu, tetapi
lebih kepada perwujudannya. Ontologi sains merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang
hakikat sains, struktur sains dan karakteristik sains. Hakikat sains menjawab pertanyaan apa
sains itu sebenarnya, struktur sains menjelaskan tentang cabang-cabang sains, dan karakteristik
sains menjelaskan tentang karakter atau ciri dari sains menurut para ahli.

B. Saran

Pembahasan “Tinjauan Kritis Terhadap Ontologi Ilmu (Hakikat Realitas) Dalam


Perspektif Sains Modern” dalam penelitian ini masih sangat terbatas dan membutuhkan banyak
masukan. Saran untuk penulis selanjutnya adalah mengkaji lebih dalam tinjauan kritis terhadap
ontologi ilmu (hakikat realitas) dalam perspektif sains modern, dan studi kritis terhadap tinjauan
kritis terhadap ontologi ilmu (hakikat realitas) dalam perspektif sains modern.

Saran kami dalam makalah ini adalah untuk menambah lagi wawasan bagi para pembaca
agar kita sebagai bangsa Indonesia mampu manjunjung tinggi dan mengamalkan setiap sila-sila
pancasila.

8
DAFTAR PUSTAKA

Mubin, F. (2021). Filfafat Modern: Ditinjau Dari Aspek Ontologis, Epistemologis dan
Aksiologis.

Rokhmah, D. (2021). Ilmu dalam tinjauan filsafat: ontologi, epistemologi, dan


aksiologi. CENDEKIA: Jurnal Studi Keislaman, 7(2), 172-186.

Nurasa, A., Natsir, N. F., & Haryanti, E. (2022). Tinjauan Kritis terhadap Ontologi Ilmu
(Hakikat Realitas) dalam Perspektif Sains Modern. JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 5(1),
181-191.

Aziz, A., & Saihu, S. (2019). Interpretasi Humanistik Kebahasaan: Upaya Kontekstualisasi
Kaidah Bahasa Arab. Arabiyatuna: Jurnal Bahasa Arab, 3(2), 299-214.

Saihu, S. (2019). RINTISAN PERADABAN PROFETIK UMAT MANUSIA MELALUI


PERISTIWA TURUNNYA ADAM AS KE-DUNIA. Mumtaz: Jurnal Studi Al-Quran dan
Keislaman, 3(2), 268-279.

Mubin, F. (2019). TAFSIR EMANSIPATORIS: PEMBUMIAN METODOLOGI TAFSIR


PEMBEBASAN. Mumtaz: Jurnal Studi Al-Quran dan Keislaman, 3(1), 131-151.

Mubin, F. KEADILAN DALAM GENDER: KAJIAN KEPEMIMPINAN WANITA DALAM


ISLAM1, Mubin, F. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MADRASAH DAN
KEGIATAN LAIN YANG DIPERLUKAN DI DALAMNYA (FAKTOR PENDUKUNGNYA).

Ronaldo, R., Zulfikar, A., Saihu, Ismail, & Wekke, I. S. (2020). International relations of the asia
pacific in the age of trump. Journal of Environmental Treatment Techniques, 8(1), 244–246.
Şahin,

C. RELIGIA.

Anda mungkin juga menyukai