SEBAGAI SISTEM
Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan
Dosen Pembimbing Laela Lutfiana Rachmah, M.Pd
Oleh :
Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah factor- factor pendidikan sebagai sistem tanpa halangan
suatu apapun. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Ilmu Pendidikan. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada
semua pihak khususnya kepada :
1. Ibu Laela Lutfiana Rachmah, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Pengantar Ilmu Pendidikan yang telah turut serta, dan memberi dukungan kepada
penulis.
2. Teman-teman dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan para mahasiswa untuk
mengetahui dan memahami tentang aspek dan fungsi dalam manajemen kelas.
Namun dengan ini kami menyadari bahwa makalah ini belum mencapai taraf
kesempurnaan, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca agar kami bisa menyempurnakan dan memperbaiki makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan senantiasa mendapatkan ridho Allah Swt.
Blitar, November2021
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang…………………………………..……................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan……………………………………………………............ 15
Daftar Pustaka……………………………………………………........... 16
BAB I
PENDAHULUAN
a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas sehingga
merupakan makhluk yang unik .
b. Individu yang sedang berkembang. Anak mengalami perubahan dalam
dirinya secara wajar.
c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual.
d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri dalam
perkembangannya peserta didikmemiliki kemampuan untuk berkembang
kearah kedewasaan.
a. Faktor bawaan merupakan faktor yang diwariskan dari kedua orang tua
individu yangmenentukan karakteristik fisik dan terkadang intelejensi,
b. Faktor lingkungan merupakan faktor yang menentukan karakteristik
spiritual, mental, psikis, dan juga terkadang fisik dan intelejensi. Faktor
lingkungan dibagi menjadi tiga yaitu:
1. lingkungan keluarga,Pada lingkungan keluarga seperti
motivasi dari kedua orang tua agar menjadi orang yang
sukses kedepannya dan tidak boleh kalah dengan
kesuksesan orang tuanya, kesuksesan teman orang tuanya,
kesuksesan anak teman orang tuanya, ingin merubah nasib
keluarga yang melarat,motivasi sebagai kakak yang
merupakan contoh bagi adik-adiknya, motivasi sebagai adik
yang tidak boleh kalah dengan kesuksesan kakaknya
2. lingkungan sekolah, Dari lingkungan sekolah seperti
motivasi ingin menjadi juara kelas, motivasi ingin kaya
karena melihat orang tua temannya yang kaya, ataupun
motivasi dari gurunya.
3. Lingkungan masyarakat,Lingkungan masyarakat misalnya
motivasi dari tetangganya yang sukses, motivasi karena
keluarganya selalu diremehkan masyarakat, ataupun
motivasi karena masyarakatnya diremehkan masyarakat
lain.
Setelah mengetahui faktor-faktor tersebut guru dapat memahami bahwa
peserta didiknya digolongkan sebagai individu yang unik dan beragam karena
peserta didik pada hakikatnya terdiri dari individu-individu yang memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Terdapatnya perbedaan individual dalam diri
masing-masing peserta didik membuat guru harus pandai-pandai menempatkan
porsi keadilan dengan tepat pada setiap peserta didiknya. Misalnya saja dalam
pelajaran matematika, tentunya tidak semua siswa berminat dalam pelajaran
matematika,mungkin ada siswa yang berminat pada musik, sehingga guru tidak
harus memaksanya untuk dapat menyukai matematika apalagi dengan memaksa
peserta didik agar lebih memahami matematika lebih dalam dengan memberikan
soal dan tugas yang banyak dan sulit ditambah lagi sanksinya yang berat bila tidak
dapat mengerjakan soal atau tugas tersebut. Hal inilah yang nantinya menciptakan
potensi buruk pada diri peserta didik sebagai hasil ketidakpuasannya terhadap
lingkungan yang diterimanya.Pada prinsipnya perkembangan psikis peserta didik
selalu ke arah yang lebih baik seiring dengan tingkat materi pelajaran yang
diberikan juga semakin tinggi sehingga membuat peserta didik terbiasa berpikir
secara realistis dan sistematis. Tapi guru hendaknya mendukung dan
membantunya mengembangkan potensi tersebut agar lebih optimal. Peserta didik
yang demikian tidak perlu diajarkan matematika sampai mendalam karena itu
hanya akan membuatnya menjadi jenuh pada setiap pertemuan dan sudah menjadi
kewajiban guru untuk dapat menyadari hal ini,tapi bisa juga divariasikan konsep-
konsep matematika yang berhubungan dengan bidang yang diminatinya,
seandainya peserta didik tersebut tidak mengerti paling tidak pasti ia akan
menikmati proses pembelajaran di kelasnya. Selain dengan cara itu guru juga bisa
melakukan pendekatan-pendekatan dalam proses pembelajaran terhadap peserta
didiknya dengan terlebih dahulu membaca situasi. Misalnya saja dengan
memberikan kesempatan kepada siswa yang pintar untuk mengajarkan kepada
temannya yang kurang mengerti. Seperti itulah guru yang professional, yang
diharapkan bisa menghasilkan peserta didik yang berkarakter sesuai harapan
bangsa. Kita sebagai calon-calon pendidik, harus memperhatikan karakteristik
peserta didik dengan sangat baik, jangan hanya menuntut nilai yang bagus, tapi
mengesampingkan aspek psikis dan kenyamanan peserta didik yang akan
menghambat perkembangan mereka.
Agar kita dapat mengenali potensi peserta didik, cara yang paling mudah
dan sederhana adalah dengan mengajukan pertanyaan, ”Apa yang paling senang
kamu lakukan dan orang lain menilai hasilnya sangat bagus dan luar biasa?”.
Sebagian peserta didik mungkin menjawab suka mengerjakan Matematika. Itu
artinya dia memiliki kecerdasan logika. Sebagian siswa mungkinmerasa senang
apabila menulis atau belajar bahasa asing. Artinya, dia memiliki kecerdasan
linguistik. Sebagian lagi mungkin senang bermain musik, dan sebagainya.Dalam
pembelajaran guru sebagai pendidik berinteraksi dengan peserta didik
yangmempunyai potensi beragam. Untuk itu pembelajaran hendaknya lebih
diarahkan kepada proses belajar kreatif dengan menggunakan proses berpikir
divergen (proses berpikir ke macam-macamarah dan menghasilkan banyak
alternatif penyelesaian) maupun proses berpikir konvergen(proses berpikir
mencari jawaban tunggal yang paling tepat). Dalam konteks ini guru lebih banyak
berperan sebagai fasilitator dari pada pengarah yang menentukan segala-galanya
bagi peserta didik. Sebagai fasilitator guru lebih banyak mendorong peserta didik
(motivator) untukmengembangkan inisiatif dalam menjajagi tugas-tugas baru.
Guru harus lebih terbuka menerima gagasan-gagasan peserta didik dan lebih
berusaha menghilangkan ketakutan dan kecemasan peserta didik yang
menghambat pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif.Bagaimana hal ini
dapat diwujudkan pada suasana pembelajaran yang dapat dinikmati oleh peserta
didik? Jawabannya adalah pembelajaran menggunakan pendekatan
kompetensi,antara lain dalam proses pembelajaran guru :
a. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bermain dan
berkreativitas,
b. Memberi suasana aman dan bebas secara psikologis,
c. Disiplin yang tidak kaku, peserta didik boleh mempunyai gagasan sendiri
dan dapat berpartisipasi secara aktif4. Memberi kebebasan berpikir kreatif
dan partisipasi secara aktif.Semua ini akan memungkinkan peserta didik
mengembangkan seluruh potensikecerdasannya secara optimal. Suasana
kegiatan belajar-mengajar yang menarik, interaktif, merangsang kedua
belahan otak peserta didik secara seimbang, memperhatikan keunikan
tiapindividu, serta melibatkan partisipasi aktif setiap peserta didik akan
membuat seluruh potensi peserta didik berkembang secara optimal.
Selanjutnya tugas guru adalah mengembangkan potensi peserta didik
menjadi kemampuan yang maksimal.Ternyata, banyak sekali potensi yang
dimiliki peserta didik. Tugas pendidik adalah bagaimana agar potensi-
potensi tersebut dapat berkembang dengan maksimal, baik melaluikegiatan
intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.Pengembangan potensi siswa
melalui kegiatan intrakurikuler dapat terwujud melalui proses belajar yang
melibatkan peserta didik secara aktif (active learning ).
Dengan demikian,siswa terus mengasah kecerdasan logika saat
merumuskan ide-ide atau pendapat, kecerdasan bahasa saat menyampaikan
secara lisan ide atau pendapat tersebut, kecerdasan keuletan saat harus beradu
argumen dengan teman, kecerdasan intrapersonal saat harus bersikap toleran
kepada yang lain, dan seterusnya.Adapun peranan pendidik agar bisa
mengoptimalkan potensi peserta didik menurut Djamarah, yaitu;
a. Korektor; Yaitu pendidik bisa membedakan mana nilai yang baik dan
mana nilai yang buruk,koreksi yang dilakukan bersifat menyeluruh dari
afektif sampai ke psikomotor
b. Inspirator; pendidik menjadi inspirator/ilham bagi kemajuan belajar
mahasiswa, petunjuk bagaimana belajar yang baik dan mengatasi
permasalahan lainya.
c. Informator; pendidik harus dapat memberikan informasi perkembangan
ilmu pengetahuan danteknologi.
d. Organisator; Mampu mengelola kegiatan akademik (belajar)
e. Motivator; Mampu mendorong peserta didik agar bergairah dan aktif
belajar
f. Inisiator; pendidik menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan
dan pengajaran
g. Fasilitator; pendidik dapat memberikan fasilitas yang memungkinkan
kemudahan kegiatan belajar
h. Pembimbing; membimbing anak didik manusia dewasa susila yang cakap
i. Demonstrator; jika diperlukan pendidik bisa mendemontrasikan
bahan pelajaran yang susah dipahami
j. Pengelola kelas; mengelola kelas untuk menunjang interaksi edukatif
k. Mediator; pendidik menjadi media yag berfungsi sebagai alat komunikasi
guna mengefektifkan proses interaktif edukatif
l. Supervisor; pendidik hendaknya dapat, memperbaiki, dan menilai secara
kritis terhadap proses pengajaran dan
m. Evaluator; pendidik dituntut menjadi evaluator yag baik dan
jujur.Tanggung jawab kita sebagai pendidik sangatlah besar, oleh karena
itu kita harus terus belajar dan terus coba memahami potensi yang ada
pada setiap diri peserta didik dengan sabardan ulet, bukan malah
menghancurkan potensi peserta didik karena ketidaktahuan kita
tentangcara mengembangkan potensi peserta didik. Tanggung jawab yang
terus semakin besar dengansemakin derasnya budaya asing yang
mengancam potensi anak bangsa, bukanlah sebuahhalangan tetapi
dijadikan sebagai batu loncatan pendidik untuk semakin terpacu
menghasilkan peserta didik yang berkarakter dan beriman sesuai amanat
Undang Undang Dasar
2.7 SARAN