Anda di halaman 1dari 19

FAKTOR FAKTOR PENDIDIKAN

SEBAGAI SISTEM
Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan
Dosen Pembimbing Laela Lutfiana Rachmah, M.Pd

Oleh :

Dewi Wahidatur Roifah 2186236006


Defita Nurfarida 2186236017
Nica Puji Rahayu 2186236019
Zahro Muna Lutfia 2186236028

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
NOVEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah factor- factor pendidikan sebagai sistem tanpa halangan
suatu apapun. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Ilmu Pendidikan. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada
semua pihak khususnya kepada :
1. Ibu Laela Lutfiana Rachmah, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Pengantar Ilmu Pendidikan yang telah turut serta, dan memberi dukungan kepada
penulis.
2. Teman-teman dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan para mahasiswa untuk
mengetahui dan memahami tentang aspek dan fungsi dalam manajemen kelas.
Namun dengan ini kami menyadari bahwa makalah ini belum mencapai taraf
kesempurnaan, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca agar kami bisa menyempurnakan dan memperbaiki makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan senantiasa mendapatkan ridho Allah Swt.

Blitar, November2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………...……. ii

DAFTAR ISI…………………………………………….…...................... iii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang…………………………………..……................................. 1

1.1 Rumusan masalah…………………………………………….………... 2


1.2 Tujuan…………………………..………………………………..…….. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Makna Hakikat Peserta Didik ….………………………….……….….. 3

2.2 Karakteristik Peserta Didik.………………………….…..…………….. 4

2.3 Potensi Peserta Didik. …………………………… …….….….............. 8

2.4 Pengembangan Potensi Peserta Didik………………………...……….. 9

2.5 Batas – Batas Pendidikan……………………………………...……… 12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………............ 15

3.2 Saran ………………………………………………………...……….. 15

Daftar Pustaka……………………………………………………........... 16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pendidikan adalah suatu bentuk interaksi manusia. Dalam Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagaman, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Dalam pendidikan menuntut terwujudnya manusia Indonesia
yang berkualitas, cerdas, beriman, beriptek dan berakhlakul karimah sebagai
tujuan dari pendidikan, maka perlu pengamatan dari segi aktualisasinya bahwa
pendidikan merupakan proses interaksi antara pendidik dan peserta didik untuk
mencapai tujuan dari sebuah proses pendidikan

Setiap peserta didik memiliki potensi yang berbeda. Perbedaan peserta


didik terletak dalam pola pikir, daya imajinasi, dan hasil karyanya.Untuk itu
dalam hal ini, diperlukannya pemahaman dari guru untuk
mengetahuikeberagaman masing-masing peserta didik melalui strategi dan metode
pembelajaran yang tepatuntuk peserta didik sehingga potensi peserta pendidik
dapat terwadahi secara tepat danmaksimal. Sehingga terciptalah generasi-generasi
penerus bangsa yang berkarakter dan berimanyang akan menjadi dasar negara ini
untuk maju dan berjaya dimasa depan.
Hakikat pendidik dan peserta didik inilah yang perlu menjadi bahan
pengetahuan sebagai landasan untuk melakukan kegiatan transformasi ilmu
pengetahuan kepada peserta didik yang merupakan sebagai obyek dalam
penanaman nilai moral, sosial, intelektual, keterampilan dan spiritual. Pendidik
merupakan pelaku utama dalam tujuan dan sasaran pendidikan yaitu membentuk
manusia yang berkepribadian dan dewasa. Disamping sebagai tujuan pendidikan
Islam secara umum diorientasikan untuk membentuk insan kamil, insan
kaffah,dan mampu menjadi khalifah Allah SWT.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian kami diatas, maka didapatkan beberapa masalah yang


dijadikan sebagai rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
1. Makna hakikat peserta didik.
2. Karakteristik peserta didik.
3. Potensi peserta didik.
4. Pengembangan potensi peserta didik.

1.3 Tujuan Makalah


Selain untuk memenuhi tugas, adapun tujuan pembuatan makalah ini, yaitu :
1. Memahami lebih dalam tentang peserta didik.
2. Mengetahui karakteristik peserta didik untuk dasar pengajaran yang
optimal.
3. Mengetahui dan mengoptimalkan potensi peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Makna Hakikat Peserta Didik


Menurut Ibnu Khaldun seorang sejarawan islam yang telah diakui
kemampuan dankehebatannya oleh bangsa barat dalam perkembangan ilmu di
dunia. Peserta didik merupakanorang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah
potensi (kemampuan) dasar yang masih perludikembangkan. Di sini peserta didik
merupakan makhluk Allah yang memiliki fitrah Jasmani maupun rohani yang
belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran, maupun perimbangan
pada bagian-bagian lainnya. Dari segi rohaniah, ia memiliki bakat, kehendak,
perasaan, dan pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan..
Menurut Toto Suharto (2006: 123) peserta didik adalah makhluk Allah
yang terdiri dariaspek jasmani dan rohani yang belum tercapi taraf kematangan,
baik fisik, mental, intelektual,maupun psikologinya. Oleh karena itu, ia senantiasa
memerlukan bantuan, bimbingan dan arahan pendidik agar dapat mengembangkan
potensinya secara optimal dan membimbingnya menujukedewasaan. Potensi dasar
yang dimiliki peserta didik, kiranya tidak akan berkembang secaramaksimal tanpa
melalui proses pendidikan. Adapun peserta didik dalam pendidikan islam menurut
Hery Noer Aly (1999: 113) ialah setiap manusia yang sepanjang hayatnya selalu
berada dalam perkembangan. Jadi, bukan hanya anak-anak yang sedang dalam
pengasuhan dan pengasihan orangtuanya, bukan pula anak-anak dalam usia
sekolah.Menurut Samsul Nizar (2002) yang dikutip dari pada dasarnya peserta
didik adalah:
a) Peserta didik bukan merupakan miniatur orang dewasa, akan tetapi
memiliki dunianya sendiri.Hal ini sangat penting untuk dipahami agar
perlakuan terhadap mereka dalam proseskependidikan tidak disamakan
dengan pendidikan orang dewasa, bahkan dalam aspek metode,mengajar,
materi yang akan diajarkan, sumber bahan yang digunakan dan
sebagainya.
b) Peserta didik adalah manusia yang memiliki diferensiasi periodesasi perke
mbangan  dan pertumbuhan. Aktivitas kependidikan islam di sesuaikan
dengan tingkat tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang pada
umumnya dilalui oleh setiap peserta didik. Karena kadar kemampuan
peserta didik ditentukan oleh faktor-faktor usia dan periode perkembangan
atau pertumbuhan potensi yang dimilikinya.
c) Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan, baik menyangkut
kebutuhan jasmanimaupun kebutuhan rohani yang harus dipenuhi.
d) Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individual
(diferensiasiindividual), baik yang disebabkan oleh faktor pembawaan
maupun lingkungan di mana ia berada.
e) Peserta didik merupakan resultan dari dua unsur alam, yaitu jasmani dan
rohani. Unsur jasmani memiliki daya fisik yang menghendaki latihan dan
pembiasaan yang dilakukan melalui proses pendidikan. Sementara unsur
rohani memiliki dua daya, yaitu daya akal dan daya rasa. Untuk
mempertajam daya akal maka proses pendidikan hendaknya melalui ilmu-
ilmu rasional.Adapun untuk mempertajam daya rasa dapat dilakukan
melalui pendidikan akhlak dan ibadah.
f) Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi (fitrah) yang dapat
dikembangkan dan berkembang secara dinamis.
Berdasrkan uraian di atas, kami dapat menjelaskan bahwa peserta didik
merupakan subjek dan objek pendidikan yang memerlukan bimbingan
orang lain (pendidik) untuk membantu mengarahkannya mengembangkan
potensi yang dimilikinya, serta membimbingnya menuju kecerdasan dan
kemampuannya secara optimal.

2.2 Karakteristik Peserta Didik.


Setiap peserta didik memiliki ciri dan sifat atau karakteristik yang sangat
beraneka ragam yang terbentuk berdasarkan lingkungan peserta didik masing-
masing . Agar pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal guru perlu
memahami karakteristik peserta didik. Karakteristik bawaan merupakan
karakteristik yang dimiliki sejak lahir baik menyangkut faktor biologis maupun
faktor sosial psikologis Untuk mengetahui siapa peserta didik perlu dipahami
bahwasebagai manusia yang sedang berkembnag menuju kearah ke dewasaan
memiliki beberapa karakteristik.
Menurut Tirtaraharja, 2000 (Uyoh Sadullah, 2010: ) mengemukakan 4
karakeristik yangdimaksudkan yaitu :

a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas sehingga
merupakan makhluk yang unik .
b. Individu yang sedang berkembang. Anak mengalami perubahan dalam
dirinya secara wajar.
c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual.
d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri dalam
perkembangannya peserta didikmemiliki kemampuan untuk berkembang
kearah kedewasaan.

Edi Suardi mengemukakan 3 karakteristik Peserta didik, yaitu:

a. Kelemahan dan ketidakberdayaan.Anak ketika dilahirkan dalam keadaan


lemah yang tidak berdaya untuk dapat bergerak harus melalui berbagai
tahapan. Kelemahan yang dimiliki anak adalah kelemahan rohaniah dan
jasmaniah misalnya tidak kuat gangguan cuaca juga rohaniahnya tidak
mampu membedakan keadaan yang berbahaya ataupun menyenangkan.
Kelemahan dan ketidakberdayaan anak makin lama makin hilang karena
berkat bantuan dan bimbingan pendidik atau yang disebut dengan
pendidikan. Pendidikan akan berhenti manakala kelemahan dan
ketidakberdayaan sudah berubah menjadi kekuatan dan keberdayaan, yaitu
suatu keadaan yang dimiliki oleh orang dewasa. Pendidikan justru ada
karena adanya ciri kelemahan dan ketidakberdayaan tersebut.
b. Anak didik adalah makhluk yang ingin berkembang Keinginan
berkembang yang menggantikan ketidakmampuan pada saat anak lahir
merupakan karunia yang besar untuk membawa mereka ketingkat
kehidupan jasmaniah dan rohaniah yang tinggi lebih tinggi lebih tinggi
dari makhluk lainnya. Keinginan berkembang mendorong anak untuk giat,
itulah yang menyebabkan adanya kemungkinan atau pergaln yang disebut
pendidikan. Tanpa keinginan berkembang pada anak, akan menjadikan
tidak ada kemauan tidak mempunyai vitalitas, tidak giat bahkan barang
kali menjadi malas dam acuh tak acuh.
c. Anak didik yang ingin menjadi diri sendiri.Sepeti pernah dikemukakan
bahwa anak didik itu ingin menjadi diri sendiri. Hal tersebut penting
baginya karena untuk dapat bergaul dalam masyarakat. Seseorang harus
merupakan diri sendiri, orang seorang atau pribadi. Tanpa itu manusia
akan menjadi manusia penurut, dan manusia yang tidak punya pribadi.

Pendidikan yang bersifatotoriter bahkan mematikan pribadianak yang


sedang tumbuh.Secara garis besar karakteristik peserta didik dibentuk oleh dua
faktor yaitu :

a. Faktor bawaan merupakan faktor yang diwariskan dari kedua orang tua
individu yangmenentukan karakteristik fisik dan terkadang intelejensi,
b. Faktor lingkungan merupakan faktor yang menentukan karakteristik
spiritual, mental, psikis, dan juga terkadang fisik dan intelejensi. Faktor
lingkungan dibagi menjadi tiga yaitu:
1. lingkungan keluarga,Pada lingkungan keluarga seperti
motivasi dari kedua orang tua agar menjadi orang yang
sukses kedepannya dan tidak boleh kalah dengan
kesuksesan orang tuanya, kesuksesan teman orang tuanya,
kesuksesan anak teman orang tuanya, ingin merubah nasib
keluarga yang melarat,motivasi sebagai kakak yang
merupakan contoh bagi adik-adiknya, motivasi sebagai adik
yang tidak boleh kalah dengan kesuksesan kakaknya
2. lingkungan sekolah, Dari lingkungan sekolah seperti
motivasi ingin menjadi juara kelas, motivasi ingin kaya
karena melihat orang tua temannya yang kaya, ataupun
motivasi dari gurunya.
3. Lingkungan masyarakat,Lingkungan masyarakat misalnya
motivasi dari tetangganya yang sukses, motivasi karena
keluarganya selalu diremehkan masyarakat, ataupun
motivasi karena masyarakatnya diremehkan masyarakat
lain.
Setelah mengetahui faktor-faktor tersebut guru dapat memahami bahwa
peserta didiknya digolongkan sebagai individu yang unik dan beragam karena
peserta didik pada hakikatnya terdiri dari individu-individu yang memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Terdapatnya perbedaan individual dalam diri
masing-masing peserta didik membuat guru harus pandai-pandai menempatkan
porsi keadilan dengan tepat pada setiap peserta didiknya. Misalnya saja dalam
pelajaran matematika, tentunya tidak semua siswa berminat dalam pelajaran
matematika,mungkin ada siswa yang berminat pada musik, sehingga guru tidak
harus memaksanya untuk dapat menyukai matematika apalagi dengan memaksa
peserta didik agar lebih memahami matematika lebih dalam dengan memberikan
soal dan tugas yang banyak dan sulit ditambah lagi sanksinya yang berat bila tidak
dapat mengerjakan soal atau tugas tersebut. Hal inilah yang nantinya menciptakan
potensi buruk pada diri peserta didik sebagai hasil ketidakpuasannya terhadap
lingkungan yang diterimanya.Pada prinsipnya perkembangan psikis peserta didik
selalu ke arah yang lebih baik seiring dengan tingkat materi pelajaran yang
diberikan juga semakin tinggi sehingga membuat peserta didik terbiasa berpikir
secara realistis dan sistematis. Tapi guru hendaknya mendukung dan
membantunya mengembangkan potensi tersebut agar lebih optimal. Peserta didik
yang demikian tidak perlu diajarkan matematika sampai mendalam karena itu
hanya akan membuatnya menjadi jenuh pada setiap pertemuan dan sudah menjadi
kewajiban guru untuk dapat menyadari hal ini,tapi bisa juga divariasikan konsep-
konsep matematika yang berhubungan dengan bidang yang diminatinya,
seandainya peserta didik tersebut tidak mengerti paling tidak pasti ia akan
menikmati proses pembelajaran di kelasnya. Selain dengan cara itu guru juga bisa
melakukan pendekatan-pendekatan dalam proses pembelajaran terhadap peserta
didiknya dengan terlebih dahulu membaca situasi. Misalnya saja dengan
memberikan kesempatan kepada siswa yang pintar untuk mengajarkan kepada
temannya yang kurang mengerti. Seperti itulah guru yang professional, yang
diharapkan bisa menghasilkan peserta didik yang berkarakter sesuai harapan
bangsa. Kita sebagai calon-calon pendidik, harus memperhatikan karakteristik
peserta didik dengan sangat baik, jangan hanya menuntut nilai yang bagus, tapi
mengesampingkan aspek psikis dan kenyamanan peserta didik yang akan
menghambat perkembangan mereka.

2.3 Potensi Peserta Didik.


Setiap peserta didik mempunyai potensi masing-masing yang berbeda satu
sama lain,Potensi disini adalah kapasitas atau kemampuan peserta didik yang
berhubungan dengan sumberdaya manusia yang memiliki kemungkinan
dikembangkan atau menunjang pengembangan potensi lain yang ada pada diri
peserta didik.Adapun potensi itu meliputi potensi fisik, intelektual, kepribadian,
minat, potensi moral dan religious.

a. Potensi Fisik Kondisi kesehatan fisik dan keberfungsian anggota tubuh


diperoleh melalui pemeriksaan medis yang dilakukan oleh tenaga medis
dan observasi perilaku dalam mengikuti aktivitas pembelajaran oleh guru.
b. Potensi Intelektual.Potensi intelektual terbagi lima kelompok, yaitu :
1. Prestasi Akademik
2. Kecerdasan Umum
3. Kemampuan Khusus / Bakat
4. Kreativitas
5. Kepribadian
c. Potensi Kepribadian mengacu pada kemampuan mengelola emosi,
mengembangkan dan menjaga motivasi belajar, memimpin, beradaptasi,
berinteraksi dan beradaptasi, berkomunikasi, responbilitas, orientiasi
nilai, moral dan religi, sikap dan kebiasaan.
d. Potensi minat mengacu pada kegiatan yang diinginkan atau diminati
anak didik.
e. Potensi Moral dan Religius adalah potensi yang mengacu pada aspek
budi pekerti dengan harapan peserta didik bisa membedakan prilaku
yang baik dan buruk.
2.4 Pengembangan Potensi Peserta Didik.
Kita sebagai calon-calon pendidik harus sangat memperhatikan potensi-
potensi yang adadalam diri peserta didik yang kemudian harus kita wadahi dan
optimalkan potensi tersebut. Jangan sampai kita sebagai pendidik justru
menghancurkan potensi yang dimiliki peserta didik karena ketidak tahuan kita
tentang cara untuk pengembangan potensi peserta didik. Yang perlu diperhatikan
dalam mengenali potensi-potensi mereka adalah pemahaman yang mendalam
kepada karakter-karakter mereka yang sangat beragam. Jika kita tidak bisa
memahaminya, jangankan mengembangkan potensi, menemukan potensi dalam
diri peserta didik kitapun takkan pernah menemukannya. Oleh karena itu,sangat
perlunya seorang pendidik agar dapat memahamikarakteristik peserta didik yang
kemudian dilanjutkan dengan mengembangkan potensi peserta didik.
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal39 ayat 2 menyebutkan pendidik merupakan tenaga profesional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi. Sedangkan dalam pasal 32 ayat (1) disebutkan bahwa
pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki
tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional, mental, sosial, atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Agar pelayanan pendidikan yang selama ini diberikan kepada peserta didik
mencapaisasaran yang optimal, maka pembelajaran harus diselaraskan dengan
potensi peserta didik. Oleh karena itu guru perlu melakukan pelacakan potensi
peserta didik.Pemahaman tentang berbagai potensi peserta didik mutlak harus
dimiliki oleh setiap pendidik.
Hal itu sejalan dengan tujuh prinsip penyusunan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP), yaitu :
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya,
2. Beragam dan terpadu
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
6. Belajar sepanjang hayat, dan
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Agar kita dapat mengenali potensi peserta didik, cara yang paling mudah
dan sederhana adalah dengan mengajukan pertanyaan, ”Apa yang paling senang
kamu lakukan dan orang lain menilai hasilnya sangat bagus dan luar biasa?”.
Sebagian peserta didik mungkin menjawab suka mengerjakan Matematika. Itu
artinya dia memiliki kecerdasan logika. Sebagian siswa mungkinmerasa senang
apabila menulis atau belajar bahasa asing. Artinya, dia memiliki kecerdasan
linguistik. Sebagian lagi mungkin senang bermain musik, dan sebagainya.Dalam
pembelajaran guru sebagai pendidik berinteraksi dengan peserta didik
yangmempunyai potensi beragam. Untuk itu pembelajaran hendaknya lebih
diarahkan kepada proses belajar kreatif dengan menggunakan proses berpikir
divergen (proses berpikir ke macam-macamarah dan menghasilkan banyak
alternatif penyelesaian) maupun proses berpikir konvergen(proses berpikir
mencari jawaban tunggal yang paling tepat). Dalam konteks ini guru lebih banyak
berperan sebagai fasilitator dari pada pengarah yang menentukan segala-galanya
bagi peserta didik. Sebagai fasilitator guru lebih banyak mendorong peserta didik
(motivator) untukmengembangkan inisiatif dalam menjajagi tugas-tugas baru.
Guru harus lebih terbuka menerima gagasan-gagasan peserta didik dan lebih
berusaha menghilangkan ketakutan dan kecemasan peserta didik yang
menghambat pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif.Bagaimana hal ini
dapat diwujudkan pada suasana pembelajaran yang dapat dinikmati oleh peserta
didik? Jawabannya adalah pembelajaran menggunakan pendekatan
kompetensi,antara lain dalam proses pembelajaran guru :
a. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bermain dan
berkreativitas,
b. Memberi suasana aman dan bebas secara psikologis,
c. Disiplin yang tidak kaku, peserta didik boleh mempunyai gagasan sendiri
dan dapat berpartisipasi secara aktif4. Memberi kebebasan berpikir kreatif
dan partisipasi secara aktif.Semua ini akan memungkinkan peserta didik
mengembangkan seluruh potensikecerdasannya secara optimal. Suasana
kegiatan belajar-mengajar yang menarik, interaktif, merangsang kedua
belahan otak peserta didik secara seimbang, memperhatikan keunikan
tiapindividu, serta melibatkan partisipasi aktif setiap peserta didik akan
membuat seluruh potensi peserta didik berkembang secara optimal.
Selanjutnya tugas guru adalah mengembangkan potensi peserta didik
menjadi kemampuan yang maksimal.Ternyata, banyak sekali potensi yang
dimiliki peserta didik. Tugas pendidik adalah bagaimana agar potensi-
potensi tersebut dapat berkembang dengan maksimal, baik melaluikegiatan
intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.Pengembangan potensi siswa
melalui kegiatan intrakurikuler dapat terwujud melalui proses belajar yang
melibatkan peserta didik secara aktif (active learning ).
Dengan demikian,siswa terus mengasah kecerdasan logika saat
merumuskan ide-ide atau pendapat, kecerdasan bahasa saat menyampaikan
secara lisan ide atau pendapat tersebut, kecerdasan keuletan saat harus beradu
argumen dengan teman, kecerdasan intrapersonal saat harus bersikap toleran
kepada yang lain, dan seterusnya.Adapun peranan pendidik agar bisa
mengoptimalkan potensi peserta didik menurut Djamarah, yaitu;
a. Korektor; Yaitu pendidik bisa membedakan mana nilai yang baik dan
mana nilai yang buruk,koreksi yang dilakukan bersifat menyeluruh dari
afektif sampai ke psikomotor 
b. Inspirator; pendidik menjadi inspirator/ilham bagi kemajuan belajar
mahasiswa, petunjuk bagaimana belajar yang baik dan mengatasi
permasalahan lainya.
c. Informator; pendidik harus dapat memberikan informasi perkembangan
ilmu pengetahuan danteknologi.
d. Organisator; Mampu mengelola kegiatan akademik (belajar)
e. Motivator; Mampu mendorong peserta didik agar bergairah dan aktif
belajar
f. Inisiator; pendidik menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan
dan pengajaran
g. Fasilitator; pendidik dapat memberikan fasilitas yang memungkinkan
kemudahan kegiatan belajar
h. Pembimbing; membimbing anak didik manusia dewasa susila yang cakap
i. Demonstrator; jika diperlukan pendidik bisa mendemontrasikan
bahan pelajaran yang susah dipahami
j. Pengelola kelas; mengelola kelas untuk menunjang interaksi edukatif
k. Mediator; pendidik menjadi media yag berfungsi sebagai alat komunikasi
guna mengefektifkan proses interaktif edukatif
l. Supervisor; pendidik hendaknya dapat, memperbaiki, dan menilai secara
kritis terhadap proses pengajaran dan
m. Evaluator; pendidik dituntut menjadi evaluator yag baik dan
jujur.Tanggung jawab kita sebagai pendidik sangatlah besar, oleh karena
itu kita harus terus belajar dan terus coba memahami potensi yang ada
pada setiap diri peserta didik dengan sabardan ulet, bukan malah
menghancurkan potensi peserta didik karena ketidaktahuan kita
tentangcara mengembangkan potensi peserta didik. Tanggung jawab yang
terus semakin besar dengansemakin derasnya budaya asing yang
mengancam potensi anak bangsa, bukanlah sebuahhalangan tetapi
dijadikan sebagai batu loncatan pendidik untuk semakin terpacu
menghasilkan peserta didik yang berkarakter dan beriman sesuai amanat
Undang Undang Dasar

2.5 Batas – Batas Pendidikan


Batas – Batas Awal Pendidikan yang dimaksud disini Ialah hal-hal
yang menyangkut masalah kapan pendidikan itu dimulai dan kapan
pendidikan itu berakhir.
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian batas - batas awal
pendidikan:
1. Al-Abdori Menyatakan bahwa anak dimulai di didik dalam arti
sesungguhnya setelah berusia 7 tahun, oleh karena itu beliau
mengkeritik orang tua yang menyekolahkan anaknya pada usia
yang masih terlalu muda.
2. Dr. Asma Hasan Fahmi Mengemukakan bahwa dikalangan ahli
didik Islam berbeda pendapat tentang kapan anak mulai dapat di
didik sebagian diantara mereka mengatakan setelah anak berusia
4 tahun.
3. Athiyah Al-‘Abrasy Mengatakan anak di didik itu dimulai setelah
anak berusia 5 tahun, yaitu dengan membaca Al-Qur’ an,
mempelajari Sya’ ir.
4. Zakiyah Derajat Meninjau dari segi psikologi, beliau
menjelaskan bahwa usia 3-4 tahun dikenal sebagai masa
pembangkang.
Dari segi pendidikan justru pada masa itu terbuka peluang ketidak
patuhan yang sekaligus merupakan landasan untuk menegakkan kepatuhan
yang sesungguhnya. Setelah itu anak mulai memiliki kesadaran batin atau
motivasi dalam perilakunya. Di sini pula mulai terbuka penyelenggaraan
pendidikan artinya sentuhan–sentuhan pendidikan untuk menumbuh
kembangkan motivasi anak dalam perilakunya kearah-arah tujuan
pendidikan.
Pendididkan itu dimulai dengan pemeliharaan yang merupakan
persiapan kearah pendidikan yang nyata, yaitu pada minggu dan bulan
pertama seorang anak dilahirkan, sedangkan pendidikan sesungguhnya
baru terjadi kemudian. Pada pendidikan yang sesungguhnya dari anak
dituntut pengertian bahwa ia harus memahami apa yang dikehendaki oleh
pemegang kewibawaan dan menyadari bahwa hal yang di ajarkan adalah
perlu baginya.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa diri utama dari pendidikan
yang sesungguhnya ialah adanya kesiapan interaksi edukatif antara
pendidik dan terdidik Oleh karena itu manusia seyogyanya dibimbing dan
diarahkan sejak awal pertumbuhannya agar kehidupannya berjalan mulus.
Bimbingan yang dilakukan sejak dini mempunyai pengaruh amat besar
sekali bagi kehidupan masa dewasa.
Faktor – Faktor yang Membatasi Kemampuan Pendidikan
a. Faktor anak didik Arti anak didik dalam pengertian pendidikan
pada umumnya ialah tiap orang atau sekelompok orang yang
menerima pengaruh dan sesorang atau sekelompok orang yang
menjalankan kegiatan pendidikan. (Barnadib Imam Sutari,
Pengantar Ilmu Pendidikan sistematis.
Ali Fikhry, seorang sarjana pendidikan yang sangat terkenal memberikan
batasan-batasan pendidikan sebagai berikut:
1. Ada masa kanak-kanak yang dimulai pada umur 7 tahun
2. Masa berbicara/kritik yang dimulai umur 8 – 14 tahun
3. Masa akil baligh, antara umur 15 – 21 tahun
4. Masa pematangan menuju kedewasaan, yaitu antara umur 21–29
tahun
5. Masa pemuda kedua, yaitu antara umur 36 – 42 tahun (masa
produktif)
6. Masa menikmati hasil perjuangan, yaitu antara 45 – 56 tahun
7. Umur 60 tahun ke atas sampai meninggal dunia.
BAB III
PENUTUP
2.6 KESIMPULAN
Peserta didik merupakan subjek dan objek pendidikan yang memerlukan
bimbinganorang lain (pendidik) untuk membantu mengarahkannya
mengembangkan potensi yang dimilikinya, serta membimbingnya menuju
kecerdasan dan kemampuannya secara optimal. Secara garis besar karakteristik
peserta didik dipengaruhi oleh faktor bawaan dan faktor lingkungan. Hal tersebut
meruapkan dua faktor yang terbentuk karena faktor terpisah, masing-masing
mempengaruhi kepribadian dan kemampuan individu bawaan dan lingkungan
dengan caranya sendiri-sendiri. Akan tetapi, makin disadari bahwa apa yang
dirasakan oleh seorang anak, remaja, atau dewasa merupakan hasil dari perpaduan
antara apa yang ada diantara faktor-faktor biologis yang diturunkan dan pengaruh
lingkungan. Dalam pembelajaran, guru sebagai pendidik berinteraksi dengan
peserta didik yangmempunyai potensi beragam. Untuk itu pembelajaran
hendaknya lebih diarahkan kepada proses belajar kreatif dengan menggunakan
proses berpikir divergen (proses berpikir ke macam-macamarah dan menghasilkan
banyak alternatif penyelesaian) maupun proses berpikir konvergen(proses berpikir
mencari jawaban tunggal yang paling tepat).

2.7 SARAN

Sebagai calon guru, diharapkan agar kita mengetahui karakter masing-


masing peserta didik dandapat memahami bahwa setiap peserta didik mempunyai
potensi yang berbeda. Sehingga sebagai calon guru nantinya kita dapat
meningkatkan potensi yang ada pada peserta didik, karna Pada hakekatnya, tujuan
pembelajaran adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan  potensinya
secara optimal. Guru Pintar harus memiliki motivasi dan kemauan bekerja keras
untuk mengenali dan memahami potensi peserta didik dengan cermat dan objektif.
Pemahaman akan potensi peserta didik yang baik dapat memberikan gambaran
yang tepat tentang Keunikan, kelebihan, kekurangan, dan karakter peserta didik,
serta dapat mengetahui potensi peserta didik. Hal ini sangat berguna supaya Guru
Pintar dapat merencanakan pembelajaran yang efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Hatima, Siti. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Refika Aditama.


Murip Yahya. 2008. Pengantar Pendidikan Bandng: Prospect.Sadulloh.
Suardi, Edi. 1984. Pedagogik Bandung: Angkasa.
Uyoh. 2010.  Pedagogik (Ilmu Mendidik) Bandung: PT Alifa Beta.
Yusrina. 2006. Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Pembentukan
Akhlak Siswa di SMPYPI Cempaka Putih Bintoro (onlin)

Anda mungkin juga menyukai