Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS PELAYANAN KEBIDANAN TERKAIT KEPERCAYAAN DAN

ADAT ISTIADAT SETEMPAT

KELOMPOK 7

•SRI AYU WULANDARI AB191030


•SUPARNI AB191034
•SUSILOWATI AB191035
•TIKA INDAH P AB191036

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN DAN PROGRAM
PROFESI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2020
Adat istiadat dan kepercayaan mempengaruhi pola kehidupan manusia. Di era globalisasi sekarang
ini dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem menuntut semua manusia harus memperhatikan
aspek sosial budaya.

Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi
mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit,
kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap
kesehatan ibu dan anak.
Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Kehamilan

Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini disebabkan
karena adanya kepercayaan dan pantangan terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-
hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenarnya
sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin.
Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan.

Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan
dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak.

Di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar  bayi
yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.
Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Persalinan

Sebenarnya, kelancaran persalinan sangat tergantung faktor mental dan fisik  ibu. Faktor fisik berkaitan
dengan bentuk panggul yang normal dan seimbang dengan besar bayi. Sedangkan faktor mental berhubungan
dengan psikologis ibu, terutama kesiapannya dalam melahirkan. Bila ibu takut dan cemas, bisa saja
persalinannya jadi tidak lancar hingga harus dioperasi.

Salah satu contoh kepecayaan masyarakat berkaitan dengan persalinan yaitu minum minyak kelapa
memudahkan persalinan. Sebenarnya dalam dunia kedokteran, minyak tak ada gunanya sama sekali dalam
melancarkan keluarnya sang janin
Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Bayi Baru Lahir

Beberapa contoh kepercayaan masyarakat yang kaitannya dengan BBL antara lain:

•Baby walker membantu anak berlatih berjalan dan faktanya Justru sebaliknya, baby walker dapat
menghambat perkembangan motorik anak. Anak tanpa baby walker dapat lebih bebas bergerak, berguling,
duduk dan berdiri serta bermain di lantai yang merupakan dasar untuk belajar berjalan.

•Gurita mencegah perut buncit, pemamakaian gurita pada bayi—terutama bayi perempuan, sama sekali tidak
ada hubungannya dengan upaya pencegahan agar perut anak Anda tidak melar ketika ia dewasa. Ketika
dilahirkan, semua bayi memang memiliki perut yang ukurannya lebih besar daripada dada. Seiring
pertambahan usia, perut bayi akan kelihatan mengecil dengan sendirinya. Pemakaian gurita malah sebaiknya
dihindari karena membuat bayi Anda susah bernapas.

•Pusar ditempel uang logam supaya tidak bodong, pusar menonjol atau sering diistilahkan bodong pada bayi
adalah kondisi yang wajar. Sebab, otot dinding perut pada bayi masih lemah sehingga bisa mempengaruhi
bentuk pusar. Seiring bertambah kuatnya dinding perut, bentuk pusar juga akan mengalamiperubahan.
Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Nifas

•Masa nifas dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut dan lele, keong ,daun lembayung, buah pare, nenas,
gula merah, dan makanan yang berminyak, sebenarnya masa nifas memerlukan makanan yang bergizi
seimbang agar dan bayi sehat.

•Masa nifas dilarang tidur siang, padahal masa nifas harus cukup istirahat, kurangi kerja berat. Karena tenaga
yang tersedia sangat bermanfaat untuk kesehatan ibu dan bayi.

•Masa nifas tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari padahal bayi baru lahir memerlukan imuisasi harus
periksa kesehatannya sekurang-kurangnya 2 kali dalam bulan pertama yaitu umur 0-7 hari dan 8-30 hari.
Pendekatan Melalui Budaya dan Kegiatan Kebudayaan Kaitannya
dengan Peran Seorang Bidan

Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan diperlukan pendekatan-pendekatan
khususnya sosial budaya, untuk itu sebagai tenaga kesehatan khususnya calon bidan agar mengetahui dan
mampu melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan peran aktif masyarakat agar masyarakat sadar
pentingnya kesehatan.

Seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan
penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama,
bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut. Bidan dapat menunjukan
otonominya dan akuntabilitas profesi melalui pendekatan social dan budaya yang akurat.

Maka itu dalam mengadakan pendekatan kita tidak cukup hanya bersimpati, tetapi lebih dari itu yaitu secara
empati. Melalui kegiatan-kegiatan kebudayaan tradisional setempat bidan dapat berperan aktif untuk
melakukan promosi kesehatan kepada masyaratkat.

Anda mungkin juga menyukai