Anda di halaman 1dari 9

PROSES PEMBUATAN TEORI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Sejarah Sejarah yang diampu
oleh Prof. Saefur Rohmat, S.Pd., M.IR., Ph.D

Disusun oleh:
Dimas Gilang Pratama (19406244001)
Elsa Firlianti Herawan (19406241053)
Muhammad Chifni Yusuf Mustofa (19406241054)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
IDENTITAS BUKU
Judul Buku : Ilmu Sejarah dan Perspektif Ilmu Sosial
Pengarang : Saefur Rochmat
Penerbit : Graha Ilmu
Tahun Terbit : 2009
Tebal Buku : xii + 178 hlm, 1 Jil: 23 cm

PEMBAHASAN

BAB IX
PROSES PEMBUATAN TEORI

A. Pengertian Teori
Menurut Kerlinger, teori adalah sekumpulan konsep, definisi, dan
proposisi yang saling berkaitan dimana memunculkan hubungan antar
variabel yang terkait fenomena. Karenanya suatu harus menunjukan
beberapa syarat seperti:
1. Terdiri dari konsep, definisi, dan proporsi
2. Terdapat hubungan logis diantara konsep-konsep, definisi-definisi,
dan proporsi-proporsi
3. Hubungan ini (konsep, definisi, dan proporsi) mencerminkan
fenomena sosial.
4. Dapat digunakan (teori) sebagai penjelasan dan prediksi
Kemudian, teori juga harus dinyatakan dengan bentuk abstrak yang
bertujuan untuk digunakan pada kasus yang lebih luas dimana memiliki
perbedaan ruang dan waktu. Karena bentuknya abstrak, diperlukan definisi
operasional untuk mencapai tafsiran sama yang disertai dengan fakta yang
mendukung.

2
B. Kriteria Teori
Menurut Black dan Champion, teori harus memiliki beberapa
kriteria. Kriteria tersebut diantaranya yaitu:
1. Kriteria Ideal
a. Ide-ide yang dinyatakan memiliki hubungan logis dan konsisten.
b. Ide-ide yang dinyatakan memiliki seluruh variabel yang
diperlukan dalam menjelaskan fenomena yang terjadi.
c. Ide-ide yang dinyatakan tidak tumpang tindih.
d. Ide-ide yang dinyatakan dapat dites secara empiris.
2. Kriteria Pragmatis
Berdasarkan kriteria pragmatis, ide-ide dapat dikatakan
sebagai teori jika ide-ide tersebut memiliki asumsi dan pradigma,
frame of refrence (kerangka pikir yang menetapkan identitas aspek-
aspek kehidupan sosial yang akan diuji tes empiris), konsep-konsep
(simbol suatu ide), variabel (penjabaran konsep dimana memuat
dimensi), proposisi (hubungan antar konsep), dan hubungan antar
konsep dan proposisi yang teratur dan bersifat kausal.
a. Asumsi
Asumsi merupakan pernyataan yang wajib untuk diterima
eksistensinya dan tidak dianggap atau dijadikan sebagai objek
untuk diuji kebenaranya. Kemudian, asumsi umum diperlukan
oleh proses ilmah tentang kenyataan dan cara memahaminya.
Asumsi mencerminkan teori, latar belakang budaya, dan orientasi
nilai dimana teri dikembangkan. Karenanya, pengembangan teori
sosial adalah usaha yang dimulai dengan penerimaan eksistensi
asumsi-asumsi.
b. Konsep
Teori merupakan pertanyaan-pertanyaan, yang dimana
setiap pertanyaan tersebut mengandung dua konsep atau lebih.
Dalam pengembangan teori, terdapat ciri konsep yang medukung
seperti:

3
1) Memberi makna kepada pihak yang menggunakanya.
2) Bersifat abstrak yang harus diseratai dengan definisi
operasional (prosedur untuk melihat dan memindahkan
konsep dalam wujud nyata).
Kemudian, baik atau buruknya teori banyak dipengaruhi
oleh jelas atau tidaknya penjelasan konsep yang dimuat.
Penjelasan konsep tersebu dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Definisi Non-Verbal
Definisi non-verbal merupakan penjelasan suatu
konsep dengan tidak menggunakan kata-kata tetapi dengan
menunjuk konsep yang dijelaskan. Definisi ini biasanya
digunakan jika menjabarkan suatu konsep kepada
seseorang yang tidak memiliki sedikitpun pengtahuan atau
gambaran tentang konsep tersebut. Definisi ini dapat
dipakai sebagai permulaan untuk pemakaian definisi verbal
dengan mendeskripsikan apa yang seseorang lihat dari
konsep yang dijelaskan.
2) Definisi Verbal
Definisi verbal merupajan penjelasan suatu konsep
yang menggunakan uraian kata-kata. Definisi verbal
memiliki beberapa jenis diantaranya:
a) Sinonim
Sinonim merupakan penjelasan suatu konsep
dengan kata yang lain.
b) Definisi Aristoteles
Definisi Aristoteles penjelasan suatu konsep
dengan berdasarkan pengembangan dari Aristoteles.
Definisi Aristoteles dapat dibagi menjadi dua yaitu
“genus proximum” dan “genus spesifika”. Genus
proximum menjelaskan fenomena yang lebih luas,

4
sedangkan genus spesifika menjelaskan fenomena
yang lebih spesifik.
c) Definisi Atribut (Zetetterberg)
Definisi ini merupakan sebuah kumpulan
beberapan konsep sederhana yang sistematis. Pada
umumnya, konsep yang terletak dibelakang
menjelaskan konsep sebelumnya atau penjelasan
yang lebih dalam.
d) Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan semua hal
yang dapat diukur secara empiris dan dapat dibedakan
kedalam nilai-nilai yang berbeda. Definisi ini
memiliki peran yang penting dalam pengembangan
teori. Hal ini disebabkan sifat teori yaitu abstrak
sehingga dapat di generalisasi pada ruang waktu yang
berbeda. Kemudian, karena semua teori yang akan
digeneralisasi diwajibkan uji empirik, maka konsep-
konsep didalam teori didefiniskan seperti itu dengan
tujuan agar dapat diobservasi.

Secara singkat, definisi teoritis menerangkan makna dari


konsep, sedangkan definisi operasional menunjukan idikator
yang dapat diobservasi.
Nama konsep : Tingkat stratifikasi
Definisi teoritis : Pembagian kekayaan di
antara kelompok masyarakat
Definisi operasional : Pembagian waktu santai di
antara kelompok masyarakat

5
c. Variabel
Dalam pengembangan teori, konsep dapat dibagi menjadi
dua yaitu konsep non variabel dan konsep variabel. Konsep non
variabel adalah sekumpulan konsep kategori yang secara
sederhana hanya menunjukkan label dari suatu
fenomena/peristiwa. Dengan contoh seperti grup, kelas sosial,
fundamentalis, kapitalis, demokrasi, dan birokrasi. Sedangkan
konsep variabel adalah konsep yang menunjukan suatu fenomena
dalam berbagai tingakt yang berbeda. Dengan contoh seperti
pendidikan, umur dan kepadatan penduduk.
Ciri konsep non variabel adalah konsep tersebut dapat
memiliki makna yang berbeda pada seseorang dengan orang yang
lain. Contoh dalam bidang demokrasi, makna dari demokrasi bagi
masyarakat indonesia dengan masyarakat amerika berbeda
bahkan dengan juga berbeda china. Terdapat sebuah anggapan
bahwa derajat demokrasi dapat diukur sehingga dapat dikatakan
masyarakat dapat lebih demokratis dari masyarakat yang lain, hal
ini sudah bukan merupakan ciri konsep non-variabel namun
sudah menjadi konsep variabel. Apabila sudah mulai mengukur
derajat dari demokrasi tersebut maka seseorang tersebut sudah
mulai mengukur dimensi atau sudah memasuki konsep variabel,
dengan contoh partisipasi dalam pemilu dan tingkat kebebasan
dalam berbicara sudah merupakan ranah dari konsep variabel.
d. Proposisi
Konsep yang telah dikembangkan akan memiliki makna
apabila dihubungkan satu sama lainnya, dihubungkannya
berbagai konsep-konsep ini disebut statement teoritis . statement
teoritis dapat digunakan untuk menerangkan hubungan dari dua
variabel atau lebih dari kenyataan yang dihadapi. Dengan contoh
semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka semakin
rendah tingkat angka kelahiran. Apabila statement tersebut masih

6
abstrak sering disebut dengan proposisi (definisi teoritis). Agar
hubungan yang bersifat teoritis dapat diuji secara empiris, maka
hubungan tersebut dapat diopersionalkan melalui definisi
operasional.

C. Fungsi Teori
Sebagaimana sudah disinggung sebelumnya, setidaknya fungsi teori
terdapat 3 fungsi, yaitu untuk sistematisasi pengetahuan, untuk eskplanasi,
prediksi, dan kontrol sosial, kemudian untuk mengembangkan hipotesa.
1. Sistematisasi Pengetahuan
Fungsi pertama teori adalah sebagai sistematisasi pengetahuan
atau biasa disebut tipologi. Setiap konsep dapat digunakan untuk
kategorisasi dan klasifikasi. Hal itu dapat dilakukan dengan cara
seperti artikulasi, logika yang runtut dan tepat, pertimbangan situasi
dan kondisi, dan pola berpikir responden. Dengan artikulasi berarti
informasi yang ada diklarifikasi dan dikategorikan menurut skopenya,
dari yang bersifat umum hingga bersifat khusus. Logika digunakan
untuk menyusun klasifikasi informasi (pengetahuan) agar tidak
tumpang tindih. Jika obyek sudah di klasifikasikan dalam waktu yang
sama, maka setiap aspek harus memiliki kategorinya masing-masing.
Dalam melaksanakan klasifikasi permasalahan situasi dan kondisi
harus di pertimbangkan, walaupun harus mempertimbangkan
kerangka pikir responden agar jelas dan tepat.
2. Eksplanasi, Prediksi, dan Kontrol Sosial
Eksplanasi berhubungan dengan peristiwa yang telah terjadi,
prediksi berhubungan dengan peristiwa yang akan terjadi, kontrol
sosial berhubungan dengan usaha untuk menguasai atau
mempengaruhi peristiwa yang akan terjadi tersebut. Fungsi ketiganya
sebagai dasar pengembangan hipotesis penelitian. Eksplanasi
memiliki arti umum yaitu menjadikan sesuatu menjadi lebih jelas.
Hubungan dan perbedaan antara eksplanasi dengan korelasi dan

7
konsep statistik lainnya. Koefisien korelasi adalah angka yang
menunjukkan seberapa besar dan bagaimana arah hubungan satu
variabel dengan variabel lainnya. Korelasi hanya statement terhadap
suatu fenomena tetapi tidak menunjukkan mengapa fenomena itu
terjadi. Tidak adanya korelasi dapat menggugurkan eksplanasi namun
korelasi bukan eksplanasi. Ada dua hal yang menyebabkan korelasi
tidak pasti menunjukkan adanya eksplanasi. Pertama, hubungan
seringkali bersifat palsu, yakni adanya korelasi antara dua variabel
karena ada variabel lain yang mempengaruhi. Kedua, korelasi hanya
menyatakan bahwa kedua variabel terdapat hubungan yang sistematis,
namun korelasi tidak menyatakan satu variabel berpengaruh atau
menjadi sebab atas perubahan pada variabel lainnya.
Eksplanasi dapat dikelompokkan berdasarkan sifatnya
menjadi eksplanasi individual dan non-individual.
a. Eksplanasi Individual
Eksplanasi individual sulit digeneralisasikan sehingga
tidak banyak manfaatnya.
b. Eksplanasi Non-Individual
Eksplanasi non-individual dapat digunakan pada
masyarakat atau sekelompok orang sebagai unti analisis. Ada dua
jenis eksplanasi non-individual, yaitu:
1) Eksplanasi induksi empiris, yaitu penjelasan sesuatu
problema yang dihadapi lewat suatu penelitian empiris. Jadi
jawaban dikembangkan berdasarkan fakta yang diperoleh
dari lapangan.
2) Eksplansi deduktif, yaitu memberikan penjelasan
berdasarkan aksioma yang ada, yang keberadaannya tidak
perlu diragukan lagi. Salah satu bentu eksplanasi deduktif
adalah eksplanasi fungsional. Untuk memahami eksplanasi
ini kita harus paham konsep sistem, umpan balik
(feedback), dan kesinambungan (equilibrium). Konsep

8
sistem adalah suatu interaksi dari serangkaian variabel
(faktor), apabila ada perubahan pada suatu variabel maka
akan berpengaruh pada berubahnya variabel lain. Umpan
balik adalah perubahan yang terjadi pada suatu variabel
dikarenakan variabel penyebab, akan memberikan dampak
yang berpengaruh kepada variabel penyabab tersebut.
Kesinambungan adalah suatu keadaan dimana suatu sistem
ada kecenderungan timbul kontra aksi terhadap aksi yang
ada yang akan menstabilkan keadaan yang ada itu.

Anda mungkin juga menyukai