Anda di halaman 1dari 6

Epilepsi atau sawan atau penyakit ayan adalah suatu gangguan saraf yang timbul secara tiba-tiba dan

berkala, biasanya dengan perubahan kesadaran. Penyebabnya adalah aksi serentak dan mendadak dari
sekelompok besar sel-sel saraf di otak. Aksi ini disertai pelepasan muatan listrik
Obat saraf golongan antikonvulsan / obat epilepsi
Obat epilepsi terbagi dalam 8 golongan.
1. Golongan Hidantoin: Fenitoin, Mefenotoin, Etotoin.

Fenitoin/Phenytoin biasa dalam bentuk garamnya yaitu Phenytoin Na dengan sediaan kapsul 50 mg
dan 100 mg, serta ampul untuk suntik 100mg/2 ml.
2. Golongan Barbiturat: Fenobarbital, Primidon.

Fenobarbital atau Phenobarbital tersedia dalam bentuk garamnya untuk sediaan suntik dengan
kemasan ampul 200 mg / 2 ml. Juga ada yang dikombinasi dengan golongan hidantoin
(Diphenylhidantoin) tersedia dalam bentuk tablet.
3. Golongan Oksazolidindion: Trimetadion.
4. Golongan Suksinimid: Etosuksimid, Karbamazepin, Ox Carbazepine
5. Golongan Benzodiazepin: Diazepam, Klonazepam, Nitrazepam, Levetiracetam
6. Golongan Asam Valproat dan garamnya (Divalproex Na)
7. Golongan Phenyltriazine; Lamotrigine
Lamotrigine dapat menyebabakan ruam yang berakibat fatal sehingga menimbulkan cacat atau
kematian. Beritahu dokter anda kalau anda minum juga obat golongan asam valproat, karena obat
golongan ini dapat meningkatkan efek samping Lamotrigine. Selain sebagai obat epilepsi juga
digunakan untuk memperpanjang periode serangan pada penderita depresi, mania dan perasaan
yang abnormal lainnya pada penderita bipolar I.
8. Golongan Gabapentin dan turunannya (Pregabalin)

Pregabalin digunakan untuk mengontrol serangan epilepsi. Obat epilepsi ini tidak menyembuhkan
epilepsi dan hanya akan bekerja untuk mengontrol serangan epilepsi sepanjang minum obat epilepsi
ini. Obat ini juga digunakan untuk nyeri syaraf yang disebabkan penyakit herpes (post herpetic
neuralgia) dan nyeri akibat kerusakan syaraf karena diabetes. Pregabalin baru tersedia dalam bentuk
kapsul 75 mg.
9. Lainnya: Fenasemid, Topiramate

Topiramate merupakan obat epilepsi baru dengan sediaan tablet 25 mg, 50 mg dan 100 mg juga
dalam bentuk kapsul sprinkle 15 mg, 25 mg dan 50 mg. Diminum sebelum atau sesudah makan
dengan air segelas penuh.
Semua obat epilepsi harus diminum sesuai dengan dosis yang diberikan oleh dokter. Jangan melebihkan
dosis dan waktu pengobatan yang diberikan oleh dokter, juga jangan hentikan pengobatan tanpa
memberitahu dokter anda.
Obat Jenis epilepsi Efek samping yg mungkin terjadi
Karbamazepin Generalisata, parsial Jumlah sel darah putih & sel darah merah berkurang
Etoksimid Petit mal Jumlah sel darah putih & sel darah merah berkurang
Gabapentin Parsial Tenang
Lamotrigin Generalisata, parsial Ruam kulit
Fenobarbital Generalisata, parsial Tenang
Fenitoin Generalisata, parsial Pembengkakan gusi
Primidon Generalisata, parsial Tenang
Valproat Kejang infantil, petit mal Penambahan berat badan, rambut rontok
Tabel. Obat Epilepsi dan efek sampingnya
Ada dua mekanisme obat epilepsi yang penting yaitu dengan mencegah timbulnya letupan depolarisasi
eksesif pada neuron epileptik dan dengan mencegah terjadinya letupan depolarisasi pada neuron normal
akibat pengaruh dari fokus epilepsi.
Obat epilepsi digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi (epileptic seizure).
Golongan obat ini lebih tepat dinamakan antiepilepsi; sebab obat ini jarang digunakan untuk gejala
kejang/konvulsi penyakit lain.
Pasien perlu berobat secara teratur. Pasien atau keluarganya dianjurkan untuk membuat catatan tentang
datangnya waktu bangkitan epilepsi.
Pemeriksaan neurologik disertai EEG perlu dilakukan secara berkala. Di samping itu perlu berbagai
pemeriksaan lain untuk mendeteksi timbulnya efek samping sedini mungkin yang dapat merugikan, antara
lain pemeriksaan darah, kimia darah, maupun kadar obat dalam darah.
Fenitoin dan karbamazepin merupakan obat pilihan utama untuk pengobatan epilepsi kecuali terhadap
epilepsi petit mal.
Penyakit Epilepsi
Ada beberapa jenis epilepsi dan yang paling umum adalah bentuk grand mal, petit mal dan
temporal.
1. Grand mal. Cirinya adalah kejang kaku bersama kejutan-kejutan ritmis dari anggota
badan dan hilangnya kesadaran untuk sementara. Penderita kadang-kadang menggigit
lidahnya sendiri dan juga dapat terjadi inkontinensia urin atau feses.
2. Petit mal. Cirinya serangan yang singkat, antara beberapa detik sampai setengah menit
dengan penurunan kesadaran ringan tanpa kejang-kejang. Gejalanya berupa keadaan
termangu-mangu (pikiran kosong, kehilangan respon sesaat), muka pucat, pembicaraan
terpotong-potong atau mendadak berhenti mendadak.
3. Temporal atau psikomotor. Pada serangan parsial ini, kesadaran menurun hanya untuk
sebagian tanpa hilangnya ingatan. Penderita memperlihatkan kelakuan tidak sengaja
tertentu seperti gerakan menelan atau berjalan dalam lingkaran.

Untuk pemilihan obat epilepsi yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter.
Di apotik online medicastore anda dapat mencari obat epilepsi secara mudah dengan mengetikkan di
search engine medicastore. Sehingga anda dapat membaca informasi obat epilepsi sesuai kebutuhan anda.
Comment
1. Agus Beyon 05 May 2014
Saya di kota bogor perlu obat Bamgetol 4 lembar sebulan *Red : Selamat
pagi, Untuk
detail
Nama

Email

Komentar



Submit









Fenitoin merupakan obat golongan antiepilepsi. Mekanisme kerja utamanya pada
korteks motoris yaitu menghambat penyebaran aktivitas kejang. Kemungkinan
hal ini disebabkan peningkatan pengeluaran natrium dari neuron dan fenitoin
cenderung menstabilkan ambang rangsang terhadap hipereksitabilitas yang
disebabkan perangsangan berlebihan atau kemampuan perubahan lingkungan di
mana terjadi penurunan bertahap ion natrium melalui membran. Ini termasuk
penurunan potensiasi paska tetanik pada sinaps. Fenitoin menurunkan aktivitas
maksimal pusat batang otak yang berhubungan dengan fase tonik dari kejang
tonik-klonik (grand mal). Waktu paruh plasma setelah pemberian oral rata-rata
adalah 22 jam (antara 7-42 jam).
Indikasi:
Fenitoin diindikasikan untuk mengontrol keadaan kejang tonik-klonik (grand mal)
dan serangan psikomotor temporal lobe.
Semua jenis Epilepsi kecuali Petit Mal;Status Epileptikus
Kontraindikasi:
Pasien dengan sejarah hipersensitif terhadap fenitoin atau produk hidantoin lain.
Dosis :
Kemungkinan diperlukan penyesuaian dosis dan monitoring level serum bila
terjadi perubahan dari pemakaian bentuk free acid menjadi bentuk garam
natriumnya dan sebaliknya karena fenitoin bentuk free acid mengandung kadar
fenitoin 8% lebih tinggi dibanding bentuk sediaan garam natriumnya.
Dosis harus disesuaikan dengan keadaan penderita dan konsentrasi plasma
harus dimonitor.
Dewasa:
Dosis awal: 300 mg sehari dibagi dalam 2-3 dosis.
Dosis pemeliharaan: 300-400 mg atau 3-5 mg/kg BB sehari (maksimal 600 mg
sehari).
Anak-anak:
Dosis awal 5 mg/kg BB sehari dibagi dalam 2-3 dosis dan tidak lebih dari 300 mg
sehari.
Dosis pemeliharaan awal yang dianjurkan: 4-7 mg/kg BB sehari.
Anak usia lebih dari 6 tahun dapat diberikan dosis minimal dewasa (300 mg
sehari).
Efek samping:
Susunan Saraf pusat: manifestasi paling sering yang berhubungan dengan terapi
fenitoin dengan SSP biasanya tergantung dosis. Efek samping ini berupa
nistagmus, ataksia, banyak bicara, koordinasi menurun dan konfusi mental,
pusing, susah tidur, gelisah, kejang motorik dan sakit kepala.
Saluran cerna: mual, muntah dan konstipasi.
Kulit: kelainan dermatologik berupa ruam kulit skarlatimiform atau morbiliform
kadang-kadang disrtai dengan demam. Bentuk lebih serius dapat berupa
dermatitis eksfoliativ, lupus eritematosus, sindroma Stevens-Johnson dan
nekrolisis epidermal toksik.
Sistem hemopoetik: efek samping yang dapat bersifat fatal ini kadang-kadang
dilaporkan terjadi. Hal ini dapat berupa trombositopenia leukopenia,
granulositopenia, agranulositosis, pansitopenia dengan atau tanpa supresi
sumsum tulang.
Jaringan penunjang: muka menjadi kasar, bibir melebar, hiperplasia gusi,
hipertrikosis dan penyakit peyroni.
Kardiovaskular: periarterisis nodosa.
Imunologik: sindroma sensitifitas, lupus eritromatosus sistemik dan kelainan
immunoglobulin.
Peringatan dan perhatian:
Bila diperlukan pengurangan dosis, penghentian pengobatan harus dilakukan
bertahap.
Pada kasus terjadi alergi atau reaksi hipersensitifitas, kemungkinan diperlukan
terapi alternatif yang bukan dari golongan hidantoin.
Hati-hati penggunaan pada penderita gangguan fungsi hati, usia lanjut.
Fenitoin dapat meningkatkan kadar glukosa pada pasien diabetes.
Fenitoin tidak diindikasikan untuk kejang yang disebabkan oleh hipoglikemia atau
kasus-kasus lain yang belum pasti.
Osteomalasia telah dihubungkan dengan terapi fenitoin dan disebabkan pengaruh
fenitoin terhadap metabolisme vitamin D.
Penderita harus diobservasi bila terjadi tanda-tanda adanya depresi pernafasan.
Fenitoin tidak efek untuk kejang petit mal. Jika terjadi campuran antara kejang
tonik-kronik (grand mal) dan kejang petit mati, pengobatan harus dilakukan
dengan obat kombinasi.
Fenitoin harus dihentikan jika timbul ruam kulit.
Pada penggunaan jangka panjang, harus dilakukan pemeriksaan darah secara
kontinu.
Tidak dianjurkan penggunaan pada wanita hamil dan menyusui.
Pasien diingatkan pentingnya menjaga kebersihan gigi untuk mengurangi
berkurangnya hiperplasia gusi dan komplikasinya.
Interaksi obat:
Obat-obat yang dapat meningkatkan kadar fenitoin yaitu: asupan alkohol akut,
amiodaron, kloramfenikol, klordiazepoksid, diazepam, dikumarol, disulfiram,
estrogen, H2-antagonis, halotan, isoniazid, metilfenidat, fenotiazin, fenilbutazon,
salisilat, suksinimid, sulfonamid, tolbutamid, trazodan.
Obat-obat yang dapat menurunkan kadar fenitoin yaitu: karbamazepin,
penggunaan alkohol kronis, reserpin dan sukralfat.
Obat-obat yang dapat meningkatkan atau menurunkan kadar fenitoin yaitu:
Fenobarbital, natrium valproat dan asam valproat.
Meskipun bukan interaksi obat yang sebenarnya, antidepressam trisiklik dapat
menyebabkab kejang pada pasien yang peka, karena itu dosis fenitoin perlu
disesuaikan.
Obat-obat yang khasiatnya terganggu oleh fenitoin yaitu: kortikosteroid,
antikoagulan, kumarin, digitoksin, estrogen, furosemid, kontrasepsi oral, kuinidin,
rifampisin, teofilin, vitamin D.
Overdosis:
Dosis letal pada orang dewasa diperkirakan 2 sampai 5 gram. Gejala awal yang
terjadi: nistagmus, ataksia dan disartria.
Tanda-tanda lain adalah: tremor, hiperfleksia, letargi, banyak bicara, mual,
muntah.
Kemudian menjadi koma, pupil tidak beraksi dan tekanan darah menurun.
Kematian terjadi akibat depresi pernafasan dan depresi sirkulatori.
Penatalaksanaannya bersifat non-spesifik yaitu dengan bantuan pernafasan atau
hemodialisis.
Lethal dose pada anak-anak tidak diketahui.
Tentang iklan-iklan ini
Beri peringkat:

Anda mungkin juga menyukai