Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Definisi
Epilepsi (Yun. = serangan) atau sawan/penyakit ayan adalah suatu gangguan
saraf yang timbul secara tiba-tiba dan berkala, biasanya dengan perubahan
kesadaran. Penyebabnya adalah aksi serentak dan mendadak dari sekelompok
besar sel-sel saraf di otak. Aksi ini disertai pelepasan muatan listrik yang
berlebihan dari neuron-neuron tersebut. Lazimnya, pelepasan muatan listrik ini
terjadi secara teratur dan terbatas dalam kelompok-kelompok kecil, yang
memberikan ritme normal pada elektroencefalogram (EEG). Serangan ini kadang
kala bergejala ringan dan (hampir) tidak kentara namun adakalanya bersifat
hebat. Pada serangan parsial, hiperaktivitas terbatas hanya pada satu bagian
pada kulit otak, sedangkan jika menjalar ke seluruh otak disebut serangan luas
(generalized). Kira-kira 30% penderita epilepsi mempunyai keluarga dekat
yang juga memiliki gangguan konvulsi.

Etiologi dan patofisiologi penyakit


Penyebabnya. Serangan kejang (konvulsi) dapat ditimbulkan oleh hipoglikemi,
eclampsi, meningitis, atau encefalitis, juga oleh kecelakaan atau luka di otak,
seperti abses, tumor, atau atreriosklerosis pada orang diatas usia 50 tahun, yang
dinding pembuluh otaknya telah mengeras. Konvulsi juga dapat dikarenakan
keracunan timah hitam atau obat (petidin). Hanya sekitar 20% penderita epilepsi
tidak diketahui penyebabnya.

Faktor provokasi. Serangan adakalanya dapat dicetuskan oleh obat, seperti


psikofarmaka klorpromazin, imipramin, MAO-blokers, dan asam nalidiskat, juga
akibat penyalahgunaan alkohol dan drugs. Faktor lainnya adalah faktor
ketegangan psikis (stress), emosi hebat, keletihan, imunisasi, dan demam, atau
bila penggunaan obat antikonvulsi dan tranquillizer dihentikan secara mendadak.
Kadang-kadang serangan dapat dipicu oleh kilatan cahaya, atau juga oleh layar
televisi yang berkilat-kilat.

Klasifikasi Bangkitan Epilepsi, dibagi atas tiga yakni :


Bangkitan umum primer, dibedakan atas:
Bangkitan tonik-klonik (epilepsi gran-mal)
Bangkitan lena (epilepsi petit-mal atau absences)

Bangktan lena yang tidak khas, bang

Bangkitan parsial atau fokal atau lokal (epilepsi lokal atau focal), dibedakan atas:
Bangkitan parsial sederhana
Bangkitan parsial kompleks
Bangkitan parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum

Bangkitan lain-lain.

PEMBAHASAN
Mekanisme kerja Obat antiepilepsi
Pada prinsipnya, obat antiepilepsi bekerja untuk menghambat proses inisiasi dan
penyebaran kejang. Namun umumnya obat antiepilepsi lebih cenderung bersifat
membatasi proses penyebaran kejang daripada mencegah proses inisiasi.
Dengan demikian secara umum ada dua mekanisme kerja yakni peningkatan
inhibisi (GABA-ergik) dan penurunan eksitasi yang kemudian memodifikasi
konduksi ion: Na+, Ca2+, K+, dan Cl- atau aktivitas neurotransmitter.

Farmakokinetika Obat antiepilepsi


Umumnya, sebagian besar obat antiepilepsi dimetabolisme di hati, kecuali
vigabatrin dan gabapentin yang dieliminasi oleh ekskresi ginjal. Fenitoin
mengalami metabolisme hepar yang tersaturasi. Banyak obat antiepilepsi
bekerja pada beberapa tempat.

Penggolongan obat Antiepilepsi


Golongan Hidantoin
Golongan Barbiturat
Golongan Oksazolidindion
Golongan Suksinimida
Karbamazepin

Golongan Benzodiazepin
Asam Valproat
Antiepilepsi lain

Uraian Obat
Golongan Hidantoin
Hidantoin merupakan senyawa laktam dari asam ureidoasetat ( 2,4-dioksoimidazolidin ). Keuntungan dari senyawa ini adalah bahwa ia bekerja anti
konvulsi kuat dan berbeda dari barbiturat, hanya bersifat sedatif lemah,
malahan kadang-kadang bersifat stimulan.

Salah satu contohnya adalah Fenitoin.

Fenitoin, mula-mula disebut difenil hidantoin, efektif dalam menekan seranganserangan tonik-klonik dan parsial dan merupakan suatu obat pilihan untuk terapi
pertama terutama dalam mengobati orang dewasa.

Mekanisme kerja : Fenitoin menstabilkan membran sel saraf terhadap


depolarisasi dengan cara mengurangi masuknya ion-ion natrium dalam neuron
pada keadaan istirahat atau selama depolarisasi. Fenitoin juga menekan dan
mengurangi influks ion kalsium selama depolarisasi dan menekan perangsangan
sel saraf yang berulang-ulang.

Efek samping : Depresi saraf pusat terjadi terutama dalam serebelum dan sistem
vestibular, menyebabkan nistagmus dan ataksia. Masalah gastrointestinal
( mual, muntah ) sering terjadi. Hiperpelasia gusi bisa menyebabkan gusi
tumbuh dan melampaui gigi terutama pada anak-anak. Perubahan tingkah laku
seperti kebingungan, halusinasi dan mengantuk sering terjadi.

Interaksi obat : Inhibisi metabolisme mikrosomal fenitoin dalam hati disebabkan


oleh kloramfenikol, dikomarol, simetidin, sulfinamid, dan isoniazid. Penurunan
konsentrasi fenitoin dalam plasma disebabkan oleh karbamazepin yang
memperkuat fenitoin. Fenitoin menginduksi sistem P-450 yang menyebabkan
peningkatan metabolisme anti epilepsi lain, anti koagulan, kontrasepsi oral :
kuinidin, doksisiklin, siklosporin, mexiletina, metadon, dan levodopa.

Dosis : Permulaan sehari 2-5 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis dan dosis
pemeliharaan 2 dd 100-300 mg pada waktu makan dan minum banyak air. Pada
anak-anak 2-16 tahun, permulaan sehari 4-7 mg/BB dibagi dalam 2 dosis dan
dosis pemeliharaan 4-11 mg/BB. Bila dikombinasi dengan fenobarbital dosisnya
dapat diperkecil. Dosis harian rata-rata 200-300 mg.

Golongan Barbiturat
Memiliki sifat anti konvulsi yang baik terlepas dari sifat hipnotiknya. Digunakan
terutama senyawa kerja panjang untuk memberikan jaminan yang lebih kontinu
terhadap serangan grand mal.

Salah Satu Contohnya adalah Fenobarbital

Mekanisme kerja : Fenobarbital memiliki aktivitas anti epilepsi, membatasi


penyebaran lepasan kejang didalam otak dan meningkatkan ambang serangan
epilepsi. Mekanisme kerjanya tidak diketahui tetapi mungkin melibatkan
potensiasi efek inhibisi dari neuron-neuron yang diperantarai oleh GABA ( asam
gama aminobutirat). Untuk mengatasi efek hipnotiknya obat ini dapat
dikombinasi dengan kofein.

Efek samping : Sedasi seperti pusing, mengantuk, ataksia. Nistagmus, vertigo.


Agitasi dan kebingungan terjadi pada dosis tinggi.

Interaksi obat : Bersifat menginduksi enzim, dan antara lain mempercepat


penguraian kalsiferol ( Vitamin D2 ) dengan kemungkinan timbulnya rachitas
( penyakit inggris pada anak kecil ). Penggunaannya bersama dengan valproat
harus hati-hati, karena kadar darah fenobarbital dapat ditingkatkan.

Dosis : 1-2 dd 30-125 mg, maksimal 400 mg (dalam 2 kali), pada anak-anak 2-12
bulan 4 mg/kgBB sehari, pada status epileptikus, dewasa 200-300 mg.

Golongan Suksinimida
Siksinimida berbeda konstitusinya secara kimia dengan definilhidantoin hanya
dengan penggantian gugus NH pada posisi 1 dengan CH2 berbeda dengan
fenitoin, suksinimida hanya berkhasiat pada berbagai epilepsi tipe petit mal
sedangkan gejala grand mal akan lebih diperkuat dengan pemberian obat ini.

Salah satu contohnya adalah Etoksuksimida

Mekanisme kerja : Etoksuksimida mengurangi perambatan aktivitas listrik


abnormal didalam otak dan merupakan pilihan pertama pada serangan absence.

Efek samping : Berupa sedasi, antara lain rasa mengantuk dan termenung, sakit
kepala, anoreksia, dan mual, juga bertahap. Leukopemia jarang terjadi, namun
gambaran darah juga fungsi hati dan urin perlu dikontrol secara teratur.

Dosis : 1-2 dd 250-500 mg sebagai tablet e.c. ( enterik coated ) berhubung


rasanya tidak enak dan bersifat merangsang.

Karbamazepin
Karbamazepin merupakan turunan dibenzazepin mempunyai sistem cincin yang
sama seperti timoleptika opipramol dan hanya berbeda dari senyawa ini pada
subsitituen N. Disaat ini senyawa ini merupakan salah satu anti epileptika yang
terpenting dan paling banyak digunakan.

Mekanisme kerja : Karbamazepin mengurangi perambatan impuls abnormal


didalam otak dengan cara menghambat kanal natrium, sehingga menghambat
timbulnya potensial kerja yang berulang-ulang didalam fokus epilepsi.

Efek samping : Pemberian kronik karbamazepin dapat menyebabkan stupor,


koma dan depresi pernapasan bersamaan dengan rasa pusing, vertigo, ataksia
dan pandangan kabur. Obat ini bersifat merangsang lambung dan bisa timbul
mual dan muntah. Anemia aplastik, agranulositosis dan trombositopenia telah
terjadi pada beberapa penderita.

Interaksi obat : Metabolisme karbamazepin dalam hati dihambat oleh beberapa


obat. Gejala-gejala toksik bisa timbul bila dosis tidak disesuaikan.

Dosis : Permulaan sehari 200-400 mg dibagi dalam beberapa dosis yang


berangsur-angsur dapat dinaikkan sampai 800-1200 mg dibagi dalam 2-4 dosis.
Pada manula setengah dari sosis ini. Dosis awal bagi anak-anak sampai usia 1

tahun 100 mg sehari, 1-5 tahun 100-200 mg sehari. 5-10 tahun 200-300 mg
sehari dengan dosis pemeliharaan 10-20 mg/kgBB sehari dibagi dalam beberapa
dosis.

Golongan Benzodiazepin
Dari senyawa benzodiazepin yang digunakan sebagai anti epileptika terutama
diazepam, dan nitrazepam yang mempunyai kerja mencegah dan
menghilangkan kejang. Snyawa-senyawa ini terutama digunakan pada epilepsi
petit-mal pada bayi dan anak-anak. Senyawa benzodiazepin terutama
berkahasiat untuk absence piknoileptik, serangan mioklonik astatik dan
serangan propulsif.

Mekanisme Kerja : menekan serangan yang berasal dari fokus epileptogenik dan
efektif pada serangan absence dan mioklonik tetapi terjadi juga toleransi.

Efek samping : Benzodiazepin, yakni mengantuk, termenung-menung, pusing,


dan kelemahan otot.

Dosis : 2-4 dd 2-10 mg dan i.v. 5-10 dengan perlahan-lahan (1-2 menit), bila
perlu diulang setelah 30 menit; pada anak-anak 2-5 mg. Pada status epilepticus
dewasa dan anak diatas usia 5 tahun 10 mg, Pada anak-anak dibawah 5 tahun
5 mg sekali. Pada konvulsi karena demam: anak-anak 0,25-0,5 mg/kg berat
badan bayi dan anak-anak dibawah 5 tahun 5 mg setelah 5 tahun 10 mg.

Asam Valproat
Asam valproat ( asam dipropil asetat ) terutama amat berkhasiat pada absence
piknoleptik, disamping itu senyawa ini digunakan juga pada serangan grand mal
dan mioklonik.

Mekanisme kerja : Asam valproat mengurangi perambatan lepasan listrik


abnormal di dalam otak. Asam valproat bisa memperkuat keja GABA pada
sinaps-sinaps inhibisi. Mekanisme kerjanya diperkirakan berdasarkan hambatan
enzim yang menguraikan GABA ( g-amino-butyric acid ) sehingga kadar
neurotransmiter ini diotak meningkat.

Efek samping : Keluhan saluran cerna, rambut rontok, gangguan pembekuan


darah dan terutama kerusakan hati.

Interaksi obat : Asam valproat menghambat metabolisme fenobarbital sehingga


meningkatkan kadar barbiturat tersebut dalam sirkulasi. Karena dapat
meningkatkan kadar fenobarbital dan fenitoin di dalam darah, dosisnya harus
dikurangi sampai 30-50 % guna menghindari sedasi berlebih sebaliknya
khasiatnya juga dIperkuat oleh anti epileptika lainnya.

Dosis : Oral semula 3-4 dd 100-150 mg d.c. Dari garam natriumnya tablet
( tablet e.c ) untuk kemudian berangsur-angsur dalam waktu 2 minggu dinaikkan
sampai 2-3 dd 300-500 mg, maksimal 3 gram sehari. Anak-anak 20-30 mg/kg
sehari. Asam bebasnya memberikan kadar plasma yang 15 % lebih tinggi (lebih
kurang sama dengan persentase natrium dalam Na-valproat ) tetapi lain
daripada itu tidak lebih menguntungkan.

Anda mungkin juga menyukai