Anda di halaman 1dari 32

ANTIEPILEPSI

KELOMPOK 11
1.DHIA HUSNA ENDRIATY
2.NARIYAH AZZAHRA
3.SETIA HARDIYANTI
4.RAHMADA AYU AULIA
5.INDAH NUR SAFITRI

DOSEN PEMBIMBING : HERLINA, M.KES,APT.


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
EPILEPSI
Epilepsi adalah nama umum untuk sekelompok gangguan
atau penyakit susunan syaraf pusat yang timbul spontan
dan berulang dengan episoda singkat ( bangkitan berulang
atau recurrent seizure ) dengan gejala utama kesadaran
menurun sampai hilang.
GEJALA EPILEPSI

kejang merupakan gejala utama penyakit epilepsi yang terjadi saat


timbul impuls listrik pada otak melebihi batas normal. Kondisi
tersebut menyebar ke area sekelilingnya, dan menimbulkan sinyal
listrik yang tidak terkendali. Sinyal tersebut terkirim juga pada otot,
sehingga menimbulkan kedutan hingga kejang.
PENYEBAB EPILEPSI

Kejang pada penderita epilepsi dapat dipicu


karena beberapa kondisi, contohnya stres,
kelelahan, atau konsumsi obat. Berdasarkan
penyebabnya, epilepsi dapat digolongkan
menjadi:
 Epilepsi idiopatik, yaitu epilepsi yang
penyebabnya tidak diketahui.
 Epilepsi simptomatik, yaitu epilepsi yang terjadi
akibat suatu penyakit yang menyebabkan
kerusakan pada otak.
FARMAKOKINETIK ANTIEPILEPSI
Sebagian besar obat antiepilepsi di metabolisme di hati,
kecuali vigabatrin dab gabapentin yang di eliminasi
oleh eksresi ginjal.
terapi Terapi non
farmakologis farmakologis

Prinsip
Pemilihan
Obat Pada
Terapi
Antiepilepsi
KLASIFIKASI ANTIEPILEPSI

HIDANTOIN

ASAM
BARBITURAT
VALPROAT

BENZODIAZE OKSAZOLIDI
PINE NDION

KARBAMAZE
SUKSINAMID
PIN
KLASIFIKASI ANTIEPILEPSI
1. HIDANTOIN
Dalam golongan hidantoin dikenal tiga senyawa
antikonvulsi :
a. fenitoin (difenilhidantoin)
b. mefenitoin dan
c. etotoin
Farmakodinamik hidantoin

Fenitoin berefek antikonvulsi tanpa menyebabkan


depresan umum SSP. Dosis toksik menyebabkan
eksitasi dan dosis letal menyebabkan rigiditas
deserebrasi. Sifat antikonvulsi fenitoin didasarkan
pada penghambatan penjalaran rangsang dari fokus ke
bagian lain di otak. Efek stabilitas membran sel oleh
fnitoin juga terlihat pada saraf tepi dan membran sel
lainnya juga mudah terpacu, misalnya sel sistem
konduksi di jantung. Fenitoin mempengaruhi berbagai
sistem fisiologik, dalam hal ini khususnya konduktans
Na+, K+, Ca2+ neuron potensial membran dan
neurotansmtter noreepineprin, asetilkolin, dan GABA.
Farmakokinetik hidantoin
Absorpsi fenitoin yang diberikan secar oral berlangsung
lambat, sesekali tidak lengkap ; 10 % dari dosis oral
diekskresi bersama tinja dalam bentuk utuh. Kadar
puncak dalam plasma dicapai dala 3-12 jam. Pemberian
fenitoin secara IM, menyebabkan fenitoin mengendap
di tempat suntikan sehingga absopsi erotik. Setelah
suntuikan IV, kadar yang terdapat dalam otak,
otoskelet dan jaringan lemak lebih rendah
dibandingkan kadar di dalam hati, ginjal dan kelenjar
ludah.
2. BARBITURAT
Barbiturat efektif sebagai obat anti-konvulsi; dan yang
biasa digunakan adalah barbiturat kerja lama ( long
acting barbiturates ).

a. Fenobarbital
Fenobarbital merupakan senyawa organik pertama yang
digunakan dalam pengobatan antikonvulsi. Kerjanya
membatasi penjalaran aktivitas dan bangkitan dan
menaikan ambang rangsang
Dosis dewasa yang biasa digunakan ialah dua kali 120-
250 mg sehari. Dosis anak ialah 30-100 mg sehari
b. Primidon
Primidon lebih efektif dibanding fenobarbital, terutama
untuk terapi kejang parsial dan kejang umum tonik
klonik. Primidon dalam badan sebagian besar
mengalami oksidasi menjadi fenobarbital, sebagian lagi
mengalami dekarbolsilasi oksidatif pada atom C2
menjadi feniletil malonamid ( FEMA ) yang tetap aktif.
Dosis dewasa dimulai dengan 3 kali 50 mg sehari;
kemudian di naikan sampai 0,75-1,5 gram sehari,
untuk 3 kali pemberian
3. OKSAZOLIDINDION
Antikonvulsi golongan ini yang banyak dipakai adalah
trimetadion. Trimetadion merupakan obat antiepilepsi
tipe absence .

Farmakologi
Trimetadon bekerja sebagai antikonvulsi dengan
memperkuat penekanan paska transimisi impuls
sehingga penjalaran impuls dapat terkontrol dengan
baik. Selain itu dapat memperbaiki EEG yang
abnormal pada penderita dengan bangkitan lena.
Farmakokinetik
Pemberian peroral dengan mudah akan diabsorbsi oleh
saluran cerna dan tedistribusi kesuluruh cairan tubuh.
Biotransformasi terjadi dihati dengan proses demetilasi
sehingga menghasilkan didion. Ekskresi melalui ginjal
dan berlangsung lambat sehingga cenderung untuk
terjadi penumpukkan hasil metabolit pada penderita
dengan pemakaian yang bersifat kronik.
4. SUKSINAMID
Dari gologan ini yang banyak dipakai diklinik adalah
etosuksimid

Farmakologi
Etosuksimid bekerja dengan cara meningkatkan ambang
lepas muatan listrik pada korteks serebri, sedangkan
kerja tonik ekstensor supramkasimal hanya teratasi bila
obat diberikan pada dosis anestetik.

Farmakokinetik
Pemberian oral akan diabsorpsi lengkap oleh saluran
cerna dengan kadar maksimal dalam plasma akan dicapai
dalam waktu 1-7 jam. Distribusi kesulurh jaringan
dengan kadar likuor serebrospinalis sama dengan kadar
dalam plasma. Ekskresi melalui ginjal dalam bentuk
metabolit.
Antiepilepsi golongan suksinimid yang digunakan di
klinik, antara lain :
1. Etosuksimid lebih efektif dibandingkan metsuksimid
dan fensuksimid.
2. Metsuksimid bersifat lebih toksik.
3. Fensuksimid
5. KARBAMAZEPIN
Karbamazepin merupakan antiepilepsi utama di
Amerika Serikat untuk mengantasi berbagai
bangkitan lena. Selain mengurangi kejang, efeknya
nyata pada perbaikan psikis yaitu perbaikan
kewaspadaan dan perasaan, sehingga dipakai juga
untuk mengobati kelainan psikiatri seperti
maniabipolar
6. BENZODIAZEPINE

1. Diazepam
Digunakan terutama untuk pengobatan konvulsi yang
bersifat rekuren seperti pada status epileptikus arau
kejang yang belum jelas penyebabnya. Obat ini
bermanfaat untuk bangkitan klonik fokal, bangkitan lena,
serta hipsarimia yang refrakter terhadap obat antikovulsi
lainnya. kadar optimal sebagai antikonvulsi diazepam
adalah 500 mikrogram/ml.

2. Klonazepam
Klonaxepam merupakan long acting benzodiazepine dan
pemakaiannya dapat secara tunggal ataupun kombinasi
dengan antikonvulsi lainnya. obat ini terpilih untuk
mioklonik, akinetik, dan spasme infantil. Klonazepam
merupakan obat alternative untuk bangkitan lena
sesudah suksinimid. Obat ini juga dapat digunakan untuk
mengatasi skatus epileptikus, akan tetapi pilihan utama
dalam hal ini tetap diazepam
Dosis dewasa : 1,5 mg/hari dalam dosis yang terbagi
3. Nitrazepam
Obat ini terpilih untuk bangkitan mioklonik. Secara
umum nitrazepam juga dapat dipakai untuk
mengendalikan hipsaritmia dan spasme infantile.
Nitrazepam dapat merangsang terjadinya bangkitan
lena dan bangkitan tonik sampai klonik sehingga
pemakaian biasanya dikombinasikan dengan
antiepilepsi lainnya.
Dosis umum : 1,5 mg/kg BB/hari.
4. Lorazepam
5. Klorazepat dipotasium
6. Klobazam
7. ASAM VALPROAT

Obat ini efektif untuk epilepsy yang bersifat kejang pada


umumnya sepert bangkitan lena, bangkitan tonik sampai klonik
dan epilepsy parsial kompleks. Obat ini kurang efektif terhadapa
epilepsy yang bersifat vokal kortikal. Dosis pengobatan awal
dimulai dengan dosis 3x200 mg/hari secara berangsur dapat
dinaikan sampai 3x400 mg/hari . dosis anak dianjurkan adalah
2x20 mg/kg BB/hari.

Farmakologi
Efek anti konvulsi asam valproat berdasarkan pada peningkatan
kadar GABA didalam sel otak sehingga terjadi hiperpolarisasi
rest potential pada neuron akibat peningkatan daya konduksi
membrane untuk ion K.

Farmakokinetik
Pemberian secara oral akan cepat diabsorpsi dan kadar maksimal
akan tercapai dalam waktu 1-3 jam dengan waktu paruh 8-10
jam dan stabilitas kadar dalam darah akan tercapai setelah 48
jam pemberian. Biotranformasi terjadi dihati dan sebagain besar
akan dieksrisikan melalui ginjal dalam waktu 28 jam.
8. ANTIEPILEPSI LAIN

1. Acetazolamide (Diamox)

Mekanisme kerja berupa diuretik yang bekerja


menghambat enzim karbonik anhidrase, akumulasi
karbondioksida dalam otak.
Indikasi terjadi pada wanita dengan mens,
glaukoma,gagal jantung kongestif . Bentuk sediaan
berupa tablet 250 mg (Diamox) dengan dosis:
10mg/KgBB/hari dan 1000 mg/hari.
INTERAKSI OBAT ANTIEPILEPSI
•Sering menurunkan kadar plasma klobazam, klonazepam, lamotrigin,
metabolit aktif dari okskarbazepin dan fenitoin (dapat pula meningkatkan
Karbamazepin kadar fenitoin), tiagabin, topiramat, valproat, dan zonisamid

•Kadang meningkatkan kadar plasma fenitoin.


Etosuksimid

•Kadang meningkatkan kadar plasma metabolit aktif karbamazepin (namun


Lamotrigin bukti masih bertentangan).

•Kadang menurunkan kadar plasma karbamazepin (namun dapat


Okskarbazepin
meningkatkan kadar metabolit aktif karbamazepin).

•Sering menurunkan kadar plasma karbamazepin, klonazepam, lamotrigin,


dan fenitoin (namun dapat juga meningkatkan kadar fenitoin), tiagabin,
Fenobarbital
atau Primidon
valproat, dan zonisamid
MEKANISME KERJA ANTIEPILEPSI

Mencegah timbulnya Mencegah terjadinya


letupan depolarisasi letupan depolarisasi
eksesif pada neuron pada neuron yang
epileptor didalam focus normal akibat pengeruh
epilepsy focus epilepsi
Dengan secara umum ada 2 mekanisme kerja, yakni:
1. peningkatan inhibisi (GABA-ergik)
2. penurunan eksitasi yang kemudian memodifikasi konduksi ion:
Na+ , Ca2+ , K+ dan Cl- atau aktivitas neuroranmitor, meliputi :
1. Inhibisi kanal Na+ pada membran sel
akson Contoh : fenitoin dan
karbamazepin (pada dosis terapi),
fenobarbital dan asam valproat(dosis
tinggi), lamotrigin, topiramat, zonisamid.
2. Inhibisi kalan Ca2+ tipe T pada neuron
talamu (yang berperan sebagai pace-maker
untuk membangkitkan cetusan listrik umum
di korteks) Contoh: etosuksimid, asam
valproat dan clonazepam.
3. Peningkatan inhibisi GABA
a. Langsung pada klompleks GABA dan
klompleks Cl-. Contoh: benzodiazepin, barbiturat.
b. Menghambat degradasi GABA, yaitu
dengan mempengaruhi re-uptake dan metabolisme
GABA Contoh: tiagabin, vigabatrin, asam
valproat, gabapentin.
4. Penurunan eksitasi glutamat, yakni melalui:
a. Blok reseptor NMDA, misal lamotrigin
b. Blok reseptor AMPA, misal fenobarbital,
topiramat
MEKANISME EKSITASI OBAT ANTI EPILEPSI
Kadar Antiepilepsi Dalam Plasma

 Penatapan kadar entiepilepsi yang merupakan


kegiatan Theurapetic Drug Monitoring berperan
penting dalam idividualisasi antiepilepsi, karena
berbagai faktor obat yang diminum
menghasilkan kadar yang berbeda antar
individu.perbedaan faktor genetik dan fisiologik
akan mempengaruhi absorpsi, distribusi,
biotranformasi maupun ekskresi obat
PENGUKURAN KADAR OBAT AKAN
MEMBANTU DOKTER UNTUK
MENGETAHUI/MENDETEKSI:

1. Kepatuah
pasien

2. Apakah
kadar terapi
sudah dicapai
dengan dosis
yang
diberikan
3. Apakah peningkatan
dosis masih dapat
dilakukan pada
bangkitan yang belum
terkendali tanpa
menimbulkan efek
toksik
 Manfaat penetapan kadar epilepsi dalam darah
pasien sudah jelas, yaitu 80% pasien
dapatdikendalikan kejangnya dengan antiepilepsi
yang tersedia saat ini , bila obat yang diberikan
memberikan kadar terapi optimal. Dengan
memantau kadar antiepilepsi maka dapat diberikan
dosis secara individual, agar efek toksis dan
kegagalan terapi dapat dihindarkan.
Kegagalan Terapi Antiepilepsi

 Faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab


gagalnya pengobatan antara lain:
 Kepatuhan yang buruk.
 Ketidak patuhan pasien untuk minum OAE secara
teratur dan sesuai jadwal pengobatan seringkali
menjadi penyebab gagalnya pengobatan
Kemungkinan adanya faktor psikologis tambahan
yang harus dicari dan dibicarakan.
 Pertimbangkan kembali adanya kemungkinan
bahwa kejang yang terjadi adalah kejang non
epileptik (misal: sinkop, psikogenik)
 Pertimbangkan kemungkinan adanya suatu
penyakit neurologis progresif lain yang mendasari
terjadinya epilepsi (misal: tumor otak).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai