Anda di halaman 1dari 71

Yosi Febrianti

Rule
Keterlambatan max 15 menit, lebih
dari itu boleh masuk tapi tidak boleh
absen
Boleh makan permen+minum
Ada 5 free time

Pasca UTS
Presentasi 20 % (kelompok sudah
dibagi)
UAS 60%
Active : 15 %
Kehadiran 5%

What do you know about epilepsy??

DEFINISI
Berasal dari kata Yunani : epilembanein

serangan
Gangguan sistem saraf pusat yang ditandai dengan

kejang berulang.
Kejang: manifestasi klinik dari aktivitas syaraf yang
berlebihan/abnormal di dalam korteks serebral

EPIDEMIOLOGI

Etiologi

PATOFISIOLOGI

Ketidakseimbangan

Kejang umum

Kejang Umum
Tonic-

Tonic clonic
Pasien

tiba-tiba
kehilangan
kesadaran, diikuti dengan kejang
fase tonik (selama 30-60 detik),
kemudian kejang klonik (30-60
detik)
Risk : sianosis, inkontinensi urin,
menggigit lidah

Abscense attacks/petit mal


Terjadi pada anak atau awal remaja
Penderita tiba-tiba melotot dengan

pandangan kosong, matanya


berkedip-kedip dengan kepala
terkulai
Terjadi hanya beberapa detik
Myclonic seizure
Terjadi pada pagi hari
Sentakan tiba-tiba, terjadi pada 2 sisi
tubuh
Sentakan digambarkan seperti

Atonic seizure
Penderita mengalami kehilangan

kekuatan otot, terutama pada lengan


dan kaki
Tonic seizure
Kekuatan otot meningkat sehingga
tubuh, lengan dan kaki penderita
menegang/mengencang secara tibatiba.
Umumnya terjadi saat tidur
Clonic seizure
Gerakan sentakan ritmik dari tangan

Infantile spasm s
Dikenal dengan West Syndrome Dr. Williams

James West
Terjadi pada antara 3-12 bulan dan umumnya
berhenti 2-4 tahun
Sentakan tiba-tiba yang diikuti dengan
penegangan
Lengan tangan terentangkan dengan cepat,
lutut tertarik ke atas dan tubuh membungkuk
ke depan (jack knife seizure)

Simple partial seizures

Sim ple partialseizure


Dimanifestasikan dengan gejala motorik focal

(lokal) atau gejala somatosensorik (seperti


parestesia) . Penderita tidak kehilangan kesadaran
ketika terjadi sentakan sentakan pada bagian
tertentu dari tubuh.

Com plex partialseizures


Penderita

melakukan
gerakangerakan tak terkendali antara lain
gerakan mengunyah dan meringis,
tanpa kesadaran.

Faktor pencetus terjadinya serangan


pada penyandang epilepsi, diantaranya
yaitu :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Stres emosional
Infeksi
Obat obat tertentu
Alkohol
Perubahan hormonal
Terlalu lelah
Fotosensitif

19

11/

Diagnosis

Terjadi kejang berulang


Wawancara riwayat kejang pasien,
termasuk apa yg terjadi sebelum,
selama, dan setelah serangan kejang
EEG
MRG
CT-SCAN

TUJUAN TERAPI

1. Mengontrol atau mengurangi frekuensi


kejang
2. memastikan kepatuhan pasien terhadap
pengobatan
3. memungkinkan pasien dapat hidup dengan
normal

SASARAN TERAPI
1. Keseimbangan neurotransmiter GABA di otak

Prinsip
PrinsipUmum
UmumTerapi
TerapiEpilepsi
Epilepsi
Tx OAE dipilih sesuai jenis epilepsi, ESO dari

obat OAE dan kondisi px


Monoterapi lebih baik daripada politerapi
Menghindari/meminimalkan penggunaan
OAE sedatif
Mulai dengan dosis terkecil
Adanya variasi pasien terhadap respon obat
Lakukan monitoring kadar obat dalam darah
Substitusi obat
Kepatuhan pasien

Pendekatan m onoterapi
Tujuan utama : mengendalikan bangkitan epilepsi dg satu jenis

obat
Obat yg dipilih adl obat yg terbaik atau paling sesuai utk
bangkitan tertentu dan penderita sendiri
Apabila obat pertama jelas terbukti tdk efektif, maka obat jenis
kedua harus diberikan
Penghentian obat pertama secara mendadak tidak dianjurkan
karena akan menimbulkan bangkitan ulang, penurunan dosis
dianjurkan 20% dari dosis total harian setiap 5 kali waktu paroh
obat
Dalam praktek pendekatan monoterapi mungkin sulit
diterapkan secara konsisten mengingat perlu tenaga
profesional, fasilitas laboratorium yg mendukung serta kerja
sama yg baik antara penderita dan keluarga

ALGORITMA
Diagnosa positif
TATALAKSANA
Mulai pengobatan dg satu AED
EPILEPSI
Pilih berdasar klasifikasi kejang
dan efek samping

Ya

Sembuh ?

fek samping dapat ditoleransi ?


Ya

Tidak

Kualitas hidupTurunkan dosis


optimal ?
Ya

Tidak

Lanjutkan
terapi

lanjut

Pertimbangka
n,
Atasi dg tepat

Tidak

Efek samping dapat ditoleransi


Ya

Tingkatkan
dosis
Hentikan
AED1
Tetap
gunakan
AED2

Tidak
Turunkan dosis
Tambah AED 2

Sembuh?
Ya

Tidak

lanjut

lanjutan
Lanjutk
an
terapi

Tidak sembuh

Efek samping dapat ditoleransi ?

Tidak kambuh
Selama > 2 th ?
ya

tidak

Hentikan Kembali ke
pengobatanAssesment
awal

Tidak

Ya

Hentikan AED yang tdk


Tingkatkan dosi
efektif,
AED2, cek interak
Tambahkan AED2 yang
Cek kepatuhan
lain
Sembuh ?
Ya

Lanjutkan terapi

Tidak

Rekonfirmasi diagnosis,
Pertimbangkan pembedaha
Atau AED lain

11/

Obat-obat anti epilepsi


Obat-obat yang meningkatkan inaktivasi kanal Na+:
Inaktivasi kanal Na menurunkan kemampuan syaraf untuk
menghantarkan muatan listrik
Contoh: fenitoin, karbamazepin, lamotrigin, okskarbazepin, valproat
Obat-obat yang meningkatkan transmisi inhibitori GABAergik:
agonis reseptor GABA meningkatkan transmisi inhibitori dg
mengaktifkan kerja reseptor GABA contoh: benzodiazepin,
barbiturat
menghambat GABA transaminase konsentrasi GABA meningkat
contoh: Vigabatrin
menghambat GABA transporter memperlama aksi GABA
contoh: Tiagabin
meningkatkan konsentrasi GABA pada cairan cerebrospinal pasien
mungkin dg menstimulasi pelepasan GABA dari non-vesikular
pool contoh: Gabapentin

TERAPIN O N -FARM AKO LO G I


Pembedahan

surgery
Pasien yang tetap mengalami kejang walaupun

sudah mendapat > 3 agen antikonvulsan, adanya


abnormalitas focal, lesi epileptik yg menjadi pusat
abnormalitas epilepsi.

D iet ketogenik
Diet tinggi lemak, cukup protein dan

rendah Karbohidrat
Mekanisme aksi diet ketogenik sbg
anti epilepsi msh belum diketahui
secara pasti
Senyawa keton diperkirakan
berkontribusi terhadap pengontrolan
kejang
Senyawa keton dpt memodifikasi
siklus asam trikarboksilat untuk

Stim ulasinerves vagus (VN S)


Mekanisme aksi anti kejang dari VNS pada

manusia blm diketahui secara pasti


VNS mengubah neurotransmiter inhibisi dan
eksitatori pada cairan serebrospinal, dan
mengaktifkan area-area tertentu dari otak
yang menghasilkan atau mengatur aktivitas
korteks melalui peningkatan aliran darah
Studi VNS, 23-50% pengurangan frekuensi
kejang

TERIMAKASIH

PHARMACISTS CARE
YOUR HEALTH

STATUS EPILEPTIKUS (SE)

STATUS
EPILEPTIKUS
STATUS EPILEPTIKUS
kejang umum yang terjadi selama 5 menit atau lebih

atau kejadian kejang 2 kali atau lebih tanpa


pemulihan kesadaran di antara dua kejadian
tersebut
Merupakan kondisi darurat yg memerlukan
pengobatan yang tepat untuk meminimalkan
kerusakan neurologik permanen maupun kematian

Epidemiologi

Kesulitan untuk mencari data prevalensi SE,


disebabkan karena ketidakakuratan dalam:

1.

pencatatan data umur pasien

2.

Penyebab terjadi serangan

3.

Tipe serangan

4.

Lama terjadinya serangan

Prevalensi di dunia terjadinya SE diperkirakan 1.2 5


juta kasus per tahun, dengan angka kejadian sekitar
100.000 152.000 kasus / tahunnya di US

Patogenesis
Umumnya kejang dapat berhenti setelah 5 menit karena ada

mekanisme dari NT inhibitori yang menyeimbangkan neurotransmiter


eksitatori
Sampai saat ini, belum diketahui jelas mengapa mekanisme yang
mengkontrol homeostasis neuron pada kasus SE menjadi tidak ada
sehingga kejang yang terjadi dalam waktu yang cukup lama
Meski demikian, awal dari terjadinya kejang disebabkan karena tidak
seimbangnya antara neurotransmitter eksitatori dan neurotransmitter
inhibitori
Selama terjadi SE, akivasi glutamat ( neurotransmitter eksitatori )
pada reseptornya (NMDA dan AMPA reseptor) menyebabkan
pembukaan kanal kalsium dan natrium. Masuknya ion ion tersebut
menyebabkan DEPOLARISASI
Aktivasi glutamat bukan satu satunya penyebab dari SE, diduga
ada mekanisme lain yang juga berperan dalam terjadinya
peningkatan lamanya serangan terjadi

Terapi
Non-farmakoterapi:
Tanda-tanda vital dipantau
Pelihara ventilasi
Berikan oksigen
Cek gas darah utk memantau asidosis

respiratory atau metabolik


Kadang terjadi hipoglikemi berikan glukosa

Farmakologi : dengan obat-obatan

Algoritma tatalaksana pada status epileptikus

Profi
lobat
Karbamazepin (carbamazepin)
Dimetabolisme di liver carbamazepin 10, 11

epoxide (metabolit aktif) Antikonvulsan


Neurotoksisitas ES : mual, bingung,
mengantuk, pandangan kabur, ataksia
ES jarang : agranulositosis
Kons serum meningkat linier dg dosis (beda dg
fenitoin)
Dosis pada anak dengan usia kurang dari 6
tahun 10-20 mg/kg 3 kali sehari, anak usia 6-12
tahun dosis awal 200 mg 2 kali sehari dan dosis
pemeliharaan 400-800 mg. Sedangkan pada
anak usia lebih dari 12 tahun dan dewasa 400
mg 2 kali sehari .

Fenitoin

Terhidroksilasi di liver melalui sistem


penjenuhan enzim
kec metab bervariasi antar individu
Diperlukan sampai 20 hari u mencapai kadar
level stabil sesudah perub dosis shg perlu
dicegah dosis secara gradual atau sampai
terjadi tanda gangg serebral
Perlu monitoring kons serum scr ketat
dosis kecil menghasilkan kadar toksik obat dlm
serum
ES lain : hipertrofi gusi, jerawat, kulit berlemak,
gambaran muka kasar dan hirsutism

Fenitoin memiliki range terapetik

sempit sehingga pada beberapa


pasien dibutuhkan pengukuran kadar
obat dalam darah .
Dosis awal penggunaan fenitoin 5
mg/kg/hari dan dosis pemeliharaan
20 mg/kg/hari tiap 6 jam .

Lamotrigin
Lamotrigin

merupakan obat antiepilepsi generasi baru


dengan spektrum luas yang memiliki efikasi pada parsial
dan epilepsi umum (10). Lamotrigin tidak menginduksi atau
menghambat metabolisme obat anti epilepsi lain
Dapat digunakan dlm btk tunggal, spt fenitoin dg ESO yang
lebih ringan dari fenitoin
Dosis lamotrigin 25-50 mg/hari
Penggunaan lamotrigin umumnya dapat ditoleransi pada
pasien anak, dewasa, maupun pada pasien geriatri.
Efek samping yang sering dilaporkan adalah gangguan
penglihatan (penglihatan berganda), sakit kepala, pusing,
Lamotrigin dapat menyebabkan kemerahan kulit terutama
pada penggunaan awal terapi 3-4 minggu. Stevens-Johnson
syndrome juga dilaporkan setelah menggunakan lamotrigin

Fenobarbital
sama efektifnya dg karbamazepin & fenitoin pd

pengobatan kejang tonik-klonik dan parsial, ttp ES


sedatif >
Toleransi tjd pd pemakaian jangka panjang dan
withdrawl scr tiba2 yg dpt memicu status epileptikus.
ES : simptom serebral (sedasi, ataksia), mengantuk
(pd dws), dan hiperkinesia pd anak2
Dosis awal penggunaan fenobarbital 1-3 mg/kg/hari
dan dosis pemeliharaan 10-20 mg/kg 1kali sehari
Efek samping lain yang mungkin terjadi adalah
kelelahan, mengantuk, sedasi
Penggunaan fenobarbital juga dapat menyebabkan
kemerahan kulit, dan Stevens-Johnson syndrome

Vigabatrin, gabapentin, dan topiramat


Digunakan sbg : add-on drugs pd

penderita epilepsi yg tdk mencapai efek


baik dg obat antiepilepsi lain
Vigabatrin sedikit / jarang digunakan krn
dpt mengurangi daerah pandang (visual
fields) sampai 1/3 penderita
Gabapentin & karbamazepin juga
digunakan utk mengobati nyeri
neuropatik yg krg berespon thdp
analgesik konvensional

Ethosuximide
Hanya efektif pd pengobatan kejang mioklonik
Kanal kalsium merupakan target dari beberapa

obat
antiepilepsi. Etosuksimid menghambat pada kanal Ca 2+ tipe T.
Talamus berperan dalam pembentukan ritme sentakan yang
diperantarai oleh ion Ca2+ tipe T pada kejang absens, sehingga
penghambatan pada kanal tersebut akan mengurangi sentakan
pada kejang absens (4).
Dosis etosuksimid pada anak usia 3-6 tahun 250 mg/hari untuk
dosis awal dan 20 mg/kg/hari untuk dosis pemeliharaan.
Sedangkan dosis pada anak dengan usia lebih dari 6 tahun dan
dewasa 500 mg/hari (11).
Efek samping penggunaan etosuksimid adalah mual dan
muntah, efek samping penggunaan etosuksimid yang lain
adalah ketidakseimbangan tubuh, mengantuk, gangguan
pencernaan, goyah (tidak dapat berdiri tegak), pusing dan
cegukan (10).

Valproat

- Keuntungan : risiko sedatif <, spektrum aktivitas


luas
Kerugian utama : kdg2 respon idiosinkratik
menyebabkan toksisitas hepatik parah / fatal
Dosis penggunaan asam valproat 10-15
mg/kg/hari
Efek samping yang sering terjadi adalah
gangguan pencernaan (>20%), termasuk mual,
muntah, anorexia, dan peningkatan berat badan.
Efek samping lain yang mungkin ditimbulkan
adalah pusing, gangguan keseimbangan tubuh,
tremor, dan kerontokan

Benzodiazepin : Clonazepam
Antikonvulsan poten, efektif pd

absences, tonic-clonic seizures &


myoclonic seizures
Bersifat sedatif dan toleransi kuat
dimana tjd pada pemberian oral yg
lama

53

11/

Pem berian obat antiepilepsi


pada anak
Terjadi defisiensi kognitif spesifik akibat :

bangkitan epilepsi, faktor etiologi, munculnya


bangkitan pada usia dini, sering mengalami
bangkitan, dan obat antiepilepsi
Pengaruh beberapa obat antiepilepsi :
Fenobarbital hiperaktif
Fenitoin (dosis tinggi)enselofati progresif,
retardasi mental dan penurunan kemampuan
membaca
Karbamazepin dan asam valproat gangguan
kognitif ringan
Valproat (dosis tinggi)mengganggu fungsi
motorik

Efek obat antiepilepsipada


anak
Jurnal Pediatr Neurol. th 2006 : obat2

antiepilepsi (asam valproat,


carbamazepin, oxcarbazepin) dapat
menurunkan densitas tulang pada
anak.
Perlu monitoring pemakaian jangka
panjang pada anak, di samping perlu
dipertimbangkan pemberian
suplemen utk tulang.

Penatalaksanaan epilepsipada
lanjut usia
Perlu pertimbangan : penyakit lain yg

menyertai, polifarmasi yg
menyebabkan interaksi obat,
perubahan fisiologi tubuh (absorpsi
obat, ikatan protein, metabolisme dan
eliminasi obat)
Prinsip terapi : dosis tunggal atau dua
kali sehari, tidak ada efek samping atau
minimal, tidak ada interaksi obat atau
minimal, ikatan protein rendah,
farmakokinetik linier, tidak berpotensi
reaksi alergi atau idiosinkrasi, dan ada

Pertim b pem akaian pd w anita


Estrogen menghambat reseptor GABA,

mempotensiasi aktivitas glutaminergik


Progesteron efeknya berlawanan dg
estrogen dan mempotensiasi aktivitas
reseptor GABA & mengurangi kec neuronal
discharge
Obat2 antiepilepsi terutama induser enzim
metab hepatik juga pengaruhi hormon dg
peningkatan metab hormon steroid &
menginduksi produksi hormon seks terikat
globulin shg menyebabkan penurunan
fraksi hormon steroid yg tak terikat
(unbond) mengurangi efikasi hormon

Contoh aplikasiklinis
Obat2 antiepilepsi gol enzym inducer
misal topiramat menyebabkan
kegagalan oral kontrasepsi pd wanita
shg perlu dosis oral kontrasepsi yg
tinggi ( 50 g)

Pd sebag besar wanita epilepsi

kecenderungan kejang meningkat pd


masa menstruasi (catamenial seizures)
dan saat ovulasi hal ini berhub dg
progesteron withdrawl & perub rasio
estrogen progesteron

Pada keham ilan


Akibat epilepsi pd kehamilan :
Kejang maternal 25 30%
penderita
Komplikasi kehamilan
ES pd fetus meliputi penyakit dan
obat antiepilepsi

Kejang maternal akibat efek langsung

pd seizures threshold dan penurunan


kons obat antiepilepsi dlm serum terkait
dg peningkatan klirens obat, protein
binding, disposisi obat dll pd kehamilan

Efek obat antiepilepsi pd kehamilan

malformasi kongenital
Barbiturat & fenitoin congenital heart
malformation, orofacial clefts &
malformasi lain
Valproat & carbamazepin spina bifida
(neural tube defect) & hypospadias
ES pd kehamilan yg bukan akibat obat
antiepilepsi : hambatan pertumb,
psikomotor, retardasi mental, BBLR (Berat
Bayi Lahir Rendah)

KIE pada w anita epilepsiyg


ham il
Intake asam folat (~0,4 1 mg/hari) pd

prenatalmencegah efek teratogenik


Obat antiepilepsi secara monoterapi,
dosis serendah mgk mengurangi efek
teratogenik
Obat2 antiepilepsi yg lebih baru punya
efek teratogenik <
Pemberian vit K pd bulan terakhir
kehamilan dg dosis 10 mg oral setiap
hari mencegah koagulopati

KIE pada ibu m enyusui


Meski distribusi obat antiepilepsi

dilaporkan rendah pada air susu,


namun perlu diperhatikan efek pada
bayi (sedasi, iritabilitas, poor
feeding) terutama pada pemakaian
barbiturat & benzodiazepin

Bagaim ana pada w anita


perim enopause
Berpengaruh pd keparahan epilepsi

kmk krn fluktuasi hormon seks


Efek HRT juga belum jelas pd
pengontrolan kejang, namun perlu
monitoring timbulnya kejang pd
pemberian suplemen estrogen

Penghentian pengobatan
epilepsi
Tergantung jenis bangkitan / kejang dan

prognosis epilepsi
Jenis bangkitan untuk memperkirakan
tingkat kekambuhan, misalnya :
Epilepsi absence atau petit mal tingkat
kekambuhan rendah
Berturut-turut makin tinggi tingkat
kekambuhan : klonik atau mioklonik,
kejang tonik-klonik, parsial sederhana
dan parsial kompleks, selanjutnya kejang
yang terdiri dari lebih dari satu jenis

Jika terapifarm akologigagal,


bagaim ana ?
Perlu dipertimbangkan terapi operatif

(terutama utk epilepsi


refrakter/kambuhan)
Yang paling aman & efektif : reseksi
lobus temporal bagian anterior, jenis
yang lain : reseksi korteks otak,
hemisferektomi, pembedahan korpus
kalosum, reseksi multilobar pada bayi
Lebih kurang 70-80% penderita yg
mengalami operasi terbebas dari
bangkitan, walaupun beberapa
diantaranya harus tetap minum obat

D am pak penyakit
Aspek psikososial (masalah medik,

psikologis, sosial, dan ekonomi


Aspek medik : meningkatnya biaya
perawatan, perlunya tenaga terlatih
yang terampil, fasilitas teknik dan
tersedianya obat antiepilepsi (OAE)
Aspek ekonomi : terbatasnya lapangan
kerja, meningkatnya pengangguran
Aspek psikologis : rasa cemas,
kehilangan kepercayaan diri
Aspek sosial : stigma negatif tentang
penyakit dan penderita

MONITORING
MONITORING

Frekuensi kejang seizure diary


Efek samping obat/ADR
Interaksi obat
Jika memungkinkan TDM
Skrining terhadap gangguan
neuropsikiatrik
Kapatuhan pasien

EPILEPSI-kehamilan
Nn. X (25 th), seorang penderita
epilepsi, setiap hari mengkonsumsi
Asam valproat dosis normal. Nn X
baru saja menikah dan pada saat
ini pergi ke dokter untuk
merencanakan punya anak.
Analisa kasus tersebut di atas
dengan metode SOAP/ FARM.

Daftar pustaka
Browne TR., Holmes GL., 2000, Epilepsy: Definitions and Background. In: Handbook of Epilepsy, 2nd edition,
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, P., 1-18.
Fisher RS., Boas WE., Blume W., Elger C., Genton P., Lee P., et al., 2005, Epileptic seizures and epilepsy:
definition proposed by the International League Against Epilepsy (ILAE) and the International Bureau for
Epilepsy (IBE), Epilepsia; 46 (4): 470-2.
Annegers JF., 2001, The Epidemiology of Epilepsy. In: Wylie E, ed. The Treatment of Epilepsy, 3d ed,
Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins, 131138.
Goodman and Gilman, 2007, Dasar Farmakologi Terapi, vol. 1, EGC, Jakarta, 506-531.
Commission on Classification and Terminology of the International League Against Epilepsy, 1981, Proposal for
Revised Clinical and Electroencephalographic Classification of Epileptic Seizures, Epilepsia, 22: 489501.
Commission on Classification and Terminology of the International League Against Epilepsy, 1982, Proposal for
Revised Classification of Epilepsies and Epileptic Syndromes, Epilepsia, 30: 389399.
Irani, Vidia, M., 2009, Gambaran Efektivitas Antiepilepsi Pada Pasien Epilepsi Yang Menjalani Rawat Inap Di
Rsup Dr. Sardjito Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 41-70.
Nordli, D.R., Pedley, De Vivo, 2006, Buku Ajar Pediatri Rudolph volume 3, EGC, Jakarta, 1023, 1034, 2135-2138.
Wibowo, S., dan Gofir, A., 2006, Obat Antiepilepsi, Pustaka Cendekia Press, Yogyakarta, 85.
Gidal, B.E., and Garnett, W.R., 2005, Epilepsy, in Pharmacotherapy: A Phathophisiology Approach, Dipiro, J.T., et
al (eds) McGraw Hill, New York, 1023-1048.
Lacy, Charles F., 2009, Drug Information Handbook, American Pharmacists Association.
Dillon and Sander, 2003, Clinical Pharmacy and Therapeutics, Third edition, Churchill livingstone, New York,
465-468, 472-477.
Rainer Surges, Kirill E., Volynski and Matthew C., Walker, 2008, Is Levetiracetam Different from Other
Antiepileptic Drugs? Levetiracetam and its Cellular Mechanism of Action in Epilepsy Revisited Rainer Surges,
Therapeutic Advances in Neurological Disorders, 1(1) 13-24.
Weiner WJ., 1999, The Intial Treatment of Parkinsons Disease Should Begin With Levodopa, Mov Disord, 14:
716724.
McNemara, J.O., 2008, Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10, vol 1, diterjemahkan oleh alih bahasa sekolah
farmasi ITB, EGC, Jakarta, 1517, 522, 524.
Harsono, 2007, Epilepsi, edisi kedua, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 7-8, 65-66, 144.
Mijasaki JM., Martin W., Suchowersky O., et al., 2002, Practice parameter: Initiation of treatment for Parkinsons
disease: An evidence based review, Neurology, 58; 1117.

Anda mungkin juga menyukai