Anda di halaman 1dari 18

PENATALAKSANAAN

KEGAWATDARURATAN
PADA EPILEPSI

Oleh :
Amallia Pradistha

Pembimbing :
dr. Suherman, Sp. S
PENDAHULUAN

epilepsi menyerang 1% penduduk dunia, nilai


yang sama dengan kanker payudara pada
perempuan dan kanker prostat pada pria

Rata-rata prevalensi epilepsi 8,2 per 1000


penduduk.

Angka kejadian epilepsi masih tinggi terutama


di negara berkembang yang mencapai 114 (70-
190) per 100.000 penduduk pertahun
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

DEFINISI :
suatu kelainan otak kronik dengan berbagai
macam penyebab yang ditandai serangan
epilepsi berulang yang disebabkan oleh
bangkitan neuron otak yang berlebihan, dimana
gambaran klinisnya dapat berupa kejang,
perubahan tingkah laku, perubahan kesadaran
tergantung lokasi kelainan diotak.
ETIOLOGI

Idiopatik

Kriptogenik

Simtomatik
PATOGENESIS

Letupan
Gangguan fungsi
Influks Ca depolarisasi
membran neuron
membran

Muatan listrik
Proses inhibisi Serangan epilepsi terlepas secara
berlebihan

Kejang berhenti
• terdapat dua tahap: tahap tonik (kaku) diikuti
tahap klonik (kelonjotan). Pada serangan jenis
klonik (umum)
ini pasien dapat hanya mengalami tahap tonik Kejang tonik
atau klonik saja
• Serangan di mana adanya gerakan yang tidak
dapat dikontrol pada bagian tubuh tertentu,
kompleks
pasien mungkin hanya sadar sebagian , dan tidak Kejang parsial
mengingat waktu serangan
• Serangan di mana pasien akan tetap sadar,
simpleks
disertai gerakan yang tidak dapat dikontrol pada
bagian tubuh tertentu
Kejang parsial
MANIFESTASI KLINIS
DIAGNOSIS

Pemeriksaan
Penunjang

Pemeriksaan
Fisik

Anamnesis
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• elektrolit
Laboratorium • Kadar gula darah
• Fungsi hepar

• Didapatkan pola epileptiform


EEG (spikes and sharp waves)

• CT scan kepala
Radiologi • MRI kepala
TATALAKSANA

Nonfarmakologis Farmakologis
• Menghindari • Menggunakan
faktor pemicu (jika obat-obat
ada),misalnya: antiepilepsi
stress, konsumsi
kopi atau alkohol,
perubahan jadwal
tidur, terlambat
makan.
OBAT ANTI EPILEPSI

• Golongan Hidantoin (Fenitoin)


Kerja obat : Menghambatan ransang dari focus ke bagian lain
otak.
Indikasi: epilepsy umum, epilepsy fokal dan dapat juga untuk
epilepsy lobus temporalis.
Dosis : dewasa 300 – 600 mg / hari, anak-anak 4 – 8 / hari, max
300mg / hari

• Golongan Barbiturat (Fenobarbital )


Kerja obat: membatasi penjalaran aktivasi serangan dengan
menaikkan ambang ransang.
Indikasi : epilepsi grand mal tipe sadar, epilepsi fokal.
Dosis : dewasa 200 mg / hari, anak-anak 3 – 5 mg / KgBB / hari.
• Golongan benzodiazepam (Diazepam )
Dosis: dewasa 2 – 10 mg IM / IV, dapat diulang setiap 4 jam.
Anak > 5 tahun 5 -10 mg IM / IV, anak 1 bulan – 5 tahun 0,2 – 2
mg IM / IV.

• Golongan Suksinimid (Etosuksimid)


Indikasi: epilepsy petit mal murni. Dosis 20 – 30 mg / KgBB /
hari.

• Golongan obat anti epilepsy lain.


Karbamazepin digunakan pada epilepsi lobus temporalis dengan
epilepsy grand mal. Dosis dewasa 800 – 1200 mg / hari. 6
STATUS EPILEPTIKUS

• Status epileptikus (SE) adalah bangkitan yang


belangsung lebih dari 30 menit atau adanya dua
bangkitan atau lebih di mana di antara bangkitan-
bangkitan tadi tidak terdapat pemulihan kesadaran

• SE merupakan keadaan gawatdarurat yang dapat


mengancam jiwa karena dapat menyebabkan
gangguan jalan napas, hipoksia berat dan kerusakan
sistem saraf.
TATALAKSANA SE

• Hindarkan cedera akibat kejang, misalnya tergigitnya


lidah atau luka atau cedera lain.
• menjaga agar penderita tidak terjatuh, melonggarkan
pakaiannya (terutama di daerah leher) dan
memasang bantal di bawah kepala penderita.
• Jika penderita tidak sadarkan diri sebaiknya
posisinya dimiringkan agar lebih mudah bernafas,
lepaskan gigi palsu, dan secara hati-hati hisap
(suction) muntahan dan air liur.
• penderita tidak boleh ditinggalkan sendirian sampai
benar-benar sadar dan bisa bergerak secara normal
PROTOKOL PENANGANAN
Stadium Penatalaksanaan

Stadium I (0-10 menit)  Memperbaiki fungsi kardio-respirasi


 Memperbaiki jalan nafas, pemberian oksigen, resusitasi bila perlu
Stadium II (1-60 menit)  Pemeriksaan status neurologik
 Pengukuran tekanan darah, nadi, dan suhu
 Monitor status metabolik, AGD, dan status hematologi
 Pemeriksaan EKG
 Memasang infus pada pembuluh darah besar dengan NaCl 0,9%. Bila digunakan 2
macam OAE pakai 2 jalur infus
 Mengambil 50-100 cc darah untuk pemeriksaan laboratorium (AGD, Glukosa, Fungsi
ginjal dan hati, kalsium, magnesium, pemeriksaan lengkap hematologi, waktu
pembekuan dan kadar AED), pemeriksaan lain sesuai dengan klinik
 Pemberian OAE emergensi: Diazepam0,2 mg/kg dengan kecepatan pemberian 5
mg/menit IV dapat diulang bila kejang masih berlangsung selama 5 menit
 Memasukkan 50cc glukosa % pada keadaan hipoglikemia
 Pemberian thiamin 250 mg intravena pada penyandang alkoholoisme
Stadium III (0-60/90  Menentukan etiologi
menit)  Bila kejang berlangsung terus setelah pemberian
lorazepa,/diazepam, beri phenytoin iv 15-20 mg/kg dengan
kecepatan ≤ 50 mg/menit (monitor tekanan darah dan EKG
saat pemberian). Bila kejang masih berlangsung dapat
diberikan phenytoin tambahan 50-10 mg/kgbb. Bila kejang
berlanjut berikan phenobarbital* 20 mg/kgbb dengan
kecepatan 50-75 mg/menit (monitor respirasi pada saat
pemberian). Dapat diulang 5-10 mg/kgbb.
 Memulai terapi dengan vasopressor (dopamin) bila
diperlukan
 Mengoreksi komplikasi
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai