I. Identitas Penderita
Nama : Tn. Tarmizi
Tanggal lahir/ umur :07 Januari 1996/17 tahun
Alamat : Jln. Medan-banda Aceh, Putoh Sa, Kec. Bidari.
Aceh Timur
Agama : Islam
Suku : Aceh
CM : 93-50-31
Jaminan : JKA
Tanggal masuk : 16 Januari 2013
Tanggal pemeriksaan :26 Januari 2013
Nama orang tua
Ayah : Tn. AW Ibu : Ny. N
Umur : 40 thn Umur : 35 thn
1
IV. Riwayat Tumbuh Kembang
Umur Riwayat pemberian Riwayat tumbuh
makan kembang
0-3 Bulan Asi +pisang Mengangkat kepala
4-6 Bulan Asi +pisang Tengkurap
7-9 Bulan Nasi lembek, telur, air teh Duduk
10-12 Bulan Nasi biasa Berdiri dan berjalan
V. Riwayat Imunisasi
Lengkap
2. Keluhan Tambahan :
Batuk, demam, nyeri sendi
2
6. Riwayat Pemakaian Obat :
Paracetamol
Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum : Tampak sakit sedang, lemah
- Kesadaran : compos mentis
-TD :100/70 mmHg
- Nadi : 120 x/menit
- Pernafasan : 40 x/menit
- Suhu : 36,9oC
- Keadaan Gizi : Kesan Overweight
Kulit
Warna : Sawo Matang
Turgor : Cepat Kembali
Parut Cacar : (-)
Cyanosis : (+)
Icterus : (-)
Oedema : Pretibia sinistra
Anemia : (+)
Kepala
Rambut : Hitam, sukar dicabut
Wajah : Simetris, oedema (+), deformitas (-)
Mata : Conjunctiva pucat ( +/+ ), ikterik (-/- ), sekret (-/- ), refleks cahaya (+/
), Pupil isokor bulat 3 mm/3 mm
+
3
Leher
Inspeksi : Simetris, retraksi (+)
Palpasi : TVJ R-2 cmH2O, Pembesaran KGB ( - )
Thorax
Inspeksi
- Statis : Simetris, cardic bulging ( - ), bentuk normochest
- Dinamis : Pernafasan thoracoabdominal, retraksi suprasternal ( + )
retraksi intercostal ( - ), retraksi epigastrium ( + )
Paru
Inspeksi : Simetris statis, dinamis
Palpasi : Kanan Kiri
Depan Fremitus Fremitus
Belakang Fremitus Fremitus
Perkusi
Depan redup redup
Belakang redup redup
Auskultasi
Depan vesikuler vesikuler
Belakang vesikuler vesikuler
Terdengar suara ronki di bagian bawah paru(+/+)
Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus Cordis teraba, thrill ( + )
Perkusi : Batas-batas jantung
Atas : Sela iga II
Kiri : dua jari medial linea mid-clavicula
Kanan : linea parasternal kanan
Auskultasi : BJ I > BJ II , desah pansistolik intercostae 4-5 linea
midclavicula sinistra.
Abdomen
Inspeksi : Simetris, distensi ( +), vena kolateral ( - )
Palpasi : Nyeri Tekan ( - ), defans muscular ( - )
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : Ballotement tidak teraba
Perkusi : Timpani, shifting dullness (+), Undulasi (+)
Auskultasi : Peristaltik (+) N
4
Genetalia : Tidak diperiksa
Anus : Tidak diperiksa
Tulang Belakang : Simetris
Kelenjar Limfe : Pembesaran KGB ( - )
Ekstremitas : Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianosis - - - -
Oedema - - - -
a. Anamnesis
1. Keluhan Utama :
Sesak napas
2. Keluhan Tambahan :
Batuk, demam, nyeri sendi
5
asrama karena merupakan santri dari pesantren di daerah aceh timur.
Pasien mempunyai riwayat merokok mulai dari kelas 1 SMP, dalam 1 hari
terkadang 3 batang rokok yang di hisap.
Riwayat Pemakaian Obat :
Di sangkal
b. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum :
- Kesadaran : kompos mentis
- Tekanan darah : 100/70
- Nadi : 120 x/menit
- Pernafasan : 40 x/menit
- Suhu : 36,90c
- Keadaan Gizi : kesan overweight
Kulit
Warna : Sawo Matang
Turgor : Cepat Kembali
Parut Cacar : (-)
Cyanosis : (+)
Icterus : (-)
Oedema : (+)
Anemia : (-)
Kepala
Rambut : Hitam, sukar dicabut
Wajah : Simetris, oedema (+), deformitas (-)
Mata : Conjunctiva pucat ( -/- ), ikterik (-/- ), sekret (-/- ), refleks cahaya
(+/+), Pupil isokor bulat 3 mm/3 mm
Telinga : Serumen (-/-)
Hidung : Sekret (-/-)
Mulut :
- Bibir : Bibir kering ( - ), mukosa kering (-), sianosis ( - ).
- Lidah : Tremor (-), beslag ( - ), hiperemis ( - ).
- Tonsil : Hiperemis (-/- ) T1 – T1,
Leher
Inspeksi : Simetris, retraksi ( - )
Palpasi : TVJ R-2 cmH2O, Pembesaran KGB ( - )
Thorax
6
Inspeksi
- Statis : Simetris, cardic bulging ( - ), bentuk normochest
- Dinamis : Pernafasan thoracoabdominal, retraksi suprasternal ( - )
retraksi intercostal ( - ), retraksi epigastrium ( + )
Paru
Inspeksi : Simetris statis, dinamis
Palpasi : Kanan Kiri
Depan Fremitus Fremitus
Belakang Fremitus Fremitus
Perkusi
Depan redup redup
Belakang redup redup
Auskultasi
Depan vesikuler vesikuler
Belakang vesikuler vesikuler
Terdengar suara ronki pada bagian bawah paru (+/+)
Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus Cordis teraba, thrill ( + )
Perkusi : Batas-batas jantung
Atas : Sela iga II
Kiri : dua jari medial linea mid-clavicularir
Kanan : linea parasternal kanan
Auskultasi : BJ I > BJ II , reguler, desah pansistolik interkostal 4-5
linea midclavicula sinistra
Abdomen
Inspeksi : Simetris, distensi ( +), vena kolateral ( - )
Palpasi : Nyeri Tekan ( - ), defans muscular ( - )
Hepar: tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : Ballotement tidak teraba
Perkusi : Timpani, shifting dullness (+), undulasi (+)
Auskultasi : Peristaltik normal
7
2. Foto thoraks AP/Lat
3. Echocardiography
4. Kultur darah
5. Konsul div. Kardio anak
6. CT-Scan Thorax
7. CT-Scan Abdomen
8. Mantoux Test
9. Konsul bedah Thorax
HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium Darah
8
2. Kultur darah
Hasil kultur darah ( 29 Januari 2013)
Terisolasi bakteri pathogen Psedomonas sp
4. Foto thoraks PA
Hasil pemeriksaan foto thorak PA (18 Januari 2013)
- Cor : tampak membesar ke kanan dan ke kiri
- Pulmo : tak tampak infiltrate/nodul
Sinus phrenicus kanan tertutup perselubungan, kiri posterior tajam,
retrosternal dan retrocardia space tertutup perselubungan
Kesimpulan : mengesankan gambaran pericardium efusi, efusi pleura
kanan6
Hasil pemeriksaan foto thorak PA (19 Januari 2013)
- Cor : tampak membesar ke kanan dan ke kiri
- Pulmo : tak tampak infiltrate/nodul
Sinus phrenicus kanan kiri tajam
Kesimpulan : tak tampak lagi gambaran efusi pleura kanan, masih
tampak gambaran efusi perikardium
(21 januari 2013)
- Membesar ke kiri dan ke kanan
- Pulmo normal
- Sinus costophrenicus kanan tajam dan kiri tumpul
- WSD di hemithorax dextra dan sinistra
9
- Kesimpulan: cardiomegali DD, efusi pericardial, efusi
pleura sinistra
10
Kesan:
- Lobus inferior paru kanan/kiri kolaps
- Trachea, main bronchus kanan/kiri normal
- Jantung membesar dengan efusi pericard yang banyak
- Organ intra abdomen dalam batas normal, Asites (+)
- Kesimpulan: pericardial effusion yang banyak
6. CT-Scan Thorax (28 Januari 2013)
11
Kesan :
- Lobus inferior paru dextra kollaps dengan infiltrat di sekitarnya
- Main bronchus normal
12
- Carina trachealis normal
- Tampak gambaran massa di mediastinum anterior superior yang
mendesak pembuluh darah ke posterior
- Jantung membesar dengan efusi pericardial yang banyak serta
terpasang kateter
- Tak tampak penebalan pleura
- Tak tampak jelas pembesaran kelenjar
- Organ di dalam cavum abdomen dalam batas normal
- Pada pemberian kontras tampak kontras enhancement abnormal di
daerah massa
- Kesimpulan: pericardial effusi yang banyak dengan massa di
mediastinum superior anterior serta pleura effusi dextra
6. USG abdomen
USG abdomen atas:
Hepar :ukuran normal, intensitas echo parencym baik, vena porta dan
hepatica normal, sistem bilier normal, tak tampak massa kistik atau solid,
GB: non fasting
Lien: ukuran normal, intensitas echo parencym baik, tak tampak massa
Tampak intensitas echo cairan di dalam kavum pleura kanan
Kesimpulan: efusi pleura kanan
USG ginjal dan buli-buli:
Ren dextra:ukuran normal, tak tampak batu, sistem pelvicalyceal normal
Ren sinistra: ukuran normal, tak tampak batu, dinding tak tebal, tampak
fluid collection di perivesica
Kesimpulan: fluid collection di perivesica
13
5. Echocardiography
Hasil pemeriksaan EKG (23 Januari 2013)
DIFERENSIAL DIAGNOSA
14
Efusi pericard+efusi pleura dd. Pericarditis
Tumor mediastinum
DIAGNOSA SEMENTARA/DIAGNOSA KERJA
Efusi pericard+efusi pleura e.c tumor mediastinum
TERAPI
Non farmakologis
1. Bedrest
2. IVFD D5% NaCl 0,45% 20 gtt/i
3. O2 3L/i nasal kanul
Farmakologis
1. Furosemide 2x40mg
2. Spironolacton 3x25mg
3. Tramadol 1 amp/8 jam
4. Novalgin 500 mg(k/p)
5. Inj levofloxacin 500 mg/12 jam
PROGNOSIS
15
- Inj meropenem 1 gr/12 jam
- Inj tramadol 1 amp/12 jam
- Diet MB 2000 kkal +protein
P/ Darah lengkap
Foto thorak
Pemasangan WSD dari bedah thorax
Th/ - 02 2L/i
- IVFD Dex 5%,NaCl 0,45% 19cc/jam
- Inj meropenem 1 gr/12 jam
- Inj tramadol 1 amp/12 jam
- Diet MB 2000 kkal +protein
P/ cek elektrolit
ekhokardiography
susul hasil sitologi PA, BTA
16
Th/ IVFD 2:1 45 gtt/I (makro)
Injeksi meropenem 1 gr/12 jam
Inj. Tramadol 1 amp/ 8jam
Inj. Levoflaxacin 500 mg/12 jam
Diet MB 2000 kkal+protein 90 gr
S/lemas (+), pusing (+), pucat (+)
Kamis-rabu O/ TD: 110/80 mmHg, HR:104x/menit, RR:36x/menit, T:36,0C.
28-30 januari Pemeriksaan fisik :
2013, Kepala : normosephal
Mata : anemis (-/-), ikterik (-/-)
T/H/M : dbn
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorak : simetris, sonor (+/+), ves (+/+), wh (-/-), rh (-/-)
Abdomen : simetris, soepel, H/L tidak teraba, NT (-),
peristaltic (+)
ekstremitas : udem (-), pucat (+)
17
Selasa- kamis S/ tidak bisa tidur
5-7 februari O/ TD: 110/80 mmHg, HR:97x/menit, RR:23x/menit, T:35,8C.
2013 Pemeriksaan fisik :
Kepala : normosephal
Mata : anemis (-/-), ikterik (-/-)
T/H/M : dbn
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorak : simetris, sonor (+/+), ves (+/+), wh (-/-), rh (-/-)
Abdomen : simetris, soepel, H/L tidak teraba, NT (-),
peristaltic (+)
ekstremitas : udem (-), pucat (+)
18
hepatomegali dan edema perifer), sedangkan peningkatan vena pulmonalis
menyebabkan bendungan paru. Manifestasi klinis efusi pericardium timbul akibat
2 hal yaitu: penurunan curah jantung dan peningkatan tekanan vena sistemik.
Penurunan curah jantung menyebabkan hipotensi, perasaan cepat lelah, penurunan
berat badan, sedangkan peningkatan tekanan atrium kanan dan vena sistemik
menyebabkan bendungan vena sistemik yang ditandai oleh edema, pembengkakan
dan rasa tidak enak di perut akibat asites serta hepatomegali. Jika tekanan jantung
kanan dan kiri meningkat tinggi maka gejala bendungan paru seperti batuk,
dispneu on effort dan orthopneu akan timbul.
Kondisi ini sudah sesuai dengan pasien yang datang kerumah sakit dengan
keluhan sesak napas berat yang timbul secara perlahan-lahan. Gejala yang
ditemukan adalah perasaan cepat lelah, sesak napas bila beraktivitas, edema
(pembengkakan) di perut.. Selain itu pasien juga mengeluhkan gejala seperti batuk
pada awal penyakit yaitu batuk berdahak. Sejalan dengan perjalan penyakit pasien
juga mengeluhkan demam, nyeri sendi terutama di pergelangan kaki dan tangan,
dengan penurunan nafsu makan. Pada pemeriksaan fisik juga ditemukan adanya
udem pada wajah, fremitus suara dari pemeriksaan paru menurun, terdengan
redup dari hasil perkusi pada paru dan dari hasil pemeriksaan auskultasi terdengar
suara napas tambahan seperti ronki. Perut terlihat membesar dan dari hasil
pemeriksaan asites (+). Hal ini sesuai dengan alur perjalanan penyakit efusi
pericard yang diterlihat di gambaran di atas.
Dari pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini yaitu dari
pemeriksaan hematologi, serologi yaitu melalui widal test, dan pemeriksaan
urinalisa ditemukan adanya anemia ringan, trombositopeni ringan, limfopeni,
leukopeni (9,5 mg/dl/ 95x103 uL/ 8/ 7x104 uL) dan gangguan fungsi hati (SGOT
294 U/L dan SGPT 56 U/L) pada uji hematologi. Widal test yang positif (titer
aglutinin O untuk S. Thypi 1/320) pada minggu ke dua juga menunjukkan adanya
infeksi Salmonella thypi. Hal ini sesuai dengan hasil laboratorium yang dapat kita
temukan apabila seseorang terinfeksi S. Thypi. Pada pemeriksaan darah tepi dapat
ditemukan adanya penurunan kadar hemoglobin, trombositopenia, kenaikan LED,
aneosinofilia, limfopenia, leukopenia, leukosit normal hingga leukositosis.
Pemeriksaan fungsi hati dapat berubah namun gangguan hati yang bermakna
19
jarang ditemukan. Pemeriksaan widal test memiliki sensitivitas 40%, spesifitas
91,4% dan nilai prediksi positif 80%. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan pada
akhir minggu pertama dan selanjutnya karena aglutinin baru dijumpai dalam darah
setelah penderita mengalami sakit selama satu minggu dan mencapai puncaknya
pada minggu kelima atau keenam sakit. Titer aglutinin O yang positif dapat
berbeda dari >1/80 sampai >1/320 antar laboratorium tergantung endemitas
demam tifoid dimasyarakat setempat. Namun sebaiknya pemeriksaan tes serologi
widal dilakukan dua kali pengambilan spesimen yaitu pada masa akut dan masa
konvalensi dengan interval waktu 10-14 hari. Pengambilan tunggal pada fase akut
sebaiknya dihindari karena tidak dapat membedakan apakah infeksi tersebut
merupakan infeksi baru atau infeksi lama. Pada pasien ini hanya dilakukan 1 kali
pengambilan sampel untuk uji widal pada hari sakit yaitu pada akhir minggu
pertama karena 10 hari kemudian pasien pulang.
Gold standar dalam menentukan infeksi demam tifoid adalah biakan
empedu. Sampel untuk kultur dapat diambil dari darah, sumsum tulang, tinja dan
urin. Sampel darah diambil saat demam tinggi pada minggu ke-1. Sampel tinja
dan urin pada minggu ke-2 dan minggu selanjutnya. Kultur memerlukan waktu
kurang lebih 5-7 hari. Sampel ditanam dalam biakan empedu (gaal culture). Pada
pasien ini kultur
Empedu tidak dilakukan karena membutuhkan waktu yang lama sedangkan
berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium sudah
menunjang untuk ditegakkan diagnosa demam tifoid. Selain itu prognosis demam
tifoid juga ditentukan oleh cepatnya pasien berobat, jadi apabila menunggu hasil
biakan empedu untuk memberikan anti biotik maka hal ini akan memperburuk
prognosis pasien.
Pemilihan obat antibiotik lini pertama pengobatan demam tifoid pada negara
berkembang didasarkan pada faktor efikasi, ketersediaan dan biakan. Berdasarkan
ketiga hal tersebut kloramfenikol masih masih menjadi obat pilihan utama
pengobatan demam tifoid pada anak dengan dosis. Namun obat ini memiliki efek
samping berupa anemia aplastik yang serius dan berpotensi fatal, agranulositosis
yang menginduksi leukimia dan menyebabkan gray baby syndrom. Selain itu obat
ini dapat juga memiliki angka relaps yang tinggi dan tidak bisa digunakan untuk
20
mengobati karier s. Typhi. Namun untuk daerah dimana terdapat keterbatasan
biaya dan ketersediaan untuk obat jenis lain, membuat obat ini masih digunakan
sebagai obat lini utama. Pasien di rumah sakit rsudza mendapatkan obat
cefriaxone dengan dosis 80 mg/kgbb/24 jam yang di bagi dua dosis. Obat ini bisa
digunakan untuk demam tifoid dengan komplikasi atau demam tifoid yang sudah
resistensi dengan waktu penyembuhan lebih cepat. Pemberian obat ini sebaiknya
selama 14 hari.
21