TINJAUAN PUSTAKA
3
umur. Mayoritas dari anak-anak tersebut, 112,5 juta, akan hidup di negara
berkembang dengan 70% di Asia terutama regio sentral selatan, dan 26% di
Afrika. Sisanya 165 juta anak-anak (29%) akan mengalami tubuh yang kurus dan
pendek yang diakibatjan nutrisi yang jelek.6
Saat ini, lebih dari setengah anak-anak di Asia selatan memiliki MEP,
dimana prevalensinya 6,5 kali lipat daripada di bagian barat. Pada sub-Sahara
Afrika, 30% anak-anak menderita MEP. Walaupun prevalensi malnutirisi
menurun secara global, angka dari gizi kurang dan perawakan pendek semakin
meningkat di Afrika, dimana angka gizi kurang dan perawakan pendek semkain
menigkat dari 24% menjadi 26,8% dan 47,3% menjadi 48%, berturut-turut, sejak
tahun 1990, dengan penngkatan yang paling parah di wilayah timur Afrika.6
Malnutrisi bertanggungjawab langsung terhadap 300.000 kematian per
tahunnya pada anak-anak dibawah 5 tahun pada negara-negara berkembang dan
turut menyumbangkan secara tidak langsung terhadap lebih dari setengah
kematian pada masa anak-anak di seluruh dunia. Efek samping dari malnutrisi
meliputi manifestasi fisik dan perkembangan. malnutisi dapat mengakibatkan
peningkatan berat badan yang buruk dan lambatnya pertumbuhan linear terjadi.
Teranggunya fungsi imunologik yang menyerupai anak-anak dengan AIDS, akan
menjadi faktor predisposisi yang menyebabkan anak-anak ini terhadap infeksi
oprtnistik dan tipikal lainnya.6
Pada negara berkembang, kondisi perinatal yang buruk mempengaruhi 23%
kematian pada anak-anak dibawah usia 5 tahun. Wanita yang mengalami
malnutrisi beresiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah. kebanyakan bayi
dengan berat badan rendah (23% dari seluruh kelahiran) akan menghadapi
gangguan kesehatan jangka panjang dan jangka pendek yang berat, seperti gagal
tumbuh pada masa bayi dan kanak-kanak, dengan peningkatan resiko morbiditas
dan kematian yang cepat.6
Anak-anak yang mengalami malnutrisi kronik juga akan mengalami
perubahan sikap, seperti iritabilitas, apatis, dan menurunnya respon sosial ,
ansietas, dan defisit atensi. terlebih lagi, bayi dan anak-anak yang mengalami
malnutrisi seringnyaakan menunjukkan gangguan perkembangan seperti
terhambatnya fungsi motorik, terhambatnya perkembangan mental, dan bisa juga
4
mangalami defisit konitif permanen. Derajat dari keterhambatan dan defisit
tergantung dari keparahan dan durasi dari gangguan nutrisional dan usia pada saat
terjadi malnutrisi. Secara umum, gangguan nutrisi yang terjadi pada usia yang
lebih muda memiliki keluaran (outcome) yang lebih jelek. Hubungan antara
gangguan pertumbuhan dengan prestasi sekolah yang jelek dan menurunnya
intelektual telah dibuktikan.6
5
o Anak-anak dengan alergi makanan multipel juga merupakan tantangan
tersendiri dikarenakan banyaknya restriksi dari berbagai jenis makanan. pasien
dengan gejala alergi aktif juga dapat meningkatkan kebutuhan kalori dan
protein.
6
Gizi buruk mempengaruhi hampir semua sistem organ. Protein yang
diperoleh melalui diet diperlukan untuk menghasilkan asam amino untuk sintesis
protein tubuh dan komponen lainnya yang memilki peran fungsional. Energi
esensial untuk semua fungsi fisiologis dan biokimiawi pada tubuh manusia.
Terlebih lagi mikronutrien penting bagi berbagai fungsi metabolik tubuh seperti
komponen dan ko-faktor dalam proses enzimatik.6
Terlebih lagi gangguan dari perumbuhan fisik dan kognitif serta berbagai
fungsi fisiologis lainnya, perubahan respon imun terjadi pada tahap awal
perjalanan malnutrisi yang signifikan pada anak. perubahan respon imun ini
berkorelasi dengan keluaran yang jelek dan menyerupai perubahan yang terlihat
pada anak-anak dengan AIDS.6
Hilangnya hipersensitivitas tipe lambat, sel limfosit T yang lebih sedikit,
terganggunya respon limfosit, gangguan fagositosis sekunder oleh karena
menurunnya komplemen dan beberapa sitokin tertentu, dan menurunnnya
immunoglobulin A sekretorik (IgA) adalah beberapa perubahan yang dapat
terjadi. Perubahan imunitas ini menjadi faktor predisposisi terhadap infeksi kronik
dan berat pada anak-anak, yang paling sering adalah diare infeksius, yang lebih
lanjutnya dapat mengakibatkan anoreksia, menurunnya absorpsi nutrien,
meningkatnya kebutuhan metabolik, dan kehilangan nutrien langsung.6
Studi awal terhadap anak-anak yang mengalami malnutrisi menunjukkan
perubahan pada otak yang sedang berkembang, termasuk, pertumbuha otak yang
lebih lambat, berat otak yan lebih rendah, korteks serebri yang lebih tipis,
berkuragnya jumlah neuron, insufisiensi dari mielinisasi dan perubahan pada
serabut dendrit. penelitian terbaru mengenai neuroimaging menemukan bahwa
beberaa perubahan dari serabut dendrit neuron di korteks terdapat pada bayi
dengan MEP berat. perubahan ini hampir sama dengan perubahan yang terjadi
pada psien dengan retardasi mental, dengan penyebab yang lain. peubahan
patologis lainnya meliputi degenerasi perlemakan dari hati dan jantung, atofi dari
usus halus, dan penurunan volume intravaskular yang diakibatkan oelh
hiperaldosteronisme.6
7
Gambar 2.1. Adaptasi hormonal dari malnutrisi: Evolusi dari marasmus6
8
- Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)
- Sering disertai penyakit infeksi, umumnya akut, anemia, dan diare.
- BB/TB >-3 SD
b. Marasmus:
- Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
- Wajah seperti orang tua
- Cengeng, rewel
- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy
pant/pakai celana longgar)
- Perut cekung
- Iga gambang
- Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) dandiare kronik
atau konstipasi/susah buang air
- BB/TB < -3 SD
c. Marasmik-Kwashiorkor:
- Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik
Kwashiorkor dan Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHO-NCHS
disertai edema yang tidak mencolok.
A B
9
Diagnosis gizi buruk dapat diketahui melalui gejala klinis, antropometri dan
pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis gizi buruk berbeda-beda tergantung dari
derajat dan lamanya deplesi protein dan energi, umur penderita, modifikasi
disebabkan oleh karena adanya kekurangan vitamin dan mineral yang
menyertainya. Gejala klinis gizi buruk ringan dan sedang tidak terlalu jelas, yang
ditemukan hanya pertumbuhan yang kurang seperti berat badan yang kurang
dibandingkan dengan anak yang sehat. Gizi buruk ringan sering ditemukan pada
anak-anak dari 9 bulan sampai 2 tahun, akan tetapi dapat dijumpai pula pada anak
yang lebih besar. Pertumbuhan yang terganggu dapat dilihat dari pertumbuhan
linier mengurang atau terhenti, kenaikan berat badan berkurang, terhenti dan
adakalanya beratnya menurun, ukuran lingkar lengan atas menurun, maturasi
tulang terlambat, rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun, tebal lipat kulit
normal atau mengurang, anemia ringan, aktivitas dan perhatian berkurang jika
dibandingkan dengan anak sehat, adakalanya dijumpai kelainan kulit dan rambut.
Gizi buruk berat memberi gejala yang kadang-kadang berlainan, tergantung dari
dietnya, fluktuasi musim, keadaan sanitasi dan kepadatan penduduk.
Pengukuran antropometrik lebih ditujukan untuk menemukan gizi buruk
ringan dan sedang. Pada pemeriksaan antropometrik, dilakukan pengukuran-
pengukuran fisik anak (berat, tinggi, lingkar lengan, dan lain-lain) dan
dibandingkan dengan angka standar (anak normal). Untuk anak, terdapat tiga
parameter yang biasa digunakan, yaitu berat dibandingkan dengan umur anak,
tinggi dibandingkan dengan umur anak dan berat dibandingkan dengan
tinggi/panjang anak. Parameter tersebut lalu dibandingkan dengan tabel standar
yang ada. Untuk membandingkan berat dengan umur anak, dapat pula digunakan
grafik pertumbuhan yang terdapat pada KMS.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar
hemoglobin darah merah (Hb) dan kadar protein (albumin/globulin) darah.
Dengan pemeriksaan laboratorium yang lebih rinci, dapat pula lebih jelas
diketahui penyebab malnutrisi dan komplikasi-komplikasi yang terjadi pada anak
tersebut. nutrisi dan gizi
Pemeriksaan penunjang yang berguna dalam menegakkan malnutrisi adalah
pemeriksaan hematologi dan status protein.6
10
o Lab darah, termasuk pemeriksaan hitung jenis, karena bisa menyingkirkan
anemia dari defisiensi nutrisional seperti besi, folat, dan defisiensi vitamin B-
12.
o Pemeriksaan status protein, meliputi albumin serum, retinol-binding protein,
prealbumin, transferrin, kreatinin, dan BUN. Retinol-binding protein,
prealbumin, and transferrin merupakan indikator jangka pendek yang lebih
baik dari status protein dibandingkan albumin, namun dalam prakteknya
kadar albumin serum lebih sering digunakan karena bersifat jangka panjang.
o LED, elektrolit serum, ultur dan urinalisa. Spesimen feses harus diperiksa jika
anak memilki riwayat dari fese yang abnormal atau perubahan pola feses atau
jika keluarga menggunakan sumber air yang tidak jelas.
o Lab tambahan berupa pemeriksaan fingsi tiroid, fungsi ginjal, seperti fosfor
dan kalsium, fungsi hepar, trigliserida, kadar vitamin, dan kadar zinc juga
harus diperiksa pada anak dengan diare kronik.
11
Gambar 2.4. Gejala Klinis pada marasmus dan kwashiorkor
Sumber: http://ocw.usu.ac.id/course/download/1125-
GIZI/mk_giz_slide_penerapan_i.gizi_klinik_pada_bidang_pediatri.pdf
Gambar 2.5. Gejala Klinis di mata pada anak dengan gizi buruk akibat defisiensi
vitamin A
Sumber: http://ocw.usu.ac.id/course/download/1125-
GIZI/mk_giz_slide_penerapan_i.gizi_klinik_pada_bidang_pediatri.pdf
12
Gambar 2.6. Alur pemeriksaan pada Gizi buruk3
13
Gambar 2.4. Tatalaksana gizi buruk10
14
Jika kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukuran kadar gula darah
setelah 30 menit. Jika kadar gula darah di bawah 3 mmol/L (< 54 mg/dl), ulangi
pemberian larutan glukosa atau gula 10%. Jika suhu rektal <35,5 C atau bila
kesadaran memburuk, mungkin hipoglikemi disebabkan oleh hipotermia,
sehingga diperlukan penanganan hipotermia.
15
Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam, jika masih diare, beri
ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia < 1 tahun diberikan 50-100 ml setiap buang
air besar, dan untuk usia1 tahun diberikan100-200 ml setiap buang air besar.
Jika rehidrasi masih dilanjutkan pada saat itu, tetap monitoring tanda vital,
diuresis, frekuensi BAB dan muntah, pemberian cairan dievaluasi jika RR dan
nadi menjadi cepat, tekanan vena jugularis meningkat, jika anak dengan edem,
edemnya bertambah. ika ditemukan tanda kelebihan cairan (frekuensi napas
meningkat 5x/menit dan frekuensi nadi 15x/menit), hentikan pemberian
cairan/ResoMal segera dan lakukan penilaian ulang setelah 1 jam.
16
Pilihan antibiotik spektrum luas Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada
infeksi nyata, beri Kotrimoksazol per oral (25 mg SMZ + 5 mg TMP/kgBB setiap
12 jam selama 5 hari, jika ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak
terlihat letargis atau tampak sakit berat), atau jelas ada infeksi, maka berikan
Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari), dilanjutkan dengan
Amoksisilin oral (15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hari) atau, jika tidak
tersedia amoksisilin, beri Ampisilin per oral (50 mg/kgBB setiap 6 jam selama 5
hari) sehingga total selama 7 hari, ditambah Gentamisin (7,5mg/kgBB/hari IM/
IV) setiap hari selama 7 hari. Jika anak anuria/oliguria, tunda pemberian
gentamisin dosis ke-2 sampai ada diuresis untuk mencegah efek samping/toksik
gentamisin Jika anak tidak membaik dalam waktu 48 jam, tambahkan
Kloramfenikol (25 mg/kgBB IM/IV setiap 8 jam) selama 5 hari.
Jika diduga meningitis, lakukan pungsi lumbal untuk memastikan dan
obati dengan Kloramfenikol (25 mg/kg setiap 6 jam) selama 10 hari. Jika
ditemukan infeksi spesifik lainnya (seperti pneumonia, tuberkulosis, malaria,
disentri, infeksi kulit atau jaringan lunak), beri antibiotik yang sesuai. Beri obat
antimalaria bila pada apusan darah tepi ditemukan parasit malaria. Walaupun
tuberkulosis merupakan penyakit yang umum terdapat, obat anti tuberkulosis
hanya diberikan bila anak terbukti atau sangat diduga menderita tuberkulosis.
Untuk anak yang terpajan HIV.
Pengobatan terhadap parasit cacing dilakukan jika terdapat bukti adanya
infestasi cacing, beri mebendazol (100 mg/kgBB) selama 3 hari atau albendazol
(20 mg/kgBB dosis tunggal). Beri mebendazol setelah 7 hari perawatan, walaupun
belum terbukti adanya infestasi cacing.
Jika terdapat anoreksia setelah pemberian antibiotik di atas, lanjutkan
pengobatan sampai seluruhnya 10 hari penuh. Jika nafsu makan belum membaik,
lakukan penilaian ulang menyeluruh pada anak.
17
berat badannya (biasanya pada minggu kedua, mulai fase rehabilitasi), karena zat
besi dapat memperparah infeksi. Berikan setiap hari paling sedikit dalam 2
minggu: Multivitamin Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1 mg/hari),
Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari), Tembaga (0.3 mg Cu/ kgBB/ hari),
Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik (mulai fase rehabilitasi)
Vitamin A: diberikan secara oral pada hari ke 1 (kecuali bila telah diberikan
sebelum dirujuk), dengan dosis < 6 bulan 50 000 IU (1/2 kapsul Biru), 6–12 bulan
100 000 IU (1 kapsul Biru), dan 1-5 tahun 200 000 (1 kapsul Merah). Jika ada
gejala defisiensi vitamin A, atau pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir, beri
vitamin A dengan dosis sesuai umur pada hari ke 1, 2, dan 15.
Pada anak dengan nafsu makan baik dan tanpa edema, jadwal di atas dapat
dipercepat menjadi 2-3 hari. Formula awal F-75 sesuai resep dan jadwal makan
dibuat untuk mencukupi kebutuhan zat gizi pada fase stabilisasi. Pada F-75 yang
berbahan serealia, sebagian gula diganti dengan tepung beras atau maizena
sehingga lebih menguntungkan karena mempunyai osmolaritas yang lebih rendah,
18
tetapi perlu dimasak dulu. Formula ini baik bagi anak gizi buruk dengan diare
persisten.
Jika jumlah petugas terbatas, beri prioritas untuk pemberian makan setiap
2 jam hanya pada kasus yang keadaan klinisnya paling berat, dan bila terpaksa
upayakan paling tidak tiap 3 jam pada fase permulaan. Libatkan dan ajari orang
tua atau penunggu pasien. Pemberian makan sepanjang malam hari sangat penting
agar anak tidak terlalu lama tanpa pemberian makan (puasa dapat meningkatkan
risiko kematian). Apabila pemberian makanan per oral pada fase awal tidak
mencapai kebutuhan minimal (80 kkal/kgBB/hari), berikan sisanya melalui NGT.
Jangan melebihi 100 kkal/kgBB/hari pada fase awal ini. Pada cuaca yang sangat
panas dan anak berkeringat banyak maka anak perlu mendapat ekstra air/cairan.
Pantau dan catat setiap hari Jumlah makanan yang diberikan dan dihabiskan,
frekuensi muntah, frekuensi defekasi dan konsistensi feses, serta berat badan.
19
Tabel 2.2. Kebutuhan zat gizi anak gizi buruk menurut fase pemberian makanan
Hindari terjadinya gagal jantung. Amati gejala dini gagal jantung (nadi
cepat dan napas cepat). Jika nadi maupun frekuensi napas meningkat (pernapasan
naik 5x/ menit dan nadi naik 25x/ menit), dan kenaikan ini menetap selama 2 kali
pemeriksaan dengan jarak 4 jam berturut-turut, maka hal ini merupakan tanda
bahaya (cari penyebabnya). Jika terdapat gejala-gejala tersebut maka kurangi
volume makanan menjadi 100 ml/ kgBB/ hari selama 24 jam kemudian,
tingkatkan perlahan-lahan sebagai berikut: 115 ml/ kgBB/ hari selama 24 jam
berikutnya, 130 ml/ kgBB/ hari selama 48 jam berikutnya, selanjutnya tingkatkan
setiap kali makan dengan 10 ml sebagaimana dijelaskan sebelumnya lalu atasi
penyebabnya.
Kemajuan terapi dinilai dari kecepatan kenaikan berat badan setelah tahap
transisi dan mendapat F-100. Timbang dan catat berat badan setiap pagi sebelum
diberi makan kemudian hitung dan catat kenaikan berat badan setiap 3 hari dalam
gram/ kgBB/ hari. Jika kenaikan berat badan kurang (< 5 g/ kgBB/ hari), anak
membutuhkan penilaian ulang lengkap, sedang (5-10 g/ kgBB/ hari), periksa
apakah target asupan terpenuhi, atau mungkin ada infeksi yang tidak terdeteksi.
Kemajuan baik jika kenaikan berat badan > 10 g/ kgBB/ hari.
Malnutrisi pada bayi < 6 bulan lebih jarang dibanding pada anak yang
lebih tua. Kemungkinan penyebab organik atau gagal tumbuh harus
dipertimbangkan, sehingga dapat diberikan penanganan yang sesuai. Jika ternyata
termasuk gizi buruk, prinsip dasar tatalaksana gizi buruk dapat diterapkan pada
kelompok umur ini. Walaupun demikian, bayi muda ini kurang mampu
mengekskresikan garam dan urea melalui urin, terutama pada cuaca panas. Oleh
karena itu pada fase stabilisasi, urutan pilihan diet adalah ASI (jika tersedia dalam
jumlah cukup), susu formula bayi (starting formula). Pada fase rehabilitasi, dapat
digunakan F-100 yang diencerkan.
20
2.7.9 Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang7
Pemberian stimulasi sensorik dan emosional dapat dilakukan dengan cara
ungkapan kasih sayang, lingkungan yang ceria, terapi bermain terstruktur selama
15–30 menit per hari, aktivitas fisik segera setelah anak cukup sehat, keterlibatan
ibu sesering mungkin (misalnya menghibur, memberi makan, memandikan,
bermain). Sediakan mainan yang sesuai dengan umur anak.
21
di antara waktu makan (misalnya susu, pisang, roti, biskuit). Bila ada, RUTF
dapat diberikan pada anak di atas 6 bulan
Bantu dan bujuk anak untuk menghabiskan makanannya. Beri anak
makanan tersendiri/terpisah, sehingga asupan makan anak dapat dicek. Beri
suplemen mikronutrien dan elektrolit ASI diteruskan sebagai tambahan. Jika anak
dipulangkan lebih awal, buatlah rencana untuk tindak lanjut sampai anak sembuh
yaitu menghubungi unit rawat jalan, pusat rehabilitasi gizi, klinik kesehatan lokal
untuk melakukan supervisi dan pendampingan. Anak harus ditimbang secara
teratur setiap minggu. Jika ada kegagalan kenaikan berat badan dalam waktu 2
minggu berturut-turut atau terjadi penurunan berat badan, anak harus dirujuk
kembali ke rumah sakit.
Adapun kriterian pemulangan anak gizi buruk yang dirawat adalah sebagai
berikut. Kriteria sembuh bila BB/TB atau BB/PB > -2 SD dan tidak ada gejala
klinis. Anak dapat dipulangkan bila memenuhi kriteria pulang sebagai berikut:
1) Edema sudah berkurang atau hilang, anak sadar dan aktif
2) BB/PB atau BB/TB > -3 SD
3) Komplikasi sudah teratasi
4) Ibu telah mendapat konseling gizi
5) Ada kenaikan BB sekitar 50 g/kg BB/minggu selama 2 minggu berturut-turut
6) Selera makan sudah baik, makanan yang diberikan dapat dihabiskan.
22
kasa penutup mata yang dibasahi larutan garam normal. Gantilah kasa setiap hari,
dan berikan vitamin A.
Anak dengan defisiensi vitamin A seringkali fotofobia sehingga selalu
menutup matanya. Penting untuk memeriksa mata dengan hati-hati untuk
menghindari ruptur kornea.
23
kista atau trofozoit dari Giardia lamblia, beri Metronidazol 7.5 mg/kg setiap 8
jam selama 7 hari). Diare jarang disebabkan oleh intoleransi laktosa saja.
Tatalaksana intoleransi laktosa hanya diberikan jika diare terus menerus ini
menghambat perbaikan secara umum. Perlu diingat bahwa F-75 sudah merupakan
formula rendah laktosa. Pada kasus tertentu ganti formula dengan yoghurt atau
susu formula bebas laktosa, pada fase rehabilitasi, formula yang mengandung susu
diberikan kembali secara bertahap.
Diare osmotik perlu diduga jika diare makin memburuk pada pemberian F-
75 yang hiperosmolar dan akan berhenti jika kandungan gula dan osmolaritasnya
dikurangi. Pada kasus seperti ini gunakan F-75 berbahan dasar serealia dengan
osmolaritas yang lebih rendah. Berikan F-100 untuk tumbuh kejar secara
bertahap.
2.11 5. Tuberkulosis
Jika anak diduga kuat menderita tuberkulosis, lakukan tes Mantoux
(walaupun seringkali negatif palsu), dan foto toraks.
24