Anda di halaman 1dari 26

Assalamuallaikum.wr.

wb

Status epileptikus
definisi
Menurut Epilepsy Foundation

Aktivitas kejang yang terus-menerus selama > 30 menit tanpa


diselingi masa sadar atau 2/lebih kejang berurutan tanpa
kembalinya kesadaran secara penuh di antara kejang tsb.

Epilepsy Foundation merekomendasikan untuk menangani kejang


sebagai status epileptikus bila aktivitas kejang terjadi selama >
10 menit.
Bangkitan / serangan kejang adalah letupan akibat lepas
muatan listrik sel neuron SSP mendadak, serentak, berlebihan,
abnormal dan sementara.
Status epileptikus
Dari penelitian terdahulu status epileptikus didefinisikan sebagai
terjadinya kejang yang kontinyu terjadi lebih dari 1 jam, namun
dari penelitian klinis selanjutnya menunjukkan bahwa
perubahan pada otak bisa terjadi ketika serangan ini
berlangsung selama 30 menit, oleh sebab itu waktu serangan
epilepsi ini lebih di persingkat.
Epilepsy Foundation of America mendefinisikan status
epileptikus adalah bangkitan yang berlangsung lebih dari 30
menit atau dua/lebih bangkitan dimana diantara dua bangkitan
tidak terdapat pemulihan kesadaran.
Epidemiologi
Perbandingan antara terjadinya kasus status epileptikus antara
laki-laki dan perempuan adalah sama. Tidak ada perbedaan
perbandingan terhadap angka terjadinya kasus status epileptikus
pada ras/suku tertentu. Frekwensi lebih tinggi pada usia muda,
dan insidensi meningkat seiiring bertambahnya usia. Lebih dari
70% kasus status epileptikus terjadi pada anak-anak, namum
insidensi status epileptikus pada beberapa penelitian, ditemukan
lebih tinggi pada populasi yg berusia lebih dari 60 th dengan
angka kejadian 83 kasus per 100.000 populasi, serangan sering
terjadi pada usia 15-91th dengan usia rata-rata 62th.
patofisiologi
Otak terdiri dari jutaan sel neuron yang satu dengan lainnya saling
berhubungan. Hubungan antar neuron tersebut terjalin melalui impuls listrik
dengan bahan perantara kimiawi yang dikenal sebagai neurotransmiter.
Dalam keadaan normal, lalu-lintas impuls antar neuron berlangsung dengan
baik dan lancar. Apabila mekanisme yang mengatur lalu-lintas antar neuron
menjadi kacau dikarenakan breaking system pada otak terganggu maka
neuron-neuron akan bereaksi secara abnormal. Neurotransmiter yang
berperan dalam mekanisme pengaturan ini adalah Glutamat, yang
merupakan brains excitatory neurotransmitter dan GABA (Gamma
Aminobutyric Acid), yang bersifat sebagai brains inhibitory
neurotransmitter. Golongan neurotransmiter lain yang bersifat eksitatorik
adalah aspartat dan asetil kolin, sedangkan yang bersifat inhibitorik lainnya
adalah noradrenalin, dopamine, serotonin (5-HT) dan peptida.
patofisiologi
HIPOKSIA SEL OTAK
KEMATIAN SEL NEURON
Klasifikasi
Status epileptikus diklasifikasikan menjadi :
Status epileptikus konvulsiv (Generalized
convulsive SE)
Status epileptikus non konvulsiv
Epilepsi parsial kontinyu
Status epileptikus konvulsiv (Generalized
convulsive SE)
Tipe ini merupakan tipe yang sering terjadi dan
tipe yang cenderung berbahaya dari epileptikus,
generalized dissini berarti mengarah pada
aktivitas listrik pada korteks yang berlebihan dan
abnormal. Sementara convulsive mengarah pada
aktivitas motorik dari kejang.
Pada status epileptikus non konvulsiv, dibagi menjadi 2 kategori:
SE absence
Partial kompleks
A. SE absen
. Terjadi perubahan tk. kesadaran yang jelas (letargi & bingung) dengan
penurunan spontanitas dan bicara menjadi lambat
. SE parsial kompleks
Tanda & gejala SE parsial kompleks berasal di korteks limbik (lobus
temporalis) : tidak responsif, bengong, ansietas atipikal, automatisme, deja vu,
atau stupor yang lebih mendalam
Tanda & gejala SE parsial kompleks berasal di lobus frontalis menimbulkan gejala
klinis yang tidak dapat dibedakan dengan yang berasal dari lobus temporalis
Epilepsi parsial kontinyu
Epilepsi parsial kontinyu merupakan serangan
kejang yang berasal dari area korteks cerebri dan
tidak ada perubahan pada kesadaran. Status
epileptikus fokal dapat terjadi di semua regio
korteks. Ketika menyerang kortex motorik cerebri,
gejala yang timbul berupa kedutan yang repetitif,
ritmik dan fokal pada wajah maupun bagian tubuh
lainnya. Biasanya pasien tetap sadar.
Etiologi
Etiologi
Faktor penyebab :
Tumor otak
Infark serebri
Meningitis
Trauma
Ensefalitis
Faktor pencetus :
Minum OAE tidak teratur
Penghentian OAE mendadak
Bila withdrawal peminum alkohol/ pecandu obat penenang.
Infeksi sistemik
Gangguan metabolik dengan akibat gangguan keseimbangan elektrolit
Px. penunjang
Pemeriksaan Penunjang
1. Elektroencephalography (EEG)
2. Brain imaging
3. pemeriksaan laboratorium
ABG (Arterial Blood Gas)
Untuk memonitor oksigenasi & efisasi ventilasi dan untuk menemukan abnormalitas
asam-basa yang tidak diduga
EEG
Merupakan standar kriteria & menjadi pemeriksaan rutin dalam manajemen SE
CT-scan
Untuk mengevaluasi lesi struktural (tumor otak, infark otak, abses otak, perdarahan)
yang mendasari SE
MRI
Radiografi toraks
Untuk melihat adanya aspirasi, posisi ETT, atau jika curiga ada fraktur/dislokasi
Pungsi lumbal
Jika ada infeksi SSP dalam diagnosis bandingnya
Tatalaksana
Status epileptikus (SE) tonik klonik merupakan keadaan
kegawatdaruratan neurologis yang membutuhkan tindakan cepat dan
tepat. Status epileptikus perlu di hentikan, karena:
Semakin lama kejang berlangsung semakin sulit di kontrol dan semakin
banyak kerusakan sel otak. Kerusakan sel otak terutama oleh
bangkitan eksistasi yang terus menerus dan bukan oleh komplikasi
aktivitas kejangnya.
Tetapi, faktor sistemik (hiperpireksia) dapat menimbulkan kerusakan sel
otak.
Oleh karenanya sebaiknya seizure dapat dihentikan dalam waktu 30
menit baik secara klinik maupun elektronik.
Prinsip penanganan SE adalah hentikan kejang segera dan jangan
menunda pemberian obat anti kejang karena takut efek samping
dari obat yang akan menghentikan henti nafas.
Penatalaksanaan SE harus dimulai dengan penanganan 5B
(Breathing, Blood, Brain, Bowel, Bladder) untuk menstabilkan
kondisi pasien. Suhu badan, tekanan darah, bacaan
elektrokardiogram, serta fungsi respirasi harus dipantau. Pulse
oximetry atau analisa gas darah arteri dilakukan untuk memeriksa
oksigenasi. Bantuan nafas diberikan jika diperlukan, selanjutnya
dipasang jalur intravena untuk rehidrasi dan penggunaan
vasopresor mungkin diperlukan jika pasien mengalami hipotensi.
STADIUM PENATALAKSANAAN
Stadium I (0-10 menit) Memperbaiki fungsi kardio respirasi
Memperbaiki jalan nafas, pemberian oksigen, resusitasi

Stadium II (1-60 menit) Pemeriksaan status nerologik
Penukuran tekanan darah, nadi, dan suhu
EKG (elektro kardio grafi)
Memasang infus paa pembuluh darah besar
Megambil darah 50-100 cc darah untuk pemeriksaan lab
Pemberian OAE emergensi:
Diazepam 10-20 g iv (keceatan pemberian 2-5 mg/menit atau rectal apat
diulang 15 menit kemudian)
Memasukkan 50 cc glukosa 50% dengan atau tanpa Thiamin 250 mg
intravena

Stadium III (0-60/90 menit) Menentukan etiologi
Bila kejang berlangsung terus selama 30 menit seteah pemberian diazepam
pertama, beri phenytoin iv 15-18mg/kg dengan kecepatan 50 mg/menit
Memulai terapi dengan vasopresor bila diperlukan
Mengoreksi komplikasi

Stadium IV (30-90 menit) Bila kejang tetapi tidak teratasi selama 30-60 menit, transfer pasien k ICU,
beri propofol (2mg/kgBB bolus iv, diulang bila perlu) atau thiopentone (100-
250 mg bolus iv pemberian dalam 20 menit, dilanjutkan dengan bolus 50 mg
setiap 2-3 menit), dilanjutkan sampai 12-24 jam setelah bangkitan klinis atau
bangkitan EEG terakhir, lalu dilakukan tapering of
Memantau bangkitan dan EEG, tekanan intracranial, memulai pemberian OAE
dosis rumatan

TIPE TERAPI PILIHAN TERAPI LAIN
SE Lena Benzodiazepine IV/Oral Valproate IV

SE Parsial Kompleks Clobazam Oral Lorazepam/phenyton/Phenobarbital IV

Benzodiazepin, lamotrigine, topiramate,
SE Lena atipikal Valproate Oral mthylphenidate, sterod oral

Methylhenidate, steroid
SE tonik Lamotrigine oral
Anastesia dengan thiopentone, phenobarbital,
SE nonkonvulsivus pada Phentoin IV atau Phenobarbtal propofol atau midazolam
pasien koma
DOSIS DEWASA
OBAT
MIDAZOLAM 0,1-1 mg/kgBB dengan kecepatan pemberian 4 mg/menit dilanjutkan dengan
pemberian 0,05-0,4 mg/kgBB/jam melalui infuse

THIOPENTHONE 100-250 mg bolus, diberikan dalam 20 detik kemudian dilanjutkan denan bolus
50 mg setiap 2-3 menit samapai bangkitan teratasi, kemudian dilanjutkan
dengan pemberian dalam infus 3-5 mg/kgBB/jam

PENTOBARBITAL 10-20 mg/kgBB dengan kecepatan 25 mg/menit, kemudian 0,5-1 mg/kgBB


ditingkatkan sampai 1-3 mg/kgBB/jam

PROPOFOL 2 mg/kgBB kemudian dtingkatkan menjadi 5-10 mg/kgBB/jam


Perawatan
Lama perawatan
Status epileptikus pada grandmal epilepsi segera setelah status
epileptikus teratasi 1-3 hari
Status epileptikus pada epilepsi fokal tergantung kausanya, 3-4
minggu.
Indikasi rawat inap
Status epileptikus
Bangkitan berulang
Kasus bangkitan pertama
Epilepsi intraktabel
Komplikasi
Hipertermi
Gangguan perkembangan asam-basa, elektrolit
Gangguan pernafasan
Hipotensi
Prognosis
Beberapa faktor membantu menentukan prognosis pasien dengan SE.
Etiologi merupakan determinan keluaran yang penting, angka mortalitas
yang tinggi terlihat berhubungan dengan etiologi yang berupa hipoksia,
anoksia, penyakit serebrovaskular, perdarahan dan abnormalitas
metabolik. Selain itu durasi SE juga merupakan determinan prognosis yang
penting. Terapi yang tepat untuk kejang berkepanjangan atau berulang,
mencegah SE yang akan terjadi. Dengan durasi SE yang lebih panjang,
pemenuhan kebutuhan metabolik otak yang meningkat menjadi lebih sulit,
dan bisa terjadi beberapa penyulit sistemik dan neurologis. Hilangnya
autoregulasi sistemik bisa menyebabkan komplikasi seperti hipotensi,
hipoksia, hipoglikemia, asidosis metabolik, hiperpireksia, dan gagal nafas.
1,2
Kesimpulan
Status epileptikus adalah bangkitan yang berlangsung
lebih dari 30 menit atau dua/lebih bangkitan dimana
diantara dua bangkitan tidak terdapat pemulihan
kesadaran.
Pada timbulnya kejang, ada tiga kejadian yang saling
terkait: Fungsi neuron penghambat (inhibitorik) kerjanya
kurang optimal sehingga terjadi pelepasan impuls epileptik
berlebihan; Fungsi neuron eksitatorik berlebihan sehingga
terjadi pelepasan impuls epileptik yang berlebihan; dan
otak yang normal itu sendiri juga mempunyai potensi
untuk mengadakan pelepasan abnormal impuls epileptic
(sinkronisasi dari epileptic discharge)
Diagnosis status epilepsi ditegakkan atas dasar adanya gejala
dan tanda klinik dalam bentuk bangkitan epilepsi yang
berlangsung selama lebih dari 30 menit atau dua/lebih bangkitan
dimana diantara 2 bangkitan tidak didapatkan pemulihan
kesadaran, dan dipastikan dengan pemeriksaan penunjang EEG.
Tatalaksana pada status epileptikus berupa tatalaksana umum
dan tatalaksana spesifik yang sesuai dengan stadium status
epileptikus.
Prognosis pengobatan kasus baru, sekitar 70-80% akan berhenti
dalam beberapa tahun pertama. Setelah bangkitan epilepsi
berhenti, dan rekurensi rendah, maka OAE bisa dihentikan
Edukasi pasien
Jika terjadi kejang yang berlangsung lama pada pasien
status epileptikus, maka pasien harus segera di bawa ke
tempat pelayanan kesehatan terdekat.
Obat anti epilepsi harus dikonsumsi secara teratur, dan
tidak boleh di hentikan sendiri sebelum dinyatakan
berhenti oleh dokter.
Pada saat terjadi serangan kejang pada pasien, tidak boleh
memasukkan makanan, minuman ataupun obat ke dalam
mulut penderita.
Terimakasih
Wassalamuallaikum.wr.wb

Anda mungkin juga menyukai