Anda di halaman 1dari 29

CSS

Penatalaksanaan status epileptikus


Oleh :
M. YUDI RAKHMADI 110.2003.191
 
Preceptor :
dr. Roezwir Azhari, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK NEUROLOGI


RSUD Dr. H. ABDUL MOELOOEK
BANDAR LAMPUNG
November 2010
PENDAHULUAN
• Status Epileptikus secara fisiologis didefenisikan
sebagai aktivitas epilepsi tanpa adanya normalisasi
lengkap dari neurokimia dan homeostasis fisiologis
dan memiliki spektrum luas dari gejala klinis dengan
berbagai patofisiologi, anatomi dan dasar etiologi.
(www.professionals.epilepsy.com)
PENDAHULUAN
• Berdasarkan observasi pada pasien yang
menjalani monitoring video-
electroencephalography (EEG) selama episode
kejang, komponen tonik-klonik terakhir satu
sampai dua menit dan jarang berlangsung
lebih dari lima menit.
PENDAHULUAN
• Berdasarkan kompleksitas dari penyakit ini,
Status Epileptikus tidak hanya penting untuk
menghentikan kejang tetapi identifikasi
pengobatan penyakit dasar merupakan bagian
utama pada penatalaksanaan Status
Epileptikus. (www.aafp.org, 2003)
DEFINISI
• status epileptikus didefenisikan sebagai
keadaan dimana terjadinya dua atau lebih
rangkaian kejang tanpa adanya pemulihan
kesadaran diantara kejang atau aktivitas
kejang yang berlangsung lebih dari 30 menit.
DEFINISI

• Secara sederhana dapat dikatakan bahwa jika


seseorang mengalami kejang persisten atau
seseorang yang tidak sadar kembali selama
lima menit atau lebih harus dipertimbangkan
sebagai status epileptikus.
(www.medicastore.EFA.org)
KLASIFIKASI
• Umumnya status epileptikus dikarakteristikkan
menurut lokasi awal bangkitan area tertentu dari
korteks (Partial onset) atau dari kedua hemisfer otak
(Generalized onset) kategori utama lainnya
bergantung pada pengamatan klinis yaitu konvulsi
atau nonkonvulsi. (www.professionals.epilepsy.com)
KLASIFIKASI
• Satu versi mengkategorikan status epileptikus
berdasarkan status epileptikus umum (tonik-
klonik, mioklonik, absens, atonik, akinetik) dan
status epileptikus parsial (sederhana atau
kompleks). (www.professionals.epilepsy.com)
KLASIFIKASI
• Versi lain membagi berdasarkan status
epileptikus umum (overt atau subtle) dan
status epileptikus non-konvulsi (parsial
sederhana, parsial kompleks, absens).
(www.professionals.epilepsy.com)
ETIOLOGI dan PATOFISIOLOGI
• Secara klinis dan EEG, dibagi menjadi V fase.
• Fase I terjadi mekanisme kompensasi, seperti
↑aliran darah otak dan cardiac output, ↑ oksigenase
jaringan otak, ↑ TD, ↑laktat serum, ↑ glukosa
serum dan ↓ pH yang diakibatkan asidosis laktat.
ETIOLOGI dan PATOFISIOLOGI
• fase kedua, kemampuan tubuh beradaptasi
berkurang dimana tekanan darah , pH dan glukosa
serum kembali normal. Kerusakan syaraf irreversibel
pada tahap ini.
• Pada fase ketiga aktivitas kejang berlanjut mengarah
pada terjadinya hipertermia, perburukan pernafasan
dan peningkatan kerusakan syaraf yang irreversibel.
(www.wordpress.com)
ETIOLOGI dan PATOFISIOLOGI
• Aktivitas kejang yang berlanjut diikuti oleh mioklonus
selama tahap keempat, ketika peningkatan
pernafasan yang buruk memerlukan mekanisme
ventilasi. Keadaan ini diikuti oleh penghentian dari
seluruh klinis aktivitas kejang pada tahap kelima,
tetapi kehilangan syaraf dan kehilangan otak
berlanjut. (www.aafp.org, 2003)
Daftar etiologi status epileptikus (www.aafp.org, 2003)

• Alkohol
• Anoksia
• Antikonvulsan-withdrawal
• Penyakit cerebrovaskular
• Epilepsi kronik
• Infeksi SSP
• Toksisitas obat-obatan
• Metabolik
• Trauma
• tumor
• Daftar Komplikasi status
epileptikus Pelepasan Katekolamin
Hipertensi
– Peningkatan Tekanan Intra Oedema paru
Kranial Oedema serebri Aritmia
Glikosuria, dilatasi pupil
– Trombosis arteri dan vena
Hipersekresi, hiperpireksia
otak Jantung
– Disfungsi kognitif Hipotensi, gagal jantung,
• Gagal Ginjal tromboembolisme
Metabolik dan Sistemik
– Myoglobinuria,
Dehidrasi
rhabdomiolisis Asidosis
• Gagal Nafas Hiper/hipoglikemia
– Apnoe Hiperkalemia, hiponatremia
– Pneumonia Kegagalan multiorgan
Idiopatik
– Hipoksia, hiperkapni Fraktur, tromboplebitis, DIC
– Gagal nafas
Gambaran Klinik
• Status Epileptikus Tonik-Klonik Umum
(Generalized tonic-clonic Status Epileptikus)
• B. Status Epileptikus Klonik-Tonik-Klonik
(Clonic-Tonic-Clonic Status Epileptikus)
• C. Status Epileptikus Tonik (Tonic Status
Epileptikus)
• D. Status Epileptikus Mioklonik
• E. Status Epileptikus Absens
Gambaran Klinik
• F. Status Epileptikus Non Konvulsif
• G. Status Epileptikus Parsial Sederhana
• H. Status Epileptikus Parsial Kompleks
PENATALAKSANAAN
• Lini pertama dalam penanganan status
epileptikus menggunakan Benzodiazepin.
Benzodiazepin yang paling sering digunakan
adalah Diazepam (Valium), Lorazepam (Ativan),
dan Midazolam (Versed).
• Bekerja dengan peningkatan inhibisi dari g-
aminobutyric acid (GABA) oleh ikatan pada
Benzodiazepin-GABA dan kompleks Reseptor-
Barbiturat. (www.medicastore.EFA.org)
Berdasarkan penelitian Randomized
Controlled Trials (RCT)
Nama obat Dosis (mg/kg) Persentase
1. Lorazepam 0,1 65 %
2. Phenobarbitone 15 59 %
3. Diazepam +
0.15 + 18 56 %
Fenitoin
4. Fenitoin 18 44 %

(www.medicastore.EFA.org)
Protokol Penatalaksanaan Status Epileptikus EFA 1993
(www.medicastore.EFA.org)

• Pada awal menit


1. Bersihkan jalan nafas, (bila perlu intubasi)
• a. Periksa tekanan darah
• b. Mulai pemberian Oksigen
• c. Monitoring EKG dan pernafasan
• d. Periksa secara teratur suhu tubuh
• e. Anamnesa dan pemeriksaan neurologis
Menit Awal
2. Kirim sampel serum untuk evaluasi elektrolit, Blood
Urea Nitrogen, kadar glukosa, hitung darah lengkap,
toksisitas obat-obatan dan kadar antikonvulsan darah;
periksa AGDA (Analisa Gas Darah Arteri)
3. Infus NaCl 0,9% dengan tetesan lambat
4. Berikan 50 mL Glukosa IV jika didapatkan adanya
hipoglikemia, dan Tiamin 100 mg IV atau IM untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya wernicke’s
encephalophaty
5. Lakukan rekaman EEG (bila ada)
Menit Awal
6. Berikan Lorazepam (Ativan) 0,1 sampai 0,15
mg per kg (4 sampai 8 mg) intravena dengan
kecepatan 2 mg per menit atau Diazepam 0,2
mg/kg (5 sampai 10 mg).
• Jika kejang tetap terjadi berikan Fosfenitoin
(Cerebyx) 18 mg per kg intravena dengan
kecepatan 150 mg per menit, dengan
tambahan 7 mg per kg jika kejang berlanjut.
Menit Awal
• Jika kejang berhenti, berikan Fosfenitoin
secara intravena atau intramuskular dengan 7
mg per kg per 12 jam. Dapat diberikan melalui
oral atau NGT jika pasien sadar dan dapat
menelan
Pada : 20 sampai 30 menit, jka kejang tetap
berlangsung
• 1. Intubasi, masukkan kateter, periksa
temperatur
• 2. Berikan Fenobarbital dengan dosis awal 20
mg per kg intravena dengan kecepatan 100 mg
per menit
Pada : 40 sampai 60 menit, jika kejang tetap
berlangsung
• Mulai infus Fenobarbital 5 mg per kg intravena
(dosis inisial), kemudian bolus intravena
hingga kejang berhenti, monitoring EEG;
lanjutkan infus Pentobarbital 1 mg per kg per
jam; kecepatan infus lambat setiap 4 sampai 6
jam untuk menetukan apakah kejang telah
berhenti. Pertahankan tekanan darah stabil.
Pada : 40 sampai 60 menit, jika kejang tetap
berlangsung
• Atau berikan Midazolam (Versed) 0,2 mg per
kg, kemudian pada dosis 0,75 sampai 10 mg
per kg per menit, titrasi dengan bantuan EEG.
• Atau Berikan Propofol (Diprivan) 1 sampai 2
mg per kg per jam. Berikan dosis
pemeliharaan berdasarkan gambaran EEG.
Kesimpulan dan Saran
Status Epileptikus merupakan suatu
kegawatdaruratan medis yang harus ditangani
segera dan secepat mungkin, karena
melibatkan proses fisiologis pada sistem
homeostasis tubuh, kerusakan syaraf dan otak
yang dapat mengakibatkan kematian.
Kesimpulan dan Saran
• Penanganannya tidak hanya menghentikan
kejang yang sedang berlangsung, tetapi juga
harus mengidentifikasi penyakit dasar dari
status tersebut. Umur, jenis kejang, etiologi,
jenis kelamin perempuan, durasi dari status
epileptikus, dan lamanya dari onset sampai
penanganan merupakan faktor prognostik
penting.
Daftar Pustaka
• Mardjono, Mahar dan, Priguna Sidharta. Neurologis Klinis Dasar. Dian
Rakyat. Jakarta. 2004.
 
• www.aafp.org.2003
 
• www.epilepsy.com
 
• www.medicastore.EFA.org
 
• www.professionals.epilepsy.com
 
• www.wordpress.com
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai