Untuk mencapai hasil pengobatan yang maksimal diperlukan obat dengan syarat
ideal. Syarat obat antiepilepsi yang ideal adalah:3
Terapi kombinasi obat anti epilepsi mungkin diperlukan tetapi terapi selalu
dimulai dengan obat tunggal.1,3,4 Bila dengan dosis maksimal yang diberikan
belum didapatkan efek optimal, barulah ditambahkan antiepilepsi lain atau dapat
juga diganti dengan antiepilepsi yang lain.1,3Berikut ini ada beberapa macam
antiepilepsi yang sering digunakan :3,4,5
Berkhasiat pada epilepsi tipe grand mal, fokal dan psikomotor namun tidak
berkhasiat pada petit mal dan kejang demam. 3,4,5 Obat ini dapat diberikan peroral
atau secara intra vena. Efek samping-ringan dari Fenitoin adalah: anemia
megaloblastik,leukopenia, dermatitis eksfoliatif, hirsutisme, limfadenopati ,
osteomalasia, reak si alergi, hiperplasia gingiva. Akhir-akhir ini juga dicurigai
Fenitoin mungkin juga dapat merusak janin. 3 Fenitoin yang sering dijumpai pada
dosis tinggi adalah nistagmus, tremor, ataksia dan penglihatan ganda.6 Hal ini
akan hilang dengan sendirinya bila dosis dikurangi.
B. Fenobarbital
Digunakan pada epilepsi tipe grand mal dan fokal. Kurang berkhasiat pada
psikomotor. Pemakaian obat ini harus berhati-hati oleh karena ada kemungkinan
terjadinya kekambuhan petit mal dan kemungkinan serangan grandmal bila obat
lupa diminum.1 Obat ini dapat diberikan per oral atau parenteral. Efek sampingnya
ialah sedasi, pada anak-anak sering dijumpai hiperaktivitas. Efek samping-ringan
ialah reaksi alergi, rash pada kulit, dermatitis eksfoliatif, anemia megaloblastik,
osteomalasia, kemungkinan juga mempunyai efek teratogenik. Pada dosis yang
lebih tinggi dapat pula dijumpai ataksia dan nistagmus.
C. Karbamazepin
Dapat digunakan pada epilepsi tipe psikomotor, fokal dan grand mal. Banyak
penyelidik yang beranggapan bahwa Karbamazepin merupakan obat pilihan bagi
epilepsi tipe psikomotor.1 Efek samping Karbamazepin cukup sering terjadi yaitu
mual, muntah, kepala ringan, Sakit kepala, bingung, penglihatan kabur, disfasia,
gerakan spontan abnormal, neuritis perifer, parestesi ringan dan agitasi, tinitus.
Toksisitas yang berhubungan dengan dosis adalah rasa capai, nistagmus, vertigo,
pusing, diartria, ataksia dan dipiopia. Obat ini lebih toksis daripada Fenitoin
karena dapat menimbulkan gangguan kardiovaskular, gangguan fungsi hati pan
ginjal. Pada binatang percobaan obat ini dilaporkan bersifat teratogenik.
D. Diazepam
Terutama digunakan terhadap status epilepsi dan di berikan secara intravena. Efek
samping-berat dan berbahaya yang menyertai penggunaan Diazepam adalah
obstruksi saluran nafas oleh lidah, akibat relaksasi otot. Di samping itu dapat juga
terjadi penekanan sampai terhentinya pernafasan, hipotensi, jantung berhenti
berdenyut dan juga bersifat sedasi kuat.
E. Klonazepan
Merupakan obat dengan masa kerja panjang. Berkhasiat baik pada status epilepsi.
Juga pada epilepsi tipe petit mal dan minor motor ( epilepsi akinetik Spasme
infantil dan mioklonik). Efek samping yang sering dijumpai adalah sedasi, lemas,
ataksia dan perubahan tingkah laku.
F. Asetazolamida
G. Nitrazepam
Terutama digunakan pada spasme infantil dan epilepsi tipe mioklonik. Efek
samping yang sering di jumpai pada bayi dan anak adalah hipersalivasi dan
bertambahnya sekresi dari bronkus, di samping itu anak menjadi lemah.
Kanal kalsium merupakan kunci utama dalam fungsi neuronal, terutama dalam
regulasi pelepasan neurotransmiter dari saraf terminal termasuk transmisi nyeri
pada tingkat korda spinalis. Voltage-gated calcium channel terdiri dari kombinasi
multisubunit dari transmembrane-spanning yang besar, pore-forming subunit α,
bersama dengan aksesoris β (sitosolik), γ (transmembran). dan α2δ (span
transmembran) (Gambar 2.6). Antikonvulsan yang termasuk dalam kelompok ini
adalah gabapentin dan pregabalin. Apabila obat tersebut berikatan dengan reseptor
presinap dapat menurunkan pelepasan neurotransmiter seperti glutamat dan
substansi P pada korda spinalis.7 Senyawa tersebut berikatan dengan subunit α2δ
yang kemudian akan menimbulkan efek analgesik dari pregabalin. Protein α2δ
berikatan pada kornu dorsalis dan akar ganglia dorsalis mengikuti adanya injuri
nervus perifer pada model hewan dengan nyeri neuropati. Beberapa penelitian
mendapatkan protein α2δ terlibat dalam penyaluran kompleks kanal kalsium ke
membran dan pregabalin atau gabapentin mungkin bertindak menghambat
aktivitas tersebut.10
1. Karbamazepin
Efek samping yang paling sering adalah pusing, mengantuk, tidak stabil, mual
dan muntah. Karbamazepin memiliki “boxed warning” karena memiliki risiko
menyebabkan reaksi dermatologi seperti reaksi toksis epidermal dan sindrom
Stevens-Johnson, reaksi pada system hematopoetik, termasuk anemia aplastic
dan agranulositosis.11,12
2. Fenitoin
Efek samping fenitoin yang diketahui seperti nystagmus, ataksia, bicara
melantur, koordinasi berkurang, dan kebingungan mental.12
3. Lamotigrin
Lamotogrin dapat menyebabkan pusing, sakit kepala, diplopia, ataksia, mual,
pandangan kabur, somnolen, rhinitis, dan ruam pada kulit.12
4. Gabapentin
Efek samping yang paling sering terlihat pada beberapa penelitian yaitu
somnolen, pusing, ataksia, dan kelelahan. Efek samping tergantung pada dosis
yang diberikan. Gabapentin belum diteliti pada ibu hamil, namun dapat
diekskresikan lewat air susu ibu.12,13
5. Pregabalin
Pregabalin dapat ditoleransi dengan baik, dengan efek samping yang ringan
sampai sedang tergantung dosis. Beberapa efek samping yang terlihat pada
penelitian adalah pusing, somnolen, mulut kering, edema perifer, pandangan
kabur, penambahan berat badan, dan pemikiran yang abnormal.12,14
6. Topiramat
Beberapa efek samping yang diketahui yaitu parastesia, anoreksia, penurunan
berat badan, kelelahan, pusing, somnolen, susah konsentrasi, bingung, dan
masalah mood.12
7. Valproat
Efek samping yang paling sering yaitu mual, somnolen, pusing, dan muntah.
Valproat memiliki risiko terhadap hepatotoksik, teratogen, dan pankreatitis.15