OLEH:
KELOMPOK: V
KELAS :D
KUPANG
2022
A. OBAT SISTEM NEUROLOGI
1. ANTI EPILEPSI DAN ANTI KONVULSI
Mekanisme kerja obat antiepilepsi Pada prinsipnya, obat antiepilepsi bekerja untuk
menghambat proses inisiasi dan penyebaran kejang. Namun, umumnya obat antiepilepsi lebih
cenderng bersifat membatasi proses penyebaran kejang daripada mencegah prosesinisiasi.
Dengan demikian secara umum ada dua mekanisme kerja, yakni : peningkatan inhibisi dan
penurunan eksitasi yang kemudian memodifikasi konduksi ion : Na+,Ca2+,K+, dan Cl- atau
aktivitas neuroransmitor, meliputi :
1. Inhibisi kanal Na+ pada membran sel akson. Contoh : fenition dan karbamazepin (pada
dosis terapi), fenobarbital dan asam valproat (dosis tinggi), lamotrigin topiramat,
zonisamid.
2. Inhibisi kanal Ca2+ tipe T pada neuron talamus (yang berperan sebagai pace-maker
untuk membangkitkan cetusan listrik umum di korteks). Contoh : etosuksimid, asam
valproat, dan clonazepam.
Jika kejang sering terjadi atau Jika sudah bebas kejang lebih dari 2 tahun, Sebaiknya
konsultasikan dengan dokter saraf, untuk dilakukan pemeriksaan MRI , untuk menyingkirkan
epilepsi simtomatik, karena bila ditemukan epilepsi simtomatik maka obat harus diminum
seumur hidup.
Periksakan ke dokter jika muncul efek samping di atas, atau jika muncul reaksi alergi
obat, seperti ruam yang terasa gatal, bengkak pada kelopak mata dan bibir, serta sesak napas.
2. OBAT PARKINSON
Utamanya, pengobatan utama Parkinson adalah menggunakan obat-obatan medis atau terapi.
Beberapa jenis obat Parkinson yang kerap diresepkan oleh dokter, antara lain:
1. Amantadine
2. Antikolinergik
Penderita Parkinson kerap mengalami gejala seperti tangan gemetar (tremor) dan otot-
otot tubuh terasa kaku. Untuk menghentikannya, dokter biasanya akan meresepkan obat
golongan antikolinergik, seperti trihexyphenidyl dan benzotropine.
Namun, dokter tidak akan memberikan obat ini untuk terapi jangka panjang pada pasien
penderita Parkinson yang sudah lanjut usia. Pasalnya, obat berpotensi menyebabkan efek
samping dan komplikasi serius.
3. Levodopa-Carbidopa
Levodopa adalah salah satu pengobatan yang diberikan dokter untuk orang dengan
penyakit Parkinson. Obat ini nantinya akan diserap oleh sel-sel saraf otak untuk kemudian
diubah menjadi dopamin.
Pada penderita penyakit Parkinson stadium lanjut, dokter akan memberikan resep obat
dari golongan COMTIs, seperti entacapone untuk membantu meredakan gejala yang muncul.
Obat ini bekerja untuk menambah durasi efek Levodopa dengan cara memblokir enzim COMT.
Pasalnya, enzim tersebut dapat merusak dopamin.
Indikasi levodopa adalah untuk Penyakit Parkinson. Dosis levodopa bergantung pada sediaan
yang digunakan. Sediaan levodopa pada Penyakit Parkinson dapat digunakan sebagai obat
tunggal, bersama dengan karbidopa ataupun benserazid.
Jangan mengonsumsi obat ini jika mempunyai kondisi medis, seperti: Glaukoma sudut tertutup,
yaitu tekanan di bola mata yang terlalu tinggi, Melanoma maligna, yaitu kanker ganas yang
berasal dari melanosit.
Beberapa efek samping levodopa lainnya adalah: Pusing, sakit kepala, dan limbung, Mual dan
muntah, Selera makan hilang, Sulit tidur, Mimpi buruk, Kesemutan pada tangan atau kaki.
3.VERTIGO DAN MIGRAIN
a). VERTIGO
KONTRA INDIKASI
Efek Samping dan Bahaya Betahistine: Mual, Muntah, Sakit kepala, Gangguan pencernaan,
Sakit perut dan kembung.
Obat-obat yang diberikan, seperti: Antidepresan, Obat tekanan darah, seperti beta blocker,
Obat anti kejang, Agen peptida terkait gen kalsitonin, Suntikan Botulinum toxin type A (Botox)
juga membantu mengurangi serangan migrain, jika terjadi lebih dari 15 hari dalam sebulan.
Efek samping belum tentu terjadi di setiap pemakaian obat. Namun, jika terjadi efek samping
yang mengganggu atau memburuk, segeralah cari bantuan medis.
Efek samping yang mungkin timbul dari pemakaian ergotamine, antara lain:
Pusing
Jika Anda mulai merasa pusing, baringkan tubuh Anda agar tidak pingsan. Duduklah
sampai Anda merasa lebih baik. Berhati-hatilah saat mengemudi atau mengoperasikan
mesin.
Mual
Tetaplah mengonsumsi makanan sederhana dan hindari makanan dengan rasa yang kuat,
seperti pedas. Minum air sedikit demi sedikit secara teratur.
Muntah
Minumlah banyak air untuk menggantikan cairan yang hilang dan mencegah dehidrasi.
Kondisi dehidrasi ditandai dengan penurunan frekuensi dan jumlah urine, serta urine
berwarna gelap dan berbau menyengat. Konsumsi makanan sederhana dan hindari
makanan pedas.
Sensasi berputar.
Kelemahan.
Gatal ringan.
Beberapa efek samping yang dapat timbul setelah mengonsumsi methimazole adalah:
Nyeri otot dan nyeri sendi, Munculnya ruam di kulit, Rambut rontok, Sakit kepala, pusing,
atau kantuk, Mual dan muntah, Sakit perut, Kesemutan dan Hilangnya kemampuan
mengecap rasa.
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika keluhan yang disebutkan di atas tidak kunjung reda
atau semakin parah. Segera ke dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau
mengalami efek samping yang lebih serius, seperti: