Anda di halaman 1dari 14

ANTI DEPRESIF

KELOMPOK 12
RISMAWATI KURNIA 30322084
RULITA PUTRI 30322085
SELVIOLETA J 30322086
DEFINISI
Antidepresiva atau Obat Antimurung adalah obat-obat yang
mampu memperbaiki suasana jiwa ("mood") dengan
menghilangkan atau meringankan gejala keadaan murung, yang
tidak disebabkan oleh kesulitan sosial-ekonomi, obat-obatan atau
penyakit.Depresi adalah gangguan jiwa yang paling umum di dunia
dan menurut taksiran terdapat 340 juta penderitanya.
Prevelensinya antara wanita adalah rata- rata 25%, pria
10%, dan remaja 5%.
PENYEBAB

Teori monoamin menunjukkan sebagai penyebab depresi terganggunya keseimbangan


antara neurotransmitter di otak. Neurotransmiter merupakan senyawakimia pembawa
pesan yang meneruskaninformasi elektrik dari sebuah neuron keneuron lain atau sel
efektor. Ketidakseimbangan neurotransmitter dapat mempengruhi kondisi kejiwaan,
Khususnya akibat terutama kekurangan serotonin dan/atau noradrenalin di saraf-saraf
otak. Beberapa gangguan psikiatris lainnya yang mempunyai hubungan dengan kadar
seroronin rendah, adalah Penyakit demensia Alzheimer, p. Parkinson dan juga migrain.

Selain Neurotransmitter juga faktor keturunan merupakan pemeran penting pada


terjadinya depresi.
Penggolongan obat anti depresif
OBAT-OBAT ANTIDEPRESIV

Antidepresiva klasik: obat-obat ini menghambar resorpsi kembali dari serotonin dan
nonadrenalin dari sela sinaps di ujung-ujung saraf. Pengecualian adalah desipramin
yang menghambat re-uptake NA secara lebih selektif.
a.Zat trisiklis (ATC): amitripitilin, doksepin, dosulepin, imipramin, desipramin, dan
klomipramin
b. Zat tertasiklis: maprotilin, mianserin (dan mirtazapin)

Obat generasi ke-2: menimbulakan lebih sedikit efek samping :


a. SSRIS: fluvoxamin (Luvox, Fevarin), fluoxetin, paroxetin, sertralin, dan citalopram.
b. NaSa: mirtazapin dan venlafaxin (Efexor).
MEKANISME KERJA OBAT
Antidepresiva bekerja dengan jalan menghamb re-uptake serotonin dan
noradrenalin di ujung-ujung saraf otak dan dengan demikian
memperpanjang masa waktu tersedianya neurotranmitter tersebut. Di
samping itu antidepresiva dapat memengaruhi reseptor postsinaptis.
Akan tetapi mekanisme kerjanya yang tepat belum diketahui.
INDIKASI OBAT ANTI DEPRESAN
A. Obat-Obat Klasik (ATC)

1. Imipramin: Tofrani lAntidepresivum trisiklis ini berkhasiat antiadrenergis, antikolinergis dan


antihistamin agak kuat
.Dosis: pada depresi oral 3 dd 25 mg garam HCI, bila perlu dinaikkan berangsur-angsur sampai
maks. 300 mg sehari. Pada gangguan panik: 10- 25 mg sehari; pada enuresis anak-anak 5-8
tahun: 20-30 mg a.n.; pada nyeri kronis: 25-150 mg sehari.

2. Amitriptilin:
ini berkhasiat antihistamin dan antikolinergis, juga sedatif kuat, maka layak diberikan pada
pasien agresif.
Dosis: pada depresi 3 dd 25 mg garam HCI atau 50-100 mg a.n., bila perlu dinaikkan
berangsur- angsur sampai 150-300 mg. Nyeri kronis: 25- 75 mg a.n., prevensi migrain: 25-150
mg a.n.
3. Maprotilin: Ludiomil
Berdaya menghambat re-uptake noradrenalin dengan kuat dan
hanya ringan re-uptake serotonin.
Dosis: 1-3 dd 25 mg garam HCI atau 25-75 mg sekaligus sebelum
tidur. Lansia 25 mg a.n.4.

4. Mianserin: Tolvon
Berdaya menghambat re-uptake NA secara lemah dan juga
memperbesar tersedianya NA, karena blokade dari resptor a,
adrenergis presinaptis.
Dosis: permulaan 1 dd 30-40 mg malam hari (garam HCI), bila perlu
dinaikkan sampai 90 mg sehari.
B. Obat-Obat Generasi Ke-2

a. SSRIs
5. Fluoxetin: Prozacsenyawa fenoksipropilamin ini menghambat re- uptake
serotonin secara spesifik. Efek samping tersering berupa mual, nyeri kepala dan
nervositas..
Dosis: pada depresi daqn OCD oral 20 mg sehari (garam HCI).

6. Sertralin: Zolftsenyawa naftylamin ini menghambat re-uptake serotonin


dalam neuron dan terutama digunakan pada depresi dengan gejala vital. Efek
samping berupa gangguan lambung-usus dan gangguan ejaculatio, adakalnya
efek antikolinergis ringan.
b.Noradrenaline and Specific Serotonergic Antidepressants (NASSAs)
Cara kerja NASSA mampu meningkatkan kadar serotonin dan noradrenalin,
sehingga penggunanya menjadi lebih bisa berpikir jernih.

7. Mirtazapine
merupakan obat antidepresan atipikal. Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan
beberapa jenis zat kimia di otak yang berperanan mengatur suasana hati.
Dengan perubahan pada kadar zat kimia ini, gejala depresi dapat membaik.
Dosis awal: 15 mg, 1 kali sehari sebelum tidur. Dosis dapat ditingkatkan tiap 1–2
minggu sesuai dengan respons pasien.Dosis perawatan: 15–45 mg, 1 kali
sehari.Dosis maksimal: 45 mg per hari.
Kontra indikasi
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum menggunakan antidepresan, antara
lain:

• Jangan menggunakan obat-obatan antidepresan jika Anda alergi terhadap obat ini.
• Jangan mengonsumsi minuman beralkohol selama menjalani pengobatan dengan
antidepresan.
• Jangan langsung melakukan aktivitas yang membutuhkan kewaspadaan, seperti
mengemudikan kendaraan, setelah menggunakan antidepresan. Beberapa jenis
antidepresan tertentu dapat menyebabkan kantuk pada sebagian orang.
• Jangan menghentikan pengobatan secara mendadak tanpa berkonsultasi dengan
dokter, karena dapat menyebabkan perburukan gejala yang tadinya sudah membaik,
atau menimbulkan gejala putus obat, seperti pusing, sakit kepala, nyeri otot,
menggigil, mual, atau rasa seperti tersengat listrik.
Efek samping obat
Kebanyakan efek ini bersifat sementara dan hilang dengan sendirinya sesudah beberapa
waktu.

1. Obat klasik (ATC) dapat memperlihatkan efek samping berikut:

a. efek jantung, yang mirip kerja kinidin dan dapat menimbulkan gangguan
penerusan impuls jantung dengan perubahan ECG.
b. efek anti kolinergis akibat blokadereseptor muskarin dengan menimbulkan a.l.
Mulut kering, obstipasi, retensi urin, tachycardia serta gangguan potensi dan
akomodasi.
c. sedasi berdasarkan penghambatan reseptor antihistamin postsinaptis, yang
terutama kuat pada amitriptilin, doxepin dan dosulepin, kurang
kuat pada imipramin.
d. hipotensi ortostatis dan pusing serta mudah terjatuh merupakan akibat
efek anti noradrenalin.
e. efek antiserotonin akibat blokade reseptor- 5HT postsinaptis dengan
bertambahnya nafsu makan dan berat badan, umumnya pasien menjadi
gemuk.
f. kelainan darah seperti agranulositosis dan leukopenia, yang mungkin
berdasarkan reaksi hipersensitivitas, hanya jarang terjadi.
g. gejala penarikan dapat terjadi, meskipun antidepresiva tidsk bersifat
adiktif. Pada penghentian terapi dengan mendadak dapat timbul a.l.
Gangguan lambung-usus, agitasi, sukar tidur serta nyeri kepala dan otot.
2. Obat generasi ke-2 (SSRIa), memperlihatkan profil berlainan dengan obat klasik
(ATC), khususnya efek jantungnya lebih berkurang dan efek serotoninergnya
lebih nyata.

a. Efek serotoninergnya berupa mual, muntah, malaise umum, nyeri kepala,


gangguan tidur, nervositas, agitasi atau kegelisahan, juga disfungi seksual
dengan ejakulatio dan orgasme terlambat.
b. Sindrom serotonin, berupa kegelisahan, demam dan menggigil, konvulsi
dan kekakuan hebat, tremor, diare dan gangguan koordinasi, yang tak
jarang berakhir fatal.
c. Efek antikolinergis dan antiadrenergis lemah atau sama sekali tidak ada.
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai